PBL SK2 Ipt
PBL SK2 Ipt
2. Bunyaviridae
Sferis, diameter 80-120 nm. Genom : RNA untai tunggal, bersegmen tiga, sense negatif atau ambisense, ukuran
total 11-21 kb. Virion mengandung transkiptase. Empat polipeptida utama. Selubung. Replikasi : sitoplasma.
Penyusunan : membentuk penonjolan pada membran halus sistem golgi.
3. Filoviridae
Filamen panjang, diameter 80 nm x variasi panjang (>10000 nm), walaupun kebanyakan rata-rata sekitar
1000nm. Genom : RNA untai tunggal, sense negatif, tidak bersegmen, ukuran 19 kb. Tujuh polipeptida. Selubung.
Replikasi : sitoplasma. Penyusunan : membentuk penonjolan dari membran sel.
4. Flaviviridae
Sferis, diameter 40-60 nm. Genom : RNA untai tunggal, sense positif, berukuran 11kb. Genom : RNA infeksius.
Selubung. Tiga atau empat polipeptida struktural, dua terglikolisasi. Replikasi : sitoplasma. Penyusunana :
didalam retikulum endoplasma. Semua virus berkaitan secara serologis.
5. Reoviridae
Sferis, diameter 60-80 nm. Genom : RNA untai ganda, 10-12 segmen linear, ukuran total 16-27 kbp. Tidak
berselubung. 10-12 polipeptida struktural. Replikasi dan penyusunan : sitoplasma.
6. Togaviridae
Sferis, diameter 70 nm, nukleokapsid memiliki 42 kapsomer. Genom : RNA untai tunggal, sense positif, ukuran
9,7-11,8 kb. Selubung. Tiga atau empat polipeptida struktural, dua terglikosilasi. Replikasi : sitoplasma.
Penyusunan : penonjolan dari membran sel penjamu. Semua virus berhubungan secara serologis.
7. Rhabdoviridae
Bulat, diameter 60-80 nm. Genom : RNA untai ganda, 10-12 segmen linear, ukuran total 10-27 kb. Tidak
berselubung 10-12 polipeptida struktural. Replikasi dan penyusunan : sitoplasma
1
Berukuran lebih kecil dari nyamuk culex.
Warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih terutama pada kakinya,mempunyai gambaran lira (lyre-
form)yang putih pada punggungnya (mesonotum).
Telur mempunyai dinding yang bergaris-garis dan mempunyai gambaran kain kasa.
Larva mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir yang berduri lateral.
Nyamuk betina meletakkan telurnya di dinding tempat perindukannya 1-2 cm di atas permukaan air.Meletakkan
rata-rata 100 butir telur tiap kali bertelur.Setelah 2 hari telur → larva → pengelupasan kulit sebanyak 4 kali →
pupa → dewasa (butuh waktu 9 hari).
Perindukan pada air bersih.
Di tempat perindukan aedes aegypti ditemukan bersama aedes albopictus yang hidup bersama-sama
b. Pemberantasan jentik
Biasanya dikenal dengan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk),dilakukan dengan cara :
Kimia : dengan larvasida yang dikenal dengan abatisasi,yang biasa digunakan adalah
termefos.Formulasi termefos yang digunakan adalah granules (sandgranules).Dosis yang digunakan 1
ppm atau 10 gram (± 1 sendok makan rata) untuk setiap 100 liter air.Abatisasi ini mempunyai efek
residu 3 bulan.
Biologi : memelihara ikan pemakan jentik
Fisik : Dengan 3M (Menutup,mengubur, dan menguras),yaitu menutup tempat penampungan air
rumah tangga,menguras bak mandi dan tempat lainnya,mengubur atau memusnahkan barang-barang
bekas.Dilakukan kurang lebih seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang dengan baik di
tempat itu.
2
TIU 3 Memahami dan menjelaskan demam berdarah dengue.
TIK 3.1 Definisi
Demam berdarah dengue adalah penyakit swasirna, akut dan klasik (biasanya berlangsung 5 sampai 7 hari) yang
ditandai dengan demam, lesu, nyeri kepala, mialgia, ruam, limfadenopati, dan leukopenia yang disebabkan oleh empat
jenis virus dengue yang secara antigen berbeda. Terjadi secara edemik dan sporadik di india, jepang, afrika barat,
daerah timur Mediterania, Asia Tenggara, Indonesia, Timur laut Australia, Polinesia, Karibian, dan bagian utara
Amerika Selatan. Ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama A. Eagypti, A. Albopictus, dan A.
Polynesiensis. Disebut juga Aden, Breakbone, dady atau Dengue fever.
Pada demam berdarah dengue ( DBD) terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hemotokrit) atau penumpukan caurab di rongga tubuh. Sindrom rejatan dengue(dengue schock
syndrome ) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh rejatan/ syok
Volume Plasma
Fenomena patofisiologi utama yang menetukan derajat penyakit dan membedakan antara DD dengan DBD ialah
peningkatan dinding pembuluh darah, penurunan volume plasma, terjadiny a hipotensi, trombosito penia, serta
diatesis hemoragik. Penyelidikan volume plasma pada kasus DBD menggunakan 131 Iodine labelled human albumin
sebagai indikator membuktikan bahwa plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari pernulaan masa
demam dan mencapai puncaknya pada masa syok. Pada kasus berat, syok terjadinya secara akut, nilai hematokrit
meningkat bersamaan dengan menghilangnya plasma melaui endotel dinding pembuluh darah. Meningginya nilai
hematokrit pada kasus syok menimbulkan dugaan bahwa syok terjadi akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra
vaskular (ruang interstisial dan rongga serosa) melalui kapiler yang rusak. Bikti yang mendukung dugaan ini ialah
meningkatnya berat badan, ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu ronga peritonium , pleura
dan perikardium yang pada otpsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melaui infus, dan terjadinya edema.
Pada sebagian besar kasus, plasma yang menghilang dapat diganti secara efektif dengan membarikan plasma atau
ekspander plasma. Pada amsa dini dapat diberikan cairan yang mengandung elektrolit. Syok terjadi secara akut dan
perbaikan klinis terjadi secara cepat dan drastis. Sedangkan pada otopsi tidak ditemukan kerusakan dinding
pembuluh darah yang crsifat destruktif atau akibat radang, sehingga menimbulkan dugaan bahwa perubahan
fungsional pembuluh darah agaknya disebabkan oleh mediator farmakologis yang bekerja secara cepat. Gambaran
mikroskop elektron biopsi kulit pasien DBD pada masa akut memperlihatkan kerusakan sel endotel vaskular yang
mirip dengan luka akibat anoksia atau luka bakar, gambaran itu juga mirip dengan binatang yang diberi histamin atau
serotonin atau dibuat keadaan trombositopenia.
Trombositopenia
Trombopositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditemukan pada sebagian besar kasus DBD. Nilai
trombosit mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai terendah pada masa syok. Jumlah trombisit secara
cepat meningkat pada masa konvalesens dan nilai normalnya biasa tercapai 7-10 hari sejak permulaan sakit.
Trompositopenia yang dihubungkan dengan meningkatnya megakariosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya
3
masa hiduptrombosit diduga akibat meningkatnya destruksi trombosit. Dugaan lain trombositopenia ialah depresi
fungsi megakariosit. Penyelidikan denagn radioisotop membuktikan bahwa penghancuran trombosit terjadi dalam
sistem retikuloendontel, limfe, hati. Penyebab peningkatan destruksi trombosit tidak diketahui, namun beberapa
faktor dapat menjadi penyebab yaitu virus dengue, komponen aktif sistem komplemen, kerusakan endotel dan
aktivasi sistem pembekuan darah secara bersamaan atau secar terpisah. Lebih lanjut fungsi trombosit terbukti
menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti ditemui kompleks imun dalam peredaran darah.
Trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit dianggap sebagai penyebab utama terjadinya pendarahan DBD.
4
Kompleks antigen-antibody tersebut akan melepaskan zat-zat yang merusak sel-sel pembuluh darah,yang di sebut
dengan proses autoimun.Proses tersebut menyebabkan permiabilitas kapiler meningkat yang salah satunya
ditunjukan dengan melebarnya pori-pori pembuluh darah kapiler.Hal tersebut akan mengakibatkan bocornya sel-sel
darah,antara lain trombosit dan eritrosit.Akibatnya,tubuh akan mengalami perdarahan mulai dari bercak sampai
perdarahan hebat pada kulit,saluran pencernaan(muntah darah,bercak darah),saluran pernafasan(mimisan,batuk
darah),dan organ vital(jantung,hati,ginjal)yang sering mengakibatkan kematian.
Berdasarkan data yang ada,terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya
demam berdarah dengue dan sindrom rejatan dengue.
respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah :
a). respon humoral berupa pembentukan antibody yang berperan dalam proses netralisasi virus,sitolisis
yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibody.Antibodi terhadap virus dengue
berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag.Hipotesis ini di sebut antibody
dependent enhancement(ADE).
b). limfosit T baik T-helper(CD4) dan T sitotoksik (CD8)berperan dalam respon imun seluler terhadap virus
dengue.Diferensiasi T-helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon gamma,IL-2 dan limfokin,sedangkan
TH2 memproduksi IL-4,IL-5,IL-6 dan IL-10.
c).Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosit virus dengan opsonisiasi antibody.Namun proses
fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasivirus dan sekresi sitokin oleh makrofag.
d).selain itu aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a.
DHF terjadi bia terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe yang berbeda.Re-infeksi menyebabkan reaksi amnestik
antibody sehingga mengakibatkan konsentrasi kompleks imun yang tinggi.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme :
1).supresi sumsum tulang,dan
2).destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit.
5
Pemeriksaan Radiologi
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi apabila terjadi pemrembesan plasma
hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi
lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada posisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi
dengan pemeriksaan USG.
Pada kasus SSD cairan kristaloid adalah pilihan utama yang diberikan. Selain resusitasi cairan, penderita juga
diberikan oksigen 2-4 liter/menit. Pemeriksaan-pemeriksaan yang harus dilakukan adalah pemeriksaan darah perifer
lengkap (DPL), hemostatis, analisi gas darah, kadar natrium, kaliun dan klorida, serta ureum dan kreatinin.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Geo, dkk. 2008. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, dan Adelberg. Jakarta: EGC.
Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC.
Garna Herry, dkk. 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
Jawetz, dkk. 2007. Mikrobiologi kedokteran edisi 23. Jakarta: ECG.
Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
Staf Pengajar FKUI. 1994. Mikrobiologi Kedokteran edisi revisi. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Sudoyo A W, dkk. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi 5 jilid 3. Jakarta: Interna publishing.
Sutanto inge,dkk. 2008. Buku ajar parasitologi kedokteran edisi keempat. Jakarta: Balai penerbit FKUI
Widoyono. 2008. Penyakit tropis epidemiologi, penularan, pencegahan dan pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.