3938 8451 1 SM
3938 8451 1 SM
ABSTRACT
Obtaining the concrete compression strength with the Swiss Hammer is a standard and well-
known procedure. However, the use of this apparatus on concrete exposed to physical and
chemical changes due to high temperature, is questioned. Research was conducted to validate
the hammer test results on these specific concrete elements. The investigations were executed
at the Pasar Induk Wonosobo, Wonosobo’s mean market as case study. This local market was
severely burned. The research work was done by compression strength comparison obtained
from the Hammer on the field, to the tests results performed on laboratory samples. The
research work proved that there was a substantial deviation in concrete compression strength
obtained from the values of the Hammer on the field as compared to the cylinders tested in the
laboratory. Therefore, the Swiss Hammer was found not suitable for non-destructive
compression testing on concrete elements exposed to high temperatures due to fire or burning.
Keywords : Concrete, Hammer Test, Compression Test
Pengujian dengan alat hammer untuk Efek yang paling utama dari pemanasan
mengetahui kekuatan beton pada struktur beton dalam hubungannya dengan sifat
bermasalah, termasuk struktur yang muai thermal adalah spalling (rompal atau
terbakar, sudah sering dilakukan. rontok). Beberapa tipe agregat, misalnya
Penggunaan hammer test sebagai silika, akan pecah karena ada perubahan
pembanding compression test pada beton pada struktur kristalnya, meskipun proses
kondisi normal saat ini sudah secara luas ini hanya terjadi pada permukaan betonnya
digunakan dan sudah memiliki standarisasi. saja tetapi secara individual partikel ini akan
Namun lebih lanjut timbul pertanyaan terlepas sendiri-sendiri. Bisa juga terjadi
apakah hammer test akan menghasilkan efek yang lebih serius yaitu hancurnya lapis
kuat tekan yang bisa diterima kebenarannya permukan karena pemuaian thermal dan
dibandingkan nilai kuat tekan dari hasil ditambah lagi adanya tekanan yang
compression test.
1
Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
dihasilkan dari uap air yang terjebak di dalam meletakkan benda uji tepat di
dalam pori beton. (Taylor, 2002). tengah, ausnya pelat, geseran pada
dudukan bulat pada plat desak bagian atas,
Jika temperatur cukup tinggi akan terjadi
juga ketidaktelitian kalibrasi mesin itu
retak, bahkan juga pada beton massif,
sendiri. (Murdock dan Brook, 1979)
tergantung dari lamanya kebakaran.
Kebakaran dengan temperatur 1000 ºC - Pengujian dengan Hammer Beton
selama satu atau dua jam akan
menyebabkan beton tidak lagi dapat Hammer beton pertama kali dikembangkan
berfungsi sebagai material struktur, hal ini oleh seorang insinyur berkebangsaan Swiss,
ditandai dengan meluasnya spalling dan Dr. Ernst Schmidt, pada tahun 1948, yang
terlihatnya tulangan utama struktur dan selanjutnya lebih dikenal sebagai Swiss
menunjukkan tanda-tanda scaling. Hammer. (Kett, 2000) Dasar pengembangan
dari alat ini adalah sistem pengujian tempo
Sebuah test menunjukkan bahwa dengan
dulu dimana untuk mengetahui keadaan
temperatur 700 ºC, panas merambat ke
dari suatu beton pada sebuah konstruksi,
bagian dalam dan mencapai temperatur
para pekerjanya biasa memukul beton
yang bervariasi sesuai ketebalannya.
tersebut dengan sebuah hammer dan
Kuat Tekan Beton menilai kedaan beton tersebut dari suara
metalik yang dihasilkannya. (Prosceq
Pengujian yang paling umum dilakukan Manual Book, 1977)
untuk beton yang sudah mengeras adalah
Swiss Hammer merupakan salah satu non
uji kuat tekan, hal ini bisa jadi karena
destructive testing apparatus yang mudah
pengujian ini mudah untuk dilaksanakan,
digunakan secara langsung di lapangan,
karakteristik beton yang diinginkan
namum penggunaannya tidak bisa secara
berhubungan erat dengan kuat tekannya,
langsung menggantikan compression test
dan yang paling utama adalah karena kuat
dan juga tidak bisa digunakan untuk
tekan menjadi faktor penting dalam desain
mengukur kuat tekan beton secara akurat.
struktur. (Neville, 2002)
(Fintel, 1985) Hammer test biasa digunakan
Hasil dari uji tekan ini bisa bervariasi untuk memeriksa keseragaman dari sebuah
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya struktur beton, untuk menentukkan lokasi
tipe benda uji, ukuran benda uji, tipe dimana dimungkinkan terdapat beton yang
cetakan, curing, keadaan permukaan benda berkualitas rendah sehingga bisa diputuskan
uji, dan kekakuan mesin uji tekan. apakah perlu dilakukan core drill atau tidak,
dan juga untuk memperkirakan kekuatan
- Pengujian dengan Compression beton di lapangan sesuai dengan umurnya
Testing Machine sehingga bisa diketahui apakah beton
tersebut sudah layak untuk diberi beban
Pengujian dengan alat ini sudah sangat atau tidak. (ASTM Standards, 2002).
meluas digunakan di berbagai negara.
Pengujian bisa dilakukan dengan berbagai Prinsip kerja Swiss Hammer akan
tipe mesin, baik yang digerakkkan otomatis menghasilkan sebuah nilai rebound sesaat
oleh sistem hidrolis ataupun dengan sistem setelah tangkai baja (plunger) masuk ke
hidrolis yang masih manual, juga dengan dalam hammer karena ada gaya dorong ke
berbagai mesin menurut kapasitas arah permukaan beton. Nilai rebound ini
maksimumnya. dihasilkan dari gaya reaksi hantaman beban
di dalam hammer melalui plunger ke
Dalam pengujian tekan dengan mesin ini permukaan beton, gaya reaksi tadi
bisa timbul ketidaktelitian yang disebabkan memberikan tolakan berlawanan kepada
oleh beberapa hal, seperti kesalahan di beban yang kemudian menggerakkan
sebuah pointer sampai ke titik tertentu yang kuat tekan beton setelah dikonversi melalui
bisa terbaca pada skala ukur. Nilai rebound grafik atau tabel yang ada pada hammer
inilah yang kemudian akan menunjukkan beton sesuai sudut penembakan.
Gambar 1. Ilustrasi Skematik Cara Kerja Rebound Hammer (ACI 228. 1R-95)
Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini Curing ini mempunyai tujuan yaitu
adalah sebagai berikut : untuk menjaga permukaan beton agar
selalu lembab.dan beton tidak
Pemeriksaan Material berhubungan dengan udara., sampai
Pemeriksaan ini bertujuan untuk cukup kuat untuk menahan retak akibat
mengetahui sifat atau karakterisitik dari penyusutan. (Longman dan Taylor,
masing-masing bahan penyusun beton. 2002)
Rata-rata :
35
33
fc (MPa)
31
29
27
25
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
No. Sampel
Gambar 3. Grafik Relasi Compression Test dan Hammer Test Tak Bakar D1
34
31
fc (MPa)
28
25
22
19
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
No. Sampel
47
43
fc (MPa)
39
35
31
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
No. Sampel
Gambar 5. Grafik Relasi Compression Test dan Hammer Test Tak Bakar D2
35
32
fc (MPa)
29
26
23
15 16 18 19 20 21 22 23 24 26 27 30
No. Sampel
Dari grafik-grafik di atas tampak adanya beton kolom, balok maupun plat yang sudah
perubahan pola hubungan pada benda uji dibersihkan dengan mengelupas plesteran.
bakar terhadap benda uji tak bakar,
Pengambilan inti beton dengan alat bor
kesamaan perilaku yang ditunjukkan kedua
dengan diameter 35 – 75 mm (core case)
mutu beton mempertegas respon ini.
dan 100 – 150 mm (core drill) untuk
Investigasi Pasar Induk Wonosobo mendapatkan silinder inti beton di lapangan.
Dari hasil pengujian diperoleh grafik
Untuk mengetahui kualitas beton pasca
perbandingan kuat tekan dari hasil Core Drill
kebakaran pada Pasar Induk Wonosobo,
dan Core Case dengan Hammer Test
dilakukan pengujian dengan alat hammer.
Hammer test dilakukan pada permukaan
25
20
fc (M Pa )
15
10
0
Pe la t (t=5c m) Ba lo k (35/60) K o lo m (60/60)
Ele me n Stru ktu r
C o re d rill H a m m e r te st
Gambar 7. Grafik Perbandingan Hasil Core Drill dan Core Case dengan Hammer Test
Tabel 3. Perbandingan Hasil Analisa Statistik Hammer Test dengan Compression Test
Perbedaan perilaku seperti yang tersebut di beton bakar respon hammer test
atas disebabkan faktor-faktor berikut : berbeda dari compression test.
Faktor utama yang mempengaruhi
pembacaan rebound adalah kekerasan KESIMPULAN
permukaan uji, padahal kekerasan
suatu material tidaklah identik dengan Pada keadaan normal, nilai kuat tekan
kuat tekannya. compression lebih tinggi daripada kuat
Hilangnya kadar air dalam benda uji tekan hammer.
sehingga pembacaan rebound Setelah pembakaran hammer test
bertambah tinggi. Seperti telah memberikan respon kuat tekan yang
diketahui bahwa adanya kelembaban lebih tinggi daripada compression test.
pada permukaan hammer test akan Relasi respon kuat tekan compression
memperlemah pembacaan rebound dan hammer dalam keadaan normal
karena banyaknya energi tumbukan (tidak terbakar) membentuk pola yang
yang terserap sehingga tidak cukup konservatif, artinya bahwa nilai kuat
memberikan energi lentingan kepada tekan dengan hammer test cenderung
plunger hammer. berkisar pada prosentase tertentu
Bertambahnya kepadatan permukaan terhadap nilai kuat tekan dengan
hammer test yang disebabkan susutnya compression test.
pasta semen akibat pengaruh Pada beton terbakar respon yang
temperatur tinggi. Semakin tinggi diberikan hammer test berlawanan
temperatur semakin besar susut yang dengan compression test. Oleh karena
terjadi semakin tinggi kepadatan dan itu nilai prosentase (perbandingan) kuat
akhirnya semakin tinggi pula tekan hammer test terhadap
pembacaan rebound. compression test pada beton normal
Dari uraian-uraian di atas dapat ditarik (tak terbakar), seperti tercantum dalam
kesimpulan bahwa pembakaran pada PBI 1971, tidak bisa digunakan untuk
benda uji menyebabkan semakin beton terbakar.
tingginya kuat tekan yang dihasilkan
dari hammer test, dan pada benda uji
Arwanto, R dkk. 2004. Evaluasi Struktur Neville, A.M. 2003. Properties of concrete,
Bangunan Gedung Paska Kebakaran (Studi 4th and Final Edition. Edinburg Gate
Kasus Pasar Induk Wonosobo). Semarang : Harlow, England : Pearson Prentice Hall
Jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro Tjokrodimuljo, Kardiyono. 1996. Teknologi
Departemen Pekerjaan Umum. 1989. SK Beton. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
SNI M – 14 – 1989 – F Metode Pengujian Press
Kuat Tekan Beton. Bandung : Yayasan LPMB Yuliarto, Totok Dwi dan Yuliar Adi W. N.
Fintel, Mark. 1985. Handbook of Concrete 2005. Laporan Tugas Akhir Pengujian
Engineering Second Edition. New York : Experimental Relasi Kuat Tekan Beton Pasca
Van Nostrand Reinhold Kebakaran Antara Hammer Test Dengan
Compression Test. Semarang : Universitas
Kett, Irving. 2000. Engineering Concrete : Diponegoro
Mix Design and Test Method. USA : CRC
Press LCC