Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM KARDIOVASKULER: CORONARY ARTERY BYPASS GRAFT
(CABG)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners Pada Stase
Keperawatan Gawat Darurat

Adilah Aghnia Ghaida

191 FK 04003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2020
CABG (Coronary Artery Bypass Graft)

Arteri koroner adalah serabut pembuluh darah yang memasok oksigen


dannutrien ke otot jantung. Lama-kelamaan arteri akan tersumbat oleh
lemak dankolesterol yang menumpuk. Akibatnya, jantung tidak
mendapatkan pasokan darah yang memadai sehingga menimbulkan penyakit
jantung iskemik atau penyakit arterikoroner (Coronary Artery Disease,
CAD). Ini bisa menyebabkan nyeri dada atau angina. Kadang CAD tidak
menyebabkan rasa nyeri sampai pasokan darah ke jantung menjadi sangat
kurang dan otot mulai kaku. Gejala awal CAD dalam kasus mungkin
serangan jantung yang bisa menyebabkan kematian

A. Definisi
Coronary Artery Bypass Graft (CABG) merupakan salah satu
penanganan intervensi dari Penyakit Jantung Koroner, dengan cara
membuat saluran baru melewati arteri koroner yang mengalami
penyempitan atau penyumbatan (Feriyawati, 2005).
CABG adalah teknik yang menggunakan pembuluh darah dari bagian
tubuh yang lain untuk memintas (melakukan bypass) arteri yang
menghalangi pemasokan darah ke jantung. Operasi CABG sangat ideal
untuk pasien dengan penyempitan di beberapa cabang arteri koroner (Kulick
& Shiel, 2007)
B. Tujuan pemasangan CABG
Tujuan prosedur pintas arteri koronaria CABG adalah meningkatkan
aliran darah ke miokardium yang mengalami iskemia akibat lesi
aterosklerotik stenotik atau obstruktif di arteri koronaria.
Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) bertujuan untuk mengatasi
terhambatnya aliran artery coronaria akibat adanya penyempitan bahkan
penyumbatan ke otot jantung
C. Etiologi
Operasi CABG merupakan salah satu penanganan penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung koroner disebabkan oleh hal – hal sebagai berikut:
1. Faktor yang tidak dapat diubah
a. Usia
Kerentanan terhadap aterosklerosis koroner meningkat dengan
bertambahnya usia.
b. jenis kelamin
Wanita tampaknya relative kebal terhadap penyakit ini sampai
setelah menopause, dan kemudian menjadi sama rentannya
seperti pria. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia sebelum
menopause
2. Faktor yang dapat diubah
a. Peningkatan lipid serum
Lipid plasma adalah kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam
lemak bebas berasal dari oksigen, dari makanan. Lipid tidak
larut dalam plasma tetapi terikat pada protein sebagai
mekamisme transport dalam serum, Peningkatan kolesterol
dihubungkan dengan meningkatnya resiko terhadap koronaria
b. Hipertensi
Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko yang paling
membahayakan karena biasanya tidak menunjukan gejalasampai
kondisi telah menjadi lanjut/ kronis. Tekanan darah tinggi
menyebabkan meningkatnya gradien tekanan yang harus dilawan
oleh ventrikel kiri saat memompa darah. Tekanan tinggi yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan kebutuhan oksigen jantung
meningkat
c. Merokok
1) Menghirup asap akan meningkatkan kadar karbon monoksida
(CO) darah. Hemoglobin, komponen darah yang mengangkut
oksigen lebih mudah terikat pada karbon monoksida daripada
oksigen. Hal ini menyebabkan oksigen yang disuplai ke
jantung menjadi sangat berlebih, sehingga jantung bekerja
lebih berat
2) Asam nikotinat pada tembakau memicu pelepasan
katekolamin, yang menyebabkan kontriksi
3) Merokok meningkatkan adhesi trombosit mengakibatkan
pembentukan thrombus
d. Diabetes melitus
Penderita DM cenderung memiliki prevalensi arteriosklerosis
yang lebih tinggi, demikian juga pada kasus arteriosklerosis
koroner prematur berat. Hiperglekimia menyebabkan
peningkatan agregasi trombosit yang dapat menyebabkan
thrombus
D. Patofisiologi

Hipertensi, merokok, Factor resiko Terdapat plak pada


DM, kolesterol aterosklerosis dinding arteri
koroner

Penyempitan
lumen arteri,
rupture plak,
thrombosis,
spasme arteri

Penyumbatan arteri
koronaria

Operasi CABG (Coronaru


Artery Bypass Grafth)
Aterosklerosis

Lapisan endotel pembuluh arteri koroner yang normal akan mengalami


kerusakan oleh adanya faktor risiko antara lain : hipertensi, asap rokok, diet,
diabetes melitus, hiperkolesterolemia, obesitas, merokok, dan kepribadian.
Akibat kerusakan endotel tersebut maka terbentuk plak atherosklerosik pada
dinding arteri koroner. Plak tersebut mengakibatkan penyempitan arteri,
ruptur plak, trombosis dan spasme arteri. Kemudian terjadi penyumbatan
arteri koronaria. Sehingga perlu dilakukannya operasi CABG (Coronary
Artery Bypass Grafth).
E. Indikasi
Pasien penyakit jantung koroner yang dianjurkan operasi bypass adalah
mereka yang hasil katerisasi jantung ditemukan adanya :
1. Penyempitan > 50% dari arteri koroner kiri utama (left main disease),
atau mean left equivalent yaitu penyempitan menyerupai left main arteri
misalnya ada penyempitan dibagian proksimal dari arteri anterior
desenden dan arteri sirkumflex
2. Penderita dengan 3 vessel disease yaitu tiga arteri koroner semuanya
mengalami penyempitan sehingga menyebabkan fungsi jantung mulai
menurun (ejection fraction < 50%).
3. Penderita yang gagal dilakukan balonisasi dan stent. Penyempitan 1
atau 2 pembuluh namun pernah mengalami henti jantung. Anatomi
pembuluh darah sesuai untuk operasi bypass.
F. Kontraindikasi
Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang tidak dianjurkan untuk operasi
bypass
1. Usia lanjut
Risiko komplikasi cenderung meningkat pada kelompok usia ini.
Sebuah studi melaporkan bahwa insidensi atrial fibrilasi setelah
tindakan CABG pada pasien ≥65 tahun adalah 21,4% dengan
peningkatan risiko hampir dua kali lipat.
2. Sumbatan pada arteri < 70% sebab jika sumbatan pada arteri koroner
kurang dari 70% maka aliran darah tersebut masih cukup banyak
sehingga mencegah aliran darah yang adekuat pada pintasan.
Akibatnya, akan terjadi bekuan pada graft sehingga hasil operasi
akan menjadi sia-sia.
3. Fungsi ventrikel kiri jelek (< 30%)
4. Struktur arteri koroner yang tidak memungkinkan untuk disambung
G. Teknik CABG
Ada 2 teknik yang digunakan pada operasi CABG yaitu on pump dan off
pump. Masing-masing teknik memiliki kekurangan dan kelebihan masing-
masing
1. Pada operasi on pump (On Pump / Cardiopulmonary Bypass (CPB)
Prosedur dijalankan menggunakan alat mekanis mesin jantung paru.
Pembedahan jantung seperti yang saat ini diketahui dimungkinkan
oleh perkembangan dan aplikasi praktis bypass jantung-paru
(Cardiopulmonary Bypass) oleh Gibbon. Karena jantung harus diam
(tidak berdenyut) dan kosong selama pembedahan, digunakan mesin
bypass jantung-paru. Mesin ini yang juga dsebut oksigenator pompa,
menerima tugas mengoksigenasi darah pasien dan mengedarkannya
ke seluruh tubuh.
2. Off Pump CABG
Dilakukan melalui insisi sternum medial atau melalui insisi
thorakotomi, juga diketahui sebagai tindakan invasif minimal pada
CABG. Pada Off Pump CABG ahli bedah menggunakan instrument
khusus untuk menstabilkan jaringan miokard ketika melakukan
tandur arteri. Off Pump CABG dilakukan pada pasien dengan
hipotermia ringan atau normotermia
Kriteria pasien Off Pump:
a. Pasien yang direncanakan operasi elektif.
b. Hemodinamik stabil.
c. EF dalam batas normal.
d. Pembuluh darah distal cukup besar.
Keuntungan dari teknik Off Pump (Benetti & Ballester, 1995)
a. Meminimalkan efek trauma operasi.
b. Pemulihan/mobilisasi lebih dini.
c. Drainase darah pasca bedah minimal.
d. Tersedia akses sternotomi untuk reoperasi
H. Pembuluh darah yang digunakan sebagai bypass
1. Arteri mammaria interna (AMI). Biasanya berasal dari dinding bawah
arteri subklavia, melewati bagian atas pleura dan tepat lateral terhadap
sternum. Penggunaan AMI dengan ujung proksimal masih dihubungkan
ke arteri subklavia. AMI kiri lebih panjang dan lebih besar sehingga
sering digunakan sebagai bypass arteri coroner (Shapira et al, 2002).
AMI sering digunakan karena memiliki kepatenan pembuluh darah
yang baik. Studi menunjukkan bahwa sekitar 96% kasus CABG yang
menggunakan IMA dapat bertahan lebih dari 10 tahun (Wood et al,
2005). IMA sering di gunakan untuk by pass arteri Left anterior
ascenden.
2. Arteri radialis. Arteri ini melengkung melintasi sisi radialis tulang
Carpalia dibawah tendo Musculus Abductor Pollicis Longus dan tendo
Musculus extensor Pollicis Longus dan Brevis. Arteri radialis diinsisi
lebih kurang 2 cm dari siku dan berakhir 1 inchi dari pergelangan
tangan. Biasanya sebelum dilakukan pemeriksaan Allen Test untuk
mengetahun kepatenan arteri ulnaris jika arteri radialis diambil. Pada
pasien yang menggunakan arteri radialis harus mendapatkan terapi Ca
Antagonis selama 6 bulan setelah operasi menjaga agar arteri radialis
tetap terbuka lebar. Sebuah studi menunjukkan bahwa arteri radialis
memberikan lebih banyak kemampuan revaskularisasi dalam waktu
yang lebih lama dibandingkan vena safena (Dunning et al, 2005).
3. Vena Safena. Ada dua vena safena yang terdapat pada tungkai bawah
yaitu vena safena magna dan parva. Namun yang sering dipakai sebagai
saluran baru pada CABG adalah vena safena magna. Vena safena sering
digunakan karena diameter ukurannya mendekati arteri coroner.
I. Komplikasi
1. Nyeri pasca operasi
Setelah dilakukan bedah jantung, pasien dapat mengalami nyeri yang
diakibatkan luka insisi dada atau kaki, selang dada atau peregangan iga
selama operasi. Nyeri dapat merangsang sistem saraf simpatis,
meningkatkan frekuensi jantung dan tekanan darah yang dapat
mengganggu hemodinamik pasien. Ketidaknyamanan dapat juga
mengakibatkan penurunan ekspansi dada, peningkatan atelektasis dan
retensi sekresi.
2. Penurunan curah jantung
Disebabkan adanya perubahan pada frekuensi jantung, isi sekuncup
atau keduanya. Bradikardia atau takikardi pada paska operasi dapat
menurunkan curah jantung. Aritmia sering terjadi 24 jam – 36 jam
paska operasi.
3. Perdarahan pasca operasi
a. Perdarahan arteri
Meskipun jarang, namun hal ini merupakan kedaruratan yang
mengancam hidup yang biasanya diakibatkan oleh ruptur atau
kebocoran jalur jahitan pada satu dari 3 sisi: Anastomosis
proksimal graft vena ke aorta, anastomosis distal graft vena ke
arteri koroner atau kanulasi sisi ke aorta dimana darah yang
mengandung O2 dikembalikan ke pasien selama bypass.
b. Perdarahan vena
Hal ini lebih umum terjadi dan disebabkan oleh masalah
pembedahan atau koagulopati, kesalahan hemostasis dari satu atau
lebih pembuluh darah mengakibatkan pendarahan.
4. Infeksi luka
Infeksi luka luka pasca operasi dapat terjadi pada kaki atau insisi
sternotomy median atau pada sisi pemasangan selang dada
5. Tamponade jantung
Awal tamponade jantung terjadi apabila darah terakumulasi di sekitar
jantung akibat kompresi jantung kanan oleh darah atau bekuan darah
dan menekan miokard. Hal ini mengancam aliran balik vena,
menurunkan curah jantung dan tekanan darah.
Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, pendidikan, diagnose
medis,tanggal dan jam MRS, tanggal dan jam pengkajian
2. Keluhan utama
Nyeri dada, sesak nafas, palpitasi, pingsan
3. Riwayat penyakit sekarang
pasien mengeluh nyeri, sesak nafas,palpitasi, pingsan
4. Riwayat penyakit dahulu
Kaji riwayat DM karena DM memicu aterosklerosis, menghambat
penyembuhan luka dan predisposisi infeksi. Hipertensi dan obesitas
meningkatkan beban kerja jantung. Obesitas meningkatkan resiko
infeksi karena jaringan adiposa mengandung sedikit vaskularisasi
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit yang pernah diderita keluarga seperti
DM,hipertensi, penyakit jantung coroner
6. Riwayat psikologis
Pasien yang akan dilakukan CABG dapat mengalami kecemasan
sampai ketakutan akan kematian.
7. Pemeriksaan fisik
a. Status Neurologi
Tingkat responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya,
kekuatan genggaman, gerakan ekstrimitas, reflek.
b. Status Jantung
Frekuensi dan irama jantung, suara jantung, tekanan darah arteri,
tekanan vena central (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji arteri
paru (PAWP:Pulmonary Artery Wedge Pressure), tekanan atrium kiri
(LAP), curah jantung atau indeks, drainase rongga dada dan status,
fungsi pacemaker.
c. Status Respiratori
Gerakan dada, suara nafas, penentuan ventilator (frekuensi, volume
tidal, konsentrasi oksigen, kecapatan nafas, tekanan ventilator, pipa
drainase rongga dada, gas darah arteri.
d. Status Pembuluh Darah Perifer
Denyut nadi perifer, warna kulit, dasar kuku, mukosa, suhu, kondisi
balutan dan pipa invasif.
e. Fungsi Ginjal
Haluaran urin, berat jenis urin, osmolaritasnya.
f. Status Cairan Dan Elektrolit
Input, haluaran dari semua pipa drainase, semua parameter curah
jantung, indikasi ketidakseimbangan elektrolit seperti berikut :
Hiperkelemia : konfusi mental, tidak tenang, mual, kelemahan,
parestesis ektremitas, disritmia.
1) Hipokalemia : intoksikasi digitalis, disritmia.
2) Hiponatremia : kelemahan, kelelahan, kebingungan, kejang,
koma.
3) Hipokalsemia : parestesia, spasme tangan dan kaki, kram
otot, tetani
4) Hiperkalsemia : intoksikasi digitalis, asistole.
g. Nyeri
Sifat, jenis lokasi, durasi, aprehensi respons terhadap anelgetika.
B. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d kehilangan darah dan gangguan fungsi
jantung.
2. Nyeri b.d trauma operasi, luka insisi
3. Ansietas b.d rasa takut akan kematian, kurang pengetahuan terhadap
Tindakan CABG
4. Resiko infeksi b.d post de entry kuman
C. Rencana keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Penurunan curah jantung b.d NOC NIC a. Status respirasi yang
kehilangan darah dan Setelah dilakukan tindakan Cardiac Care buruk bisa saja
gangguan fungsi jantung. keperawatan selama 2x24 jam klien a. Monitor status respirasi disebabkan oleh
Definisi diharapkan mampu menunjukkan : untuk gejala gagal edema paru dan ini
Penurunan curah jantung a. Curah jantung yang memuaskan jantung erat kaitannya
adalah ketidak adekuatan dibuktikan oleh efektifitas pompa b. Kaji toleransi aktivitas: dengan terjadinya
pompa darah oleh jantung, status sirkulasi, perfusi mulainya nafas pendek, gagal jantung
jantung untuk memebuhi jaringan (organ abdomen, jantung, nyeri, palpitasi, atau b. Untuk melihat
kebutuhan metabolisme serebral, perifer, dan pulmonal), pusing keterbatasan klien
tubuh dan status tanda vital. c. Auskultasi bunyi nafas: yang diakibatkan
Batasan karakteristik: b. Menunjukkan status sirkulasi, bunyi tambahan dan penyakit yang
Ds: dibuktikan oleh: tekanan darah bunyi jantung: murmur diderita klien, dan
a. Nyeri dada sistolik, diastolik dan rerata d. Pertahankan posisi tirah dapat ditegakkan
b. Sesak nafas rentang tekanan darah, frekuensi baring pada posisi yang grade dari suatu
c. Kelelahan nadi karotis kanan dan kiri, gangguan klien
d. Cemas tekanan vena sentral dan tekanan nyaman selama episode c.
S4 umum terdengar
e. Berdebar-debar baji pulmonal, status kognitif akut. pada pasien
Do: c. Nilai AGD normal (Pa02: 70-110 e. Berikan oksigen hipertensi berat
a. Dispnea, orthopnea mmHg, PaCO2: 3644mmHg, pH tambahan dengan kanula karena adanya
Disritmia art.: 7,36-7,44,HCO3: 22-26 nasal/masker dan obat hipertrofi atrium.
b. Perubahan EKG mmo1/1 )BJ urine normal :1,010- sesuai indikasi Adanya krakel,
c. Edema:ekstremitas ,025mg/1 (kolaborasi) mengi dapat
d. Kulit dingin / lembab d. Urine output normal (30cc/jam) f. Kolaborasi: medis mengindikasikan
e. Capilary Refill>3 detik (untuk pemberian kongesti paru
f. Kekuatan denyut nadi antiaritmia, nitrogliserin, sekunder terhadap
menurun / melemah vasodilator, terjadinya atau gagal
g. Frekuensi denyut antikoagulan, terapi jantung kronik
jantung dan respirasi cairan & oksigenasi), d.
Dengan posisi tirah
meningkat ahli gizi baring diharapkan
h. Sianosis ekspansi dada klien
i. Distensi vena jugularis lebih optimal
e. Meningkatkan
sediaan oksigen
untuk kebutuhan
miokard untuk
melawan efek
hipoksia/iskemia.
Banyak obat dapat
digunakan untuk
meningkatkan
volume sekuncup,
memperbaiki
kontraktilitas danm
enurunkan kongesti.
f. Memenuhi kebutuhan
klien atas
pengobatannya
2. Nyeri akut b.d trauma NOC NIC a. Dapat
operasi, luka insisi Setelah dilakukan tindakan Managemen nyeri mengidentifikasi
Definisi keperawatan dalam 1 x 24 jam, a. Kaji tingkat nyeri yang terjadinya komplikasi
Nyeri akut menurut NANDA diharapkan klien memperlihatkan komprehensif: lokasi, dan untuk intervensi
yaitu pengalaman sensori pengendalian nyeri, dengan kriteria durasi, karakteristik, selanjutnya
dan emosional yang tidak hasil sebagai berikut: frekuensi. b. Tanda nonverbal
menyenangkan yang muncul a. Melaporkan gejala nyeri terkontrol intensitas,factor sangat membantu
akibat kerusakan jaringan b. Melaporkan kenyamanan fisik pencetus sesuai dengan untuk menentukan
yang aktual atau potensial dan psikologis usia dan tingkat skala nyeri yang
atau digambarkan dalam hal c. Mengenali faktor yang perkembangan dirasakan klien
kerusakan sedemikian rupa menyebabkan nyeri b. Monitor skala nyeri dan c. Membantu klien
Batasan karakteristik d. Melaporkan nyeri terkontrol observasi tanda untuk mengurangi
Ds: (skala nyeri: <4) nonverbal dari persepsi nyeri atau
Klien mengungkapkan: Nyeri e. Tidak menunjukkan respon ketidaknyamanan mangalihkan
secara verbal /nonverbal nonverbal adanya nyeri c. Ajarkan tehnik non perhatian klien dari
Do: f. Menggunakan terapi analgetik dan farmakologis kepada nyeri.
non analgetik klien dan keluarga:
a. Perubahan respon g. Tanda vital dalam rentang yang relaksasi, distraksi,terapi d. Memabantu klien
otonom: dianoresis, diharapkan musik, terapi kompres agar dapat
perubahan panas/ dingin,masase. mengurangi factor
b. TD, RR, Nadi pengaturan posisi. pencentus yang dapat
c. Tingkah laku d. Informasikan kepada memperberat rasa
ekspresif: gelisah, klien tentang prosedur nyeri
merintih,menangis, yang dapat e. untuk mengurangi
nafas panjang meningkatkan nyeri: rasa nyeri karena
d. Tingkah laku berhati misal klien cemas, luka insisi.
hati: Gerakan kurang tidur, posisi
melindungi, posisi tidak rileks.
mengurangi nyeri e. Kolaborasi medis untuk
pemberian analgetik,
fisioterapis/akupungturis
3. Ansietas b.d rasa takut akan Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC a. Mengenali keadaan
kematian, kurang selama ….x24 jam diharapkan cemas Pengurangan kecemasan yang dapat
terkontrol dengan kriteria hasil:
pengetahuan terhadap a. Klien melaporkan dapat tidur 1. Identifikasi tingkat menyebabkan
Tindakan CABG nyenyak, merasa rileks dan faktor penyebab munculnya ansietas
Definisi: b. Klien mampu kecemasan b. Hubungan saling
Suatu keresahan, perasaan memfokuskan/mempertahankan 2. Bina hubungan saling percaya merupakan
ketidaknyamanan yang tidak perhatian saat berinteraksi percaya dasar untuk
mudah yang disertai dengan c. Klien menunjukkan 3. Bantu dan dampingi kelancaran hubungan
respons autonomis ketrampilan interaksisosial klien untuk interaksi selanjutnya
:sumbernya seringkali tidak yang efektif mengungkapkan c. Untuk mengadopsi
spesifik atau tidak diketahui d. Klien mampu mengungkapkan perasaan dan masalah respons koping yang
oleh individu; perasan perasan negatif secara tepat yang dialami baru, pasien pertama
khawatir yang disebabkan 4. Dorong klien untuk kali harus menyadari
oleh antisipasi terhadap menggunakan respons perasaan dan
biaya Batasan karakteristik koping adaptif yang mengatasi
Ds: dimilikinya penyangkalan dan
Klien mengatakan: 5. Ajarkan dan dorong resistens yang
a. Tidak bisa tidur klien & keluarga disadari atau tidak
b. Resah, gelisah untuk menggunakan disadari
c. Perasaan tidak menentu tehnik distraksi dan d. koping yang
d. Merasa khawatir relaksasi digunakan di dapat
e. Ekspresi yang 6. Berikan pengobatan mengatasi stress dan
mendalam terhadap untuk mengurangi mengatur distress
perubahan kondisi ansietas, sesuai emosional yang
Do: program medis menyerta
a. Penurunan e. Tekhnik relaksasi
produktivitas nafas dalam dapat
b. Kewaspadaan menurunkan ansietas
meningkat
c. Kontak mata buruk
d. Peningkatan keringat
e. Wajah tegang
f. Peningkatan tekanan
darah
g. Sulit
berkonsentrasi/gerakan
kelebihan

4. Resiko infeksi b.d post de Noc NIC a. Memonitor adanya


entry kuman Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pengendalian resiko infeksi tanda infeksi
Definisi selama ...x 24 jam diharapkan klien a. Pantau tanda dan b. Mencegah jalan
Mengalami peningkatan terbebas dari infeksi dengan kriteria gejala infeksi: masuknya bakteri
resiko terserang organisme hasil: peningkatan suhu c. Antibiotic membantu
patogenik a. Klien terbebas dari tanda dan tubuh, Perubahan mencegah
Faktor risiko gejala infeksi kondisi luka pertumbuhannya
a. Prosedur invasive b. Klien mampu mendiskripsikan b. Pertahankan tehnik bakteri sehingga
b. Imunitas didapat tidak proses penularan penyakit, faktor aseptik pada klien penting agar tidak
adekuat yang mempengaruhi penularan yang beresiko terjadi infeksi
c. Pertahanan primer tidak serta penatalaksanaanya c. Anjurkan kepada d. Nutrisi yang cukup
adekuat :kulit tidak c. Klien mempunyai kemampuan klien minum obat dan adekuat dapat
utuh, trauma jaringan, untuk mencegah timbulnya infeksi antibiotic memabantu
cairan
tubuh statis/oedem, d. Jumlah leukosit dalam batas d. Dorong klien untuk meningkatkan system
perubahan peristaltic normal (5.000 -10.000) mengkonsumsi nutrisi imun di dalam tubuh
d. Pertahanan sekunder tak dan cairan yang e. Pemeriksaan lab
adekuat: Hb turu, adekuat membantu
leukopenia, e. Kolaborasi dengan menentukan
albuminemia, inflamasi. Tim Medis untuk penyebab infeksi
e. Immunosupresif: AIDS, pemeriksaan juga untuk
CRF, Leukemia, ITP laboratorium yang menentukan
sesuai pengobatan
selanjutnya
Daftar Pustaka
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume
2.
Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskular : Pengantar dan Teori. Jakarta :
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai