Anda di halaman 1dari 10

VOLUME 14, NO.

1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006

RESPON KUAT TEKAN HAMMER TEST DENGAN COMPRESSION


TEST PADA BETON NORMAL DAN BETON PASCA BAKAR
1
R. Arwanto

ABSTRACT

Obtaining the concrete compression strength with the Swiss Hammer is a standard and well-
known procedure. However, the use of this apparatus on concrete exposed to physical and
chemical changes due to high temperature, is questioned. Research was conducted to validate
the hammer test results on these specific concrete elements. The investigations were executed
at the Pasar Induk Wonosobo, Wonosobo’s mean market as case study. This local market was
severely burned. The research work was done by compression strength comparison obtained
from the Hammer on the field, to the tests results performed on laboratory samples. The
research work proved that there was a substantial deviation in concrete compression strength
obtained from the values of the Hammer on the field as compared to the cylinders tested in the
laboratory. Therefore, the Swiss Hammer was found not suitable for non-destructive
compression testing on concrete elements exposed to high temperatures due to fire or burning.
Keywords : Concrete, Hammer Test, Compression Test

PENDAHULUAN KERANGKA TEORITIS

Terjadinya perubahan temperatur yang Pengaruh Temperatur Tinggi Pada


cukup tinggi, seperti yang terjadi pada Beton
peristiwa kebakaran, akan membawa
dampak pada struktur beton. Karena pada Ketahanan beton terhadap temperatur
proses tersebut akan terjadi suatu siklus tinggi dihasilkan oleh daya hantar panas
pemanasan dan pendinginan yang beton yang rendah dan kekuatan yang
bergantian, yang akan menyebabkan tinggi. Penambahan cover beton, kekuatan,
adanya perubahan fase fisis dan kimiawi density, dan sifat kedap air mempertinggi
secara kompleks. ketahanan thermal beton (Raina, 1989).

Pengujian dengan alat hammer untuk Efek yang paling utama dari pemanasan
mengetahui kekuatan beton pada struktur beton dalam hubungannya dengan sifat
bermasalah, termasuk struktur yang muai thermal adalah spalling (rompal atau
terbakar, sudah sering dilakukan. rontok). Beberapa tipe agregat, misalnya
Penggunaan hammer test sebagai silika, akan pecah karena ada perubahan
pembanding compression test pada beton pada struktur kristalnya, meskipun proses
kondisi normal saat ini sudah secara luas ini hanya terjadi pada permukaan betonnya
digunakan dan sudah memiliki standarisasi. saja tetapi secara individual partikel ini akan
Namun lebih lanjut timbul pertanyaan terlepas sendiri-sendiri. Bisa juga terjadi
apakah hammer test akan menghasilkan efek yang lebih serius yaitu hancurnya lapis
kuat tekan yang bisa diterima kebenarannya permukan karena pemuaian thermal dan
dibandingkan nilai kuat tekan dari hasil ditambah lagi adanya tekanan yang
compression test.

1
Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 85


Respon Kuat Tekan Hammer Test dengan Compression Test
pada Beton Normal dan Beton Pasca Bakar

dihasilkan dari uap air yang terjebak di dalam meletakkan benda uji tepat di
dalam pori beton. (Taylor, 2002). tengah, ausnya pelat, geseran pada
dudukan bulat pada plat desak bagian atas,
Jika temperatur cukup tinggi akan terjadi
juga ketidaktelitian kalibrasi mesin itu
retak, bahkan juga pada beton massif,
sendiri. (Murdock dan Brook, 1979)
tergantung dari lamanya kebakaran.
Kebakaran dengan temperatur 1000 ºC - Pengujian dengan Hammer Beton
selama satu atau dua jam akan
menyebabkan beton tidak lagi dapat Hammer beton pertama kali dikembangkan
berfungsi sebagai material struktur, hal ini oleh seorang insinyur berkebangsaan Swiss,
ditandai dengan meluasnya spalling dan Dr. Ernst Schmidt, pada tahun 1948, yang
terlihatnya tulangan utama struktur dan selanjutnya lebih dikenal sebagai Swiss
menunjukkan tanda-tanda scaling. Hammer. (Kett, 2000) Dasar pengembangan
dari alat ini adalah sistem pengujian tempo
Sebuah test menunjukkan bahwa dengan
dulu dimana untuk mengetahui keadaan
temperatur 700 ºC, panas merambat ke
dari suatu beton pada sebuah konstruksi,
bagian dalam dan mencapai temperatur
para pekerjanya biasa memukul beton
yang bervariasi sesuai ketebalannya.
tersebut dengan sebuah hammer dan
Kuat Tekan Beton menilai kedaan beton tersebut dari suara
metalik yang dihasilkannya. (Prosceq
Pengujian yang paling umum dilakukan Manual Book, 1977)
untuk beton yang sudah mengeras adalah
Swiss Hammer merupakan salah satu non
uji kuat tekan, hal ini bisa jadi karena
destructive testing apparatus yang mudah
pengujian ini mudah untuk dilaksanakan,
digunakan secara langsung di lapangan,
karakteristik beton yang diinginkan
namum penggunaannya tidak bisa secara
berhubungan erat dengan kuat tekannya,
langsung menggantikan compression test
dan yang paling utama adalah karena kuat
dan juga tidak bisa digunakan untuk
tekan menjadi faktor penting dalam desain
mengukur kuat tekan beton secara akurat.
struktur. (Neville, 2002)
(Fintel, 1985) Hammer test biasa digunakan
Hasil dari uji tekan ini bisa bervariasi untuk memeriksa keseragaman dari sebuah
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya struktur beton, untuk menentukkan lokasi
tipe benda uji, ukuran benda uji, tipe dimana dimungkinkan terdapat beton yang
cetakan, curing, keadaan permukaan benda berkualitas rendah sehingga bisa diputuskan
uji, dan kekakuan mesin uji tekan. apakah perlu dilakukan core drill atau tidak,
dan juga untuk memperkirakan kekuatan
- Pengujian dengan Compression beton di lapangan sesuai dengan umurnya
Testing Machine sehingga bisa diketahui apakah beton
tersebut sudah layak untuk diberi beban
Pengujian dengan alat ini sudah sangat atau tidak. (ASTM Standards, 2002).
meluas digunakan di berbagai negara.
Pengujian bisa dilakukan dengan berbagai Prinsip kerja Swiss Hammer akan
tipe mesin, baik yang digerakkkan otomatis menghasilkan sebuah nilai rebound sesaat
oleh sistem hidrolis ataupun dengan sistem setelah tangkai baja (plunger) masuk ke
hidrolis yang masih manual, juga dengan dalam hammer karena ada gaya dorong ke
berbagai mesin menurut kapasitas arah permukaan beton. Nilai rebound ini
maksimumnya. dihasilkan dari gaya reaksi hantaman beban
di dalam hammer melalui plunger ke
Dalam pengujian tekan dengan mesin ini permukaan beton, gaya reaksi tadi
bisa timbul ketidaktelitian yang disebabkan memberikan tolakan berlawanan kepada
oleh beberapa hal, seperti kesalahan di beban yang kemudian menggerakkan

86 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL


VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006

sebuah pointer sampai ke titik tertentu yang kuat tekan beton setelah dikonversi melalui
bisa terbaca pada skala ukur. Nilai rebound grafik atau tabel yang ada pada hammer
inilah yang kemudian akan menunjukkan beton sesuai sudut penembakan.

Gambar 1. Ilustrasi Skematik Cara Kerja Rebound Hammer (ACI 228. 1R-95)

METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dilakukan pengujian


terhadap material penyusun beton yaitu
Penelitian di laboratorium agregat halus, agregat kasar dan
semen, sedangkan air yang digunakan
Pada penelitian ini menggunakan metode sesuai dengan sfesifikasi standar untuk
experimen yaitu mengadakan percobaan air dalam SK SNI S – 04 – 1989 – F.
dengan menggunakan sampel beton dengan
mutu beton yang direncanakan, sehingga  Pembuatan Benda Uji
dapat diperoleh besaran-besaran yang akan
Benda uji dibuat di pabrik ready mix
diteliti. Adapun besaran yang dipakai
concrete , berupa silinder beton
sebagai acuan adalah nilai kuat tekan dari
dengan diameter 15 cm dan tinggi 30
hasil compression test.
cm.
- Pelakasanaan Penelitian  Perawatan Benda Uji (Curing)

Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini Curing ini mempunyai tujuan yaitu
adalah sebagai berikut : untuk menjaga permukaan beton agar
selalu lembab.dan beton tidak
 Pemeriksaan Material berhubungan dengan udara., sampai
Pemeriksaan ini bertujuan untuk cukup kuat untuk menahan retak akibat
mengetahui sifat atau karakterisitik dari penyusutan. (Longman dan Taylor,
masing-masing bahan penyusun beton. 2002)

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 87


Respon Kuat Tekan Hammer Test dengan Compression Test
pada Beton Normal dan Beton Pasca Bakar

Curing mempunyai maksud untuk (distructive test) untuk memeriksa sampel


menjamin proses hidrasi semen dapat material beton yang diambil dari elemen-
berlangsung dengan sempurna, elemen struktur yang terbakar.
sehingga retak-retak pada permukaan
beton dapat dihindari serta mutu beton
dapat lebih terjamin. Proses perawatan
benda uji ini yaitu merendam benda uji
dalam bak perendam berisi air pada
temperatur 25 °C selama waktu yang
dikehendaki. (SK SNI M – 14 – 1989 –
F).
 Pembakaran Benda Uji
Setelah curing selama 28 hari,
kemudian dilakukan pembakaran
dengan durasi pembakaran 3 jam.
Temperatur pada tungku berkisar 350
C, pada penelitian ini menggunakan
temperatur air raksa dengan suhu
maksimal yang dapat terukur 360 C.
 Pelapisan Permukaan Benda Uji
(Capping)
Pelapisan ini betujuan untuk meratakan
permukaan benda uji yang akan Gambar 2. Hammer Test Pada Elemen
diperiksa, sehingga penyaluran Balok Pasar Induk Wonosobo
tegangan dari alat compression dapat
tersebar secara merata pada
permukaan benda uji. Metoda Analisa Hasil Penelitian

 Pengujian Benda Uji Hasil penelitian yang berupa data-data


Pengujian ini dilakukan pada usia benda kuantitatif (numeris) akan dianalisa
uji 40 hari. Adapun jenis pengujian menggunakan metoda-metoda statistik yang
yang dilakukan adalah hammer test dan berkaitan, yaitu statistik deskriptif dan
compression test. statistik inferensi. Output yang diharapkan
dari analisa ini adalah kesimpulan kuantitatif
dan kesimpulan kualitatif.
Investigasi Pasar Induk Wonosobo
Metoda statistika deskriptif berkenaan
Kegiatan ini dilakukan di lapangan yaitu di dengan pengumpulan, pengolahan,
Pasar Induk Wonosobo Jawa Tengah, dan di penyajian, dan penganalisaan data sehingga
Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil dapat memberikan gambaran yang
Universitas Diponegoro Semarang. sistematis dan teratur tentang penelitian ini.
Untuk melaksanakan kegiatan ini, akan Analisa statistik deskriptif dilakukan secara
digunakan bahan-bahan berupa sampel kualitatif dan kuantitatif. Dalam analisa ini
atau benda uji material beton (sample digunakan pendekatan secara deduktif yaitu
coring), yang diambil langsung dari elemen- dari hal-hal yang bersifat umum menuju
elemen struktur bangunan gedung Pasar yang bersifat khusus.
Induk Wonosobo yang terbakar. Metoda statistika inferensi berkenaan
Pengamatan di laboratorium dilakukan pada dengan pengolahan lebih lanjut terhadap
benda uji hasil pengujian merusak data yang telah dianalisa guna penafsiran

88 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL


VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006

dan membantu dalam penarikan Perubahan


kesimpulan. 29.715  33.188
  31.452 %
2
ANALISA DAN PEMBAHASAN

Tabel berikut menyajikan beberapa Tabel 2. Parameter Populasi Hasil Analisa


parameter dari populasi data compression Hammer Test
test sebelum uji keseragaman (index notasi
1) dan sesudah uji keseragaman (index Populasi
notasi 2) antara lain jumlah elemen populasi Parameter Tak Bakar Bakar Tak Bakar Bakar
(n), rerata atau mean (µ), dan standar D1H D1H D2H D2H
deviasi populasi (σ). n1 13 13 17 12
µ1 (MPa) 27.739 30.785 34.246 34.914
Tabel 1. Parameter Populasi Hasil Analisa σ1 (MPa) 0.689 1.574 1.228 0.853
Compression Test
n2 9 9 12 7
Populasi
Parameter Tak Bakar Bakar Tak Bakar Bakar µ2 (MPa) 27.47 30.54 34.44 34.69

D1 D1 D2 D2 σ2 (MPa) 0.36 0.69 0.67 0.62


n1 13 13 17 12
µ1 (MPa) 31.842 22.418 42.924 28.742 Berdasarkan Tabel 2, tampak adanya
σ1 (MPa) 1.978 1.609 3.857 2.241 perubahan kuat tekan hasil hammer test
setelah beton mengalami pembakaran.
n2 10 8 13 8 Respon perubahannya ditentukan sebagai
µ2 (MPa) 31.60 22.21 43.51 29.07 berikut :
 Benda uji D1 :
σ2 (MPa) 1.17 0.91 2.12 1.27 Perubahan
30.54  27.47
  100 %  11.178 %
Dari Tabel 1 tampak adanya perubahan kuat 27.47
tekan setelah beton mengalami  Benda uji D2 :
pembakaran. Respon perubahannya Perubahan
ditentukan sebagai berikut : 34.69  34.44
 Benda uji D1 :
  100 %  0.726 %
34.44
Perubahan
 Rata-rata :
22.21  31.60 Perubahan
  100 %  29.715 %
31.60 11.178  0.726
 Benda uji D2 :   5.952 %
2
Perubahan
29.07  43.51 Grafik-grafik di bawah ini menggambarkan
  100 %  33.188 %
43.51 relasi dan pola hubungan nilai kuat tekan
compression dan hammer test pada benda
uji terbakar dan tidak.

 Rata-rata :

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 89


Respon Kuat Tekan Hammer Test dengan Compression Test
pada Beton Normal dan Beton Pasca Bakar

UJI COMPRESSION DAN HAMMER TAK BAKAR D1

35

33
fc (MPa)

31

29

27

25
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
No. Sampel

Compression Hammer Mean Com Mean Hmr

Gambar 3. Grafik Relasi Compression Test dan Hammer Test Tak Bakar D1

UJI COM PRESSION DAN HAM M ER BAKAR D1

34

31
fc (MPa)

28

25

22

19
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
No. Sampel

Compression Hammer Mean Comp Mean Hmr

Gambar 4. Grafik Relasi Compression Test dan Hammer Test Bakar D1

UJI COM PRESSION DAN HAM M ER TAK BAKAR D2

47

43
fc (MPa)

39

35

31
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
No. Sampel

Compression Hammer Mean Comp Mean Hmr

Gambar 5. Grafik Relasi Compression Test dan Hammer Test Tak Bakar D2

90 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL


VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006

UJI COM PRESSION DAN HAM M ER BAKAR D2

35

32

fc (MPa)
29

26

23
15 16 18 19 20 21 22 23 24 26 27 30
No. Sampel

Compression Hammer Mean Comp Mean Hmr

Gambar 6. Grafik Relasi Compression Test dan Hammer Test Bakar D2

Dari grafik-grafik di atas tampak adanya beton kolom, balok maupun plat yang sudah
perubahan pola hubungan pada benda uji dibersihkan dengan mengelupas plesteran.
bakar terhadap benda uji tak bakar,
Pengambilan inti beton dengan alat bor
kesamaan perilaku yang ditunjukkan kedua
dengan diameter 35 – 75 mm (core case)
mutu beton mempertegas respon ini.
dan 100 – 150 mm (core drill) untuk
Investigasi Pasar Induk Wonosobo mendapatkan silinder inti beton di lapangan.
Dari hasil pengujian diperoleh grafik
Untuk mengetahui kualitas beton pasca
perbandingan kuat tekan dari hasil Core Drill
kebakaran pada Pasar Induk Wonosobo,
dan Core Case dengan Hammer Test
dilakukan pengujian dengan alat hammer.
Hammer test dilakukan pada permukaan

Pe rbandingan H as il C ore D rill dan H am m er T est


Pas ar Induk W onos obo
30

25

20
fc (M Pa )

15

10

0
Pe la t (t=5c m) Ba lo k (35/60) K o lo m (60/60)
Ele me n Stru ktu r

C o re d rill H a m m e r te st

Gambar 7. Grafik Perbandingan Hasil Core Drill dan Core Case dengan Hammer Test

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 91


Respon Kuat Tekan Hammer Test dengan Compression Test
pada Beton Normal dan Beton Pasca Bakar

Pengaruh Pembakaran pada Kuat material ini secara individual. (Taylor,


Tekan 2002)

Dari analisa deskriptif kuantitatif uji tekan


dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembakaran pada benda uji beton dalam
penelitian ini menyebabkan turunnya nilai
kuat tekan melalui pengujian dengan
Compression Testing Machine.
Uji hipotesa yang dilakukan menunjukkan
terjadinya penurunan nilai fc dari
compression test benda uji bakar
dibandingkan fc uji tekan benda uji tak
bakar.
Adanya penurunan fc ini terutama
disebabkan oleh adanya perubahan
microstructure pada beton karena terjadinya
reaksi fisik dan kimia akibat temperatur
tinggi selama pembakaran, antara lain : Gambar 8. Rompal Pada Beton
 Terjadinya friksi antar material
penyusun beton akibat perbedaan
koefisien muai thermal materi penyusun  Terjebaknya uap air dalam pori beton
yang cukup besar. Jika perbedaan sehingga menyebabkan adanya
koefisien muai agregat dan pasta tekanan dari dalam beton. Semakin
semen terlalu besar maka apabila lama dibakar, seiring dengan
terjadi perubahan suhu dapat bertambahnya temperatur, maka
mengakibatkan perbedaan gerakan semakin tinggi pula tekanan dari dalam.
sehingga dapat melepaskan lekatan Tekanan inilah yang menyebabkan
antara agregat dan pasta, akibatnya terjadinya explosive spalling (rompal
beton akan mudah retak. disertai ledakan). (Taylor, 2002)
(Tjokrodimuljo, 1996)  Susutnya pasta semen karena
 Terhambatnya laju aliran panas di hilangnya kadar air pada temperatur
dalam beton akibat menurunnya tinggi. Penyusutan ini akan
konduktifitas thermal beton pada menimbulkan retak-retak sehingga
temperatur tinggi. Di atas 100 ºC memperlemah beton. (Mindess et al.,
konduktifitas thermal beton secara 2002).
linear mengalami penurunan yang
berarti karena pada titik ini kadar air Pengaruh Pembakaran terhadap Hasil
dalam beton sudah hilang. Tersekatnya Hammer Test
panas di dalam beton mempercepat
reaksi fisik maupun kimia yang akan Dari beberapa analisa statistik yang sudah
memperlemah beton. (Mindess et al., dilakukan, dapat ditarik resume
2002). perbandingan respon hammer test dengan
 Perubahan struktur kristal agregat compression test, ditabelkan berikut ini :
(misalnya agregat silika) sehingga
timbul efek spalling (rompal) pada
permukaan beton dan lepasnya

92 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL


VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006

Tabel 3. Perbandingan Hasil Analisa Statistik Hammer Test dengan Compression Test

Analisa Hammer Test Compression Test


Respon nilai kuat tekan Peningkatan dibanding Penurunan dibanding
setelah pembakaran kuat tekan tak terbakar kuat tekan tak terbakar
Selisih nilai kuat tekan Lebih besar daripada selisih kuat tekan pada
compression test dan benda uji tak terbakar.(tak terbakar, hammer
hammer test pada benda test < compression test; terbakar, hammer test
uji terbakar > compression test)
Uji hipotesa pengaruh Terjadi peningkatan Terjadi penurunan
pembakaran terhadap kuat tekan karena kuat tekan karena
kuat tekan pengaruh pembakaran pengaruh pembakaran
Uji hipotesa bahwa tidak Ditolak, berarti pada benda uji terbakar ada
ada perbedaan berarti perbedaan yang berarti antara nilai kuat tekan
kuat tekan hammer test hammer test dengan compression test
dengan compression test
pada benda uji terbakar

Perbedaan perilaku seperti yang tersebut di beton bakar respon hammer test
atas disebabkan faktor-faktor berikut : berbeda dari compression test.
 Faktor utama yang mempengaruhi
pembacaan rebound adalah kekerasan KESIMPULAN
permukaan uji, padahal kekerasan
suatu material tidaklah identik dengan  Pada keadaan normal, nilai kuat tekan
kuat tekannya. compression lebih tinggi daripada kuat
 Hilangnya kadar air dalam benda uji tekan hammer.
sehingga pembacaan rebound  Setelah pembakaran hammer test
bertambah tinggi. Seperti telah memberikan respon kuat tekan yang
diketahui bahwa adanya kelembaban lebih tinggi daripada compression test.
pada permukaan hammer test akan  Relasi respon kuat tekan compression
memperlemah pembacaan rebound dan hammer dalam keadaan normal
karena banyaknya energi tumbukan (tidak terbakar) membentuk pola yang
yang terserap sehingga tidak cukup konservatif, artinya bahwa nilai kuat
memberikan energi lentingan kepada tekan dengan hammer test cenderung
plunger hammer. berkisar pada prosentase tertentu
 Bertambahnya kepadatan permukaan terhadap nilai kuat tekan dengan
hammer test yang disebabkan susutnya compression test.
pasta semen akibat pengaruh  Pada beton terbakar respon yang
temperatur tinggi. Semakin tinggi diberikan hammer test berlawanan
temperatur semakin besar susut yang dengan compression test. Oleh karena
terjadi semakin tinggi kepadatan dan itu nilai prosentase (perbandingan) kuat
akhirnya semakin tinggi pula tekan hammer test terhadap
pembacaan rebound. compression test pada beton normal
 Dari uraian-uraian di atas dapat ditarik (tak terbakar), seperti tercantum dalam
kesimpulan bahwa pembakaran pada PBI 1971, tidak bisa digunakan untuk
benda uji menyebabkan semakin beton terbakar.
tingginya kuat tekan yang dihasilkan
dari hammer test, dan pada benda uji

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 93


Respon Kuat Tekan Hammer Test dengan Compression Test
pada Beton Normal dan Beton Pasca Bakar

DAFTAR PUSTAKA Longman, G. D. Taylor. 2002. Material in


Construction Principles, Practice and
. 2002. Annual Book of ASTM Performance. The Chartered Institute of
Standards Section 4 Vol. 04.02 Concrete Building.
and Aggregates C – 805 Standard Test
Method for Rebound Number of Hardened Mindess, Sidney et al.. 2003. Concrete 2nd
Concrete. West Conshohocken Edition. USA : Pearson Education, Inc
. 1977. Manual Book of Prosceq Murdock, L.J, Brook, K.M. 1986. Bahan dan
Swiss Hammer. Zurich, Switzerland : Praktek Beton, Edisi Ke-4. Jakarta :
Prosceq FA Erlangga

Arwanto, R dkk. 2004. Evaluasi Struktur Neville, A.M. 2003. Properties of concrete,
Bangunan Gedung Paska Kebakaran (Studi 4th and Final Edition. Edinburg Gate
Kasus Pasar Induk Wonosobo). Semarang : Harlow, England : Pearson Prentice Hall
Jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro Tjokrodimuljo, Kardiyono. 1996. Teknologi
Departemen Pekerjaan Umum. 1989. SK Beton. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
SNI M – 14 – 1989 – F Metode Pengujian Press
Kuat Tekan Beton. Bandung : Yayasan LPMB Yuliarto, Totok Dwi dan Yuliar Adi W. N.
Fintel, Mark. 1985. Handbook of Concrete 2005. Laporan Tugas Akhir Pengujian
Engineering Second Edition. New York : Experimental Relasi Kuat Tekan Beton Pasca
Van Nostrand Reinhold Kebakaran Antara Hammer Test Dengan
Compression Test. Semarang : Universitas
Kett, Irving. 2000. Engineering Concrete : Diponegoro
Mix Design and Test Method. USA : CRC
Press LCC

94 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL

Anda mungkin juga menyukai