Anda di halaman 1dari 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Community Acquired Pneuomonia (CAP)


2.1. Definisi
Pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut yang menyerang paru-paru pada orang
yang sehat, kantung alveoli akan terisi udara saat bernafas, sedangkan pada pasien pneumonia
alveoli dipenuhi dengan nanah dan cairan sehingga mengakibatkan proses pernafasan terasa
menyakitkan dan membatasi asupan oksigen (WHO, 2019). Pneumonia adalah penyakit infeksi
akut yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran
gas setempat.
Pnemunonia dibedakan menjadi dua yaitu pneumonia kominiti dan pneumonia
nosokomial. Pneumonia komunitas adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi di luar rumah
sakit, sedangkan pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam atau
lebih setelah dirawat di rumah sakit. Pneumonia dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara,
klasifikasi paling sering ialah menggunakan klasifikasi berdasarkan tempat didapatkannya
pneumonia (pneumonia komunitas dan pneumonia nosokomial), tetapi pneumonia juga dapat
diklasifikasikan berdasarkan area paru yang terinfeksi (lobar pneumonia, multilobar pneumonia,
bronchial pneumonia, dan intertisial pneumonia) atau agen kausatif. Pneumonia juga sering
diklasifikasikan berdasarkan kondisi yang mendasari pasien, seperti pneumonia rekurens
(pneumonia yang terjadi berulang kali, berdasarkan penyakit paru kronik), pneumonia aspirasi
(alkoholik, usia tua), dan pneumonia pada gangguan imun (pneumonia pada pasien tranplantasi
organ, onkologi, dan AIDS) (WHO,2019).
Pneumonia tetap menjadi salah satu penyebab paling umum kematian infeksi pada anak-
anak dan orang dewasa di Amerika Serikat, dengan tingkat kematian 30% hingga 40% (G.Wells
dkk., 2017). Pneumonia juga merupakan penyebab kematian menular tunggal terbesar pada
anak-anak di seluruh dunia dan sudah membunuh 808.694 anak di bawah usia 5 tahun pada
tahun 2017 (WHO, 2019). Di Indonesia prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan menurut provinsi mengalami kenaikan dari 1,6% pada 2013 menjadi 2% pada tahun
2018 (Riskesdas, 2018). Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai dengan napas sesak atau
napas cepat. Penyakit ini banyak terjadi pada anak balita, namun juga dapat terjadi pada orang
dewasa, dan pada orang lanjut usia (Misnadiarly, 2008).
2.1.2 Etiologi

Mikrorganisme etiologi pneumonia komunitas atau community-acquired


pneumonia (CAP) bisa bakteri, virus, jamur, dan parasit. Terdapat sedikit perbedaan etiologi
patogen penyebab CAP di daerah negara maju dibandingkan dengan negara berkembang di Asia
terkhusus Indonesia. Bakteri batang gram negatif (gram-negative bacili/GNB)
dan Staphylococcus aureus cukup sering didapati di negara Asia namun jarang ditemukan
sebagai etiologi CAP di negara barat. Justru bakteri batang gram negatif dan S. aureus di negara
barat merupakan etiologi hospital-acquired pneumonia (HAP). Etiologi yang paling sering
terutama di daerah Eropa dan Amerika adalah Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma
pneumoniae, Haemophilus pneumoniae, Chlamydopilla pneumoniae, Legionella pneumophila,
dan virus respiratori.
Pada pasien anak, patogen etiologi CAP umumnya tumpang tindih oleh bakteri dan virus.
Kombinasi patogen kebanyakan kasus adalah kombinasi Rhinovirus dan Streptococcus
pneumonia. Faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia
anak, terutama dalam spectrum etiologi, gambaran klinis dan strategi pengobatan yaitu usia
pasien. Pada anak balita (4 bulan – 5 tahun).
a. Penyebab di masyarakat: Streeptococcus pneumonia, Mycoplasma pneumonia, Hemophilus
influenza, Legionella pneumophila, chlamydia pneumonia, anaerob oral, adenovirus, influenza
tipe A dan B.

b. Penyebab di rumah sakit: basil usus gram negative (E. coli, Klebsiella pneumonia),
Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, anaerob oral.
Seorang pasien dengan sepsis sekunder akibat pneumonia yang didapat dari komunitas
dapat menerima Seftriakson dan azitromisin di mana pasien lain dengan peritonitis sekunder
sebagai konsekuensi dari perforasi saluran GI mungkin memerlukan rejimen spektrum luas
seperti ertapenem atau piperacillin/tazobactam.
Daftar Pustaka

1. Dahlan, Z., 2007, Pneumonia, dalam Sudoyo, A., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata,
M., setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV, 801-820, Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta.
2. G.Wells, B., J. T. DiPiro, T. L. Schwinghammer, dan C. V. DiPiro. 2017.
Pharmacotherapy Handbook,Tenth Edition. McGraw-Hill Companies.
3. Misnadiarly. 2008. Penyakit infeksi saluran nafas pneumonia pada anak, orang dewasa,
dan usia lanjut. Jakarta: Pustaka Obor populer.
4. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018. Diakses pada 14 Maret 2020.
5. Rudan I, Boschi-Pinto C, Biloglav Z, Mulholland K, Campbell H. Epidemiology and
etiology of childhood pneumonia. Bull World Health Organ 2008, 86 (5): 408-416 .
6. World Health Organization (WHO). 2019. Pneumonia. https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/pneumonia#. Diakses pada 3 september 2021.

Anda mungkin juga menyukai