Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS


KETUBAN PECAH DINI (KPD)

Disusun Oleh :
Nama : Astri Kurnia Maulida
NIM : 14901210035

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMANUEL
BANDUNG
2021
1. Pengertian
KPD adalah komplikasi yang terlihat pada kehamilan. Sebagian penyebabnya
tidak diketahui dan diikuti oleh PROM sebelumnya. Hal ini terlihat kebanyakan pada
ibu rumah tangga. Kelompok usia 20-30 adalah kelompok yang paling sering terjadi
KPD (Mishra dan joshy, 2015).
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut
ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8-10 %
perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Saifuddin, 2014).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda
persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian ketuban pecah
dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu sedangkan kurang dari 36
minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2009).

2. Anatomi Fisiologi
Air ketuban (Liquar Amnio)/Tiris
Di dalam amnio yang diliputi oleh sebagian selaput janin yang terdiri dari
lapisan selaput ketuban (amnio) dan selaput pembungkus (chorion) terdapat air ketuban
(loquor amnii). Volume air ketuban pada hamil cukup bulan 1000-1500 ml: warna agak
keruh, serta mempunyai bau yang khas, agak amis. Cairan ini dengan berat jenis 1,007-
1,008 terdiri atas 97-98% air. Sisanya terdiri atas garam anorganik serta bahan organic
dan bila di teliti benar, terdapat rambut lanugo (rambut halus berasal dari bayi). Protein
ini ditemukan ratarata 2,6% perliter,sebagian besar sebagai albumin.
Warna air ketuban ini menjadi kehijau-hijauan karena tercampur meconium
(kotoran pertama yang dikeluarkan bayi dan mengeluarkan empedu). Untuk membuat
diagnosis umumnya dipakai sel-sel yang terdapat di dalam air ketuban dengan
melakukan fungsi kedalam ruang ketuban Rahim melalui dinding depan perut unutk
memperoleh sampel cairan ketuban (amniocentesis). Umumnya pada kehamilan
minggu ke-14 hingga 16 dengan ultra sonografi ditentukan sebelum letak plasenta,
untuk menghindari plasenta ditembus. Fungsi melalui plasenta dapat menimbulkan
perdarahan dan pencemaran liquir amni oleh darah, mengadakan analisis kimiawi dan
sitotrauma pada janin. Plasenta pencampuran darah antara lain antara janin dan ibu
dengan kemungkinan sensitive (sensitization), dan abortus,meskipun ini jarang
diterjadi, maka dari hal itu, amnioncentesis hendaknya hanyaa dikerjakan bila ada
indikasi yang tepat.
Air ketuban mempunyai fungsi yaitu :
1) Melindungi janin terhadap trauma luar
2) Memungkinkan janin bergerak dengan bebas
3) Melindungi suhu tubuh janin
4) Meratakan tekanan didalam uterus pada saaat partus, sehingga serviks membuka.
5) Membersihkan jalan lahir jika ketuban pecah dengan cairan steril, dan akan
mempengaruhi keadaan di dalam vagina, sehingga bayi tidak mengalami infeksi.
6) Untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditlan/diminum yang kemudian
dikeluarkan melalui kencing.
Fisiologi selaput ketuban
Amnion manusia dapat berkembang dari delaminasi sitotrofobulus. Ketika
amnion membesar, perlahan-lahan kantong ini meliputi embrio yang sedang
berkembang, yang akan prolaps kedalam rongganya. Distensi kantong amnion akhirnya
mengakibatkan kontong tersebut menempel dengan bagian didalam ketuban (interior
korion) , dan amnion dekat akhir trimester pertama mengakibatkan kantong tersebut
menempel dengan bagian di dalam ketuban (entrior korion), amnion dan korion
walaupun sedikit menempel tidak pernah berhubungan erat dan biasanya dapat
dipisahkan dengan mudah, bahkan pada waktu atterm. amnion normal mempunyai tebal
0,02 sampai 0,5 mm.

3. Etiologi
Menurut Manuaba (2013), penyebab ketuban pecah dini antara lain :
1) Servik inkompeten (penipisan servikx) yaitu kelainan pada servik uteri dimana
kanalis servikalis selalu terbuka.
2) Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan
hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas ostium
uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin secara mendadak.
3) Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetic.
4) Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan
morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5) Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak lintang,
karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah. kemungkinan kesempitan
panggul, perut gantung, sepalopelvik, disproporsi.
6) Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban pecah
dini.

4. Patofisiologi
Ketuban Pecah Dini (KPD)

Sectio Caesarea

Insisi bedah Risiko infeksi Post OP SC


Pusing, nyeri, Psikologis
epigastrium, mata
kabur, tekanan darah
Risiko perdarahan naik
Trauma Anastesi Spinal, Progesteron dan
jaringan/terputusnya Epidural ekstrogen menurun,
inkontinuitas perubahan kelenjar

Gangguan mobilitas Intestinal


Nyeri akut Kurang informasi
fisik
menegenai penyakit

Peristaltik usus menurun


Ansietas

Distensi Abdomen

Mual, muntah
5. Tanda dan Gejala
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2008) antara lain :
1) Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan,
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2) Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3) Janin mudah diraba
4) Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5) Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.
6) Kecemasan ibu meningkat.

Menurut Manuaba (2013) mekanifestasi klinis ketuban pecah dini, antara lain:

1) Terjadi pembukaan prematur servik


2) Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang mengeluarkan
enzim preteolitik dan kolagenase.

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina,
aroma air ketuban berbau, berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering
karena uterus diproduksi sampai kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri,
kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat”
kebocoran untuk sementara. Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri
perut, denyut jantung janin bertambah capat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
(Nugroho, 2011).

6. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
Menurut Manuaba (2013) dalam buku ajar patologi obstetrik, kasus KPD
yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi
bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikkan insidensi
chorioamnionitis. Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh cara-cara aktif
harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalau menempuh cara
konservatif dengan maksud untuk memberi waktu pematangan paru, harus bisa
memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur kehamilan
tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaann ultrasonografi (USG)
untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada
KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh
karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan
waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih
biasanya paru- paru sudah matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsi pada
janin merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada
kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya
selaput ketuban atau lamanya perode laten (Manuaba, 2013).
a. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (> 37 Minggu).
Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi KPD
keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian
infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan
permulaan dari persalinan disebut periode latent = L, P = “lag” period. Makin
muda umur kehamilan makin memanjang L.P-nya. Pada hakekatnya kulit
ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan dengan sendirinya. Sekitar
70-80 % kehamilan genap bulan akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah
kulit ketuban pecah.bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada
tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi persalinan, dan bila gagal
dilakukan bedah caesar (Manuaba, 2013).
Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu.
Walaupun antibiotik tidak berfaeadah terhadap janin dalam uterus namun
pencegahan terhadap chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya
sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian
antibiotik hendaknya diberikan segera setelah diagnosis KPD ditegakan dengan
pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah
terjadi, proses persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa
penulis menyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau
ditunggu sampai 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi inpartu dengan
sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten durasi KPD dapat
diperpendek sehingga resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus
tindakan dapat dikurangi (Manuaba, 2013).
Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat
terhadap keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan dengan
komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi
yang fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi
semakin kepanjangan (his kurang kuat). Induksi dilakukan dengan
mempehatikan bishop score jika > 5 induksi dapat dilakukan, sebaliknya < 5,
dilakukan pematangan servik, jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan
seksio sesaria (Manuaba, 2013).
b. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu).
Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan tidak
dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat koservatif disertai
pemberian antibiotik yang adekuat sebagai profilaksi Penderita perlu dirawat di
rumah sakit,ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu dilakukan
pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan
diusahakan bisa mencapai 37 minggu, obat-obatan uteronelaksen atau tocolitic
agent diberikan juga tujuan menunda proses persalinan (Manuaba, 2013).
Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid
pada penderita KPD kehamilan kurang bulan adalah agar tercapainya
pematangan paru, jika selama menunggu atau melakukan pengelolaan
konservatif tersebut muncul tanda-tanda infeksi, maka segera dilakukan induksi
persalinan tanpa memandang umur kehamilan (Manuaba, 2013).
Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlangsung
dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulkan
komplikasi-komplikasi yang kadang-kadang tidak ringan.
Komplikasikomplikasi yang dapat terjadi gawat janin sampai mati, tetani uteri,
ruptura uteri, emboli air ketuban, dan juga mungkin terjadi intoksikasi.
Kegagalan dari induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan tindakan bedan
sesar. Seperti halnya pada pengelolaan KPD yang cukup bulan, tidakan bedah
sesar hendaknya dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi intrauterin tetapi
seyogyanya ada indikasi obstetrik yang lain, misalnya kelainan letak, gawat
janin, partus tak maju, dll (Manuaba, 2013).
Selain komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif.
Ternyata pengelolaan konservatif juga dapat menyebabakan komplikasi yang
berbahaya, maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga dikatakan
pengolahan konservatif adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan terhadap
kemungkinan infeksi intrauterin (Manuaba, 2013).
Sikap konservatif meliputi pemeriksaan leokosit darah tepi setiap hari,
pem,eriksaan tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4 jam, pengawasan
denyut jamtung janin, pemberian antibiotik mulai saat diagnosis ditegakkan dan
selanjutnya stiap 6 jam. Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm KPD
telah dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS. The National
Institutes of Health telah merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada
preterm KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi intramanion.
Sedian terdiri atas betametason 2 dosis masing-masing 12 mg i.m tiap 24 jam
atau dexametason 4 dosis masingmasing 6 mg tiap 12 jam (Manuaba, 2013).
2) Penatalaksanaan Keperawatan
Manajemen terapi pada ketuban pecah dini menurut Manuaba (2013):
a. Konservatif
a) Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
b) Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
c) Umur kehamilan kurang 37 minggu.
d) Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
e) Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan
kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.
f) Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda
persalinan.
g) Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat
janin.
h) Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus
maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus,
lakukan terminasi kehamilan.
b. Aktif
Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila
ditemukan tanda tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi
kehamilan.
a) Induksi atau akselerasi persalinan.
b) Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami
kegagalan.
c) Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat
ditemukan.

Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah ketuban.

Yang harus segera dilakukan:

1) Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang bersih.


2) Tenangkan diri Jangan bergerak terlalu banyak pada saat ini. Ambil nafas
dan tenangkan diri.

Yang tidak boleh dilakukan:

1) Tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko terinfeksi
kuman.
2) Jangan bergerak mondar-mandir atau berlari ke sana kemari, karena air
ketuban akan terus keluar. Berbaringlah dengan pinggang diganjal supaya
lebih tinggi.

7. Kemungkinan Data Fokus

1) Wawancara

a. Identitas

a) Identitas klien yang terdiri dari nama, tempat dan tanggal lahir, umur, agama,
alamat, tanggal masuk, tanggal dikaji, No.RM, diagnose.

b) Identitas penanggung jawab yang terdiri dari nama, umur, tempat dan tanggal
lahir, agama, alamat, hubungan dengan klien.
b. Keluhan utama
Biasanya terjadinya pengeluaran cairan dalam jumlah besar berwarna hijau atau
kuning kecoklatan, bertekstur kental dan berbau
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang terdiri dari riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat
kehamilan/persalinan/postnatal (adakah masalah saat kehamilan atau persalinan
sebelumnya), riwayat imunisasi, riwayat KB (apakah ibu pernah menggunakan
alat kontrasepsi sebelumnya, adakah keluhan seperti mual, perdarahan saat
berhubungan, haid tidak teratur dan sebagainya), riwayat kesehatan reproduksi,
riwayat pernikahan, Pola aktivitas sehari-hari (nutrisi, eliminasi, istirahat/tidur,
personal hygiene dan kebiasaan), riwayat psiko,social, ekonomi, spiritual (adakah
pantangan yang berkaitan dengan budaya atau kultur).
2) Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan keadaan umum
Meliputi tingkat kesadaran, pemeriksaan tekanan darah biasanya tekanan darah
meningkat, nadi cepat, pernapasan terkadang sesak, suhu badan terkadang
meningkat, tinggi badan dan berat badan sebelum hamil dan setelah hamil.
b. Kepala
Kulit kepala bersih, tidak ada lesi, warna rambut hitam, kepala tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan.
c. Wajah
Wajah simetris, warna kulit sama dengan bagian tubuh lain, tidak ada nyeri tekan
dan periksa ada tidaknya edema, biasanya terdapat jerawat (efek hormonal)
d. Mata
Mata kanan dan kiri simetris, bola mata kanan dan kiri simetris, terkadang
adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, kadang-kadang keadaan
selaput mata pucat (anemia), sclera berwana putih, kesan penglihatan normal.
e. Telinga
Bentuk dan posisi telinga simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak memakai
alat bantu dengar, kesan pendengaran normal.
f. Hidung
Lubang hidung kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, tidak
ada perdarahan, tidak ada tanda-tanda infeksi. Tidak ada bengkak, tidak ada nyeri
tekan. Kadang-kadang kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
g. Mulut dan bibir
Warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada lesi, tidak ada stomatitis,
gigi lengkap, tidak ada gigi berlubang, tidak ada tanda- tanda radang gusi, lidah
bersih, langit-langit utuh dan tidak ada tanda- tanda infeksi.
h. Pemeriksaan leher
Tidak terlihat benjolan, saat palpasi tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada nyeri tekan
i. Pemeriksaan dada
a) Sistem pernapasan
Dada simetris, terkadang sesak nafas, tidak ada penonjolan atau
pembengkakan, warna kulit sama dengan bagian tubuh lain. Saat perkusi
terdengar suara paru resonan. Tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan.
b) Sistem kardiovaskuler
Terdengar bunyi jantung I/SI (lub) dan bunyi jantung II/S2 (dub), tidak ada
bunyi jantung tambahan, palpitasi
j. Pemeriksaan payudara dan aksila
Payudara kanan dan kiri simetris, biasanya terdapat adanya pembesaran
payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae dan papila mamae, tidak teraba
benjolan di kedua payudara dan aksila dan tidak ada nyeri tekan.
k. Abdomen
Perut kanan dan kiri simetris, integritas kulit baik, tidak terdapat tonjolan,
umbilicus normal. Suara peristaltic terdengar 5-20 kali/detik, suara perkusi
timpani, tidak ada benjolan, tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan.
l. Pemeriksaan ekstremitas atas
Tangan kanan dan kiri simetris, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan dan
tonus otot normal, refleks bisep dan trisep positif.
m. Pemeriksaan ekstremitas bawah
Kaki kanan dan kiri simetris, varises atau tidak, ROM aktif, kekuatan otot penuh,
refleks patella dan archiles positif.
n. Pemeriksaan genitalia dan anus
Vagina bersih atau tidak, mukosa lembab, integritas kulit baik, ada edema, ada
tidaknya tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus/bau), ada tidaknya nyeri tekan dan
pengeluaran air ketuban. Anus dan rectum tidak ada nyeri, tidak terdapat
hemoroid.
3) Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat
dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus
KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
8. Analisa Data
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
Pre SC
1. Subjektif Kala I Nyeri akut
Klien mengatakan nyeri hebat
yang dirasakan menjalar dari His yang berulang
pinggang kiri ke kanan.
Peningkatan
Objektif kontraksi dan
- Klien tampak meringis pembukaan serviks
- Frekuensi nadi meningkat
- Pola nafas berubah Iritasi nervus
pudendalis

Laserasi jalan rahim

Stimulus nyeri

Nyeri akut
2. Subjektif Ketuban pecah dini Ansietas
Klien mengatakan takut
dengan keadaan yang Air ketuban terlalu
dialaminya sekarang, takut banyak keluar
dengan keadaan anaknya
Distoksia (Partus
Objektif kering)
- Klien tampak gelisah
- Frekuensi napas meningkat Laserasi pada jalan
- Frekuensi nadi meningkat lahir
- Muka klien tampak pucat
Kecemasan ibu
terhadap janin dan
dirinya

Ansietas
3. Subjektif Ketuban pecah dini Risiko infeksi
Klien mengatakan demam
Tidak adanya
Objektif pelindung dunia luar
- Suhu tubuh meningkat dengan daerah
- Peningkatan paparan Rahim
organisme patogen
lingkungan Risiko infeksi

Demam
4. Subjektif Ketuban pecah dini Defisit
- Klien menanyakan masalah pengetahuan
yang dihadapi Klien tidak
- Klien mengatkan tidak mengetahui
mengetahui penyebab dan penyebab dan akibat
akibat KPD KPD

Objektif Defisit pengetahuan


- Menunjukkan perilaku tidak
sesuai anjuran
- Menunjukkan persepsi yang
keliru terhadap masalah
POST SC
5. Subjektif Ketuban pecah dini Nyeri akut
Klien mengeluh nyeri
Sectio Caesarea
Objektif
- Klien tampak meringis Insisi bedah
- Klien bersikap protetif
- Klien tampak gelisah Trauma
jaringan/terputusnya
inkontinuitas
jaringan

Nyeri akut
6. Subjektif Ketuban pecah dini Risiko infeksi

Objektif Sectio Caesarea


- Efek prosedur invasif
- Peningkatan paparan Insisi bedah
organisme patogen
lingkungan Risiko infeksi
7. Subjektif Ketuban pecah dini Risiko perdarahan

Objektif Sectio Caesarea


Efek prosedur invasif
Insisi bedah

Risiko perdarahan
8. Subjektif Ketuban pecah dini Gangguan
- Nyeri saat bergerak mobilitas fisik
- Merasa cemas saat bergerak Sectio Caesarea

Objektif Insisi bedah


- Gerakan terbatas
- Fisik lemah akibat efek Trauma
pembedahan jaringan/terputusnya
- Luka post op SC inkontinuitas
jaringan

Nyeri akut

Gangguan mobilitas
fisik
9. Subjektif Ketuban pecah dini Ansietas
- Klien merasa bingung
dengan keadaannya Sectio Caesarea
- Klien merasa khawatir
dengan akibat dari Tindakan Psikologis
SC
Progesteron dan
Objektif ekstrogen menurun
- Klien tampak gelisah perubahan kelenjar
- Frekuensi napas meningkat
- Frekuensi nadi meningkat Kurang informasi
mengenai penyakit

Ansietas

9. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan klien
mengatakan nyeri hebat yang dirasakan menjalar dari pinggang kiri ke kanan, klien
tampak meringis, frekuensi nadi meningkat dan pola nafas berubah.
2) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian ditandai dengan klien
mengatakan takut dengan keadaan yang dialaminya sekarang, takut dengan
keadaan anaknya, klien tampak gelisah, frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi
meningkat dan muka klien tampak pucat.
3) Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
ketuban pecah sebelum waktunya
4) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan klien menanyakan masalah yang dihadapi, klien mengatkan tidak
mengetahui penyebab dan akibat KPD, menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
dan menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
5) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik : prosedur tindakan section
caesarea ditandai dengan klien mengeluh nyeri klien tampak meringis, klien
bersikap protetif dan klien tampak gelisah
6) Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive
7) Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan sectio caesarea
8) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan klien
mengatakan nyeri saat bergerak, merasa cemas saat bergerak, gerakan terbatas, fisik
lemah akibat efek pembedahan dan luka post op SC.
9) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan klien
merasa bingung dengan keadaannya, klien merasa khawatir dengan akibat dari
tindakan SC, klien tampak gelisah, frekuensi napas meningkat dan frekuensi nadi
meningkat.
10. Rencana Asuhan Keperawatan
No. Dx Kep Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut Tupan 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui lokasi dan
berhubungan Setelah dilakukan tindakan karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas nyeri klien
dengan agen keperawatan selama 1 x 24 kualitas, intensitas nyeri 2. Mengetahui skala nyeri
pencedera jam diharapkan nyeri yang 2. Identifikasi skala nyeri dan dapat menentukan
fisiologis disebabkan peningkatan 3. Identifikasi respon nyeri intervensi selanjutnya
ditandai dengan kontraksi uterus dan nonverbal 3. Untuk mengetahui
klien pembukaan serviks dapat 4. Identifikasi faktor yang mimik wajah klien saat
mengatakan teratasi. memperberat dan memperingan nyeri muncul
nyeri hebat yang nyeri 4. Untuk mengetahui apa
dirasakan Tupen 5. Berikan teknik saja yang memperburuk
menjalar dari Setelah dilakukan tindakan nonfarmakologis untuk dan memperingan
pinggang kiri ke keperawatan selama 1 x 12 mengurangi rasa nyeri nyerinya
kanan, klien jam diharapakan tingkat nyeri (mis.hipnosis, terapi musik, 5. Untuk mengurangi rasa
tampak meringis, klien menurun. kompres hangat/dingin) nyeri yang dialami klien
frekuensi nadi 6. Kontrol lingkungan yang 6. Untuk mengurangi rasa
meningkat dan Kriteria hasil memperberat rasa nyeri (mis, nyeri klien dan
pola nafas - Keluhan nyeri menurun suhu ruangan, pencahayaan, memberikan
berubah. - Meringis menurun kebisingan) kenyamanan
- Frekuensi nadi membaik
- Pola napas membaik 7. Jelaskan penyebab, periode, 7. Untuk memberikan
dan pemicu nyeri pemahaman agar klien
8. Ajarkan teknik nonfarmakolgi tidak gelisah saat nyeri
timbul
8. Membantu mengurangi
nyeri
2. Ansietas Tupan 1. Identifikasi tingkat ansietas 1. Untuk mengetahui
berhubungan Setelah dilakukan tindakan berubah tingkat perubahan saat
dengan ancaman keperawatan selama 1 x 24 2. Identifikasi kemampuan ansietas
terhadap jam diharapkan ansietas yang mengambil keputusan 2. Untuk mengetahui
kematian disebabkan oleh air ketuban 3. Ciptakan suasana terapeutik tingkat kemampuan klien
ditandai dengan terlalu banyak keluar dapat untuk menumbuhkan dalam mengambil
klien teratasi. kepercayaan keputusan
mengatakan 4. Temani pasien untuk 3. Untuk membantu klien
takut dengan Tupen mengurangi kecemasan dalam menumbuhkan
keadaan yang Setelah dilakukan tindakan 5. Anjurkan keluarga tetap kepercayaan nya
dialaminya keperawatan selama 1 jam Bersama pasien 4. Untuk mengurangi
sekarang, takut diharapakan tingkat ansietas kecemasan atau
dengan keadaan klien menurun. mendampingi klien
anaknya, klien sehingga mengurangi
tampak gelisah, Kriteria hasil kecemasasannya
frekuensi napas - Verbalisasi khawatir akibat 5. Agar klien tidak merasa
meningkat, kondisi yang dihadapi sendiri dan merasa cemas
frekuensi nadi menurun
meningkat dan - perilaku gelisah menurun
muka klien - Frekuensi pernafasan
tampak pucat. menurun
- Frekuensi nadi menurun
- Pucat menurun

3. Risiko infeksi Tupan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui tanda
berhubungan Setelah dilakukan tindakan infeksi dan gejala infeksi
dengan keperawatan selama 1 x 24 2. Jelaskan tanda dan gejala 2. Agar klien memahami
ketidakadekuatan jam diharapkan risiko infeksi infeksi tanda dan gejala infeksi
pertahanan tubuh yang disebabkan ketuban 3. Ajarkan cara mencuci tangan 3. Agar terhindar dari
primer : ketuban pecah sebelum waktunya dapat dengan benar infeksi
pecah sebelum teratasi. 4. Anjurkan meningkatkan asupan 4. Agar mempercepat
waktunya nutrisi penyembuhan infeksi
Tupen
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 jam
diharapakan tingkat infeksi
menurun.

Kriteria hasil
- Demam menurun
- Cairan (air ketuban) berbau
busuk menurun
4. Defisit Tupan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Untuk melihat kesiapan
pengetahuan Setelah dilakukan tindakan kemampuan menerima dan kemampuan klien
berhubungan keperawatan selama 1 x 24 informasi dalam menerima
dengan kurang jam diharapkan klien 2. Identifikasi factor factor yang informasi
terpapar menunjukkan peningkatan dapat meningkatkan dan 2. Untuk melihat factor
informasi dalam pengetahuan tentang menurunkan motivasi perilaku factor yang dapat
ditandai dengan ketuban pecah dini. hidup bersih dan sehat meningkatkan atau
klien 3. Sediakan materi dan media menurunkan motivasi
menanyakan Tupen Pendidikan Kesehatan prilaku hidup bersih dan
masalah yang Setelah dilakukan tindakan 4. Berikan kesempatan untuk sehat
dihadapi, klien keperawatan selama 1 jam bertanya 3. Agar membantu atau
mengatakan diharapakan tingkat mempermudah dalam
tidak mengetahui pengetahuan meningkat. penyampaian informasi
penyebab dan
akibat KPD, Kriteria hasil 4. Agar dapat melihat
menunjukkan - Perilaku sesuai anjuran kemampuan dan daya
perilaku tidak - Perilaku sesuai pengetahuan tangkap klien dalam
sesuai anjuran - Persepsi yang keliru terhadap menerima informasi
dan masalah
menunjukkan - Perilaku membaik
persepsi yang
keliru terhadap
masalah

5. Nyeri akut Tupan 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui lokasi dan


berhubungan Setelah dilakukan tindakan karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas nyeri klien
dengan agen keperawatan selama 3 x 24 kualitas, intensitas nyeri 2. Mengetahui skala nyeri
pencedera fisik : jam diharapkan nyeri yang 2. Identifikasi skala nyeri dan dapat menentukan
prosedur disebabkan prosedur tindakan 3. Identifikasi respon nyeri intervensi selanjutnya
tindakan section section caesarea dapat teratasi. nonverbal 3. Untuk mengetahui
caesarea ditandai 4. Identifikasi faktor yang mimik wajah klien saat
dengan klien Tupen memperberat dan memperingan nyeri muncul
mengeluh nyeri Setelah dilakukan tindakan nyeri 4. Untuk mengetahui apa
klien tampak keperawatan selama 1 x 24 5. Berikan teknik saja yang memperburuk
meringis, klien nonfarmakologis untuk
bersikap jam diharapakan tingkat nyeri mengurangi rasa nyeri dan memperingan
protektif dan klien menurun. (mis.hipnosis, terapi musik, nyerinya
klien tampak kompres hangat/dingin) 5. Untuk mengurangi rasa
gelisah Kriteria hasil 6. Kontrol lingkungan yang nyeri yang dialami klien
- Keluhan nyeri menurun memperberat rasa nyeri (mis, 6. Untuk mengurangi rasa
- Meringis menurun suhu ruangan, pencahayaan, nyeri klien dan
- Sikap protektif menurun kebisingan) memberikan
- Frekuensi nadi membaik 7. Jelaskan penyebab, periode, kenyamanan
- Pola napas membaik dan pemicu nyeri 7. Untuk memberikan
8. Ajarkan teknik nonfarmakolgi pemahaman agar klien
9. Kolaborasi pemberian tidak gelisah saat nyeri
analgesik, jika perlu timbul
8. Membantu mengurangi
nyeri
9. Membantu mengurangi
nyeri
6. Risiko infeksi Tupan 1. Periksa lokasi insisi adanya 1. Agar mencegah
berhubungan Setelah dilakukan tindakan kemerahan, bengkak, atau terjadinya resiko infeksi
dengan efek keperawatan 3 x 24 jam tanda-tanda dehisen atau 2. Agar mengetahui apakah
prosedur diharapkan risiko infeksi yang eviserasi ada tanda-tanda infeksi
invasive dapat disebakan oleh efek di area pembedahan
prosedur invasive dapat 2. Monitor proses penyembuhan 3. Agar mencegah
teratasi. area insisi munculnya infeksi
3. Monitor tanda dan gejala 4. Agar tidak terjadi
Tupen infeksi komplikasi lain di area
Setelah dilakukan tindakan 4. Bersihkan area insisi dengan insisi
keperawatan 1 x 24 jam pembersih yang tepat 5. Agar mencegah
diharapkan tingkat infeksi 5. Usap area insisi dari area yang masuknya kotoran ke
menurun. bersih menuju area yang kurang area insisi
bersih 6. Agar tetap menjaga
Kriteria hasil 6. Ganti balutan luka sesuai kebersihan luka
- Kemerahan menurun jadwal pembedahan
- Nyeri menurun 7. Ajarkan meminimalkan tekanan 7. Agar memanajemen
- Bengkak menurun pada tempat insisi nyeri akibat luka
8. Ajarkan cara merawat area pembedahan
insisi 8. Agar pasien mengetahui
dan dapat melakukan
tindakan pembersihan
secara mandiri
7. Risiko Tupan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui tanda
perdarahan Setelah dilakukan tindakan perdarahan dan gejala yang
berhubungan keperawatan 1 x 24 jam
dengan tindakan diharapkan risiko perdarahan 2. Monitor nilai hematokrit atau mengakibatkan
pembedahan yang dapat disebabkan oleh hemoglobin sebelum dan perdarahan
sectio caesarea Tindakan pembedahan sectio setelah kehilangan darah 2. Untuk mengetahui
caesarea dapat teratasi. 3. Jelaskan tanda dan gejala banyak perdarahan
perdarahan 3. Agar klien mengetahui
Tupen 4. Anjurkan meningkatkan asupan tanda dan gejala jika
Setelah dilakukan tindakan cairan untuk menghindari terjadi
keperawatan selama 30 menit konstipasi 4. Agar asupan cairan
diharapakan tingkat 5. Kolaborasi pemberian obat terpenuhi sehingga tidak
perdarahan menurun. mengontrol perdarahan terjadinya konstipasi
5. Agar mencegah atau
Kriteria hasil menghentikan
- Perdarahan pasca operasi perdarahan hebat
menurun
- Tekanan darah membaik
8. Gangguan Tupan 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Menentukan derajat
mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keluhan fisik lainnya kesulitan yang dialami
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 2. Identifikasi toleransi fisik klien
dengan ditandai jam diharapkan gangguan melakukan ambulasi 2. Mengidentifikasi
dengan klien mobilitas fisik yang kekuatan/ kelemahan dan
mengatakan
nyeri saat disebabkan nyeri post operasi 3. Libatkan keluarga untuk mendapat informasi
bergerak, merasa sectio caesarea dapat teratasi. membantu pasien dalam mengenai pemulihan
cemas saat meningkatkan ambulasi 3. Untuk membantu klien
bergerak, Tupen 4. Jelaskan tujuan dan prosedur karena keluarga yang
gerakan terbatas, Setelah dilakukan tindakan ambulasi paling dekat dengan
fisik lemah keperawatan selama 1 x 24 klien
akibat efek jam diharapkan mobilitas fisik 4. Memberikan pemahaman
pembedahan dan meningkat. mengenai prosedur
luka post op SC. ambulasi
Kriteria hasil
- Nyeri menurun
- Kecemasan menurun
- Gerakan terbatas menurun
- Kelemahan fisik menurun
9. Ansietas Tupan 1. Identifikasi tingkat 1. Membantu
berhubungan Setelah dilakukan tindakan kecemasan menentukan
dengan kurang keperawatan selama 1 x 24 2. Dorong klien untuk intervensi selanjutnya
terpapar jam diharapkan klien mengungkapkan presepsi, 2. Mengungkapkan perasaan,
informasi menunjukkan peningkatan perasaan ketakutan ketakutan,dan persepsi akan
ditandai dengan pengetahuan. 3. Dengarkan dengan penuh mengurangi kecemasan klien
klien merasa perhatian 3. Membuat klien merasa
bingung dengan Tupen 4. Jelaskan semua indikasi tenang dan mengurangi
keadaannya, Setelah dilakukan tindakan kontraindikasi, kelebihan kekhawatiran klien
klien merasa keperawatan selama 1 jam tindakan pembedahan sectio
4. Mengurangi kecemasan
khawatir dengan diharapkan tingkat ansietas caesarea, prosedur dan apa yang
klien, meningkatkan
akibat dari menurun. dirasakan selama prosedur
pemahaman klien mengenai
tindakan SC, 5. Libatkan keluarga untuk
indikasi kontraindikasi,
klien tampak Kriteria hasil mendampingi klien
kelebihan tindakan
gelisah, - Verbalisasi kebingungan
pembedahan sectio caesarea
frekuensi napas menurun
prosedur tindakan yang akan
meningkat dan - Verbalisasi khawatir akibat
dilakukan
frekuensi nadi kondisi yang dihadapi
5. Keluarga dapatmemberi
meningkat. menurun
dukunganpositif kepada
- perilaku gelisah menurun
klien
- Frekuensi pernafasan
menurun
- Frekuensi nadi menurun
- Pucat menurun
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I.B.G. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.

Manuaba, I.B.G. (2013). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. (2008). Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I. Jakarta : Media

Mishra, Seemadanjoshymamta. (2015). “Premature Rupture of Membrane- Risk


Factors: A Clinical Study”. Journal of Contemporary Medical Research. 4 : 1.

Nugroho, Taufan. (2011). Obstetri. Jakarta : Medical Book.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1, Cetakan III. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia: Jakarta.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1, Cetakan II. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia: Jakarta.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1, Cetakan II. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia: Jakarta.

Saifuddin, Abdul Bari. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T Bina Pustaka
RESUME LAPORAN PRE DAN POST SC
STASE KEPERAWATAN MATERNITAS
KETUBAN PECAH DINI (KPD)

Disusun Oleh :
Nama : Astri Kurnia Maulida
NIM : 14901210035

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMANUEL
BANDUNG
2021
KASUS

Ny. V, usia 28 tahun, hamil 37 minggu G2P1A0 datang ke Rumah Sakit pukul 10.15
atas rujukan dari Puskesmas dengan diagnosa KPD. Pasien mengatakan sudah keluar
cairan ketuban sejak 1 hari yang lalu. Anamnesa dokter, pasien mengalami KPD 1 hari
sehingga perlu dilakukan tindakan operasi sectio caesarea. Keluhan pasien saat ini
adalah mules dan nyeri yang dirasakan menjalar ke pinggang kiri dan kanan. Dari hasil
pengkajian perawat, ditemukan data pasien adalah seorang ibu rumah tangga, suami
pasien berusia 31 tahun pekerjaan PNS, dikeluarga pasien tidak ada yang memiliki
penyakit keturunan, klien menggunakan alat kontrasepsi IUD. Tidak ada keluhan pada
pola eliminasi, nutrisi dan kebiasaan. Anak pertama pasien berusia 3 tahun, jenis
kelamin laki-laki. Pasien mengatakan sangat takut menjalani operasi ini, karena ini
adalah pengalaman pertama pasien operasi sc. Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan
TTV dalam batas normal, konjungtiva tidak anemis, payudara simetris, areola
kehitaman, puting susu keluar, belum keluar colostrum, leopold I : teraba tegang, tinggi
fundus uteri 30 cm, leopold II puka, leopold III bagian terbawah teraba keras, bulat
melenting, leopold IV kepala sudah masuk PAP, kontraksi belum teratur, DJJ
146X/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, didapatkan hasil Hemoglobin
11.7 g/dl, Leukosit 11.5 Ribu/ul, Golongan darah AB, HBs Ag Non reaktif. Hasil
pemeriksaan USG yaitu tampak janin tunggal, letak memanjang, puka, preskep, DJJ
positif. Air ketuban kesansedikit. Tak tampak jelas kelainan kongenital mayor. Kesan
saat ini janin hidup tunggal dalam keadaan baik. Setelah pasien memberikan informed
consent tindakan operasi SC, pukul 12. 00 klien dikirim keruang OK. Pukul 16.00
perawat menjemput pasien ke ruang OK. Saat dikaji, didapatkan hasil pasien somnolen,
terpasang kateter, terpasang infus di tangan kiri pasien, perdarahan 850cc. Kemudian
perawat melakukan observasi 2 jam post operasi.
RESUME BAYI BARU LAHIR NORMAL
STASE KEPERAWATAN MATERNITAS
KETUBAN PECAH DINI (KPD)

Disusun Oleh :
Nama : Astri Kurnia Maulida
NIM : 14901210035

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMANUEL
BANDUNG
2021
PROSEDUR TINDAKAN
Perawatan Luka SC Pada Ibu Post Partum
LOG BOOK HARIAN PRAKTIK DARING (09-14 Agustus 2021)

Rencana Esok Hari / Tindak


Hari ke- Hari / Tanggal Target Kegiatan yang dilakukan
Lanjut
1. Senin / 09 Agustus 2021 Menyelesaikan prosedur Mengerjakan prosedur Mengerjakan laporan pendahuluan
tindakan dengan baik tindakan perawatan luka SC
pada ibu post partum
2. Selasa / 10 Agustus 2021 Dapat mengerjakan laporan Mengerjakan laporan Melanjutkan laporan pendahuluan
pendahuluan dengan baik pendahuluan KPD
sesuai format yang diberikan
3. Rabu / 11 Agustus 2021 Dapat mengerjakan laporan Mengerjakan laporan Mengerjakan resume laporan pre
pendahuluan dengan baik pendahuluan KPD post SC dan BBL Normal
sesuai format yang diberikan
4. Kamis / 12 Agustus 2021 Dapat mengerjakan resume Mengerjakan resume laporan Membuat video suntik KB
laporan pre post SC dengan pre post SC dan BBL normal
baik sesuai format yang
diberikan
5. Jumat / 13 Agustus 2021 Dapat membuat video suntik Membuat video suntik KB Responsi laporan pendahuluan dan
KB sesuai SOP sesuai SOP resume
6. Sabtu / 14 Agustus 2021 Dapat melakukan responsi Responsi laporan
dengan baik pendahuluan dan resume

Anda mungkin juga menyukai