Anda di halaman 1dari 5

“WAWASAN NASIONAL”

DI SUSUN OLEH :

NAMA : Alwan indrawan azis

NIM : D121201028

DOSEN MATA KULIAH : Suryanto, S.Sos., M.Si


WAWASAN NASIONAL

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wawasan nusantara adalah sudut pandang geopolitik Indonesia secara mendasar. Secara
harfiah, wawasan nusantara berarti konsep kepulauan; secara kontekstual istilah ini lebih
tepat diterjemahkan sebagai "visi kepulauan Indonesia". Wawasan nusantara adalah cara
bagi Indonesia untuk memandang dirinya sendiri (secara geografis) sebagai satu kesatuan
antara ideologi, politik, ekonomi, sosiokultural, serta masalah keamanan dan pertahanan.
Wawasan Nasional adalah cara pandang suatu bangsa yang telah menegara tentang diri dan
lingkungannya dalam eksistensinya yang serba terhubung (interaksi & interelasi) serta
pembangunannya di dalam bernegara di tengah-tengah lingkungannya baik nasional,
regional, maupun global.

BAB II : PEMBAHASAN

A. Wawasan Nusantara Dan Wawasan Nasional

Wawasan Nasional adalah cara pandang suatu bangsa yang telah menegara tentang diri
dan lingkungannya dalam eksistensinya yang serba terhubung (interaksi & interelasi)
serta pembangunannya di dalam bernegara di tengah-tengah lingkungannya baik nasional,
regional, maupun global.

Suatu negara dan bangsa akan terikat erat apabila ada pemahaman yang mendalam
tentang perbedaan dalam negara atau bangsa itu sebagai anugrah, yang pada akhirnya
akan memperkaya khasana budaya negara atau bangsa tersebut. Disamping itu, perbedaan
ini merupakan satu titik yang sangat rentan terhadap perpecahan jika tidak diberikan
pemahaman wawasan nasional dan wawasan nusantara yang tepat bagi bangsa dan
negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara keanekaragaman (pendapat,
kepercayaan, hubungan, dsb) memerlukan suatu perekat agar bangsa yang bersangkutan
dapat bersatu guna memelihara keutuhan negaranya.

Wawasan Nasional, yang di Indonesia disebut sebagai Wawasan Nusantara, pada


dasarnya merupakan cara pandang terhadap bangsa sendiri. Kata “wawasan” berasal dari
kata “wawas” yang bearti melihat atau memandang (S. Sumarsono, 2005). Setiap Negara
perlu memiliki wawasan nasional dalam usaha menyelenggarakan kehidupannya.
Wawasan itu pada umumnya berkaitan dengan cara pandang tentang hakikat sebuah
Negara yang memiliki kedaulatan atas wilayahnya. Fokus pembicaraan pada unsur
kekuasaan dan kewilayahan disebut “geopolitik”.
B. Wawasan Nasional Di Beberapa Negara

1. Amerika

Amerika Serikat secara jelas, fokus terhadap outward looking, terutama ketika terjadinya
Perang Dingin dengan USSR, dimana ini menyebabkan meletusnya The Korean War.
USSR dan RRC melalui Korea Utara berusaha menginvasi Korea Selatan, dan US
kemudian menjadi penopang kebutuhan militer Korea Selatan. Hubungan baik US dengan
Korea Selatan yang telah dimulai sejak bantuan US dalam Korean War ini akhirnya terus
berkembang dalam Mutual Defense Treaty di tahun 1953 yang menjelaskan bahwa US
akan membantu Korsel dalam menghadapi segala agresi asing (Frank, Kim, & Larry,
1975:12). Kenyataan ini menunjukkan geopolitik Amerika Serikat di bidang pertahanan
keamanan di wilayah Asia Timur, terutama Korea. Dalam hal ini penulis berpandangan
bahwa selama masa Perang Dingin hingga setelahnya, Amerika Serikat menempatkan
geopolitiknya pada Korea sebagai basis pertahanan untuk membendung penyebaran
Komunis di Asia Pasifik, terutama Jepang dan kawasan lainnya. Oleh karena itu,
menyadari betapa pentingnya kawasan Asia Timur bagi geopolitiknya, Amerika Serikat
kemudian memanfaatkan kekuatan ekonominya yang kuat untuk merangkul negara-
negara di dunia melalui berbagai bantuan, seperti Truman Doctrine dan Marshall Plan,
demi mencegah ditimbulkannya domino effects. Mengingat China sendiri kini
berkembang pesat sekalipun USSR telah runtuh. Strategi ini identik dengan sebutan Aid
Strategy.
Selain di sisi keamanan, geopolitik di Asia Timur juga penting bagi sektor perekonomian
Amerika Serikat. Sebagaimana yang kita tahu, negara-negara Asia Timur merupakan The
New Industrialization Countries, yang memiliki perkembangan ekonomi pesat. Dengan
tetap menjalin mitra kerjasama bersama negara-negara Asia Timur, Amerika Serikat
berharap tidak kehilangan pengaruhnya di Asia Pasifik (Alexandra, 2003 dalam csis.or.id,
diakses pada 10 April 2013). Penulis yakin bahwa hal ini selaras dengan keingingan
Amerika Serikat untuk membentuk suatu tatanan dunia yang terintegrasi dalam suatu
liberalisasi ekonomi. Selain itu juga, terindikasi adanya unsur-unsur perluasan sphere of
influence dari paham Liberalisme Amerika Serikat.

2. Eropa

Geopolitik dan geostrategi Eropa juga dipengaruhi oleh munculnya kekuatan baru
dalam bidang ekonomi, yaitu Cina dan India. Sebagai respon atas kondisi tersebut,
Uni Eropa melakukan kerjasama dengan aktor-aktor lain, misalnya NATO dan
negara-negara di Selatan (Smith, 2002). Uni Eropa berusaha untuk memperkuat
kerjasama di bidang pertahanan dengan NATO. Sedangkan dengan negara-negara di
selatan, Uni Eropa memperkuat kerjasama dalam bidang perdagangan. Hal tersebut
dimudahkan dengan adanya ketergantungan dari Selatan terhadap Eropa sebagai
bekas kolonialisnya. Kerjasama dengan Selatan ditandai dengan aktifnya Uni Eropa
di GATT/WTO, kerjasama dengan ASEAN, dan bantuan ekonomi ke negara-negara
di Selatan. Namun geopolitik dan geostrategi tersebut berlaku secara keseluruhan
dalam wilayah Uni Eropa
3. RRC

Cina muncul sebagai kekuatan ekonomi dunia pada abad ke-21. Industri Cina yang
makin maju menyebabkan Cina butuh pasokan energi lebih banyak, khususnya
minyak. Oleh karena itu, Cina bekerja sama dengan regional lain yang berperan
sebagai eksportir minyak, misalnya Asia Tengah. Akibatnya, geopolitik dan
geostrategi Cina berorientasi pada sumber daya alam yang menjadi komoditas utama
dunia pada saat itu, yaitu minyak dan gas, yang digunakan untuk keperluan industri.
Selain itu, Cina juga fokus pada perluasan pasar ke regional-regional lain. Cina, yang
awalnya menganut sistem unilateral dalam hubungan internasionalnya, saat ini
menjadi unilateral, ditandai dengan kerjasama Cina dengan WTO dan ASEAN (Yan,
2006). Hal tersebut menyebabkan Cina harus membuka pasar dalam negerinya agar
negara-negara lain dapat berinvestasi. Secara tidak langsung, Cina ingin memiliki
hegemon seperti Amerika. Dalam hal ini, Cina menggunakan strategi string of pearls,
yaitu manifestasi peningkatan pengaruh geopolitik Cina melalui usaha untuk
meningkatkan akses pelabuhannya dan bantuan udara, mengembangkan hubungan
diplomatis khusus, dan modernisasi kekuatan militer yang memanjang dari Laut Cina
Selatan melewati Selat Malaka, Samudera Hindia, hingga ke Teluk Arab (Pehrson,
2006).

4. Malaysia

Cara pandang Malaysia dalam memandang diri dan lingkungannya sangat kuat dibentuk
dan dijiwai oleh paham kekuasaan dan geopolitik yang dianutnya. Paham kekuasaan
Malaysia ini bersandar pada kemantapan sistem politik yang berakar pada kebudayaan
politik dan feodalisme bangsa. Eksistensi kebudayaan politik tidak semata-mata
ditentukan oleh kondisi ekonomi yang maju, angkatan perang yang kuat, tetapi juga
faktor subjektif dan psikologis bangsa. Dalam konsep ini letak ruang untuk hidup sebagai
negara bangsa bagi Malaysia perlu dilindungi dan dipertahankan dengan segala cara
bukan hanya dengan pendekatan kesejahteraan rakyat saja yang didahulukan tetapi juga
tujuan dan sasaran kepentingan nasional yang lebih diutamakan.

Dalam hal ini, bagi Malaysia yang terletak di tengah-tengah kawasan Asia Tenggara,
persepsi tentang ruang untuk mempertahankan hidup itu sudah berubah. Malaysia ingin
memainkan peran sebagai kekuatan utama yang memengaruhi, bukan lagi sebagai objek
seperti dulu lagi. Kombinasi antara paham kekuasaan dengan geopolitik yang dimiliki
bisa menjadikan Malaysia sebagai negara yang cenderung berkarakter protektif ekspansif.

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi dapat di simpulkan bahwa di negara lain terdapat juga wawasan nasional karena,
setiap negara perlu memiliki wawasan nasional dalam usaha menyelenggarakan
kehidupannya. Wawasan itu pada umumnya berkaitan dengan cara pandang tentang
hakikat sebuah Negara yang memiliki kedaulatan atas wilayahnya. Fokus pembicaraan
pada unsur kekuasaan dan kewilayahan disebut “geopolitik”.

Anda mungkin juga menyukai