PERBURUHAN OLEH : Karmila Laitupa, ST.,MT. Theres F. Ateta, ST Wilayah pertambangan adalah wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari tata ruang nasional. Wilayah pertambangan sebagai bagian dari tata ruang nasional merupakan landasan bagi penetapan kegiatan pertambangan. Untuk dapat menetapkan wilayah pertambangan, harus dilakukan dengan berdasarkan data-data yang diperoleh di lapangan dari hasil penelitian. (Pasal 11 UU No.4 Tahun 2009) Penetapan Wilayah Pertambangan dilakukan oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan berkonsultasi dengan DPR. Pelaksanaan penetapan wilayah pertambangan dilakukan dengan cara : a.)Transparan,partisipatif, dan bertanggung jawab. b.)Terpadu dengan memperhatikan pendapat dari instansi pemerintah terkait, masyarakat, dan dengan mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya serta berwawasan lingkungan. c.)Memperhatikan aspirasi daerah. Mengenai bentuk Wilayah pertambangan terdiri atas : Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) Wilayah Pencadangan Negara WUP : Bagian dari Wilayah Pertambangan yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi. Penetapan WUP pada prinsipnya oleh Pemerintah (Menteri ESDM). Untuk satu WUP terdiri atas 1 (satu) atau beberapa Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) yang berada pada lintas wilayah provinsi, lintas wilayah kabupaten/kota, dan/atau dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota. Lanjutan
Adapun tentang luas dan batas WIUP mineral logam dan
batubara ditetapkan oleh Pemerintah berkoordinasi dengan pemerintah daerah berdasarkan kriteria yang dimiliki oleh Pemerintah. Kriteria untuk menetapkan 1(satu) WUP adalah sebagai berikut : Letak Geografis, Kaidah Konservasi, Daya dukung lindungan lingkungan Optimalisasi sumber daya mineral dan/atau batubara, dan Tingkat kepadatan penduduk. WPR : Bagian dari Wilayah Pertambangan tempat dilakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat. Pejabt yang berwenang menetapkan WPR adalah bupati/walikota setelah mengadakan konsultasi dengan DPRD Kab./Kota. Adapun mengenai kriteria ntuk menetapkan WPR adalah sebagai berikut : a) Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai, antara tepi sungai atau tepi sungai. b) Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kedalaman max.25m. Lanjutan
c) Endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba
d) Luas Max. WPR adalah 25 hektare. e) Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang, dan/atau f) Merupakan Wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan sekurang-kurangnya 15 tahun. WPN : Bagian dari Wilayah Pertambangan yang dicandangkan untuk kepentingan strategis nasional.
Untuk kepentingan strategis nasional dalam hubungan dengan
usaha pertambangan, Pemerintah bekerja sama dengan DPR dan dengan memperhatikan aspirasi daerah dapat menetapkan WPN sebagai daerah yang dicadangkan untuk komoditas tertentu dan daerah konservasi dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan. Lanjutan
Adapun mengenai wilayah yang akan diusahakanuntuk
komoditas tertentu maupun konservasi tersebut berubah status menjadi Wilayah Usaha Pertambangan Khusus (WUPK). Untuk dapat melakukan perubahan status dari WPN menjadi WUPK diaksanakan dengan mempertimbangkan hal-hal yang ditetapkan Pasal 28 UU No.4 Tahun 2009 (Dibaca, ada dalam UU tersebut) Lanjutan
Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan di WUPK dilakukan
dengan pemberian izin yang disebut Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Adapun kriteria untuk menetapkan 1 (satu) atau beberapa WIUPK dalam 1 (satu) WUPK sesuai Pasal 32 UU No.4 Tahun 2009. (Dibaca, ada dalam UU tersebut)