Anda di halaman 1dari 40

 

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


PADA NY. K DENGAN OSTEOARTHRITIS DI RT 01/04 DESA MERSI
MERSI
KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR KABUPATEN BANYUMAS

Di Susun Oleh :
RIZKI RESTIYANYI (P1337420216002)
(P1337420216002)
KARTIKA DWI ANANDA (P1337420216008)
(P1337420216008)
YASINTA PRATIWI NUGRAHENI (P1337420216015)
(P1337420216015)
SEBASTIAN ALFARIZI (P1337420216022)
(P1337420216022)
ERNA DWI RIYANTI (P1337420216023)
(P1337420216023)
IFTINAN HIKMAT MUMTAHANAH (P133742
(P1337420216031)
0216031)

ATIKA NUR KHAFIFAH (P1337420216037)


(P1337420216037)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2018
 

LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOARTRITIS

1.  Definisi
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degenaeratif atau
osteoartritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang
 paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan
(disabilitas) (Nanda NicNoc, 2012).
Osteoartritis adalaha kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat
inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung- ujung tulang penyusun
sendi ( Soenarwo, 2011)
Osteoartritis adalah kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat
inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung- ujung tulang penyusun
sendi.
Jadi osteoartritis merupakan kelainan yang bersifat progresif lambat
yang mengenai rawan sendi.
2.  Epidemiologi
Angka kejadian OA sering dijumpai pada orang dengan usia 45 thn
keatas dengan angka kejadian pada wanita lebh banyak daripada pria.
Diseluruh dunia, diperkirakan 9,6% pria dan 18% wanita berumur 60 thn
keatas, terkena OA. Insiden OA pada umur kurang dari 20 tahun sekitar
10% dan meningkat lebh dari 80% pada umur lebih dari 55 tahun
(Susanto,2011).
3.  Etiologi
a.  Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pencetus dari Osteoartritis yang banyak
meyebabkan gejala, meliputi:
1)  Umur
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan
 bertambahnya usia dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar
air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2)  Pengausan
 

Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat


merusak rawan sendi melalui 2 mekanisme yaitu pengikisan dan
 proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.
dikandungnya.

3)  Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi
 penopang berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang
disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi
tidak aktif dan dapat menambah kegemukan
4)  Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis
adalah trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas
struktur dan biomekanik sendi tersebut.

5)  Keturunan
Herbeden node merupakan salah satu bentuk osteortritis
yang biasa ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena
osteoartritis sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya
yang terkena.
6)  Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematoid, infeksi akut, infeksi kronis)
menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak
matrik rawan sendi oleh membran synovial dan sel- sel
se l radang.

7)  Joint mallignment


Pada akromegali karena pengaruh hormone pertumbuhan,
maka rawan sendi akan menebal dan menyebabkan sendi menjadi
tidak stabil/ seimbang sehingga memperceat proses degenerasi
8)  Penyakit Endokrin
Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam-
garam proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan
 penyokong sehinggga merusak sifat fisik rawan sendi, ligament.
Tendon, synovial, dan kulit pada diabetes melitus, glukosa akan

menyebabkan produksi proteaglandin menurun.


 

9)  Deposit pada rawan sendi


Hemokromatosis,penyakit wilson, akronotis, kalsium
 pirofosfat dapat mengendapkan homosiderin, tembaga polimer,

asam hemogentisis, kristal monosodium urat/ pirofosfat dalam


rawan sendi.
 b.  Faktor Presipitasi
1)  Demografi
Mereka yang terdiagnosis osteoartritis, sangatlah diperlukan
adanya perhatian lebih mengenai keadaan lingkungan. Ketika
lingkungan sekitarnya yang tidak mendukung. Maka kemungkinan
 besar klien akan merasakan gejala penyakit ini. Banyak diantaranya
ketika keadaan suhu lingkungan sekitar klien yang cukup dingin,

maka klien akan merasa ngilu, kekakuan sendi pada area- area yang
 biasa terpapar, sulit untuk mobilisasi dan bahkan kelumpuhan.
kelumpuhan.
4.  Manifestasi Klinis
a.   Nyeri sendi, keluhan utama
 b.  Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan
 pelan- pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c.  Kaku pagi
d.  Krepitasi, rasa gemeretak (kadang- kadang dapat terdengar) pada sendi
yang sakit.

e.  Pembesaran sendi (deformitas)


f.  Perubahan gaya berjalan
g.  Tanda- tanda peradangan, tanda- tanda peradangan pada sendi ( nyeri
ekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)
5.  Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
 penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi

ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur


 

 penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress


 biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim
enzim lisosom menyebabkan dipecahnya
 polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit

sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering


terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul
lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan
terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri
n yeri yang dialami
atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi
tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang
yang mengakibatkan karena
 peristiwa-peristiwa tertentu
tert entu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas
congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan

trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga


menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme
sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan
kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi
yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau
nodulus.
 

6.  Pathway

7.  Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi:
a.  Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya
yang berhubungan dengan osteoartritis.
 b.  Tipe skunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah mengalami
fraktur.

8.  Komplikasi
 

Komplikasi yang dapat terjadi bila osteoartritis tidak ditangani yaitu


terjadi deformitas atau kerusakan struktur penunjang sendi dengan
 perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau jari, subluksasi sendi

metakarpofalangeal, deformitas bautonmere dan leher angsa pada kaki


terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari
subluksasi metatarsal.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis
dan ulkus peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat
anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
(disease modifying antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor
 penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga

sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya
 berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan
neuropati iskemik akibat vaskulitis.
9.  Pemeriksaan diagnostik (Penunjang)
a.  Foto sinar X pada sendi- sendi yang terkena. Perubahan-perubahan yang
dapat ditemukan adalah
1)  Pembengkakan jaringan lunak
2)  Penyempitan rongga sendi
3)  Erosi sendi

4)  Osteoporosis juksta artikuler


 b.  Tes Serologi
1)  BSE Positif
2)  Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
c.  Pemeriksaan radiologi
1)  Periarticular osteopororsis, permulaan persendian erosi
2)  Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan
ankilosis
d.  Aspirasi sendi
 

Cairan sinovial menunjukkan adanya kekurangan serta proses


radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara
makroskopik.

10. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum yang lengkap perlu dilakukan. Disamping
menilai adanya sinovasi pada setiap sendi, perhatikan juga hal- hal berikut
ini:
a.  Keadaan umum: komplikasi steroid, berat badan.
 b.  Tangan: meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan
c.  Lengan: Siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran
kelenjar limfe aksila.
d.  Wajah: periksa mata untuk sindroma sjorgen, skleritis, episkelritis,

skleromalasia perforans, katarak anemia dan tanda- tanda


hiperviskositas pada fundus. Kelenjar parotis membesar
e.  Mulut: (Kring, karies dentis, ulkus) catatan: artritis rematoid tidak
menyeababkan iritasi.
f.  Leher: adanya tanda- tanda terkenanya tulang servikal.
g.  Toraks: Jantung (adanya perikarditis, defek konduksi, inkompetensi
katup aorta dan mitral).Paru- paru (aadanya efusi pleura, fibrosis,
nodul infark, sindroma caplan)
h.  Abdomen: andanya splenomegali dan nyeri tekan epigastrik

i.  Panggu dan lutut: tungkai bawah danya ulkus, pembengkakan betis
(kista baker yang ruptur) neuropati, mononeuritis multipleks dan
tanda- tanda kompresi medula spinalis.
 j.  Kaki: efusi lutut, maka cairan akan mengisi cekungan medial dan
kantong suprapatelar mengakibatkan pembengkakan diatas dan
sekitar patela yang berbentuk seperti ladam kuda dan efusi sendi
 pergelangan kaki akan terjadi pembengkakan pada sisi anterior.
k.  Urinalisis: untuk protein dan darah, serta pemeriksaa
pemeriksaann rektum untuk
menentukan adanya darah.
 

11. Terapi/ Tindakan Penanganan


Prinsip utama pengobatan penyakit osteoartritis adalah dengan
mengistirahatkan sendi yang terserang. Karena jika sendi yang terserang

terus digunakan akan memperparah peradangan. Dengan mengistiratakan


sendi secara rutin dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan.
Embidaian bisa digunakan untuk imobilisasi dan mengistiratkan satu atau
 beberapa sendi. Tetapi untuk mencegah kekakuan
kekakuan dapat dilakukan beberapa
gerakkan yang sistematis. Obat- obat yang digunakan untuk mengobati
 penyakit ini adalah:
1.  Obat anti peradangan non steroid, yang paling sering digunakan
adalah aspirin dan ibuprofen. Obat ini mengurangi pembengkakan
sendi dan mengurangi nyeri.

2.  Obat slow-acting. Obat ini ditambahkan jika terbukti obat anti
 peradangan non steroid tidak efektif setelah diberikan selama 2-3
 bulan atau diberikan segera jika penyakitnya berkembang cepat.
cepat.
3.  Kortikosteroid, misalnya prednison merupakan obat paling efektif
untuk mengurangi peradangan dibagian tubuh manapun.
Kortikosteroid efektif digunakan pada pemakaian jangka pendek,
dan kurang efektif bila digunakan dalam jangka panjang. Obat ini
tidak memperlambat perjalanan pnyakit ini dan pemakaian jangka
 panjang mengakibatkan berbagai efek samping., yang melibatkan

hampir setiap orang.


4.  Obat Imunosupresif (contoh metotreksat,azatioprin, dan
cyclophosphamide) efektif unuk mengatasi artritis yang berat. Obat
ini menekan peradangan sehingga pemakaian kortikosteroid bisa
dihindari atau diberikan dengan dosis rendah.

Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang


untuk mencapai tujuan- tujuan ini. Pendidikan, istirahat, latihan fisik
dan termoterapi, gizi dan obat- obatan.
 

a.  Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah


memberikan pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada
 pasien, keluarganya dan siapa saja yang berhubungan dengan

 pasien. Pendidikan yang di berikan meliputi pengertian tentang


 patofisiologis, penyebab, dan prognosis penyakit ini, semua
kompnen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang
kompleks, sumber- sumber bantuan untuk mengatasi penyakit
ini, dan metode-metode efektif tentang penatalaksanaan yang
diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus
dilakukan secara terus menerus. Bantuan dapat diperoleh
melalui club penderita. Badan- badan kemasyarakatan dan dari
orang- orang lain yang juga pendeita artritis reumatoid serta

keluarga mereka.
 b.  Istirahat penting karena osteartiritis biasanya disertai rasa lelah
yang hebat. Walaupun rasa lelah dan kekakuan sendi itu bisa
timbul setiap hari, tetapi ada masa- masa ketika pasien merasa
lebih baik atau lebih berat. Kekakuan dan rasa tidak nyaman
dapat meningkat apabila beristirahat, hal ini berarti bahwa pasien
dapat mudah terbangun dari tidurnya pada malam hari karena
nyeri.
c.  Latihan- latihan spesifik dapat bermanfaat dalam

mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan


aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali
sehari. Kompres panas pada sendi- sendi yang sakit dan bengkak
mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu
yang bisa diatur dan mandi dengan suhu panas dan dingin dapat
dilakukan di rumah.
d.  Tindakan operatif dapat dilakukan apabila tindakan diatas sudah
tidak dapat menolong pasien lagi. Penggantian engsel
(artoplasti) dilakukan dengan mengganti engsel yang rusak dan

diganti dengan alat lain yang terbuat dari plastik


plas tik atau metal yang
 

disebut prostesis. Pembersihan sambungan (debridemen) dapat


dilakukan dengan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak
yang mengganggu pergerakan dan menyebabkan nyeri saat

 pergerakan tulang. Penataan tulang dapat dipilih jika artroplasti


tidak dipilih pada kondisi tertentu, seperti osteoartritis
osteoartrit is pada anak
dan remaja. Penataan ini dilakukan agar sambungan/ engsel
tidakmenerima beban saat melakukan pergerakan
 

 
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.  Pengkajian
a.  Pengkajian fisik
1)  Identitas
2)  Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada persendian, bengkak, dan terasa
kaku.
3)  Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian,
 bengkak, dan terasa kaku.

4)  Pola fungsi Gordon


a)  Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien
sakit tindakan yang dilakukan klien untuk menunjang
kesehatannya.
 b)   Nutrisi/metabolic
Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien, porsi sehari,
 jenis makanan, dan volume minuman perhari, makanan
kesukaan.

c)  Pola eliminasi


Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri atau tidak saat
BAB/BAK dan warna
d)  Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan klien saat beraktivitas dan dapat
melakukan mandiri, dibantu atau menggunakan alat
e)  Pola tidur dan istirahat
Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau
terganggu kaji penyebabnya

f)  Pola kognitif-perseptual


 

Status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi


(penyebab), Qualitas 9nyerinya seperti apa), Reqion (di daerah
mana yang nyeri), Scala (skala nyeri 1-10), Time (kapan nyeri

terasa bertambah berat).


g)  Pola persepsi diri
Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi; harga diri, ideal
diri, identitas diri, gambaran diri.
h)  Pola seksual dan reproduksi
kaji manupouse, kaji aktivitas seksual
i)  Pola peran dan hubungan
Kaji status perkawinan, pekerjaan
 j)  Pola manajemen koping stress

k)  Sistem nilai dan keyakinan


 b.  Fungsional klien
1)  Indeks Barthel yang dimodifikasi
Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam
meningkatkan aktivitas fungsional. Penilaian meliputi makan,
 berpindah tempat, kebersihan diri, aktivitas di toilet, mandi, berjalan
di jalan datar, naik turun tangga, berpakaian, mengontrol defikasi
dan berkemih. Cara penilaian:
 NO KRITERIA BANTUAN MANDIRI

1 Makan 5 10

2 Minum 5 10

3 Berpindah dari kursi roda 5-10 15


ketempat tidur/sebaliknya
4 Personal toilet (cuci muka, 0 5
menyisir rambut, menggosok gigi)
5 Keluar masuk toilet (mencuci 5 10
 pakaian, menyeka tubuh, menyiram)
menyiram)
 

6 Mandi 5 15

7 Jalan di permukaan datar 0 5

8 Naik turun tangga 5 10

9 Menggunakan pakaian 5 10

10 Kontrol bowel (BAB) 5 10

11 Kontrol Bladder (BAK) 5 10

Total skor

Cara penilaian:
< 60 : ketergantungan penuh/total
110-105  : ketergantungan sebagian
110 : mandiri

2)  Indeks Katz


Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk
aktivitas kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi
fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal: makan,
kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke kamar mandi, mandi dan
 berpakaian. Indeks Katz adalah pemeriksaan disimpulkan dengan
system penilaian yang didasarkan pada tingkat bantuan orang lain
dalam melakukan aktivitas fungsionalnya. Salah satukeuntungan
dari alat ini adalah kemampuan untuk mengukur perubahan fungsi
aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri evaluasi dan
aktivitas rehabilitasi. Pengukuran pada kondisi ini meliputi:
Termasuk kategori manakah klien?
a.  Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB/BAK), menggunakan
 pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi
 b.  Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas
 

c.  Mandiri kecuali mandi dan salah satu fungsi lain


d.  Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan salah satu fungsi diatas
e.  Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu

fungsi yang lain


f.  Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan
satu fungsi yang lain
g.  Ketergantungan untuk semua fungsi diatas
Keterangan :
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau
 bantuan efektif dari orang lain,
l ain, seseorang yang menolak untuk
melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi,
meskipun ia dianggap mampu.

c.  Status mental dan kognitif gerontik


1)  Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan
intelektual. Pengujian terdiri atas 10 pertanyaan yang berkenan
dengan orientasi, riwayat pribadi, memori dalam hubungannya
dengan kemampuan perawatan diri, memori jangka panjang dan
kemampuan matematis atau perhitungan (Pfeiffer, 2002).

 NO PERTANYAAN BENAR SALAH

1 Tanggal berapa hari ini

2 Hari apa sekarang

3 Apa nama tempat ini

4 Alamat anda?

5 Berapa umur anda?

6 Kapan anda lahir (minimal tahun


lahir)
 

7 Siapa presiden indonesia


sekarang?

8 Siapa presiden indonesia

sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda?

Kurangi 3 dari 20 dan tetap


10  pengurangan 3 dari setiap angka
angka
 baru, semua secara menurun
Jumlah

Interpretasi hasil :

1)  Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh


2)  Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
3)  Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
4)  Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat

2)  MiniMental Status Exam (MMSE)


Mini mental status exam (MMSE) menguji aspek kognitif
dari fungsi mental: orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi,
mengingat kembali dan bahasa. Nilai kemungkinan ada 30, dengan
nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif
yang memerlukan penyelidikan lanjut. Pemeriksaan memerlukan
hanya beberapa menit untuk melengkapi dan dengan mudah dinilai,
dinilai ,
tetapi tidak dapat digunakan sendiri untuk tujuan diagnostic. karena
 pemeriksaan MMSE mengukur beratnya kerusakan kognitif dan
mendemonstrasikan perubahan kognitif pada waktu dan dengan
tindakan. Ini merupakan suatu alat yang berguna untuk mengkaji
kemajuan klien yang berhubungan dengan intervensi. Alat pengukur
status afektif bdigunakan untuk membedakan jenis depresi serius
 

yang mempengaruhi fungsi-fungsi dari suasana hati. Depresi adalah


umum pada lansia dan sering dihubungkan dengan kacau mental dan
disorientasi, sehingga seorang lansia depresi sering disalah artikan

dengan dimensia. Pemeriksaan status mental tidak dengan jelas


membedakan antara depresi dengan demensia, sehingga
s ehingga pengkajian
afektif adalah alat tambahan yang penting.

2.  Diagnosa keperawatan


a.   Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi
 jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
 b.  Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri, ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot

c.  Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan dan


ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau
terapi
d.  Resiko trauma berhubungan dengan keterbatasan ketahanan fisik,
 perubahan fungsi sendi
e.  Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis
dan kebutuhan perawatan dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.
f.  Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas sendi, perubahan

 bentuk tubuh pada sendi


sendi dan tulang.
3.  Perencanaan

 No Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan


Tujuan Intervensi
1. Nyeri b.d agen cedera Setelah diberikan Pain Management
 biologis, distensi asuhan keperawatan   Lakukan
 jaringan oleh akumulasi selama 1x24 jam  pengkajian
cairan, destruksi sendi diharapkan nyeri nyeri secara
komprehensif
 

  berkurang/terkontrol termasuk
dengan kriteria hasil : lokasi,
karakteristik,
  Mampu
mengontrol durasi,
frekuensi,
nyeri (tahu
kualitas dan
 penyebab nyeri,
faktor
mampu
 presipitasi
menggunakan
  Observasi
tehnik
reaksi
nonfarmakologi
nonverbal dari
untuk
ketidaknyama
mengurangi
nyeri, mencari nan
  Evaluasi
 bantuan)
 pengalaman
  Melaporkan
nyeri masa
 bahwa nyeri
lampau
 berkurang
  Kurangi
dengan
faktor
menggunakan
 presipitasi
manajemen
nyeri
nyeri
  Mampu   Pilih dan
lakukan
mengenali
 penanganan
nyeri (skala,
nyeri
intensitas,
(farmakologi,
frekuensi dan
non
tanda nyeri)
farmakologi
  Menyatakan
dan inter
rasa nyaman
 personal)
 

setelah nyeri   Kaji tipe dan


 berkurang sumber nyeri
  Tanda vital untuk

dalam rentang menentukan


normal intervensi
  Ajarkan
tentang teknik
non
farmakologi
  Berikan
analgetik
untuk

mengurangi
nyeri
  Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri
  Tingkatkan
istirahat
  Kolaborasika
n dengan

dokter jika
ada keluhan
dan tindakan
nyeri tidak
 berhasil
  Monitor
 penerimaan
 pasien tentang
manajemen

nyeri
 

  Analgesic
Administratio
n

  Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum
 pemberian
obat
  Cek instruksi

dokter tentang
 jenis obat,
dosis, dan
frekuensi
  Cek riwayat
alergi
  Pilih
analgesik
yang

diperlukan
atau
kombinasi
dari analgesik
ketika
 pemberian
lebih dari satu
  Tentukan
analgesik

 pilihan, rute
 

 pemberian,
dan dosis
optimal

  Evaluasi
efektivitas
analgesik,
tanda dan
gejala (efek
samping)

2. Gangguan/kerusakan Setelah diberikan Exercise therapy :


mobilitas fisik b/d asuhan keperawatan ambulation
deformitas skeletal, selama 3x24 jam,
  Monitoring
nyeri, diharapkanhambatan
vital sign
ketidaknyamanan, mobilisasi fisik dapat
sebelm/sesud
 penurunan .kekuatan diatasi dengan kriteria
ah latihan dan
otot :
lihat respon

  Klien meningkat  pasien saat

dalam aktivitas latihan

fisik   Kaji

  Mengerti tujuan kemampuan


dari peningkatan  pasien dalam

mobilitas mobilisasi

  Memverbalisasika   Latih pasien

n perasaan dalam dalam

meningkatkan  pemenuhan

kekuatan dan kebutuhan

kemampuan ADLs secara

 berpindah mandiri sesuai

kemampuan
 

  Memperagakan   Dampingi dan


 penggunaan alat Bantu pasien
Bantu untuk saat

mobilisasi mobilisasi dan


(walker)  bantu penuhi
kebutuhan
ADLs ps.
  Berikan alat
Bantu jika
klien
memerlukan
  Bantu klien

melakukan
latihan ROM
  Ajarkan
 pasien
 bagaimana
merubah
 posisi dan
 berikan
 bantuan jika

diperlukan
3 Defisit perawatan diri Setelah
Self Care
 b/d kelemahan, diberikan
assistance : ADLs
kerusakan persepsi dan asuhan
  Monitor
kognitif keperawatan
kemampuan
selama 3x24
klien untuk
 jam, klien
 perawatan diri
mampu
yang mandiri.
merawat diri
 

  dengan kriteria   Monitor


hasil : kebutuhan
klien untuk
  Klien terbebas
dari bau badan alat-alat bantu
untuk
  Menyatakan
kebersihan
kenyamanan
diri,
terhadap
 berpakaian,
kemampuan
 berhias,
untuk
toileting dan
melakukan
makan.
ADLs
  Sediakan
  Dapat
melakukan  bantuan
sampai klien
ADLS dengan
mampu secara
 bantuan
utuh untuk
melakukan
self-care.
  Dorong klien
untuk
melakukan

aktivitas
sehari-hari
yang normal
sesuai
kemampuan
yang dimiliki.
  Dorong untuk
melakukan
secara

mandiri, tapi
 

 beri bantuan
ketika klien
tidak mampu

melakukanny
a.
  Berikan
aktivitas rutin
sehari- hari
sesuai
kemampuan.
.
4. Resiko trauma b/d Setelah diberikan
 Environmental
 penurunan fungsi sendi, asuhan keperawatan
 Management
keterbatasan ketahanan selama 3x24 jam,
 safety
fisik diharapkan klien
  Sediakan
tidak/terhindar dari
lingkungan
resiko trauma dengan
yang aman
criteria:
untuk pasien
 Klien terbebas   Identifikasi
dari cedera kebutuhan

 Klien mampu keamanan

menjelaskan  pasien, sesuai

faktor resiko dengan

dari kondisi fisik

lingkungan/peri dan fungsi

laku personal kognitif

 Mampu  pasien dan

memodifikasi riwayat

gaya hidup  penyakit


 

untuk terdahulu
mencegah injuri  pasien
  Menghindark 

an lingkungan
yang
 berbahaya
(misalnya
memindahkan
 perabotan)
  Memasang
side rail
tempat tidur

  Menyediakan
tempat tidur
yang nyaman
dan bersih
  Menempatkan
saklar lampu
ditempat yang
mudah
dijangkau

 pasien.
  Memberikan

 penerangan
yang cukup
  Mengontrol
lingkungan
dari
kebisingan
  Memindahka

n barang-
 

 barang yang
dapat
membahayak 

an
  Berikan

 penjelasan
 pada pasien
dan keluarga
atau
 pengunjung
adanya
 perubahan

status
kesehatan dan
 penyebab
 penyakit.
 

DAFTAR PUSTAKA

Aby, Ahmad. 2014. Osteoarthritis OA atau Pengapuran


Sendi.. http://ahmadaby.blogspot.com
Sendi  http://a hmadaby.blogspot.com..  Diakses tanggal 13 Agustus 2018,
18:15 WIB

Anonim. 2012. Osteoarthritis


 KneePain.. http://www.singhealth.com.sg/Patientcare/Overseas-
 KneePain
Referral/bh/Conditions/Pages/Osteoarthritis-Knee-Pain.aspx.  
Referral/bh/Conditions/Pages/Osteoarthritis-Knee-Pain.aspx. Diakses
tanggal 13 Agustus 2018, 18:15 WIB

Cania, Murni. 2014. Askep


2014. Askep
Osteoarthritis. http://murnicania.blogspot.com.
Osteoarthritis.  http://murnicania.blogspot.com. Diakses
 Diakses tanggal 13 Agustus
2018, 18:15 WIB

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi


2009. Patofisiologi : Buku Saku edisi 3. Jakarta
: EGC

Idrus, Alwi, dkk. 2009. Buku


2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Penyakit Dalam, edisi V, jilid
 III. Jakarta
 III.  Jakarta : Internal Publishing

Muttaqin, Arif. 2011. Buku


2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal :
 Aplikasi Pada Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta
Keperawatan. Jakarta : EGC

 Nurma, Ningsih lukman. 2009. Asuhan


2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien
 Dengan Gangguan
Gangguan Sistem Musculoskeletal . Jakarta: Salemba Medika

Zairin, Noor Helmi. 2014. Buku


2014. Buku Ajar Gangguan
 Jakarta : Salemba Medika 
 Muskuloskeletal. Jakarta
 Muskuloskeletal.
 

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


PADA NY. K DENGAN OSTEOARTHRITIS
OSTEOARTHRITIS DI
DI RT 07/02 DESA MERSI
MERSI
KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR KABUPATEN BANYUMAS

I.  PENGKAJIAN
 Nama Pengkaji : Erna Dwi Riyanti
Hari, Tanggal Pengkajian : Jumat, 10 Agustus 2018
Pukul : 10.00 WIB
A.  Identitas Umum Keluarga
1.  Identitas Kepala Keluarga
 Nama : Tn E
Umur : 37 Tahun

Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh Karyawan
Alamat : Desa Mersi Rt 01/Rw 04 Purwokerto Timur
Komposisi Keluarga :
 No Nama L/P Umur Hubungan Pekerjaan Pendidi
Keluarga kan
1. Tn E L 37 th Kepala Pedagang SMP

Keluarga
2. Ny. A P 35 th Istri IRT SMP
3 An D L 15 th Anak
Anak Pelajar SD
4 An F P 11 th Anak Pelajar -
5 An L P 7 th Anak Pelajar -
6 Ny. K P 73 th Nenek Mengurus SD
RT
 

2.  Genogram

Keterangan :
: Laki  –  laki
 laki

: Perempuan

/ : Meninggal

: Garis Pernikahan

: Garis Keturunan

: Garis Perceraian

: Tinggal serumah

: Klien

 Ny. K tinggal bersama anak laki-laki ke-5 nya, istri dari


anaknya dan 3 orang cucu, satu laki-laki dan dua perempuan.

Keluarga Ny. K mempunyai penyakit keturunan yaitu hipertensi.


 

3.  Tipe Keluarga


Keluarga Ny. K adalah keluarga besar yaitu yang terdiri dari bapak,
ibu, anak dan nenek.

4.  Suku Bangsa


a.  Asal suku bangsa : Jawa
 b.  Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : tidak ada budaya
yang mengikat dan berpantang terhadap kesehatannya.
5.  Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan : tidak ada
 budaya yang mengikat
mengikat dan berpantang terhadap kesehatannya.
6.  Status Sosial Ekonomi Keluarga
a.  Anggota keluarga yang mencari nafkah : anaknya yaitu Tn E
 bekerja sebagai pedagang untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari.
 b.  Penghasilan : kurang lebih penghasilan keluarga Ny. K yaitu Rp.
3.000.000-/bln,
c.  Upaya Lain : terkadang Ny. K mendapatkan kiriman dari
anaknya yang lain
d.  Harta benda yang di miliki (perabot, transportasi, dan lain-lain)
: keluarga Ny. K menempati rumah dengan perabot seperti
lemari kayu, kipas angin, tv, lemari es, mesin cuci dll.
e.  Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : untuk memenuhi

kebutuhan primer Ny. K merasa cukup.


7.  Aktivitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga Ny. K biasanya hanya dilakukan dengan
menonton televisi bersama dan pergi ke pasar di waktu luang.

B.  Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1.  Tahap perkembangan keluarga saat ini pada tahap keluarga lanjut
usia.
2.  Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tidak ada tahapan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.


 

3.  Riwayat kesehatan keluarga inti


Tidak ada penyakit/keluhan yang kronis, hanya sakit ringan seperti
 batuk, pilek dan demam.

4.  Riwayat kesehatan saat ini


 Nutrisi : Ny.K makan tiga kali sehari tetapi porsi
makannya berkurang dari biasanya
Cairan dan elektrolit : Minum ± 7 gelas sehari
Aktivitas : Ny. K mengatakan bahwa dia masih
sanggup untuk melaksanakan aktivitasnya seperti biasa, karena sakit
yang dia rasakan tidak begitu berat. 
5.  Riwayat penyakit keturunan
 Ny. K mengatakan tidak ada riwayat osteoarthritis dalam

keluarganya.
6.  Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan
Puskesmas dan posyandu lansia
7.  Riwayat kesehatan sebelumnya
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain sebelumnya
sebel umnya
C.  Pengkajian Lingkungan
1.  Karakteristik Rumah
a.  Luas rumah kira-kira 10 ubin, dengan 4 kamar tidur, 1 ruang
tamu, 1 dapur, dan kamar mandi.

 b.  Sumber air menggunakan sumur, WC bentuk leher angsa,


saluran air dialirkan ke septictank, ventilasi di rumah cukup
terpapar sinar matahari. Untuk malam hari menggunakan listrik
dan penerangan yang cukup.
c.  Type rumah : permanen.
1)  Kepemilikan sendiri.
2)  Ventilasi/jendela cukup dari luas rumah.
3)  Pemanfaatan ruangan baik, sesuai pembagian dan
 penggunaan ruangan oleh
oleh Ny. K.

4)  Septicteng : ada.


 

5)  Sumber air minum : TUK


6)  Kamar mandi/WC : bentuk leher angsa.
7)  Sampah dibuang dan dikumpulkan ke tempat pengumpulan

sampah akhir yang dekat dari rumah.


8)  Kebersihan lingkungan cukup
Denah rumah :

Keterangan :
C D A : Ruang tamu
B : Kamar tidur
C : Dapur
B B D : WC

A B B

S
Keterangan :

Rumah Ny. K menghadap ke arah barat


= Sumber air : Sumur gali

= Septictank
A = Ruang tamu
B = Kamar tidur
C = Dapur
D = WC
Jarak dari sumber air ke septictank
s eptictank sekitar 10 m, dan septictank
tertutup.
d.  Karakteristik tetangga dan komunitas RW
 

1)  Kebiasaan masyarakat di sekitar : tidak ada kesepakatan


masyarakat yang bertentangan dengan kesehatan.
2)  Aturan/kesepakatan : tidak ada yang bertentangan dengan

kesehatan.
3)  Budaya jawa yang dianut turun temurun : tidak ada yang
 bertentangan dengan kesehatan.
e.  Mobilitas geografis keluarga : Ny. K sebelum dan setelah
menikah tinggal di Desa Mersi Rt 01/Rw 04 Purwokerto Timur
f.  Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Perkumpulan keluarga dilakukan sebulan sekali, arisan keluarga
dan jika ada anggota keluarga yang memiliki acara tertentu, Ny.
K selalu diajak keluarganya untuk mengikuti perkumpulan

tersebut. Kegiatan dimasyarakat ada pengajian setiap hari jumat


sore. Ny. K terkadang tidak mengikuti
g.  System pendukung : Ny. K memiliki 5 anak. Tiga anak
 perempuan dan 2 anak laki-laki. Namun
Namun yang bertempat tinggal
dalam satu rumah 1 keluarga anak laki-lakinya, yaitu anaknya,
istri anaknya dan 3 cucu serta anak Ny. K yang lain juga sering
 berkunjung ke rumah untuk menjenguk keadaan Ny. K. Tidak
ada masalah yang berarti mengenai hubungan dengan anak dan
menantu serta cucunya.

h.  Struktur keluarga :


1)  Pola/cara komunikasi keluarga dengan system terbuka. Jika
ada masalah dibicarakan bersama.
2)  Struktur kekuatan keluarga : Ny. K dan keluarga
mengambil keputusan dengan bermusyawarah bersama.
3)  Struktur peran : Ny. K sebagai orang tua sekaligus sebagai
nenek untuk cucunya.
4)   Nilai dan norma keluarga sesuai dengan nilai dan norma
masyarakat setempat, tidak ada norma yang bertentangan.
 

2.  Fungsi Keluarga


a.  Fungsi afektif
 Ny. K mengatakan bahwa anggota keluarganya saling

menyayangi dan menghormati. Apabila ada anggota yang


kesulitan maka akan saling membantu.
 b.  Fungsi sosial
1)  Kerukunan hidup dalam keluarga baik
2)  Interaksi dan hubungan dalam keluarga baik, terkadang ada
 percekcokan tetapi dapat terselesaikan dengan baik.
3)  Kegiatan keluarga senggang : menonton TV.
4)  Keluarga Ny. K cukup berpartisipasi dalam kegiatan sosial
di lingkungan tempat tinggalnya.

c.  Fungsi perawatan keluarga


1)  Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
anggota keluarga serta Ny. K mengatakan mengetahui sakit
sejak 2 tahun yang lalu setelah Ny. N melakukan aktifitas
sedikit terganggu karena merasa nyeri pada badannya.
2)  Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat.
Keluarga Ny. K dalam mengambil keputusan untuk
melakukan perawatan atau melakukan pemeriksaan masih

kurang. Keluarga akan pergi ke pelayanan kesehatan


terdekat hanya kalau sakit yang dirasakan sudah parah.
3)  Kemampuan keluarga merawat anggota yang sakit
Keluarga Ny. K belum maksimal dalam merawat anggota
keluarga yang sakit. Hal ini dibuktikan dengan Ny. K
tidak pernah melakukan latihan gerak sendi untuk
mengatasi nyeri/pegal pada kakinya.. Dalam merawat Ny.
K, keluarga sudah mengontrol makanan yang dikonsumsi
 Ny. K.

4)  Kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat.


 

Keluarga Ny. K mengatakan bahwa mereka tahu lingkungan


dapat mempengaruhi kesehatan orang disekelilingnya. Hal
ini dibuktikan dengan barang  –   barang yang ada di rumah

 Ny. K terlihat rapih dan lantai tampak bersih, selain itu


lingkungan rumah terhindar dari hal-hal yang
membahayakan Ny. K seperti lantai licin, perabotan kayu
rapuh, dll. Keluarga selalu berusaha menjaga kerapihan dan
kebersihan, bila rumah nampak berantakan langsung
dirapihkan.
5)  Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di
masyarakat.
Keluarga Ny. K mengatakan bahwa mempunyai kartu

 jaminan kesehatan. Keluarga Ny. N menggunakan kartu


tersebut untuk memeriksakan diri ke layanan kesehatan.
Jika ada anggota keluarga yang sakit langsung dibawa ke
Puskesmas atau pelayanan kesehatan terdekat.
d.  Fungsi ekonomi
1)  Upaya pemenuhan sandang pangan dipenuhi dengan Tn E
 bekerja sebagai pedagang.
2)  Pemanfaatan sumber di masyarakat : tidak ada.
3.  Stress dan Koping keluarga

a.  Stressor jangka pendek : berharap ingin cepat sembuh dan


selalu diberikan kesehatan untuk kedepannya.
 b.  Stressor jangka panjang : ingin selalu bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya, sehat dan tidak merepotkan orang lain.
c.  Respon keluarga dengan stressor: bila ada masalah, Ny. K dan
keluarga selalu berdoa.
d.  Strategi koping : memandang sakitnya karena usia.
4.  Strategi adaptasi disfungsional : Ny. K lebih memfokuskan
kepada kegiatan sehari-hari dengan banyak berdoa

5.  Keadaan gizi keluarga


 

Pemenuhan gizi : cukup


Upaya lain : tidak ada
6.  Harapan keluarga

a.  Terhadap masalah kesehatannya : berharap ingin cepat


sembuh dan selalu diberikan kesehatan untuk kedepannya.
 b.  Terhadap petugas kesehatan yang ada : minta diberi informasi
tentang penyakit yang dideritanya.
7.  Pemeriksaan fisik Ny. K
 No Variable
1. Riwayat  Ny. K mengatakan bahwa dia masih sanggup
 penyakit untuk melaksanakan aktivitasnya seperti biasa,
saat ini karena sakit yang dia rasakan tidak begitu

 berat.
2. Keluhan  Ny. K mengatakan sering merasa kesemutan dan
yang linu pada kakinya. Ny. K mengatakan.sakit lutut
dirasakan sebelah kanan dan kiri. Ny. K mengatakan tidak
kuat untuk berjalan lama
3. Tanda dan Kadang kaki untuk berjalan terasa sakit.
gejala
4. Riwayat Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain
 penyakit sebelumnya
sebelumnya
5. Tanda tanda TD = 160/90 mmHg, N = 86 x/mnt, RR =
vital 24x/mnt, S = 36,6 ºC
6. System Jantung berdebar debar
kardiovaskul
er
7 Kepala = mesochepal, tidak ada pembesaran, dan tidak
teraba pembengkakan.
Mata = penglihatan sudah agak samar-samar.
 

Hidung = simetris, bersih, tidak terdapat pembesaran


 polip, tidak beringus. Tidak ada pembengkakan.
Rangsang terhadap stimulus bau masih baik.

Telinga = bersih, tidak ada peradangan, bersih, respons


terhadap bunyi dan ambang dengar kurang baik.
Mulut = mukosa bibir tidak pucat, tidak kering, tidak
 pecah –  pecah,
 pecah, kelenjar air liur tidak ada masalah,
masal ah,
tidak ada pembengkakan, maupun rasa nyeri.
Gigi sudah ompong, gusi tidak bengkak, lidah
tidak kotor, rasa terhadap pengecapan masih
 baik.
Leher = kadang terasa sakit, saat pusing dan tekanan

darah naik, tidak ada pembesaran tiroid.


Dada = tidak terdapat nyeri dada, auskultasi tidak
terdapat bunyi nafas yang abnormal.
Abdomen = datar, supel, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
 pembesaran.
Ekstremitas = tidak ada sianosis, tidak bengkak, dan rentang
atas dan gerak sendi sedikit bermasalah, tidak terdapat
 bawah  baal, dan berjalan masih baik. Pegal pegal kadang
kadang
terasa pada seluruh tubuhnya.

Kulit = tidak ada masalah.

8.  Sistem kardiovaskuler : irama jantung terdengar regular.


9.  Sistem perkemihan : Ny.K BAK 5-6 kali sehari, tidak sakit saat
BAK dan lancar
10. Sistem muskuloskeletal : Kedua kaki dan tangan Ny. K tampak
sejajar dan sama besar dan panjang. Kemampuan mengubah posisi
 baik, pergerakan kedua tangan dan kaki baik,
baik, kekuatan otot baik.
11. Sistem Persyarafan : Tidak ada cedera
c edera kepala, tidak ada

 peningkatan TIK, tidak memiliki riwayat kejang


 

12. Sistem endokrin : Tidak mempunyai penyakit diabetes dan


tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
13. Sistem reproduksi : Sudah memasuki masa manopause

14. Pengkajian fungsional, mental dan spiritual :


a.  Hasil pemeriksaan screening ADL
Indeks KATZ = B yaitu kemandirian dalam semua aktifitas
hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi tersebut.
 b.  Pemeriksaan status kognitif dan afektif, didapatkan hasil fungsi
intelektual utuh. MMSE (Mini Mental State Exam) didapatkan
30 jadi tidak ada gangguan memori dan Short Portable Mental
Status Quistionare (SPMSQ) didapatkan skor kesalahan 4, jadi
kerusakan intelektual klien ringan

c.  Pemeriksaan social APGAR keluarga = 8 (tidak terdapat


disfungsi keluarga).
d.  Pemeriksaan spiritual = melaksanakan sholat 5 waktu dan
diwaktu luang berdzikir.

II.  ANALISA DATA


 NO DATA FOKUS PROBLEM
1 DS :  Nyeri b.d
 Ny. K mengatakan sering merasa Penurunan fungsi

kesemutan dan linu pada kakinya tulang


 Ny. K mengatakan.sakit lutut sebelah
kanan dan kiri, skala nyeri 6
DO :
TD : 160/120 mmHg
 Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36 C
Respirasi : 24 x/menit
 Ny. K tampak memegangi lututnya
lututnya
 

2 DS : Intoleransi aktivitas
 Ny. K mengatakan tidak kuat untuk  b.d Perubahan otot
 berjalan lama

DO :
- Klien terlihat lebih banyak duduk
- Klien berjalan lambat

III.  DIAGNOSA KEPERAWATAN


1.   Nyeri b.d Penurunan fungsi
fungsi tulang

2.  Intoleransi aktivitas b.d Perubahan otot

Skoring dan Prioritas Masalah :


1.   Nyeri akut b.d Penurunan fungsi
fungsi tulang
 No Kriteria Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 3/3x Masalah aktual, Ny. K tidak
= aktual 1=1 nyaman jika nyeri itu datang, perlu
dilakukan tindakan keperawatan.
2. Kemungkinan 2/2x Kemungkinan masalah dapat
masalah 2=2 diatasi, karena Ny. K ada kemauan
dapat diubah dan dekat dengan akses puskesmas
= mudah keliling serta pelayanan kesehatan
yang lain.
3. Potensial 2/3x  Ny. K menganggap pegal-pegal
masalah 1= terasa jika sudah kecapean.
dapat dicegah 2/3
= cukup/
sedang
 

4. Menonjolnya 2/2 x  Ny. K menganggap masalah ini


masalah = 1=1 dapat mengganggu aktivitasnya dan
segera akan terjadi komplikasi.

ditangani
Jumlah 4 2/3

2.  Intoleransi aktivitas b.d Perubahan otot

 No Kriteria Skor Pembenaran


1. Sifat masalah 3/3 x Masalah adalah actual sudah terjadi
= actual 1=1 dan perlu ditangani
2. Kemungkinan 1/2 x Kemungkinan masalah dapat diatasi

masalah 2= 1 sebagian, karena Ny K pada saat


dapat diubah  pengkajian mengungkapkan
= sebagian keinginannya cepet sembuh
3. Potensial 3/3 x  Ny K menganggap ia sakit karena
untuk dicegah 1=1 faktor usia
= tinggi
4. Menonjolnya 2/2 x  Ny K menganggap masalah ini
masalah = 1=1 sangat mengganggu aktivitasnya
segera dan akan berakibat pada masalah

ditangani lain dikemudian hari


Jumlah 4

Anda mungkin juga menyukai