KESEHATAN
Disusun oleh :
Muhammad Rofi Kedokteran/2018
Ghista Kurnia Kencana Farmasi/2018
UNIVERSITAS GUNADARMA
2020
Lampiran 2
KESEHATAN
1. Muhammad Rofi
2. Ghista Kurnia Kencana
Saya bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa benar karya tulis dengan
judul tersebut diatas merupakan karya orisinal saya dan belum pernah
dipublikasikan dan/atau memenangkan lomba sejenis di tempat lain. Demikian
pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, dan apabila terbukti terdapat
pelanggaran di dalamnya, maka saya siap untuk didiskualifikasi dari kompetisi ini
sebagai bentuk tanggung jawab saya.
(Muhammad Rofi)
1
KESEHATAN
2
KESEHATAN
disebut sebagai mood campuran. Gangguan mood yang paling umum dan mudah
ditemukan adalah gangguan depresi mayor dengan episode tunggal atau berulang.
Gangguan depresi terdiri dari sekelompok penyakit heterogen yang dicirikan
dengan adanya perubahan kognitif, neurovegetatif dan psikomotor. Depresi saat ini
merupakan kondisi medis yang paling mematikan keempat didunia dan diprediksi
menjadi yang kedua setelah penyakit jantung iskemik yang berkaitan dengan
kecacatan pada tahun 2020.
Depresi adalah gangguan multifakorial dengan berbagai faktor risiko seperti
genetik, pola asuh orang tua dan perilaku atau kebiasaan sehari-hari sehingga
mempengaruhi gen dan produk protein dalam otak yang menentukan koneksi dan
fungsi neuronal. Oleh karena itu, faktor genetik dan lingkungan dapat berpengaruh
dalam etiologi dan pengobatan depresi. Perjalanan penyakit depresi disebutkan
bahwa terjadi penurunan jumlah neurotransmiter (senyawa pembawa sinyal) seperti
norepinefrin (NE), serotonin (5-HT) dan dopamin dalam otak. Perubahan patologis
pada reseptor terjadi karena terlalu kecilnya stimulasi monoamin sehingga dapat
menyebabkan depresi. Tidak beraturannya sistem homeostatik neurotransmitter
dapat menggangu aktivitas otak pada individu. Diagnosis gangguan depresi
membutuhkan salah satu kriteria yaitu suasana hati disforik (kurangnya gairah
hidup) dan penurunan minat dalam kegiatan sehari-hari. Gejalanya paling tidak
selama 2 minggu. Secara ringkas gejala depresi meliputi :
- Mood depresi sepanjang hari, misalnya, perasaan sedih, kosong, dan tidak ada
harapan
- Penurunan minat atas seluruh rasa senang dalam aktivitas harian, yang ditandai
oleh perasaan subyektif atau objektif
- Kehilangan atau peningkatan berat badan yang nyata tanpa usaha khusus,
contohnya perubahan 5% atau lebih berat badan dalam 1 bulan terakhir, atau
penurunan dan peningkatan nafsu makan yang hampir terjadi setiap hari.
- Sulit tidur atau tidur berlebih hampir setiap hari
- Kelelahan atau kehilangan energi setiap hari
- Perasaan tidak berguna atau adanya rasa bersalah yang berlebihan
- Penurunan kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi, dan penuh keragu-raguan
setiap hari
3
KESEHATAN
4
KESEHATAN
kurang tidur. Berdasarkan data epidemiologi sekitar 30% orang dewasa mengalami
insomnia dan 10% diantaranya mengalami insomnia dengan keparahan berat,
sehingga berdampak terhadap kualitas hidup. Sebuah studi meta-analisis dari 29
studi mengenai insomnia mendapatkan wanita (41%) lebih berisiko mengalami
insomnia dibanding laki-laki. Pada studi lain yang dilakukan oleh National Sleep
Foundation mendapatkan 57% wanita mengalami insomnia paling tidak beberapa
malam dalam seminggu.
Insomnia secara umum terjadi karena faktor pemicu seperti kecemasan yang
berlebihan dan depresi, sehingga tubuh memberikan respon melalui mekanisme
hipothalamaus-pituitari-aksis (HPA). Hypothalamus diaktifkan oleh faktor pemicu
stress sehingga menghasilkan Corticotropin Releasing Hormone (CRH) yang
merangsang hipofisis menghasilkan Adrenocorticotropic Hormone (ACTH).
ACTH dilepas ke dalam aliran darah dan dan menyebabkan korteks kelenjar adrenal
melepas hormon kortisol. Kadar kortisol yang tinggi menyebabkan melatonin darah
menjadi rendah, kemudian merangsang sistem saraf simpatis sehingga
menyebabkan kondiri terus terjaga.
Kaitan kecemasan, depresi, dan insomnia pada tim medis dalam menghadapi
kondisi pandemi COVID-19
Kecemasan yang berlebihan pada tim medis, seperti kekhawatiran mengenai
keselamatan dirinya, keluarganya, rekan kerja, dan pasien yang dirawat membuat
mereka merasakan dampak negatif dalam perilakunya, sehingga menyebabkan
depresi yang mendalam, rasa sedih yang berlebihan atau kurangnya rasa bahagia.
Hal tersebut membuat faktor stres meningkat yang dapat membuat terkativasinya
mekanisme HPA sehingga hormon melatonin (hormon tidur) menurun seiring
meningkatknya hormon kortisol. Dampaknya membuat tim medis cepat kelelahan
dan tidak fokus atau konsentrasi dalam menangani dan merawat pasien-pasien,
sehingga terjadinya penurunun kualitas pelayanan rumah sakit. Jadwal dan kondisi
yang tidak menentu membuat tim medis merasa diserang dari berbagai kondisi dan
faktor.
5
KESEHATAN
6
KESEHATAN
ventilator dan obat-obatan di beberapa rumah sakit. Hal tersebut dapat membuat
para tim medis merasa tertekan dan kecewa terhadap otoritas negara yang mereka
harapkan dapat memenuhi kebutuhan kesehatan. Tim medis akan merasa cemas
melihat pasien yang dirawat tidak mendapatkan pelayanan yang tepat.
Kurangnya motivasi eksternal dari Rumah Sakit
Kesibukan dan kelelahan para tim medis membuat jiwa dan fisik mereka
membutuhkan kekuatan psikis dari diri sendiri dan dari sistem yang mendukung.
Motivasi eksternal sangat penting untuk mengisi kembali semangat para tim medis,
membuat mereka merasa dihargai dan menjadi harapan bagi seluruh masyarakat.
Apabila mereka tidak mendapatkan motivasi eksternal tersebut mereka akan
menimbulkan rasa cemas. Hal ini sesuai dengan dengan kalimat sebelumnya bahwa
kecemasan mereka terkait dengan keselamatan dirinya, keluarganya, rekan kerja,
dan pasien yang dirawat membuat mereka merasakan dampak negatif dalam
perilakunya, sehingga menyebabkan depresi yang mendalam, rasa sedih yang
berlebihan atau kurangnya rasa bahagia. Contoh kegiatan yang bisa dibuat oleh
otoritas rumah sakit seperti : Olahraga dan sesi sharing bersama, pemberian reward
lebih kepada mereka, dan mendukung peran mereka melalui poster-poster
motivasi, kebahagiaan, dan kebanggaan menjadi seorang tim medis.
Framing Media
Media yang antusias namun membuat narasi yang berlebihan dapat menimbulkan
framing. Framing media adalah teori atau proses tentang bagaimana pesan media
massa mendapat perspektif, sudut pandang, atau bias dengan memberikan
penonjolan pada aspek tertentu. Pada analisis framing media bagian tertentu saja
yang lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting dan lebih mengena
dalam pikiran khalayak ditampilkan ke hadapan publik. Framing media bisa
menjadi hal yang sangat krusial terhadap arah dari pemberitaan. Hal ini menjadi
titik poin apakah berita tersebut memberi narasi positif, negatif, kesedihan ataupun
motivasi. Banyak framing media di masa pandemi ini memberikan informasi yang
sebenarnya, namun narasi yang mereka buat dapat menyebabkan penurunan tingkat
kesehatan mental para tim medis di garda terdepan. Salah satu contoh berita yang
sering dibicarakan adalah terkait banyaknya tim medis yang meninggal karena
Covid–19. Hal tersebut secara tidak langsung membuat kecemasan atau depresi
7
KESEHATAN
terhadap tim medis itu sendiri. Narasi-narasi yang dibuat seperti “kisah pilu” atau
“40 tim medis yang meninggal” yang memang menjadi suatu hal yang patut
dihormati dari seorang tim medis, namun di sisi sebaliknya justru membuat mental
tim medis yang bekerja di lapangan menjadi menurun karena merasa tidak aman
dan kecemasan yang berlebihan. Hal ini bisa dibuat dengan meminimalisir berita
tersebut dan memperbanyak berita positif untuk meningkatkan motivasi eksternal
tim medis itu sendiri. Cara-cara untuk meningkatkan motivasi adalah menuliskan
seperti narasi “Lagu Dokter Timnas Indonesia Untuk Tim Medis Corona”, “Beri
Semangat Tim Medis Lawan Covid-19, Para Musisi Luncurkan Video Musik
Indonesia Pasti Bisa”. Kalimat-kalimat positif ini seakan-akan memberi harapan
dan kebanggaan terhadap semangat dan kerja keras tim medis menghadapi virus
pandemik Covid-19.
Kepatuhan masyarakat
Kurang patuhnya masyarakat dengan anjuran pemerintah seperti dirumah saja,
physical distanding, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), penggunaan masker
dan cuci tangan dengan sabun yang kurang optimal dijalankan oleh masyakarat
sehingga membuat risiko terinfeksi tinggi, terjadi peningkatan kasus yang
menimbulkan kecemasan tim medis akibat peningkatan kasus. Kurangnya
pengetahuan tentang pengendalian dan pencegahan membuat risiko terinfeksi
tinggi dan membuat mereka merasa tidak aman dan cemas.
Tidak ada jaminan kesehatan dari otoritas kesehatan
Beberapa penelitian di Wuhan menyebutkan beberapa tim kesehatan belum
memiliki jaminan kesehatan karena belum memenuhi prosedur. Oleh karena itu
pentingnya otoritas kesehatan memberikan jaminan kesehatan terhadap tim medis
yang berjuang di garda terdepat. Tim medis setidaknya bisa tenang dalam bekerja
dan termotivasi dengan jaminan kesehatan yang diberikan.
Istirahat yang kurang memadai
Banyaknya pasien yang bertambah menimbulkan banyaknya tanggung jawab
pekerjaan dan pelayanan dengan waktu yang lebih panjang membuat tim medis
cepatkelelahan. Hal tersebut mempengaruhi kualitas tidur dan efektifitas diri
mereka. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dampak yang terjadi
ketika tim medis ketika insomnia adalah kelelahan, gangguan atensi, konsentrasi,
8
KESEHATAN
Faktor-faktor motivasi positif seperti dari keluarga dan kolega yang mendukung,
perasaan bangga karena berpengalaman merawat pasien di masa pandemi dan
berperan di garda terdepan, penghargaan oleh sejawat atau pasien, rasa disadari
bahwa penting keberadaannya dan penerimaan terhadap tim medis perlu diperkuat
untuk meningkatkan moral dan semangat mereka. Hasil penelitian berbeda yaitu
dengan subyek total sekitar 2.182 orang (tim kesehatan 927 dan tim non kesehatan
1.255) menunjukkan bahwa 87,8 % tidak depresi, namun 12,2% tim medis masih
depresi. Banyaknya tim medis yang tidak depresi pada penelitian ini karena tim
medis mempunyai komitmen dan kesepakatan terhadap moralitas kesehatan dan
pelayanan bagi seluruh masyarakat, sehingga mereka siap menghadapi berbagai
risiko terkait pandemi ini.
Depresi, kecemasan, insomnia dan gangguan kesehatan mental lainnya merupakan
gejala yang sering dialami oleh para tim medis menurut beberapa penelitian di
China. Banyaknya faktor- faktor pemicu tersebut berpengaruh terhadap penurunan
tingkat kesehatan mental mereka, khususnya dalam melakukan pelayanan
kesehatan yang berakibat pada menurunnya kualitas pelayanan. Oleh karena itu, hal
9
KESEHATAN
10
KESEHATAN
Daftar Pustaka
11
KESEHATAN
12