Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

“POST CABG ( Coronary Artery Bypass Graft )


DENGAN VENTILASI MEKANIK ”

Oleh :

NAMA : Dhora Surya Amanda


NIM : 21117135

Dosen Pembimbing : Miranti Florencia, S.Kep., Ns., M.Kep

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATN
TAHUN 2020
A. Definisi
Gambar 1.1 CABG

CABG ( Coronary Artery Bypass Graft ) merupakan suatu prosedur yang


dilakukan pada pasien dengan penyakit arteri koroner dengan memotong
jaringan vena (saphenous vein) dan arteri (internal mammary artery) milik
pasien sendiri (Perrin, 2009). CABG adalah prosedur pembedahan dimana
daerah yang mengalami iskemik atau infark direvaskularisasi dengan cara
mengimplantasikan arteri internal mammary atau melewati daerah coroner
yang mengalami oklusi dengan graft vena saphenous (Hartshrn et al, 1997).
CABG memberikan saluran baru untuk aliran darah ke arteri koroner
bagian distal ke daerah yang mengalami oklusi atau stenosis. Tindakan ini
menghasilkan adanya peningkatan suplai oksigen ke daerah miokard dan
menunjukkan adanya perbaikan kualitas hidup dan usia harapan hidup
(mengurangi kematian yang berhubungan dengna kejadian koroner).
Berdasarkan pada beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tindakan CABG (Coronary Artery
Bypass Grafting) merupakan suatu tindakan pembedahan yang dilakukan
pada pasien dengan penyakit arteri koroner dengan cara membuat saluran
baru dari graft vena saphenous dan arteri (internal mammary artery) milik
pasien sendiri.
B. Etiologi
Terdapat beberapa hipotesis mengenai apa yang pertama kali
menyebabkan kerusakan sel-sel endotel. Dapat di katakan bahwa beberapa
proses pencetus yang terlibat adalah berlainan, dengan derajat yang berbeda-
beda, pada orang yang berbeda pula.
a) Kolesterol serum yang tinggi
Hipotesis pertama mengisyaratkan bahwa kadar kolesterol serum dan
trigliserida yang tinggi dapat menyebabkan pembentukan atherosklerosis.
Kolesterol dan trigliserida di bawa dalam darah terbungkus dalam protein
pengangkut lemak yang disebut lipoprotein. Contoh ekstrim tingginya
kolesterol yang menyebabkan atherosklerosis di jumpai pada diabetes
militus. Diabetes militus adalah faktor resiko utama untuk atherosklerosis.
b) Tekanan darah tinggi
Hipotesis kedua mengenai pembentukan atherosklerosisdi dasarkan
pada kenyataan bahwa tekanan darahyang tinggi secara kronis menimbulkan
gaya regang / potong yang merobek lapisan endotel arteri dan arteriol.
c) Infeksi virus
Hipotesis ketiga menjelaskan bagaimana atherosklerosis terbentuk
mengisyaratkan bahwa sebagian sel endotel mungkin terinfeksi oleh suatu
virus. Infeksi mencetuskan siklus peradangan.
d) Kadar besi darah yang tinggi
Hipotesis keempat mengenai atherosklerosis arteri koroner adalah
bahwa kadar besi serum yang tinggi dapat merusak arteri koroner atau
memperparahkerusakan yang disebabkan oleh hal lain.
Penyebab tersering dari artery coronary disease adalah :
 Penyempitan lumen progresif akibat pembesaran plak.
 Perdarahan pada plak ateroma.
 Pembentukan trombus yang diawali agregrasi trombosit.
 Embolisasi trombus / fragmen plak.
 Spasme arteria koronaria (Corwin Elizabeth, 2000).
C. Anatomi fisiologi
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat buah ruang yang
terletak di rongga dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah
kiri sternum. Ruang jantung terdiri atas dua ruang yang berdinding tipis
disebut atrium (serambi) dan dua ruang yang berdinding tebal disebut
ventrikel (bilik) (Muttaqin, 2009). Jantung memiliki berat sekitar 300 gr,
meskipun berat dan ukurannya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat
badan, beratnya aktifitas fisik, dll. Jantung dewasa normal berdetak sekitar 60
sampai 80 kali per menit, menyemburkan sekitar 70 ml darah dari kedua
ventrikel per detakan, dan keluaran totalnya sekitar 5 L/ menit (Smeltzer &
Bare, 2002).
Gambar 1.2 Anatomi jantung normal
D. Patoflow
Perkembangan PJK dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung oleh plak
pada pembuluh darah. Penyumbatan pembuluh darah pada awalnya disebabkan
peningkatan kadar kolesterol LDL (low-density lipoprotein) darah berlebihan dan
menumpuk pada dinding arterisehingga aliran darah terganggu dan juga dapat
merusak pembuluh darah (Al fajar, 2015).
Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh penumpukan
lemak disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan dalam pembuluh darah.
Kerusakan pada awalnya berupa plak fibrosa pembuluh darah, namun selanjutnya
dapat menyebabkan ulserasi dan pendaeahan di bagian dalam pembuluh darah
yang menyebabkan klot darah. Pada akhirnya, dampak akut sekaligus fatal dari
PJK berupa serangan jantung (Naga, 2012).
Pada umumnya PJK juga merupakan ketidakseimbangan antara penyedian
dan kebutuhan oksigen miokardium. Penyedian oksigen miokardium bisa menurun
atau kebutuhan oksigen miokardium bisa meningkat melebihi batas cadangan
perfusi koroner peningkatan kebutuhan oksigen miokardium harus dipenuhi
dengan peningkatan aliran darah. gangguan suplai darah arteri koroner dianggap
berbahaya bila terjadi penyumbatan sebesar 70% atau lebih pada pangkal atau
cabang utama arteri koroner. Penyempitan <50% kemungkinan belum
menampakkan gangguan yang berarti. Keadaan ini tergantung kepada beratnya
arteriosklerosis dan luasnya gangguan jantung (Saparina, 2010).
PATHWAY CABG

Usia, jenis kelamin, diet tinngi lemak, DM, merokok,


hipertensi, Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi, Kadar
Kolesterol HDL rendah, Kegemukan, Riwayat keturunan
penyakit jantung dalam keluarga, Kurang olah raga, Stress

penumpukan lemak di
pembuluh darah

Penimbunan lipid dan lemak di


ATEROSKLEROSIS jaringan fibrosa dan arteri koroner

Obstruksi aliran sirkulasi Lumen pembuluh darah


darah miocardium Terganggu menyempit

Aliran suplai darah Resistensi thd


tidak cukup darah meningkat

suplai O2 vasokontriksi

ekstremitas Di otak anoksia Angina pektoris, Angina yang


iskemia, infark tidak dapat
Sianosis/puca Penurunan Glikolisis dikontrol dg
(penyakit
t kesadaran,Syncop aerobic terapi medis
jantung
e, stroke koroner)
Penimbunan terapi PTCA (
asam laktat Percutaneous
Transluminal Coronary
Angioplasty ) tdk
Disritmia berhasil

Rencana pembedahan
Nyeri akut
Penurunan CABG
Curah Jantung

Pre-op Intra-op Post-op

ansietas Prosedur anastesi


R.ICU

pengkajian

Mk:Ketidakefektif Terpasang Pembedahan


an pola napas ventilator thorak dan
jantung
Luka insisi Terpasang ETT
gangguan fungsi
perdarahan miokardium ( preload,
afterload,kontraktilitas
trauma syaraf )
intraoperasi penumpukan
sekret
Mk:Penurunan
Mk: Risiko Mk:Kerusak Curah Jantung
Mk: resiko
ketidakseimbanga an integritas
Mk:nyeri infeksi Mk:Bersihan
n volume kulit
akut jalan napas tidak
efektif

Intervensi:
-pantau status kardiovaskular, pembacaan parameter hemodinamik
- Observasi adanya perdarahan persisten drainase darah yang terus-menurus dan
menetap, hipotensi, CVP rendah, takikardi
- Observasi adanya tamponade jantung: hipotensi, peningkatan PCWP, tekanan atrium
kiri, CVP, bunyi jantung lemah, denyut nadi lemah, distensi vena jugularis, penurunan
haluran urine, lakukan pengecekan berkurangnya darah pada selang drainase
- Observasi gagal jantung: hipotensi, peninggian PCWP. CVP, tekanan atrium kiri,
takikardi, gelisah, asinosis, agitasi, distensi vena, dispneu, ascites,. Persiapkan
pemberian diuretic dan digitalis
-Melakukan observasi adanya infark miokardium. Lakukan pemeriksaan EKG dan
enzim berkala. Bedakan nyeri bekas luka operasi dengan nyeri angina
-kolaborasi dengan dokter pemberian terapi obat
E. Manifestasi klinik
a) Nyeri pasca operasi
Setelah dilakukan bedah jantung, pasien dapat mengalami nyeri yang
diakibatkan luka insisi dada atau kaki, selang dada atau peregangan iga selama
operasi. Ketidaknyamanan insisi kaki sering memburuk setelah pasien berjalan
khususnya bila terjadi pembengkakan kaki. Peregangan otot punggung dan
leher saat iga diregangkan dapat menyebabkan ketidaknyamanan punggung dan
leher. Nyeri dapat merangsang sistem saraf simpatis, meningkatkan frekuensi
jantung dan tekanan darah yang dapat mengganggu hemodinamik pasien.
Ketidaknyamanan dapat juga mengakibatkan penurunan ekspansi dada,
peningkatan atelektasis dan retensi sekresi. Tindakan yang harus dilakukan
yaitu memberikan kenyamanan maksimal, menghilangkan faktor-faktor
peningkatan persepsi nyeri seperti ansietas, kelelahan dengan memberikan
penghilang nyeri.
1) Penurunan curah jantung
Disebabkan adanya perubahan pada frekuensi jantung, isi sekuncup
atau keduanya. Bradikardia atau takikardi pada paska operasi dapat
menurunkan curah jantung. Aritmia sering terjadi 24 jam – 36 jam paska
operasi. Takikardi menjadi berbahaya karena mempengaruhi curah jantung
dengan menurunkan waktu pengisian diastolik ventrikel, perfusi arteri
koroner dan meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Bila penyebab dasar
dapat diidentifikasikan maka dapat diperbaiki.
2) Perubahan cairan
Setelah operasi Coronary Bypass Grafting (CABG) volume cairan
tubuh total meningkat sebagai akibat dari hemodilusi. Peningkatan
vasopressin, dan perfusi non perfusi ginjal yang mengaktifkan mekanisme
renin-angiotensin-aldosterone (RAA).Ketidakseimbangan elektrolit pasca
operasi paling umum adalah kadar kalsium abnormal. Hipokalemia dapat
diakibatkan oleh hemodilusi, diuretik dan efek-efek aldosteron yang
menyebabkan sekresi kalium ke dalam urine pada tubulus distal ginjal saat
natrium diserap. Hiperkalemia dapat terjadi sebagai akibat jumlah besar
larutan kardioplegia atau gagal ginjal akut.
3) Perubahan tekanan darah
Setelah bedah jantung ditemukan adanya hipertensi atau
hipotensi.Intervensi keperawatan diarahkan pada antisipasi perubahan dan
melakukan intervensi untuk mencegah atau untuk memperbaiki dengan
segala tekanan darah pada rentang normotensi.
 Hipotensi
Pada graft vena safena dapat kolaps jika tekanan perfusi terlalu rendah,
vena tidak memiliki dinding otot seperti yang di miliki oleh arteri,
sehingga mengakibatkan iskemia miokard. Hipotensi juga dapat
disebabkan oleh penurunan volume intravaskuler, vasodilatasi sebagai
akibat penghangatan kembali, kontraktilitas ventrikel yang buruk atau
disritmia.Tindakan dengan pemberian cairan atau obat vasopressor dapat
dilakukan jika hipotensi disebabkan oleh penurunan kontraktilitas
ventrikel.
 Hipertensi
Hipertensi setelah paska operasi jantung dapat menyebabkan rupture
atau kebocoran jalur jahitan dan meningkatkan pendarahan. Dapat juga
disebabkan karena riwayat hipertensi, peningkatan kadar katekolamin
atau renin, hipotermia atau nyeri, terkadang ditemukan tanpa penyebab
yang jelas. Hipertensi dapat disebabkan oleh narkotik analgesik atau
sedatif intravena. Hipertensi ini umumnya bersifat sementara dan dapat di
turunkan dalam 24 jam. Bila tidak mungkin, anti hipertensi oral dapat di
mulai untuk memudahkan penghentian nitroprusid. Pada klinik sering
digunakan gabungan inotropik dan vasodilator seperti golongan
milirinone.
4) Perdarahan pasca operasi (European Society of Cardiology, 2008)
Ada 2 jenis perdarahan, yaitu:
 Perdarahan arteri
Meskipun jarang, namun hal ini merupakan kedaruratan yang
mengancam hidup yang biasanya diakibatkan oleh ruptur atau kebocoran
jalur jahitan pada satu dari 3 sisi: Anastomosis proksimal graft vena ke
aorta, anastomosis distal graft vena ke arteri koroner atau kanulasi sisi ke
aorta dimana darah yang mengandung O2 dikembalikan ke pasien selama
bypass.
 Perdarahan vena
Hal ini lebih umum terjadi dan disebabkan oleh masalah pembedahan
atau koagulopati, kesalahan hemostasis dari satu atau lebih pembuluh
darah mengakibatkan pendarahan. Tindakan ditujukan pada penurunan
jumlah perdarahan dan memperbaiki penyebab dasar.
5) Infeksi luka
Infeksi luka luka pasca operasi dapat terjadi pada kaki atau insisi
sternotomi median atau pada sisi pemasangan selang dada. Perawatan untuk
mencegah infeksi yaitu dengan mempertahankan insisi bersih dan kering dan
mengganti balutan dengan teknik aseptik. Infeksi juga dapat didukung dari
keadaan pasien dengan nutrisi tidak adekuat dan immobilisasi.
6) Tamponade jantung awal
Tamponade jantung terjadi apabila darah terakumulasi di sekitar
jantung akibat kompresi jantung kanan oleh darah atau bekuan darah dan
menekan miokard. Hal ini mengancam aliran balik vena, menurunkan curah
jantung dan tekanan darah.Tindakan meliputi pemberian cairan dan
vasopressor untuk mempertahankan curah jantung dan tekanan darah sampai
dekompresi bedah dilakukan.
7) Post perfusion syndrome
Kerusakan sementara pada neuro kognitif, namun penelitian terbaru
menunjukan bahwa penurunan kognitif tidak disebabkan oleh CABG tetapi
lebih merupakan konsekuensi dari penyakit vaskuler.
8) Disfungsi neurologi
Dapat bervariasi dalam beratnya keadaan dari kerusakan sementara
konsentrasi ringan sampai periode agitasi dan kekacauan mental dan cedera
serebrovaskuler atau koma. Perubahan perfusi serebral dan mikro embolisme
lemak atau agregasi trombosit selama bypass dan embolisasi bekuan, bahan
partikular atau udara, semua dapat menyebabkan sequel neurologis.
Tindakan meliputi mempertahankan curah jantung adekuat, tekanan darah
dan AGD (Analisa Gas Darah) menjamin perfusi serebral dan oksigenasi
normal.

F. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan fisik
Jantung, paru-paru, dan nadi akan diperiksa untuk memastikan apakah
CABG tepat dilakukan. Dokter juga akan menanyakan tentang seberapa sering,
seberapa lama, dan seberapa parah gejala terkait penyakit yang diderita telah
berlangsung. Gejala terkait penyakit jantung koroner sendiri biasanya berupa
nyeri dada dan susah bernapas.Dokter juga akan memastikan arteri bagian mana
yang mengalami penyumbatan, seberapa parah penyumbata yang terjadi dan
apakah pasien memiliki kerusakan jantung jenis lainnya.
2) EKG (Electrocardiogram)
Pemeriksaan ini akan menunjukkan seberapa kuat jantung berdetak
dan keteraturan ritme, apakah stabil atau tidak. EKG adalah pemeriksaan
sederhana yang menunjukkan aktivitas kelistrikan jantung. Melalui
pemeriksaan EKG akan diketahui seberapa cepat waktu yang ditempuh oleh
aliran listrik saat menjelajahi setiap bagian jantung.Tanda-tanda mengenai
serangan jantung sebelum dan saat terjadi, bisa terlihat melalui EKG. Terutama
bagi pasien penyakit jantung koroner (PJK), EKG juga bisa digunakan untuk
memeriksa jika terdapat kerusakan pada jantung.
3) Uji latih jantung (cardiac stress test)
Dalam uji latih jantung, pasien akan disuruh berlari untuk membuat
jantung bekerja keras dan berdetak cepat, sementara pada saat bersamaan tes
rekam jantung (EKG) dilakukan. Pasien yang tidak bisa lari kemungkinan akan
diberikan obat yang dapat meningkatkan denyut jantung.Kenapa harus
melakukan tes jantung seperti ini? Karena masalah jantung lebih mudah
didiagnosis ketika bekerja keras dan berdetak lebih cepat
4) Ekokardiografi
Melalui tes ini, dokter bisa mengetahui ukuran dan bentuk jantung
pasien, termasuk kondisi bilik dan katup. Cara kerja alat ini adalah dengan
memanfaatkan gelombang suara menghasilkan gambar bergerak dari
jantung.Ekokardiografi juga bisa memetakan daerah aliran darah yang jelek
menuju jantung, otot jantung yang manakah yang tidak normal, atau cedera
pada otot jantung yang disebabkan oleh aliran darah yang buruk di masa
lalu.Tanda-tanda PJK juga bisa dicari tahu melalui tes ekokardiogram stres. Tes
jenis ini merupakan salah satu jenis dari tes ekokardiogram. Tujuannya adalah
mengetahui tingkat penurunan aliran darah ke jantung ketika tubuh sedang
aktif.
5) Angiografi koroner dan kateterisasi jantung
Angiografi koroner adalah tes yang menggunakan pewarna khusus dan
sinar-X untuk menunjukkan bagian dalam pembuluh darah jantung. Untuk
memasukkan pewarna ke dalam pembuluh darah, dokter akan menggunakan
prosedur yang disebut kateterisasi jantung. Prosedur ini dilakukan untuk
membantu dokter menemukan penyumbatan yang bisa menyebabkan serangan
jantung.
G. Pengkajian post CABG
Pengkajian pasien dilakukan untuk membuat rencana perawatan pada pasien
bedah jantung. Pengkajian harus mencerminkan tinjauan pasien secara holistik.
Pengkajian riwayat pra-operasi dan pengkajian kesehatan harus lengkap dan
didokumentasikan dengan baik karena merupakan landasan sebagai pembanding
pascaoperasi.
Pengkajian sistematis mengenai semua sistem harus dilakukan, dengan
penekanan pada fungsi kardiovaskular. Status fungsional sistem kardiovaskular
ditentukan dengan mengamati simptomatologi pasien. Termasuk pengalaman
sekarang maupun masa lampau tentang adanya nyeri dada, hipertensi, berdebar-
debar, sianosis, susah bernapas (dispnea). Nyeri tungkai yang terjadi setelah
berjalan, ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal, edema perifer dan klaudikasio
intermiten. Karena perubahan curah jantung dapat mempengaruhi fungsi ginjal,
pernafasan, gastrointestinal, kulit, hematologi dan saraf , maka sistem-sistem
tersebut harus dikaji dengan lengkap.
Riwayat penyakit utama, pembedahan sebelumnya, terapi obat-obatan, dan
penggunaan obat, alkohol dan tembakau juga harus dieksplorasi. Dilakukan
pemeriksaan fisik lengkap, dengan penekanan khusus pada parameter berikut:
 Keadaan umum dan tiingkah laku
 Tanda-tanda vital
 Status nutrisi dan cairan, berat dan tinggi badan
 Inspeksi dan palpasi jantung, menentukan titik impuls maksimal, pulsasi
abnormal, thrill.
 Auskultasi jantung mencatat frekuensi nadi, lama, dan kualitasnya. S, S4, snap,
klik, murmur, friction rub
 Tekanan vena jugularis
 Denyut nadi perifer
 Edema perifer.
Pengkajian Post-Operatif
Pemeriksaan Fisik
1) Ventilasi/oksigenasi
Auskultasi bunyi nafas dengan segerauntuk mengkaji adanya
pneumothorax dan sekresi, lakukan pemantauan saturasi oksigen darah arteri
(SaO2), dapatkan sinar x dada dan gas darah arteri (GDA) dalam 15-30 menit
pertama setelah penerimaan.
2) Irama jantung
Hubungkan dengan monitor jantung, kaji irama dan frekwensi, dan
dapatkan nadi apikal dan radialis. Bila pacu jantung ada kaji penangkapan dan
pendeteksiannya, serta adanya irama terpacu, dan perhatikan penyusunan.
Dapatkan kadar kalium dalam 30 menit pertama dan atasi sesuai kebutuhan.
Dapatkan EKG 12 lead.
3) Stabilitas hemodinamik
Hubungkan, selaraskan, dan atur pada titik nol jalur arteri pulmonal.
Kaji bentuk gelombang dan rekam nilainya. Pertahanan termodilusi curah
jantung dan berikan obat vasoaktif dan inotropik atau volume sesuai kebutuhan
untuk mempertahankan tekanan darah dan curah jantung.
4)Pemantauan Saturasi Oksigen Vena Campuran (SvO2)
Saturasi oksigen vena campuran, jumlah oksigen dalam darah yang
kembali ke jantung, tergantung pada tiga faktor-suplai oksigen, pengiriman
oksigen, dan konsumsi oksigen. Pasien pascaoperasi bedah jantung dengan
SaO2, hemoglobin, dan curah jantung adekuat sering mengalami SvO 2 tinggi
pada awalnya harena hipotermia dan efek-efek anestesia dan blok
neuromuskular menurunkan jaringan terhadap oksigen.
5)Haluaran urin
Ukur dan catat haluaran urin pada awal dan selanjutnya tiap jam. Karena
hemodilusi selama bypass kardiopulmonal, diuresis pascaoperasi alami harus
terjadi.
6)Hipotermia
Selama penghangatan kembali pada bypass kardiopulmonal. Suhu inti
tubuh dikembalikan pada 37oC. Namun, saatdarah hangat mulai bersirkulasi ke
perifer, jantung memindahkan ke jaringan sekitar menyebabkan suhu inti turun
lagi
7) Status Neurologis
Lakukan pengkajian status neurologis, termasuk tingkat kesadaran,
reaksi pupil, kemampuan mengikuti perintah, dan kekuatan serta gerakan
ekstremitas, pada awal, setiap jam, dan kapan saja terjadi perubahan sampai
pasien pulih sepenuhnya dari anestesia.
8) Komplikasi Pasca operasi
Pasien bedah jantung berisiko mengalami masalah karena penyakit
dasarnya dan trauma bedah. (Rothrock,2000).
9) Perubahan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Asupan; haluaran dan semua pipa drainase. Serta parameter curah
jantung, dan indikasi ketidakseimbangan elektrolit.
10) Nyeri-sifat, jenis, lokasi, durasi (nyeri karena irisan hars dibedakan dengan
nyeri angina): aprehensi, respons terhadap analgetika (Bararah,2013).
H. Diagnosa
Pasca bedah
1) Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan, slang dada, dan imobilitas
sekunder akibat lamanya pembedahan
2) Ketakutan berhubungan dengan terpisah dari sistem pendukung dalama situasi
yang berpotensi menimbulkan stres, tidak familier dengan pengalaman
lingkungan
3) Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan frekuensi dan irama
jantung.
I. Intervensi
pasca bedah
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan NOC NIC

1 Nyeri akut b/d insisi Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen nyeri : Meringankan atau mengurangi nyeri
pembedahan keperawatan dalam 1 x 24 jam, sampai pada tingkat kenyamnan yang dapat diterima oleh
diharapkan klien memperlihatkan pasien
pengendalian nyeri, dengan kriteria 2. Pemberian analgesik :Menggunakan agens-agens
hasil sebagai berikut : farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri.
- Tingkat kenyamanan : tingkat 3. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
persepsi positif terhadap respon pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya, suhu
kemudahan fisik dari ruangan, pencahayaan dan kegaduhan)
psikologis. 4. Manajemen Medikasi : Memfasilitasi penggunaan resep
- Pengendalian nyeri : tindakan atau obat bebas secara aman dan efektif
individu untuk mengendalikan 5. Memudahkan pengendalian pemberian dan pengaturan
nyeri analgetik oleh pasien.
- Tingkat nyeri : keparahan 6. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri,
nyeri yang dapat diamati atau berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi
dilaporkan. ketidaknyamanan akibat prosedur.
2 Ketakutan Setelah dilakukan tindakan 1. Pengurangan ansietas : meminimalkan rasa cemas, ngeri,
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam firasat atau kesulitan yang berhubungan dengan perkiraan
pemindahan dari diharapkan klien memperlihatkan sumber bahaya yang tidak teridentifikasi
lingkungan intensif pengendalian diri terhadap 2. Teknik penenangan : menurunkan ansietas pada pasien
pada unit keperawatan ketakutan, dibuktikan oleh yang mengalami distres akut
kritis dan indikator sebagai berikut : -Kaji respons takut subjektif dan objektif pasien
kemungkinan  Mencari informasi untuk 3. Peningkatan koping : membantu pasien berdaptasi dengan
komplikasi menurunkan ketakutan persepsi stresor, perubahan, atau ancaman yang mengganggu
 Menghindari sumber ketakutan pemenuhan tuntutan hidup dan peran.
 Menggunakan teknik relaksasi -Nilai pemahaman pasien terhadap proses penyakitnya
untuk menurunkan ketakutan 4. Kehadiran : bersama dengan yang lain, baik secara fisik

 Memenatau penuurunan durasi maupun psikologis, selama dibutuhkan

episode 5. Peningkatan keamanan : meningkatkan perasaan aman fisik

 Memantau lamanya waktu dan psikologi pasien

antar episode 6. Penyuluhan untuk pasien/keluarga:

 Mempertahankan kontrol -jelaskan semua pemeriksaan dan pengobatan kepada

terhadap kehidupan pasien/keluarga


-Bantu klien membedakan antara ketakutan raasional dan
 Mempertahankan performa
tidak rasional
peran dan hubungan sosial
7. Sampaikan penerimaan terhadap persepsi ketakutan pasien
 Mengendalikan respons
untuk mendukung komunkasiterbuka mengenai sm tissue
ketakutan
basah
 Tetap produktif
3 Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan jantung : membatasi komplikasi akibat
jantung berhubungan keperawatan selama 2x24 jam klien ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
dengan gangguan diharapkan mampu menunjukkan : miokrd pada pasien yang mengalami gejala kerusakan fungsi
frekuensi dan irama  Curah jantung yang memuaskan jantung
jantung dibuktikan oleh efektifitas 2. Perawatan sirkulasi : insufisiensi arteri: meningkatkan
pompa jantung, status sirkulasi, sirkulasi arteri
perfusi jaringan (organ 3. Perawatan sirkulasi : insufisiensi vena: meningkatkan
abdomen, jantung, serebral, sirkulasi vena
perifer, dan pulmonal), dan 4. Regulasi Hemodinamik : mengoptimalkan frekuensi
status tanda vital. jantung, preload, afteload, dan kontraktilitas
 Menunjukkan status sirkulasi, 5. Terapi Intravena (IV) : memberi dan memantau cairan dan
dibuktikan oleh: tekanan darah obat intravena (IV)
sistolik, diastolik dan rerata 6. Pemantauan neurologis : mengumpulkan dan menganalisis
rentang tekanan darah, frekuensi data pasien untuk mencegah atau meminimalkan komplikasi
nadi karotis kanan dan kiri, neurologis
tekanan vena sentral dan 7. Manajemen syok jantung : meningkatkan keadekuatan
tekanan baji pulmonal, status perfusi jaringan untuk pasien yang mengalami ggangguan
kognitif fungsi pompa jantung
1. Pemantauan Tanda Vital: mengumpulkan dan menganalisis
data kardiovaskular, pernapasan dan suhu tubuh untuk
menentukan dan mencegah komplikasi
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta. EGC
Smeltzer, SC & Bare, BG. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta:EGC
Feriyawati, L. 2005. CABG dengan Menggunakan Vena Saphenous, Arteri
Mammaria Interna dan Arteri Radialis. FK USU ( Institute Kesehatan Nasional,
Departement Kesehatan & Layanan Kemanusiaan ).
Dongoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan ed.3. Jakarta. EGC
Muttaqin, A.2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta:Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai