Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS
VENTILATOR MEKANIK (VN)

Dhora Surya Amanda


21117035

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat


dan karunia yang telah diberikan kepada kami sehingga bisa menyelesaikan
Makalah Keperawatan Kritis “Ventilator Mekanik (VM)”.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun saya menyadari bahwa dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan dari beberapa orang, sehingga kendala-kendala
yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. ALLAH SWT yang telah memberikan kami rezeki, rahmat, dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik
2. Ibu Miranti Florencia Iswari S. Kep. Ns., M.Kep selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Kritis yang telah memberikan instruksi kepada kami sehingga
kami termotivasi dan menyelesaikan tugas makalah ini.
3. Rekan – rekan yang telah turut membantu dan mendukung berbagai kesulitan
sehingga tugas ini selesai.
Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini dan bila untuk makalah selanjutnya.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai, Aamiiin
Palembang, 10 Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan masalah ........................................................................................ 2
1. Tujuan umum ........................................................................................ 2
2. Tujuan khusus ........................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI .............................................................................. 3
1. Definisi .................................................................................................... 3
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi.................................................... 3
3. Tujuan ventilasi mekanik .......................................................................... 8
4. Indikasi Ventilasi Mekanik ....................................................................... 9
5. Klasifikasi ventilator mekanik .................................................................. 9
6. Komplikasi ventilator mekanik ............................................................... 10
7. Mekanisme ventilator mekanik ............................................................... 12
8. Penataan/Setting Awal Ventilator Mekanik............................................. 13
9. Weaning Ventilator Mekanik .................................................................. 14
10. Faktor Yang Mempengaruhi Lamanya Ventilan Mekanik ....................... 15
11. Monitoring Pasien Ventilasi Mekanik ..................................................... 16
12. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Ventilasi Mekanik ........................ 17
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 21
A. Kesimpulan ............................................................................................ 21
B. Saran ......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ventilasi mekanik (ventilator) memegang peranan penting bagi
dunia keperawatan kritis, dimana perannya sebagai pengganti bagi fungsi
ventilasi bagi pasien dengan gangguan fungsi respiratorik (Sundana,
2014). Ventilator merupakan alat bantu pernafasan bertekanan negatif atau
positif yang menghasilkan udara terkontrol pada jalan nafas sehingga
pasien mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam
jangka waktu lama. Dimana tujuan dari pemasangan ventilator tersebut
adalah mempertahankan ventilasi alveolar secara optimal untuk memenuhi
kebutuhan metabolik pasien, memperbaiki hipoksemia, dan
memaksimalkan transport oksigen (Purnawan. 2010).
Dua cara dalam menggunakan ventilasi mekanik yaitu secara
invasif dan non invasif. Pemakaian secara invasif dengan menggunakan
pipa Endo Tracheal Tube (ETT) yang pemasangannya melalui intubasi,
dimana pemasangan pada pipa ETT akan menekan sistem pertahanan host,
menyebabkan trauma dan inflamasi lokal, sehingga meningkatkan
kemungkinan aspirasi patogen nasokomial dari oropharing disekitar cuff
(Setiadi & Soemantri, 2009). Pemakaian secara non invasif dengan
menggunakan masker, penggunaan ventilator non invasif ini di ICU jarang
ditemukan, karena tidak adekuatya oksigen yang masuk kedalam paru-
paru, kecenderungan oksigen masuk kedalam abdomen, maka dari itu
pemakaian ventilator non invasif jarang sekali digunakan (Sherina &
RSCM, 2010).

B. Rumusan masalah
Untuk mengetahui bagaimana penerapan ventilasi mekanik (VN).

1
C. Tujuan masalah
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa Ilmu Keperawatan mengetahui bagaimana penerapan
dari ventilaor mekanik (VN).

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengatahui definisi ventilasi mekanik (VN).
b. Untuk mengtahui anatomi siistem pernafasan.
c. Untuk mengtahui tujuan dari ventilasi mekanik (VN).
d. Untuk mengetahui indikasi ventilasi mekanik (VN).
e. Untuk mengetahui klasifikasi dari ventilasi mekanik (VN).
f. Untuk mengtahui komplikasi dari ventilasi mekanik (VN).
g. Untuk mengetahui mekanisme inspirasi ventilasi mekanik (VN).
h. Untuk mengetahui setting dari ventilasi mekanik (VN).
i. Untuk mengetahui weaning ventilasi mekanik (VN).
j. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penggunaan ventilasi
mekanik (VN).
k. Untuk mengetahui monitoring ventilasi mekanik (VN).
l. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari ventilasi mekanik (VN).

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Ventilasi Mekanik
1. Definisi
Ventilasi mekanik adalah suatu alat mekanik yang berfungsi
memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan
udara positif pada paru – paru melalui jalan nafas buatan adalah alat
yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proeses
ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi (Brunner dan
Suddarth.2002).
Ventilasi mekanik adalah alat bantu mekanik yang berfungsi
memberikan bantuan nafas dengan cara memberikan tekanan udara
positif pada paru –paru melalui jalan buatan. Ventilasi mekanik
merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan intensif atau ICU.
Ventilasi mekanik (ventilator) adalah suatu sistem alat bantuan
hidup yang dirancang untuk menggantikan atau menunjang fungsi
pernafasan yang normal. Tujuan utama pemberian dukungan ventilasi
mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran udara
dan memperbaiki fungsi pernafasan kembali ke keadaan normal.

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi


Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk
melakukan respirasi dimana respirasi merupakan proses mengumpulkan
oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Fungsi utama sistem
respirasi adalah untuk memastikan bahwa tubuh mengekstrak oksigen
dalam jumlah yang cukup untuk metabolisme sel dan melepaskan
karbondioksida (Peate and Nair, 2011).

3
Gambar 2.1
Organ respirasi tampak depan (Tortora dan Derrickson, 2014)

Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem


pernafasan bawah. Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan
laring. Sedangkan sistem pernafasan bawah terdiri dari trakea, bronkus
dan paru-paru (Peate and Nair, 2011).
a. Hidung
Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ
pertama dalam sistem respirasi yang terdiri dari bagian eksternal
(terlihat) dan bagian internal. Di hidung bagian eksternal terdapat
rangka penunjang berupa tulang dan hyaline kartilago yang
terbungkus oleh otot dan kulit. Struktur interior dari bagian
eksternal hidung memiliki tiga fungsi : (1) menghangatkan,
melembabkan, dan menyaring udara yang masuk; (2) mendeteksi
stimulasi olfaktori (indra pembau); dan (3) modifikasi getaran suara
yang melalui bilik resonansi yang besar dan bergema. Rongga
hidung sebagai bagian internal digambarkan sebagai ruang yang
besar pada anterior tengkorak (inferior pada tulang hidung; superior
pada rongga mulut); rongga hidung dibatasi dengan otot dan
membrane mukosa (Tortorra and Derrickson, 2014).
b. Faring
Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong dengan
panjang 13 cm. Dinding faring disusun oleh otot rangka dan

4
dibatasi oleh membrane mukosa. Otot rangka yang terelaksasi
membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila otot rangka
kontraksi maka sedang terjadi proses menelan. Fungsi faring adalah
sebagai saluran untuk udara dan makanan, menyediakan ruang
resonansi untuk suara saat berbicara, dan tempat bagi tonsil (berperan
pada reaksi imun terhadap benda asing) (Tortorra and Derrickson,
2014)
c. Laring
Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal
dan 3 bagian berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah
kartilago arytenoid, cuneiform, dan corniculate. Arytenoid adalah
bagian yang paling signifikan dimana jaringan ini mempengaruhi
pergerakan membrane mukosa (lipatan vokal sebenarnya) untuk
menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian tunggal
adalah tiroid, epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya
berfungsi melindungi pita suara. Epiglotis melindungi saluran
udara dan mengalihkan makanan dan minuman agar melewati
esofagus (Peate and Nair, 2011).
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang
dilewati udara dari laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi
oleh epitel kolumnar bersilia sehingga dapat menjebak zat selain
udara yang masuk lalu akan didorong keatas melewati esofagus
untuk ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan bronkus
juga memiliki reseptor iritan yang menstimulasi batuk, memaksa
partikel besar yang masuk kembali keatas (Peate and Nair, 2011).

5
e. Bronkus

Gambar 2.2 Struktur bronkus (Martini et al., 2012)

Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus


kanan dan kiri, yang mana cabang-cabang ini memasuki paru
kanan dan kiri pula. Didalam masing-masing paru, bronkus terus
bercabang dan semakin sempit, pendek, dan semakin banyak
jumlah cabangnya, seperti percabangan pada pohon. Cabang
terkecil dikenal dengan sebutan bronchiole (Sherwood, 2010).
Pada pasien PPOK sekresi mukus berlebih ke dalam cabang
bronkus sehinga menyebabkan bronkitis kronis.
f. Paru
Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus.
Terdapat tiga lobus di paru sebelah kanana dan dua lobus di paru
sebelah kiri. Diantara kedua paru terdapat ruang yang bernama
cardiac notch yang merupakan tempat bagi jantung. Masing-
masing paru dibungkus oleh dua membran pelindung tipis yang
disebut parietal dan visceral pleura. Parietal pleura membatasi
dinding toraks sedangkan visceral pleura membatasi paru itu
sendiri. Diantara kedua pleura terdapat lapisan tipis cairan pelumas.
Cairan ini mengurangi gesekan antar kedua pleura sehingga kedua
lapisan dapat bersinggungan satu sama lain saat bernafas. Cairan

6
ini juga membantu pleura visceral dan parietal melekat satu sama
lain, seperti halnya dua kaca yang melekat saat basah (Peate and Nair,
2011).

Gambar 2.3 Alveoli (Sherwood, 2010)


Cabang-cabang bronkus terus terbagi hingga bagian terkecil
yaitu bronchiole. Bronchiole pada akhirnya akan mengarah pada
bronchiole terminal. Di bagian akhir bronchiole terminal terdapat
sekumpulan alveolus, kantung udara kecil tempat dimana terjadi
pertukaran gas (Sherwood, 2010). Dinding alveoli terdiri dari dua
tipe sel epitel alveolar. Sel tipe I merupakan sel epitel skuamosa
biasa yang membentuk sebagian besar dari lapisan dinding
alveolar. Sel alveolar tipe II jumlahnya lebih sedikit dan ditemukan
berada diantara sel alveolar tipe I. sel alveolar tipe I adalah tempat
utama pertukaran gas. Sel alveolar tipe II mengelilingi sel epitel
dengan permukaan bebas yang mengandung mikrofili yang
mensekresi cairan alveolar. Cairan alveolar ini mengandung
surfaktan sehingga dapat menjaga permukaan antar sel tetap
lembab dan menurunkan tekanan pada cairan alveolar. Surfaktan
merupakan campuran kompleks fosfolipid dan lipoprotein.
Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara ruang udara dan
darah terjadi secara difusi melewati dinding alveolar dan kapiler,

7
dimana keduanya membentuk membran respiratori (Tortora dan
Derrickson, 2014).
Respirasi mencakup dua proses yang berbeda namun tetap
berhubungan yaitu respirasi seluler dan respirasi eksternal.
Respirasi seluler mengacu pada proses metabolism intraseluler
yang terjadi di mitokondria. Respirasi eksternal adalah serangkaian
proses yang terjadi saat pertukaran oksigen dan karbondioksida
antara lingkungan eksternal dan sel-sel tubuh (Sherwood, 2014).
Terdapat empat proses utama dalam proses respirasi ini yaitu:
 Ventilasi pulmonar – bagaimana udara masuk dan keluar dari
paru

 Respirasi eksternal – bagaimana oksigen berdifusi dari paru ke


sirkulasi darah dan karbondioksida berdifusi dari darah ke paru.

 Transport gas – bagaimana oksigen dan karbondioksida dibawa


dari paru ke jaringan tubuh atau sebaliknya .

 Respirasi internal – bagaimana oksigen dikirim ke sel tubuh dan


karbondioksida diambil dari sel tubuh .
(Peate and Nair, 2011).

3. Tujuan ventilasi mekanik


Tujuan ventilasi mekanik adalah untuk mempertahankan
ventilasi alveolar yang tepat untuk kebutuhan metabolik pasien dan
untuk memperbaiki hipoksemia dan memaksimalkan transpor oksigen
(Hudak & Gallo, 2010). Bila fungsi paru untuk melaksanakan
pembebasan CO2 atau pengambilan O2 dari atmosfir tidak cukup, maka
dapat dipertimbangkan pemakaian ventilator (Rab, 2007). Tujuan
fisiologis meliputi membantu pertukaran gas kardio-pulmonal
(ventilasi alveolar dan oksigenasi arteri), meningkatkan volume paru-
paru (inflasi paru akhir ekspirasi dan kapasitas residu fungsional), dan
mengurangi kerja pernafasan. Tujuan klinis meliputi mengatasi

8
hipoksemia dan asidosis respiratori akut, mengurangi distress
pernafasan, mencegah atau mengatasi atelektasis dan kelelahan otot
pernafasan, memberikan sedasi dan blokade neuromuskular,
menurunkan konsumsi oksigen, mengurangi tekanan intrakranial, dan
menstabilkan dinding dada (Urden, Stacy, Lough, 2010).

4. Indikasi Ventilasi Mekanik


Ventilasi mekanik diindikasikan untuk alasan fisiologis dan klinis
(Urden, Stacy, Lough, 2010). Ventilasi mekanik diindikasikan ketika
modalitas manajemen noninvasif gagal untuk memberikan bantuan
oksigenasi dan/atau ventilasi yang adekuat. Keputusan untuk memulai
ventilasi mekanik berdasarkan pada kemampuan pasien memenuhi
kebutuhan oksigenasi dan/atau ventilasinya. Ketidakmampuan pasien
untuk secara klinis mempertahankan CO2 dan status asam-basa pada
tingkat yang dapat diterima yang menunjukkan terjadinya kegagalan
pernafasan dan hal tersebut merupakan indikasi yang umum untuk
intervensi ventilasi mekanik (Chulay & Burns, 2006).

5. Klasifikasi ventilator mekanik


Ventilasi mekanik secara umum diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
a. Ventilator tekanan negative
Ventilator tekanan negative adalah yang memberikan tekanan
negatif pada intrathorak selama inspirasi memungkinkan udara
mengalir ke dalam paru. Ventilator ini digunakan pada kegagalan
pernapasan kronik dengan gangguan neurovascular seperti
miastenia gravis poliomyelitis, distrofi muscular dan sklerosis
lateral amiotrifik.
b. Ventilasi tekanan positif
Ventilasi tekanan positifyang meliputi pressure cycle ventilation,
time cycle ventilation dan volume cycle ventilation yang paling
banyak digunakan. Ventilator ini memberikan tekanan positifpada
jalan nafas sehingga mendorong alveoli untuk mengembang selama

9
inspirasi, sehingga memerlukan intubasi endotrakeal atau
trakeostomi. Ventilator ini digunakan pada penyakit/gangguan paru
primer.(Urden, Stacy, Lough, 2010).

6. Komplikasi ventilator mekanik


Komplikasi penggunaan ventilasi mekanik antara lain :
a. Komplikasi jalan nafas Jalur mekanisme pertahanan normal, sering
terhenti ketika terpasang ventilator, penurunan mobilitas dan juga
gangguan reflek batuk dapat menyebabkan infeksi pada paru-paru
(Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Aspirasi dapat terjadi
sebelum, selama, atau setelah intubasi. Risiko aspirasi setelah
intubasi dapat diminimalkan dengan mengamankan selang,
mempertahankan manset mengembang, dan melakukan suksion
oral dan selang kontinyu secara adekuat (Hudak & Gallo, 2010).
b. Masalah selang endotrakeal Bila selang diletakkan secara
nasotrakeal, infeksi sinus berat dapat terjadi. Kapanpun pasien
mengeluh nyeri sinus atau telinga atau terjadi demam dengan
etiologi yang tak diketahui, sinus dan telinga harus diperiksa untuk
kemungkinan sumber infeksi (Hudak & Gallo, 2010). Beberapa
derajat kerusakan trakeal disebabkan oleh intubasi lama. Stenosis
trakeal dan malasia dapat diminimalkan bila tekanan manset
diminimalkan. Sirkulasi arteri dihambat oleh tekanan manset 30
mmHg. Bila edema laring terjadi, maka ancaman kehidupan
pascaekstubasi dapat terjadi (Hudak & Gallo, 2010).
c. Masalah mekanis Malfungsi ventilator adalah potensial masalah
serius. Tiap 2 sampai 4 jam ventilator diperiksa oleh staf
keperawatan atau pernafasan. VT tidak adekuatdisebabkan oleh
kebocoran dalam sirkuit atau manset, selang, atau ventilator
terlepas, atau obstruksi aliran. Selanjutnya disebabkan oleh
terlipatnya selang, tahanan sekresi, bronkospasme berat, spasme
batuk, atau tergigitnya selang endotrakeal (Hudak & Gallo, 2010).
d. Barotrauma Ventilasi mekanik melibatkan „pemompaan” udara ke
dalam dada, menciptakan tekanan posistif selama inspirasi. Bila

10
PEEP ditambahkan, tekanan ditingkatkan dan dilanjutkan melalui
ekspirasi. Tekanan positif ini dapat menyebabkan robekan alveolus
atau emfisema. Udara kemudian masuk ke area pleural,
menimbulkan tekanan pneumothorak-situasi darurat. Pasien dapat
mengembangkan dispnea berat tiba-tiba dan keluhan nyeri pada
daerah yang sakit (Hudak & Gallo, 2010).
e. Penurunan curah jantung Penurunan curah ditunjukkan oleh
hipotensi bila pasien pertama kali dihubungkan ke ventilator
ditandai adanya kekurangan tonus simpatis dan menurunnya aliran
balik vena. Selain hipotensi, tanda dan gejala lain meliputi gelisah
yang dapat dijelaskan, penurunan tingkat kesadaran, penurunan
halauan urin, nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat, pucat,
lemah dan nyeri dada (Hudak & Gallo, 2010).
f. Keseimbangan cairan positif Penurunan aliran balik vena ke
jantung dirangsang oleh regangan reseptor vagal pada atrium
kanan. Manfaat hipovolemia ini merangsang pengeluaran
hormonantidiuretik dari hipofisis posterior. Penurunan curah
jantung menimbulkan penurunan haluaran urin melengkapi
masalah dengan merangsang respon aldosteron renin-angiotensin.
Pasien yang bernafas secara mekanis, hemodinamik tidak stabil,
dan yang memellukan resusitasi cairan dalam jumlah besar dapat
mengalami edema luas, meliputi edema sakral dan fasial (Hudak &
Gallo, 2010).
g. Peningkatan IAP Peningkatan PEEP bisa membatasi
pengembangan rongga abdomen ke atas. Perubahan tekanan pada
kedua sisi diafragma bisa menimbulkan gangguan dalam hubungan
antara intraabdomen atas dan bawah, tekanan intrathorak dan
intravaskuler intraabdomen (Valenza et al., 2007 dalam Jakob,
Knuesel, Tenhunen, Pradl, Takala, 2010). Hasil penelitian Morejon
& Barbeito (2012), didapatkan bahwa ventilasi mekanik
diidentifikasi sebagai faktor predisposisi independen untuk
terjadinya IAH. Pasien-pasien dengan penyakit kritis, yang

11
terpasang ventilasi mekanik, menunjukkan nilai IAP yang tinggi
ketika dirawat dan harus dimonitor terus-menerus khususnya jika
pasien mendapatkan PEEP walaupun mereka tidak memiliki faktor
risiko lain yang jelas untuk terjadinya IAH. Setting optimal
ventilasi mekanik dan pengaruhnya terhadap fungsi respirasi dan
hemodinamik pada pasien dengan acute respiratory distress
syndrome (ARDS) berhubungan dengan IAH masih sangat jarang
dikaji. Manajement ventilator yang optimal pada pasien dengan
ARDS dan IAH meliputi: monitor IAP, tekanan esofagus, dan
hemodinamik; setting ventilasi dengan tidal volume yang protektif,
dan PEEP diatur berdasarkan komplain yang terbaik dari sistem
respirasi atau paru-paru;sedasi dalam dengan atau tanpa paralisis
neuromuskular pada ARDS berat; melakukan open abdomen secara
selektif pada pasien dengan ACS berat (Pelosi & Vargas, 2012).

7. Mekanisme ventilator mekanik


Mekanisme Kerja Mekanisme kerja dari ventilator mekanik
adalah berupa support total atau support parsial. Pada suport total pola
pernafasan pasien digantikan secara total oleh ventilator. Contohnya
adalah pada kondisi paralisis otot-otot pernafasan ataupun sedasi.
Pada suport parsial, pasien hanya dibantu bernafas dengan
mengirimkan aliran inspirasi yang telah diatur dalam responnya pada
usaha inspirasi pasien, dan pasien dapat mengatur kurs respirasi,
durasi inspirasi dan ekspirasi serta rasio waktu inspirasi sampai total
durasi siklus pernapasan.
Terdapat beberapa fase dalam 1 siklus pernafasan secara
spontan maupun yang diperintah, yaitu fase pemicuan nafas, fase
penyokong, fase siklus dan fase basis atau ekspirasi. Variabel yang
mengatur pemicuan nafas adalah:
1. Machine timer (time trigger), digunakan selama suport total
dimana nafas dimulai saat pengaturan waktu untuk satu siklus
respirasi (waktu inspirasi dan ekspirasi) yang lengkap talah
dilakukan.

12
2. Patient trigger, digunakan selama support parsial dimana
tekanan dan aliran diatur oleh ventilator dan digunakan sebagai
variabel untuk menginisiasi pernafasan.
Saat nafas telah terpicu, katup inspirasi pada ventilator terbuka, dan
udara mengalir. Penghantaran aliran diatur oleh suatu batas yang
ditetapkan klinisi untuk ventilator selama inspirasi. Pada umumnya
terdapat batas yang digunakan:
1. flow target, yaitu laju aliran dan pola diatur oleh klinisi sehingga
dapat bervariasi
2. pressure target yaitu batas inspirasi yang diatur oleh klinisi; aliran
dan volume bervariasi. Fase penyokong (Limit phase), dimana
inspirasi akan diteruskan diikuti oleh fase siklus (cycling phase),
pada waktu mesin menghentikan nafas dengan empat kriteria cycle-
off yang sering digunakan:
a. Volume, nafas diberhentikan saat volume target sudah
terpenuhi.
b. Waktu (time), nafas dihentikan saat waktu inspirasi yang telah
ditentukan sudah terpenuhi.
c. Aliran (flow), aliran gas inspirasi dari ventilator akan berhenti
apabila alira.yang ditetapkan tercapai.
d. Tekanan (pressure), aliran gas inspirasi dari ventilator akan
berhenti apabila tekanan yang ditetapkan sudah tercapai.

8. Penataan/Setting Awal Ventilator Mekanik


Setelah pipa endotrakeal atau trakeostomi terpasang baik,
dilanjutkan dengan pemberian napas buatan dengan pompa manual,
sambil menilai masalah sistem organ yang lainnya. Kemudian
dilanjutkan dengan penataan ventilator :1 1. Volume tidal awal 10-15
ml/kgBB, volume ini 50% lebih besar dari ukuran normal. Tujuannya
adalah untuk membuka alveoli yang sempat kolaps atau atelektasis
agar pertukaran gas lebih baik. 2. Frekuensi ditentukan 12-15 menit
pada orang dewasa, relatif lebih lambat untuk mencegah kenaikan

13
rasio VD/VT (volume ruag rugi/volume tidal) 3. Rasio waktu inspirasi
: ekspirasi=I/E=1:2 menit 4. Fraksi inspirasi oksigen (FiO2)= 100%
selama 15-30 menit 5. Tekanan inflasi < 35-40 cmH2O untuk menegah
barotrauma atau goncangan fungsi kardiovaskular 6. Pemberian
volume inspirasi sekitar 2x atau lebih dikenal dengan istilah “sigh”
pada periode tertentu untuk mencegah atelektasis paru. Biasanya tidak
digunakan bila sudah mempergunakan volume tidak yang besar.
Setelah 15-30 menit aplikasi dilakukan, periksa analisis gas darah.
Berdasarkan hasil analisis gas darah ditentukan metode ventilasi
mekanik yang akan diberikan, tata kembali parameter tersebut diatas
apakah perlu PEP atau tidak. Setiap perubahan ventilasi mekanik 15-
30 menit kemudian periksa analisis gas darah untuk menilai kondisi
yang pantas bagi penderita

9. Weaning Ventilator Mekanik


Menurut Rokhaening et al. (2001) weaning ventilator adalah
usaha untuk melepaskan untuk penderita dari ketergantungan ventilator
mekanik yang dilakukan secara bertahap. Weaning ventilator adalah
pengurangan bantuan hingga penghentian pemberian terapi oksigen
ventilasi mekanik karena kebutuhan ventilasi pasien terpengaruhi.
Antisipasi penyulit penyapihan sebaiknya sudah dianalisa sebelum
ventilasi mekanik diaplikasika, begitu juga dengan jenis penyapihan
dan indikasi dari masing-masing jenis penyapihan ventilasi mekanik itu
sendiri untuk mengindari pengaplikasian yang berkepanjangan.

Tujuan weaning ventilator adalah mempersingkat kebutuhan


ventilasi mekanik sehingga resiko untuk terjadinya infeksi nosokomial
dapat diminimalisir dan lama perawatan diruang intensif dapat
dipersingkat.

14
10. Faktor Yang Mempengaruhi Lamanya Ventilan Mekanik
Lama dari proses penyapihan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Menurut Iwan dan Saryono pada tahun 2010 lama proses
penyapihan ventilator dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Faktor Nonventilator
 Penyalahgunaan obat sedasi Kebanyakan pasien dengan
penyakit kritis, mengalami gangguan renal dan hepar selama
masa sakitnya. Penggunaan obat sedatif jangka panjang yang
mempengaruhi eliminasi hepatorenal akan menyebabkan
atrofi otot pernapasan. Hal initerjadi karena otot tidak
digunakan dalam jangka waktu yang lama.
 Malnutrisi Keadekuatan fungsi otot tidak hanya tergantung
pada kekuatan otot, tapi juga pada normal fosfat, kalsium,
magnesium, dan potasium.
 Kurangnya dukungan psikologis bagi pasien.
 Kurangnya dukungan jantung jika terdapat kerusakan
ventrikel kiri.
b. Faktor ventilator
 Over ventilasi, menyebabkan disuse atrofi (atropi akibat
jarang digunakan) otot pernapasan.
 Under ventilation, menyebabkan kelelahan otot pernafasan.
Untuk pemulihan dibutuhkan waktu 48 jam. Kegagalan untuk
mengadopsi ventilasi yang aman bagi paru pada pasien
dengan gagal nafas akut atau kronis. Hal ini dapat
memperburuk resiko terjadinya kerusakan paru.

15
11. Monitoring Pasien Ventilasi Mekanik
Monitoring EtCO2 memberikan informasi potensi mengenai
produksi CO2 dan ventilasi informasi potensi mengenai produksi CO2
dan ventilasi. Kapnometrik atau kapnografi merupakan teknik
nonivasif yang memberikan analisis nafas ke nafas dan mencatat
secara kontinu status ventilasi. Monitoring EtCO2 memberikan tanda
peringatan awal akan adanya gangguan respirasi. Monitoring ini juga
mencerminkan perubahan perfusi kardiak dan telah digunakan untuk
mengindentifikasi keefektifitas kompresi dada pada kondisi henti
jantung. Alat ini juga digunakan untuk memastikan letak pipa
endotrakea sudah di tempat yang benar (Bauman dan Cosgrove,
2012). Karbon dioksida menyerap cahaya inframerah pada panjang
gelombang spesifik (4,26 µm). Konsentrasi CO2 pada sampel gas bisa
dihitung dengan spektroskopi absorpsi inframerah. Semakin besar
konsentrasi CO2 pada sampel, semakin banyak cahaya diserap,
sehingga menurunkan intensitas cahaya yang mencapai detektor
(Becker dan Langhand, 2013). Pengenalan monitoring CO2 ke dalam
praktik klinik merupakan salah satu kontribusi besar dalam
penanganan pasien. Pemantauan CO2 dari pernafasan
dipertimbangkan juga sebagai metode terbaik untuk memastikan
intubasi endotrakea (Hiller dan Mazurek, 2009).

16
12. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Ventilasi Mekanik

No Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan/Otcome Intervensi
(NOC) (NIC)
1. Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC: Penyapihan Ventilatsi
Definisi: diharapkan ketidakefektipan pola nafas dapat Mekanik
Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak dipertahankan dengan kriteria hasil: 1. Pertimbangkan kesipan klien dalam
ventilasi adekuat. proses penyapihan (misalnya,stabil
Batasan Karakteristik: NOC: Respon Penyapihan Ventilasi secara hemodinamika, kondisi
- Pola napas abnormal Mekanik: Dewasa yang membutuhkan ventilasi sudah
- Perubahan ekskursi dada No Indikator A T teratasi, kondisi sudah optimal
- Bradipnea 1. Tingkat pernapasan untuk penyapihan).
- Penurunan tekanan ekspirasi spontan 2. Monitor dan pastikan bahwa klien
- Penurunan tekanan inspirasi 2. Irama pernapasan bebas dari infeksi sebelum
- Dispnea spontan penyapihan.
Faktor yang berhubungan: 3. Kedalaman 3. Monitor status cairan dan elektrolit
- Ansietas pernapasan yang optimal.
- Hiperventilasi 4. Apikal denyut jantung 4. Suction jalan nafas jika diperlukan.

17
- Keletihan otot pernapasan apikal 5. Berikan fisioterapi dada yang
- Posisi tubuh yang mengahambat 5. PPaCO2 ( tekanan sesuai.
ekpspensi paru. parsial oksigen dalam
darah arteri)
Keterangan:
1. Deviasi berat dari jisaran normal
2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran
normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi riangan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal

2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC: Manajemen Ventilasi
Definisi: diharapkan hambatan pertukaran gas dapat Mekanik: Invasif
Kelebihan defisit oksigenasi dan/atau dipertahankan dengan kriteria hasil: 1. Monitor apakah terdapat gagal
eliminasi korban dioksida pada membran nafas.
alveolar-kapiler. NOC: Respon Ventilasi Mekanik: Dewasa 2. Mulai mempersiapkan dan
Batasan Karakteristik: No Indikator A T mengaplikasikan ventilator.
- Dispnea 3. Monitor seting ventilator, termasuk

18
- Diaforesis 1. Tingkat pernapasan suhu dan kelembapan dari udara
- Pola pernapasan abnormal 2. Irama pernapasan yang dihirup secara rutin.
- Gelisah 3. Kedalaman inspirasi 4. Cek secara teratur semua
- Napas cuping hidung 4. Saturasi oksigen sambungan ventilator.
- Takikardia 5. Volume tidal 5. Monitor adanya penurunan volume
Faktor yang berhubungan: Keterangan: yang dihembuskan dan
- Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi 1. Deviasi berat dari kisaran normal peningkatan tekanan pernafasan.
- Perubahan alveolar-kapiler 2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran
normal.
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC: Manajemen Nutrisi
kebutuhan tubuh diharapkan ketidakseimbangan nutrisi: kurang 1. Tentukan status gizi pasien dan
Definisi : dari kebutuhan tubuh dapat dipertahankan kemampuan pasien untuk
Asupan nutrisi tidak cukup untuk dengan kriteria hasil: memenuhi kebutuhan gizi.
memenuhi kebutuhan metabolisme. 2. Identifikasi (adanya) alergi atau
Batasan karakteristik: NOC: Status Nutrisi intoleran makanan yang dimiliki
- Nyeri abdomen pasien.

19
- Kurang minat pada makanan No Indikator A T 3. Tentukan jumlah kalori dan jenis
- Membran mukosa pucat 1. Asupan gizi nutrisi yang dibutuhkan untuk
- Ketidakmampuan memakan makanan 2. Asupan makanan memenuhi persyaratan gizi.
Faktor yang berhubungan: 3. Asupan cairan 4. Berikan pilihan makanan sambil
- Ketidakmampuan mencerna makanan. 4. Energi menawarkan bimbingan terhadap
- Ketidakmampuan makan 5. Hidrasi pilihan (makanan) yang lebih sehat,
- Faktor biologis Keterangan: jika diperlukan.
- Kurang asupan makanan 1. Sangat menyimpang dari rentang normal 5. Ciptakan lingkungan yang optimal

2. Banyak menyimpang dari rentang normal pada saat mengkonsumsi makanan

3. Cukup menyimpang dari rentang normal (misalnya, bersih, berventilasi,

4. Sedikit menyimpang dari rentang normal santai, dan bebas dari bau yang

5. Tidak menyimpang dari rentang normal menyengat)

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ventilasi mekanik adalah suatu alat mekanik yang berfungsi
memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara
positif pada paru – paru melalui jalan nafas buatan adalah alat yang
digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proeses ventilasi untuk
mempertahankan oksigenasi (Brunner dan Suddarth.2002). Adapun tujuan
dari ventilasi mekanik adalah untuk mempertahankan ventilasi alveolar
yang tepat untuk kebutuhan metabolik pasien dan untuk memperbaiki
hipoksemia dan memaksimalkan transpor oksigen (Hudak & Gallo, 2010).
Dan diberikan ketika modalitas manajemen noninvasif gagal untuk
memberikan bantuan oksigenasi dan/atau ventilasi yang adekuat.
Keputusan untuk memulai ventilasi mekanik berdasarkan pada
kemampuan pasien memenuhi kebutuhan oksigenasi dan/atau ventilasinya.
Ketidakmampuan pasien untuk secara klinis mempertahankan CO2 dan
status asam-basa pada tingkat yang dapat diterima yang menunjukkan
terjadinya kegagalan pernafasan dan hal tersebut merupakan indikasi yang
umum untuk intervensi ventilasi mekanik (Chulay & Burns, 2006).
Ventilator mekanik dibedakan menjadi yaitu, ventilaor tekanan positif dan
ventilator tekanan negatif.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat berguna dan
bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa untuk mendalami dan
memahami tentang Ventilator Mekanik. Sebaiknya perawat juga harus
mengetahui dan memahami konsep Keperawatan Kritis secara baik.
Karena dengan perawat memahami konsep penangananVentilator
Mekanik, diharapkan pasien dengan kasus Kegawatdaruratan dapat
tertangani dan bisa diselamatkan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Chulay, M. and S. M. Burns (2006). Essensial Of Critical Care Nursing. United


States of America, The McGraw-Hill Companies.
Hudak C.M. & Gallo B.M. (2010). Critical Care Nursing: A Holistic Approach.
Philadelphia: J.B. Lippincott Company.
Urden, L. D., Stacy, K.M., Lough, M.E. et al. (2010). Critical Care Nursing.
USA, Mosby Elsevier.
Sumber : Iwan, Saryono. Mengelola pasien dengan ventilator mekanik. Jakarta:
Rekatama; 2010.
Sundana, K. 2008. Ventilator: Pendekatan Praktis Di Unit Perawatan Kritis
Bandung. CICU RSHS Bandung.
Ramesh, S. (2003). Paediatric Intensive Care-Update. Indian J. Anaesth Vol. 47
Hal 338- 344.
Maqder S. Invasive hemodynamic monitoring. Crit Care Clin 2009 Jan;31(1):67-
87
Ramsingh et al. Does it matter which hemodynamic monitoring system is used?.
Critical Care 2009
Mangku, G., Senapathi, T.G., Wiryana, I.M., Sujana, I.B., Sinardja, K. 2010.
Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: PT Indeks Permata Puri
Media.
Rokhaeni, H, dkk. (2001). Buku ajar keperawatan kardiovascular. Jakarta :
Harapan Kita.

22

Anda mungkin juga menyukai