498-Article Text-947-2-10-20200226
498-Article Text-947-2-10-20200226
Kardiologi Indonesia
J Kardiol Indones. 2014;35:296-302
ISSN 0126/3773 Review Article
Varicose Vein
Putri Septiani*, Heru Sulastomo**
296 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 35, No. 4 • Oktober - Desember 2014
Jurnal
Kardiologi Indonesia
Tinjauan Pustaka J Kardiol Indones. 2014;35:296-302
ISSN 0126/3773
Vena varikosa
Putri Septiani*, Heru Sulastomo**
Vena varikosa merupakan masalah yang umum terjadi pada pembuluh darah vena. Vena varikosa adalah vena yang terdilatasi,
memanjang, dan berliku-liku. Dahulu, vena varikosa menjadi masalah kosmetik, namun sekarang ini telah menjadi masalah
yang lebih serius, karena penyakit ini dapat mempengaruhi kualitas hidup. Penyakit ini biasa terjadi di ekstremitas bawah. Sistem
vena di ekstremitas inferior terbagi menjadi vena superfisial, vena dalam, vena perforator, dan sinus venosus intramuskular.
Kondisi patologis yang umum terjadi pada sistem vena adalah obstruksi dan inkompetensi katup. Faktor risiko terjadinya vena
varikosa antara lain: usia tua, riwayat keluarga dengan vena varikosa, kehamilan, pekerjaan yang membutuhkan berdiri lama,
gaya hidup sedenter, dan obesitas. Ultrasonografi (USG) duplex merupakan modalitas yang paling direkomendasikan untuk
mendiagnosis vena varikosa. Klasifikasi dari penyakit ini adalah berdasarkan klasifikasi penyakit vena kronis, yaitu klasifikasi
CEAP (Clinical, Etiology, Anatomy, Pathophysiology). Penanganan vena varikosa meliputi terapi intervensi (skleroterapi, endovenous
ablation, dan pembedahan) serta non-intervensi (edukasi, stoking kompresi, dan farmakologi).
V
ena varikosa merupakan masalah yang maupun ekstremitas bawah. Namun vena varikosa
umum terjadi pada pembuluh darah vena. di ekstremitas atas sangat jarang terjadi. Berdasarkan
Beberapa orang menganggap hal tersebut beberapa sumber, hingga saat ini hanya ditemukan
merupakan hal yang normal. Semakin sedikit kasus vena varikosa yang melibatkan ekstremitas
tua usia seseorang, semakin besar kemungkinan vena atas.(2–4)
varikosa akan terlihat. Kebanyakan orang dengan usia Pengetahuan mengenai vena varikosa diharapkan
lebih dari 60 tahun memiliki vena varikosa.(1) dapat meningkatkan pemahaman bagi klinisi dalam
Vena varikosa dapat terjadi di ekstremitas atas menegakan diagnosa dan menentukan terapi pada
pasien vena varikosa. Tujuan dari tulisan ini adalah
untuk membahas faktor risiko, diagnosis, dan
Alamat Korespondensi
* dr.Putri Septiani, PPDS-I Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler penanganan vena varikosa berdasarkan tinjauan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, RSUD dr.Moewardi literatur terbaru sehingga dapat bermanfaat untuk
Surakarta, E-mail: putrisepti87@gmail.com menambah pemahaman mengenai vena varikosa dan
** dr.Heru Sulastomo, Sp.JP, FIHA, SMF Kardiologi dan Kedokteran membantu dalam meningkatkan ketepatan diagnosa
Vaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, RSUD dan terapi vena varikosa.
dr.Moewardi Surakarta, E-mail: herusulastomo@gmail.com
Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 35, No. 4 • Oktober - Desember 2014 297
Jurnal Kardiologi Indonesia
Anatomi Sistem Vena Ekstremitas kurang-gerak, imobilisasi karena bedrest atau paralisis),
Inferior hiperkoagulabilitas darah (pada pasien post-operative
atau gangguan koagulasi intrinsik) dan kombinasi
Untuk lebih memahami mengenai area yang terkena dari hal-hal di atas dapat terjadi pada pasien dengan
vena varikosa, berikut ini adalah skema anatomi dari multipel trauma.
sistem vena ekstremitas inferior. Inkompetensi katup dapat disebabkan defek
katup kongenital atau terjadi karena komplikasi dari
trombosis vena dan hipertensi vena. Inkompetensi
katup kongenital terjadi di vena superfisial dan vena
perforator. Inkompetensi vena dalam dapat menjadi
komplikasi dari trombosis vena dalam sebelumnya
meskipun riwayat trombosis vena dalam terdapat pada
< 50% pasien.6
298 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 35, No. 4 • Oktober - Desember 2014
Septiani P: Vena varikosa
- Rasa nyeri di ekstremitas bawah (saat berdiri atau - Obstruksi pada v.saphena parva
duduk lama) - Lokasi dan perluasan cabang vena varikosa
- Sensasi terbakar (neuropati vena) - Lokasi vena perforator yang inkompeten
- Rasa gatal (inflamasi kutaneus)
- Rasa kram di malam hari (pengurangan edema Sistem ultrasonografi (USG) duplex standar
pada posisi berbaring) dengan B-mode imaging resolusi tinggi, analisis pulsed
Doppler spectral waveform, dan color-flow imaging dapat
digunakan untuk scanning vena extremitas bawah.
Pemeriksaan Vena Varikosa Color-flow imaging bermanfaat dalam pemeriksaan
duplex dengan membantu dalam identifikasi arteri
Beberapa pemeriksaan berikut dapat dilakukan untuk dan vena secara cepat, sehingga mengurangi waktu
menegakkan diagnosis vena varikosa: pemeriksaan, terutama untuk pemeriksaan pembuluh
1. Venografi darah tibia.
Venografi terdiri dari 2 macam, yaitu ascending Transducer bervariasi dibutuhkan dalam pe
venography dan descending venography. Ascending meriksaan duplex vena ekstremitas bawah secara
venography dilakukan dengan injeksi zat kontras lengkap. Transducer frekuensi-rendah (2-3 MHz)
di dorsum pedis dengan visualisasi kontras yang merupakan yang paling baik untuk pemeriksaan
naik sepanjang sistem vena dalam di ekstremitas v.cava inferior dan v.iliaca, sedangkan transducer
inferior. Descending venography dilakukan dengan dengan frekuensi lebih tinggi (5-10 MHz) secara
injeksi zat kontras di vena femoralis komunis umum digunakan untuk memeriksa vena ekstremitas
pada posisi tubuh semivertikal dan pasien diminta bawah. Vena superfisial biasanya dapat tampak dengan
melakukan manuver Valsava.9,10 transducer frekuensi tinggi. Secara umum, transducer
2. Ambulatory Venous Pressure (AVP) dengan frekuensi tertinggi yang dapat memberikan
Pengukuran AVP dilakukan dengan menusukkan kedalaman penetrasi yang adekuat hendaknya
jarum di v.dorsalis pedis yang kemudian disam digunakan untuk memperoleh kualitas gambar yang
bungkan pressure transducer. Tekanan diukur saat paling baik.9,11
istirahat dan setelah dilakukan latihan. Selama Dari berbagai pemeriksaan di atas, 3 di antaranya
pengukuran AVP pada ekstremitas normal sudah jarang dilakukan. Saat ini, berdasarkan The
pada saat latihan, tekanan darah vena turun National Institute for Health and Care Excellence
dengan cepat (hingga ≤30 detik) dan kembali (NICE) Guideline untuk vena varikosa, pemeriksaan
melalui kapiler dengan lambat (≥20 detik). Pada duplex ultrasound merupakan yang direkomendasikan
inkompetensi katup, refluks terjadi saat latihan, untuk menegakkan diagnosis.12
sehingga tekanan darah vena tetap tinggi karena
kembalinya darah melalui katup yang inkompeten
terjadi dengan cepat.9,10 Klasifikasi Vena Varikosa
3. Pletysmography
Ini merupakan pemeriksaan noninvasif yang Klasifikasi vena varikosa berdasarkan kriteria
dilakukan dengan melingkarkan air chamber klasifikasi untuk penyakit vena kronis, yaitu
di sekeliling betis dan dihubungkan dengan klasifikasi CEAP.13
pressure transducer dan chart recorder. Pengukuran
dilakukan pada posisi istirahat dan posisi berdiri.
Parameter pengukurannya adalah venous filling Manajemen Vena Varikosa
index (VFI), di mana nilai normalnya adalah < 2
mL/s.9,10 Edukasi mengenai hal-hal berikut pada pasien perlu
4. Venous Duplex Imaging diberikan dalam penanganan vena varikosa:12
Imaging pada vena varikosa hendaknya meliputi 1. Penurunan berat badan (bagi penderita dengan
hal-hal berikut: obesitas)
- Adanya obstruksi atau refluks pada vena dalam 2. Aktivitas ringan-sedang
di ekstremitas bawah 3. Menghindari faktor-faktor yang dapat memper
- Obstruksi pada v.saphena magna buruk gejala
Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 35, No. 4 • Oktober - Desember 2014 299
Jurnal Kardiologi Indonesia
300 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 35, No. 4 • Oktober - Desember 2014
Septiani P: Vena varikosa
sklerosan melalui kawat yang berputar vena perforator dengan mencari akses
(komponen kimia). Anestesia hanya dari sisi kaki yang jauh dari area dengan
diperlukan di titik tempat insersi lipodermatosklerosis dan ulserasi.23,24
kateter.20–22 e. Valve Reconstruction
3. Terapi Bedah Rekonstruksi katup dari vena dalam
c. Ligasi dan Stripping dilakukan pada pasien-pasien dengan
Ligasi dan stripping dari v.saphena magna inkompetensi katup vena tingkat lanjut
dapat diaplikasikan pada klasifikasi CEAP yang mengalami ulserasi rekuren dengan
kelas 2-6 dengan refluks vena superfisial gejala yang parah. Operasi ini meliputi
dan telah terbukti memberikan perbaikan teknik terbuka yaitu open valvuloplasty serta
yang signifikan pada hemodinamik vena, teknik tertutup dengan transcommissural
perbaikan gejala pada insufisiensi vena valvuloplasty.23,24
kronis tingkat lanjut, dan membantu
penyembuhan ulserasi.8,23 B. Non-intervensi
d. Subfascial Endoscopic Perforator Surgery Stoking kompresi digunakan jika pe
(SEPS) nanganan intervensi tidak dapat dilaku
Teknik bedah digunakan untuk meligasi kan.12
vena perforator yang berkontribusi terha Evaluasi terapi dilakukan dengan skoring
dap fokus tekanan tinggi pada vena superfi Revised Venous Clinical Severity Score (Tabel
sial dengan insufisiensi vena kronis tingkat 2). Sistem skoring ini didesain sebagai
lanjut. SEPS bertujuan untuk meligasi pelengkap dari klasifikasi CEAP.9,25
Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 35, No. 4 • Oktober - Desember 2014 301
Jurnal Kardiologi Indonesia
302 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 35, No. 4 • Oktober - Desember 2014