WAWASAN KEBANGSAAN
Nama Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS GOL. II dan III di Lingkup Pemerintah
Kabupaten Padang Pariaman.
Nama Peserta : apt. Zolla Verbianti Suwita, S. Farm
Nama Pengajar : Ir. Eva Manjas.MP
Hari/Tanggal : Selasa /21 September 2021
Kelompok/No. Absen : I / 06
1. Dalam kerangka NKRI, wawasan kebangsaan adalah cara kita sebagai bangsa Indonesia di
dalam memandang diri dan lingkungannya dalam mencapai tujuan nasional yang
mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya,
ekonomi dan pertahanan keamanan, dengan berpedoman pada falsafah Pancasila dan
UUD 1945.
Wawasan Kebangsaan Indonesia mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar
menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Diharapkan manusia Indonesia
sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa. dengan itu hendaknya dipupuk
penghargaan terhadap martabat manusia, cinta kepada tanah air dan bangsa, demokrasi
dan kesetiakawanan sosial.
Wawasan Kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa sehingga
asas Bhinneka Tunggal Ika dipertahankan. Persatuan tidak boleh mematikan keanekaan
dan kemajemukan. Sebaliknya keanekaan dan kemajemukan tidak boleh menjadi
pemecah belah namun menjadi kekuatan yang memperkaya persatuan.
3. Kebangkitan dan lahirnya semangat kebangsaan dan nasionalisme Indonesia pada awal
abad ke-20, ditandai oleh tiga momentum sejarah yang saling terkait erat dan tidak dapat
dipisahkan, yaitu : Kebangkitan nasional tahun 1908, Sumpah Pemuda tahun 1928 dan
Proklamasi kemerdekaan RI tahun 1945. Ketiga momentum sejarah tersebut, merupakan
rangkaian proses terbentuknya nasionalisme Indonesia yang sarat dengan nilai – nilai
keIndonesiaan. Semangat kebangsaan dan nasionalisme Indonesia berpijak pada sistem
nilai dan pandangan hidup bangsa Indonesia.
a. Kebangkitan nasional tahun 1908
Berdirinya organisasi Budi Utomo iianggap sebagai mulainya kebangkitan nasional
karena menggunakan strategi perjuangan yang baru dan berbeda dengan perjuangan
sebelumnya, ditandai dengan bangkitnya semangat persatuan dan kesatuan serta rasa
nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia pada
masa penjajahan. Organisasi Budi Utomo bergerak di bidang sosial, ekonomi,
kebudayaan, serta tidak bergerak di bidang politik.
Berdirinya Budi Utomo berkaitan erat dengan STOVIA (School tot Opleiding van
Indische Artsen) yang memiliki arti Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputera.
Pemerintah Hindia-Belanda mendirikan STOVIA untuk menghasilkan dokter-dokter
yang berasal dari kalangan pribumi. STOVIA membebaskan biaya pendidikan bagi
mahasiswanya untuk menarik minat kaum bumiputera.
Tidak hanya melahirkan dokter yang cakap dalam bidang kesehatan, STOVIA juga
melahirkan tokoh-tokoh aktivis cendekiawan yang berintelektual. Aktivis-aktivis kritis
ini membuka jalan menuju kemerdekaan Indonesia. dr. Sutomo, dr. Cipto
Mangunkusumo, Gunawan, Suraji, dan R.T. Ario Tirtokusumo. Mereka semua adalah
para aktivis intelektual sekaligus pendiri Budi Utomo.
STOVIA berperan menjadi tempat persemaian para remaja-remaja pribumi dalam
menumbuhkan semangat nasionalisme. Di sana mereka bertukar pikiran dan ide untuk
memajukan bangsa ini serta bangkit dari keterpurukan kolonialisme pemerintah
Hindia-Belanda.
Budi Utomo selaku organisasi pelajar ini secara samar-samar merumuskan tujuannya
untuk kemajuan Tanah Air, di mana jangkauan geraknya yang semula hanya terbatas
di Pulau Jawa dan Madura, kemudian diperluas untuk masyarakat Tanah Air
seluruhnya dengan tidak memerhatikan perbedaan keturunan, jenis kelamin, dan juga
agama.
4. Amandemen keempat dilakukan dalam sidang tahunan MPR pada tanggal 1-11 Agustus
2002, dan disahkan pada tanggal 11 Agustus 2002. Terdapat 2 bab dan 13 pasal yang
diubah pada amandemen ini, yakni pasal 2, pasal 6A, pasal 8, pasal 11, pasal 16, pasal
23B, pasal 23D, pasal 24, pasal 31, pasal 32, pasal 33, pasal 34, dan pasal 3. Adapun bab
yang diamandemenkan adalah Bab XIII dan Bab XIV.
Inti perubahan dari amandemen keempat adalah mengenai penggantian presiden, DPD
sebagai bagian dari MPR, pernyataan perang, perdamaian dan perjanjian, pendidikan dan
kebudayaan, perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial, mata uang, dan bank
sentral.