M DENGAN
PERIOPERATIF ATRIAL FIBRILASI PASKA CABG
DI RUANG ICU DEWASA RUMAH SAKIT
JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
HARAPAN KITA
STUDI KASUS
DISUSUN OLEH:
PENDAHULUAN
A. Pengertian CABG
CABG merupakan suatu prosedur bedah dimana suatu pembuluh
darah dari bagian tubuh lainnya dicangkokkan (“grafted”) ke dalam arteri
koroner untuk melewati area yang tersumbat (Tortora, 2009). CABG
adalah suatu prosedur menggunakan vena atau arteri dari tubuh kita untuk
melewati bagian arteri koroner yang menyempit dan mengembalikan
aliran darah ke otot jantung (Aroesty, 2016).
B. Teknik CABG
CABG off pump adalah teknik CABG yang dilakukan pada jantung
yang masih berdenyut dengan menggunakan suatu alat stabilisasi (yang
mengurangi gerakan jantung). Dengan demikian kebutuhan CPB dapat
ditinggalkan. Menurur Nawwar Al-Attar (2007), Terdapat dua teknik dasar
CABG off pump yaitu teknik MIDCAB dengan melakukan suatu mini
thoracotomy terutama daerah anterior pada single atau two-vessel disease,
serta Midline sternotomy sebagaimana dilakukan pada CABG
konvensional.
3
C. Indikasi dan Manfaat CABG off pump dan on pump
4
Manfaat Lesser coagulopathy and blood
transfusion requirement
5
patients.
6
Atrial fibrilasi (AF) adalah aritmia jantung menetap yang paling
umum didapatkan. Ditandai dengan ketidakteraturan irama dan
peningkatan frekuensi atrium sebesar 350-650 x/menit sehingga atrium
menghantarkan implus terus menerus ke nodus AV. Konduksi ke
ventrikel dibatasi oleh periode refrakter dari nodus AV dan terjadi tanpa
diduga sehingga menimbulkan respon ventrikel yang sangat ireguler.
Atrial fibrilasi dapat terjadi secara episodic maupun permanen. Jika
terjadi secara permanen, kasus tersebut sulit untuk dikontrol.
7
dengan dasar penyakit jantung koroner.Fungsi kontraksi atrial yang
sangat berkurang pada atrial fibrilasi akan menurunkan curah jantung
dan dapat menyebabkan gagal jantung kongestif pada pasien dengan
disfungsi ventrikel kiri.
8
Tata laksana awal meliputi koreksi faktor predisposisi (seperti
manajemen nyeri, optimalisasi hemodinamik, weaning inotropik
intravena, koreksi elektrolit, anemia, hipoksia dan kelainan metabolik).
Fibrilasi atrium simtomatis dan laju yang sulit dikendalikan
dengan medikamentosa, dapat dilakukan kardioversi.
Usia tua
Hipertensi
DM
Obesitas
Sindrom Metabolik
Disfungsi diastolic
9
Surgical atrial injury
Kanulasi vena
Lama CPB
Lama AoX
Volume overload
Hipotensi
Penggunaan inotropic
10
2.3.1 Patofisiologi AF
11
PERIOPERATIVE AF (POAF)
12
13
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, suku, alamat,
no. medrec, pendidikan, pekerjaan, alamat , diagnosa medis, BB dan
TB.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Riwayat penyakit Keluarga
3. Pengkajian Pasien pasca bedah jantung
Pasien pasca bedah jantung dipindahkan secara langsung ke unit
perawatan kritis ( ICU ) tanpa melalui perawatan diruang pemulihan.
Setelah itu harus dilakukan pengkajian yang lengkap mengenai status
pasca operasi secara umum yakni : tanda-tanda vital, jenis operasi,
lamanya pemakaian mesin CPB, kondisi intra operasi, dan alat-alat
yang terpasang pada pasien. Tatalaksana selanjutnya yang spesifik
adalah pangkajian terhadap berbagai system organ diantara :
a. System Kardiovaskular
Pengkajian pada system kardiovaskular diawali dengan melakukan
pengkajian terhadap parameter hemodinamik. Pengkajian ini
meliputi pemeriksaan : tekanan darah arteri, tekanan nadi,
frekuensi nadi, tekanan arteri pulmonal, tekanan kapiler pulmonal,
tekanan vena central, suhu tubuh sentral, warna kulit pada bagian
perifer. Kesemuanya itu untuk menilai curah jantung yang
menjamin pefusi perifer.
b. System Respirasi
Pengkajian terhadap status respirasi bertujuan untuk mengetahui
secara dini tanda dan gejala tidak adekuatnya ventilasi dan
oksigenasi. Pengkajian dimulai dari laporan yang diberikan oleh
dokter anasthesi sebelum pasien masuk ICU. Dokter anasthesi
14
memberikan laporan kepada perawat yang bertanggung jawab
merawat pasien mengenai :
c. System Neurologis
Pengkajian status neurologist meliputi kesadaran, ukuran pupil,
pergerakan semua ektrimitas dan kemampuan menanggapi respon
verbal ataupun nonverbal, Kaji riwayat stroke, epilepsi/ kejang.
15
d. Fungsi Ginjal
Pengkajian pada system ginjal terutama ditujukan pada status
keseimbangan cairan, yang meliputi :
f. Rasa Nyeri
Menggunakan skala nyeri ( sifat, jenis, lokasi dan durasi nyeri )
dan evaluasi respon pasien terhadap pemberian analgetik.
16
B. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
b. Elektrokardiogram
EKG 12 lead untuk menilai adanya aritmia, iskemia, atau infark baru
c. Foto thorax
Ekstremitas hangat
17
Pulsasi perifer teraba kuat
Pemasangan IABP.
Peran perawat :
18
Mengkaji tanda dan gejala penurunan cardiac output
Memantau perdarahan
2. Hipotensi
Penatalaksanaan:
3. Hipertensi
Penatalaksanaan :
19
Kolaborasi pemberian sedasi dan analgetik
Peran perawat :
Pemantauan hemodinamik
4. Perdarahan
Penyebab perdarahan antara lain secara medical yaitu PT, APTT yang
memanjang, trombositopeni. Bila factor koagulasi normal atau pemberian
komponen darah tidak mengatasi perdarahan dapat dicurigai terdapat
masalah surgical yang bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan
terjadinya tamponade. Segera kolaborasi dengan tim bedah untuk dilakukan
rethorakotomy
Penatalaksanaan :
Pantau hemodinamik
Periksa factor pembekuan : ACT, PT, APTT, Fibrinogen dan trombosit
5. Tamponade
20
Tamponade yaitu penumpukan darah di rongga pericard yang menyebabkan
jantung tertekan
Penatalaksanaan :
Monitor atau kaji hasil rontgen thorax
Pantau patensi system drainage, tekanan penghisap, jumlah cairan
yang keluar
Persiapkan komponen darah
Kolaborasi dengan medis untuk echocardiografi
Kolaborasi dengan tim bedah untuk rethorakotomy
6. Aritmia
Penyebab aritmia antara lain :
Trauma akibat manipulasi pada system konduksi
Iskhemia/ infark miokard
Atrial streching
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Pasien kesakitan
Penatalaksanaan :
Mencari dan atasi penyebab aritmia
Mengkaji efek aritmia terhadap pasien( kemungkinan aritmia tidak
memberikan efek serius atau berefek serius terhadap pasien )
Kolaborasi dalam pemberian anti aritmia
21
7. Infark miocard perioperative
Penatalaksanaan :
Lakukan perekaman EKG untuk mengetahui kemungkinan aritmia atau
infark miokard
Cek enzim jantung CK, CKMB
Cek TROP T / TROP I kalau perlu 6 jam setelah operasi
Pemeriksaan echo untuk melihat adanya RWMA (Regional Wall
Motion Abnormalities)
8. Respirasi
Gangguan pada system respirasi diakibatkan karena depresi SSP akibat
anestesi dan narkotik, efek mesin CPB ( hemodilusi dan rusaknya sel darah
merah sehingga O2 yang dibawa ke sel berkurang). Kerusakan surfaktan
akibat hipotermia, humidifikasi yang tidak adekuat, pemberian tidal volume
yang terlalu tinggi atau yang terlalu rendah . Akibat lain adalah karena
kelalaian perawatan drainage juga karena pemberian tekanan positif yang
terlalu tinggi .
Penatalaksanaan :
Mengkaji pengembangan dada pasien
Auskultasi suara nafas pada kedua lapang paru
Memeriksa posisi ETT
Memantau perubahan pada pengaturan ventilator
Melakukan penghisapan lender sesuai dengan kondisi pasien
Kolaborasi dengan fisiotherapi
Mengkaji status oksigenasi dengan memantau saturasi O2 dan AGD
Kolaborasi dengan medis untuk melakukan ekstubasi pada pasien yang
sudah stabil
Kolaborasi dengan medis untuk pemberian analgetik agar pasien bisa
melakukan nafas dalam dan latihan batuk efektif.
9. Urologi
22
Gangguan perkemihan terjadi akibat efek dari pemakaian mesin CPB,
hemodinamik yang tidak stabil sehingga terjadi gangguan perfusi ke ginjal
pasca operasi.
Penatalaksaan:
Pantau hemodinamik
Pantau produksi urin
Pantau keseimbangan elektrolit dan asam basa
Periksa laboratorium : ureum creatinin, osmolalitas urine
Kolaborasi apabila : oliguria ( urin kurang dari 1 cc/kgbb/jam
berturut-turut ), pastikan CVP /PCWP adekuat,lakukan filling
pressure bila hanya CVP /PCWP yang naik, naikkan CO/CI dengan
inotropik, naikkan MAP dengan vasopressore, bila tidak respon
bolus diuretic, bila tidak respon segera lakukan kolaborasi dengan
dokter utk pemasangan CRRT.
11. Ansietas
Perasaan cemas dan sakit merupakan reaksi fisiologis dan psikologis,
lingkungan dan peralatan yang terdapat di ruang ICU juga mempengaruhi
kecemasan pasien .
Penatalaksanaan:
Berada di samping pasien
Membantu pasien untuk mengungkapkan perasaannya
Berikan penjelasan tentang kondisi pasien
23
Mengajarkan tehnik relaksasi
Kolaborasi dengan medis untuk pemberian analgetik
D. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan cuarah jantung berhubungan dengan perubahan preload,
afterload dan kontraktilitas yang tidak ade kuat
Tujuan : mengembalikan curah jantung adekuat
24
Pantau adanya perubahan elektrolit terutam kalium
Kolaborasi dengan dokter untuk koreksi elektrolit bila ada
nilai/hasil yang abnormal
Pertahankan kadat elektrolit dalam batas normal
Rekam EKG 12 lead
Kolaborasi dengan doketr untuk pemberian terapi anti aritmia
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan trauma pembedahan
dada ektensif, efek CPB, pengaruh anastehesi
Tujuan : Pertukaran gas adekuat
25
Kolaborasi dengan dokter pemberian anlagetik
5. Potensial kekurangan cairan sehubungan dengan perdarahan
Tujuan : Pengeluaran darah via WSD kurang dari 1 cc.,kgbb/jam
26
Berikan penyuluhan/ penkes sebelum operasi
Orientasikan pasien pada waktu, tempat dan berikan penjelasan
tentang rencana tindakan operasi
Kaji tingkat kecemasan pasien dan respon fisiologis seperti denyut
jantung
Yakinkan kepercayaan terhadap pasien dan keluarga
Berikan keksempatan pada pasien dan keluarga untuk merawat diri
Jelaskan pada pasien bila operasi telah selesai dan sekarang telah
berada di ICU
Berada didekat pasien
Memberikan penjesan pada pasien mengenai kondisi perbaikan
yang dialami
Kolaborasi dengan dokter bila perlu sedasi.
27
BAB 3. TINJAUAN KASUS
BB : 65 kg TB : 155 cm
PROSES KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. Keluhan Utama : Pasien meneluh nyeri pada luka operasinya, terutama
saat batuk.
B. Riwayat Penyakit
Pasien mengalami keluhan nyeri dada sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
kemudian dilakukan kateterisasi jantung tanggal 17/ 2/ 17. Hasil
kateterisasi menunjukkan CAD 3VD dan pasien di anjurkan untuk operasi
CABG. Pasien akhirnya dilakukan operasi CABG di PJNHK tanggal 27
Juli 2017.
Masalah Intra Operatif :Tidak ada
Masalah di ICU : Perdarahan yang teratasi dengan koreksi komponen
darah
Saat pengkajian Pasien mengalami Atrial Fibrilasi Rapid Ventricular
Respon dengan HR s.d 150 x/ menit. Irama EKG sebelum operasi dan saat
di ICU Sinus Rhytme. Pasien merasa berdebar dan cepat lelah saat
beraktifitas.
28
29
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Menurut keluarga pasien sudah lama menderita penyakit darah tinggi.
Pasien juga memiliki penyakit diabetes. Tidak ada riwayat penyakit stroke
A. Tanda vital
NIBP 114/74 mmHg, Heart Rate :150x/menit, EKG monitor
AFRVR, Suhu : 36,3°C (axilla), SaO2 99 %.
B. Sistem Kardiovaskuler
IBP 114/74 mmHg, CVP 14 mmHg, Heart Rate :150x/menit, EKG
monitor AFRVR, BJ 1-2 tunggal, tidak terdengar BJ tambahan dan
murmur, CRT 3 detik, nadi radialis teraba lemah dan tidak teratur,
akral dingin, konjungtiva tidak anemis.
Pasien merasa masih lemah, jantung berdebar dan cepat capek saat
beraktifitas. Terdapat luka di sternum 12 cm. Luka bersih dan
kering tertutup kasa steril. Luka bekas insersi drain substernal dan
intrapleura kiri.
Terpasang :
29
Echo Pra op 20/7/21 : Fungsi LV sistolik normal EF 75%, Global
normokinetik, LVH konsentrik dengan disfunsi diastolic, gangguan
relaksasi, kontraktilitas RV normal, TR mild, LA dilatasi
Lab 01/08/21 Jam 04.20 (Post koreksi PRC 513 cc) : Hb 11,8; Ht
33,6; Leukosit : 16230; Trombosit 202.000, SaO2 99%
Urine Output 80cc/ jam .
Obat - Obatan
C. Sistem Pernafasan
Pernafasan spontan dibantu dengan Binasal 6 Liter/menit,
pergerakan dan pengembangan dada simetris, RR monitor 22
x/menit, saturasi O2 99 %. Tidak terdengar wheezing, terdengar
ronkhi kasar di area bronkus dan area paru kiri dan kanan. Slem
putih, kental, sedang saat batuk
D. Sistem Persarafan :
Kesadaran Composmentis, pasien koperatif, Score nyeri
menggunakan VAS 5/10. Pasien masih nampak takut bergerak,
30
E. Sistem pencernaan :
Perut tidak kembung, bising usus 10x/menit, tidak ada
hepatomegali, tidak ada ascites, mulut dan tenggorokan tidak ada
masalah, Diet 1800 kalori/ 24jam
F. Sistem muskuloskeletal :
Akral dingin, kekakuan (-), oedem (-), tidak ada kelemahan
ekstrimitas, capilary refill time 3 detik, terdapat luka operasi
dikedua kaki panjang sekitar 20 cm tertutup kasa kering, odeme +
Sistem perkemihan :
1. Data Penunjang
a. Laboratorium
04.20
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal
2 Ht 33,6 40-48 %
b. EKG
Irama tidak teratur, HR 150x/ mnt, gel P tidak terlihat, , QRS 0,08
Interpretasi Atrial Fibrilasi Rapid Ventrikuler Respon (AFRVR)
31
c. Thorak Photo
Cor : CTR 60 %, cardiomegali, Paru : hilus tidak menebal,
vaskuler paru tidak meningkat, sinus costrofrenikus baik, kateter
CVP di ICS 3-4,
d. Terapi
Cordaron 360mg/6 jam, Humulin 3 unit/jam, i.v, Lasix 2x20 mg
i.v,
Morphine 10 mcg/kg/jam, aspilet 1x80 mg, Simvastatin 1x20 mg,
32
2. ANALISA DATA
33
dan Luka bekas insersi drain
substernal dan intrapleura kiri.
Luka bersih dan kering tertutup
kasa steril
Terpasang :
i. Thorax : CVLine 7 fr
triple lumen di v. Subclavia
sinistra, area insersi tampak
bersih, tidak terlihat tanda-tanda
infeksi tanggal di pasang 27/7/16
ii. Dower Kateter no. 14 ,
bersih, tanda-tanda infeksi tidak
ada. Tanggal di pasang
27/7/16Terdapat luka di sternum
dan terdapat luka operasi dikedua
kaki panjang sekitar 20 cm
tertutup kasa kering
34
dan murmur, CRT 3 Toleransi aktifitas kulit) secara rutin
detik, nadi radialis meningkat - Monitor status kardiovaskular
teraba lemah dan tidak Bebas edema - Monitor adanya disritmia
teratur, akral dingin, - Catat tanda dan gejala
konjungtiva tidak penurunan curah jantung
anemis. Urine Output - Monitor status pernafasan
80 cc/jam dalam 7 jam yang merupakan tanda gagal
sebelumnya. jantung
- Monitor abdomen untuk
indikasi penurunan perfusi
(asites)
- Monitor balance cairan intake,
output, BB harian)
- Monitor hasil laboratorium
(enzim jantung, elektrolit)
- Monitor toleransi aktfitas
- Monitor adanya dispnea,
ortopnea, takipnea
- Ajarkan teknik relaksasi
NIC: Medication
administration (2300)
- Kolaborasi pemberian obat
anti aritmia sesuai protokol
- Rekam ECG 12 lead tiap hari
- Kolaborasi pemberian koreksi
elektrolit
2. Nyeri akut (00132) b/d NOC: Pain level NIC: Pain management (1400)
trauma jaringan. (2102) - Lakukan pengkajian secara
ditandai oleh Kriteria Hasil : komprehensif termasuk lokasi,
DS: Pasien meneluh Melaporkan nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
nyeri pada luka berkurang kualitas dan faktor presipitasi
operasinya, terutama Ekspresi wajah - Observasi reaksi non verbal
saat batuk. rileks dari ketidaknyamanan
TTV stabil - Gunakan tehnik komunikasi
DO: NIBP 114/74
terapaeutik untuk mengetahui
mmHg, Heart
NOC: Comfort pengalaman nyeri
Rate :150x/menit, EKG
status: Physical - Evaluasi pengalaman nyeri
35
monitor AFRVR, VAS (2010) masa lalu
5/10 Kriteria Hasil : - Jelaskan mengenai penyebab
Posisi rileks nyeri
Otot – otot rileks - Kontrol lingkungan yang dapat
36
batas normal setiap 4 jam
37
pasien saat ini unit
A : Masalah tertasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan ,
Dx 2:
S : Pasien mengatakan:
Masih nyeri terutama
saat batuk
- Dahak sudah mulai
bisa keluar
O:
- VAS 4/10
- Pasien mampu
mendemonstrasikan
latihan napas dalam dan
batuk efektif dengan
baik
A: Masalah belum
teratasi, Level nyeri
masih sedang
P: Intervensi
dipertahankan,
kolaborasi pemberian
analgetik
Dx 3
S: Pasien mulai mau
makan
O:
- GDS 147
- T : 36,3 C
- Luka Post operasi
tampak bersih dan
kering
- CV line dan dower
kateter H-5
A: Masalah belum
38
teratasi,
P: Rawat luka operasi
dan daerah insersi, cek
GDBT dan GDN,
Kolaborasi pemberian
antibiotik dan terapi
diabetes
02/08/21 1, II, Teknical : Dx 1
08.00 III - Mengkaji keluhan pasien. S : Pasien mengatakan:
- Mengkaji status hemodinamik setiap - Sudah lebih enak
120 menit, meliputi : Tingkat dibanding kemarin
kesadaran, Tanda-tanda vital dan - Tidak Pusing
Pulsasi arteri perifer (PAP), Urine - Tidak sesak napas
output. O:
- Mengkaji bunyi jantung dan paru - TTV :
- Mempertahankan posisi yang nyaman TD : 156/73 ( 100)
09.00 - Melaporkan hasil interpretasi ECG mmHg, HR : 68 x/mnt,
12 lead ke cardiolog bahwa QTc RR: 14 x/mnt, Suhu :
memanjang 36,3 0C
09.30 - Merawat luka operasi - Nadi kuat sedang,
- Mencabut dower kateter teratur,
10.00 - Mempersiapkan prosedur - Akral hangat
pemeriksaan Trans Thorakal Echo - BJ 1 & 2 normal,
11.30 - Monitoring EKG ronkhi tidak ada
13.00 - Memberikan terapi sesuai order - Urine output 120
mL/jam
Edukasi : - Balance cairan -200 cc
11.30 - Memberikan edukasi mengenai nutrisi dan - Amiodaron stop
hand hygiene - Echo : PE 1 cm di
. posterior LV, EF 75%,
TAPSE 1,3 cm
A : Masalah teratasi,
masalah menjadi Resiko
penurunan cardiac
output
P : Intervensi
dilanjutkan , ECG 12
lead ulang besok
39
Dx 2:
S : Pasien mengatakan:
- Sudah merasa lebih
nyaman
- Nyeri berkurang
O:
- VAS 3/10
- Pasien sudah mulai
mobilisasi
A: Masalah teratasi,
P: Dorong untuk
mobilisasi bertahap,
terapi analgetik sesuai
kebutuhan
Dx 3
S: Pasien mengatakan:
Memperbaiki intake
nutrisinya
O:
- Alat – alat invasif
minimal
- Gula darah terkontrol
(GDBT 167, GDN 120)
A: Masalah teratasi,
P: Lanjutkan perawatan
luka operasi
40
REFERENSI
Aroesty, J. M. (2016).
http://www.uptodate.com/contents/coronaryarterybypassgraftsurgerybeyondthe
basics. Web akses 11 September 2016
Diklat Rumah Sakit Jantung Harapan Kita ,Edisi pertama, (2001) Buku Ajar
Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta
Hadis, Hasril, et. All. 2010. Incidence And Risk Factors Of Atrial Fibrillation
After Coronary Bypass Graft Surgery. Jurnal Kardiologi Indonesia
Judith and gulanick. 2013. Nursing Care Plans: Nursing Diagnosis and
Intervention. Elsevier Health Sciences
41
artery bypass grafting: Meta-analysis. The Journal of Thoracic and
Cardiovascular Surgery January 2016
Raza Baig et all. (2016). Early outcomes of on-pump versus off-pump coronary
artery bypass grafting. Pakistan Journal of Medical Sciences, 32(4), 917–921.
http://doi.org/10.12669/pjms.324.9680
Yuniadi, yoga dkk. 2014. Pedoman Tata Laksana Fibrilasi Atrium. PERKI
42