Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An H DENGAN KEJANG

DEMAM SEDERHANA DI BANGSAL CENDANA RSUD


SLEMAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan V Keperawatan Anak


Pembimbing : Dra Ns Ni Ketut Mendri, S. Kep, M.Sc

Disusun oleh :
Luthfiana Ekwina Safira (P07120217025)
Milenia Ramadhani (P07120217026)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An H DENGAN KEJANG DEMAM
SEDERHANA DI BANGSAL CENDANA RSUD SLEMAN
2019

Diajukan untuk disetujui pada :


Hari :
Tanggal :
Tempat :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

(Dra Ns Ni Ketut Mendri, S. Kep, M.Sc.) ( Isnaeni Romdhiah, SST)


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan dengan
judul ”Asuhan keperawatan pada An H dengan Kejang Demam Sederhana di
bangsal Cendana RSUD Sleman ” Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktik
klinik Kepertawatan Keperawatan Medikal Bedah khususnya asuhan keperawatan pada pasien.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada :
1. Bondan Palestin, SKM., M.Kep., Sp.Kom. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
2. Ns. Maryana, S.Psi., S.Kep., M.Kep. selaku Ka.Prodi D IV Keperawatan Poltekkes
Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
3. Dra Ns Ni Ketut Mendri, S. Kep, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan demi terselesainya laporan ini.
4. Isnaeni Romdhiah, SST. selaku Clinical Intructure di bangsal Cendana RSUD Sleman
yang telah memberikan bimbingan demi terselesainya laporan ini.
5. Rekan-rekan yang telah memberikan bantuan dalam proses menyelesaikan penyusunan
laporan ini.
Kami berharap semoga laporan ini dapat membantu pembaca untuk lebih mengetahui
tentang Asuhan Keperawatan pada An S dengan Kejang Demam Sewaktu di Bangsal Cendana
RSUD Sleman. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini, masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharap dan saran dari berbagai pihak agar laporan ini
lebih sempurna.

Sleman, 14 Oktober 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kejang demam merupakankelainan neurologis yang paling sering terjadi pada anak, 1
dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini dikarenakan, anak yang masih
berusia dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap berbagai penyakit disebabkan sistem kekebalan
tubuh belum terbangun secara sempurna (Harjaningrum, 2011).

Serangan kejang demam pada anak yang satu dengan yang lain tidaklah sama,
tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap serangan kejang harus
mendapat penanganan yang cepat dan tepat, apalagi kejang yang berlangsung lama dan
berulang.Sebab, keterlambatan dan kesalahan prosedur bisa mengakibatkan gejala sisa pada
anak, bahkan bisa menyebabkan kematian (Fida&Maya, 2012).

Kejang yang berlangsung lama biasanya disertai apneu (henti nafas) yang dapat
mengakibatkan terjadinya hipoksia (berkurangnya kadar oksigen jaringan) sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel
neuron otak. Apabila anak sering kejang, akan semakin banyak sel otak yang rusak dan
mempunyai risiko menyebabkan keterlambatan perkembangan, retardasi mental, kelumpuhan
dan juga 2-10% dapat berkembang menjadi epilepsi (Mohammadi, 2010).

WHO memperkirakan pada tahun 2009 terdapat lebih dari 21,65 juta penderita kejang
demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal. Selain itu di Kuwait dari 400 anak
berusia 1 bulan-13 tahun dengan riwayat kejang, yang mengalami kejang demam sekitar 77%
(WHO, 2005). Insiden terjadinya kejang demam diperkirakan mencapai 4-5% dari jumlah
penduduk di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat.Namun di Asia angka
kejadian kejang demam lebih tinggi, seperti di Jepang dilaporkan antara 6-9% kejadian kejang
demam, 5-10% di India, dan 14% di Guam (Hernal, 2010).

Angka kejadian kejang demam di Indonesia sendiri mencapai 2-4% tahun 2009 dengan
80% disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan. Angka kejadian di wilayah Jawa Tengah
sekitar2-5% pada anakusia 6 bulan-5 tahun disetiap tahunnya. 25-50% kejang demam akan
mengalami bangkitan kejang demam berulang (Gunawan, 2009).

Kejang pada anak dapat mengganggu kehidupan keluarga dan kehidupan sosial orang
tua khususnya ibu, karena ibu dibuat stress dan rasa cemas yang luar biasa.Bahkan, ada yang
mengira anaknya bisa meninggal karena kejang. Beberapa ibu panik ketika anak mereka
demam dan melakukan kesalahan dalam mengatasi demam dan komplikasinya.Kesalahan yang
dilakukan ibu salah satunya disebabkan karena kurang pengetahuan dalam menangani.
Memberikan informasi kepada ibu tentang hubungan demam dan kejang itu sendiri merupakan
hal yang penting untuk menghilangkan stress dan cemas mereka (Hazaveh, 2011).

Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan ibu dalam mengatasi demam pada anak
sebelum terjadi kejang dan selanjutnya membawa ke rumah sakit.Mengukur suhu dan memberi
obat penurun panas, kompres air hangat (yang suhunya kurang lebihsama dengan suhu badan
anak) dan memberikan cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh anak.Ibu harus
menyadari bahwa demam merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kejang,
dikarenakan adanya peningkatan suhu tubuh yang cepat (Raftery, 2009).

Tujuan
Tujuan umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas pada An H dengan
diagnosis keperawatan yang sesuai.
Tujuan khusus
Setelah dilakukan pengkajian terhadap An H diharapkan mahasiswa dapat :
a. Melakukan pengkajian data.
b. Intervensi data dasar.
c. Merencanakan suatu tindakan yang komprehensif.
d. Melakukan asuhan keperawatan sesuai rencana.
e. Mengevaluasi hasil pelaksanaan asuhan keperawatan.

Manfaat
1. Bagi klien
Memberi edukasi pada klien dan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan
untuk mencegah terjadinya dampak yang lebih parah dari kejang demam
2. Bagi penulis
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang di dapat dalam
perkuliahan.
3. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan kepustakaan tentang asuhan keperawatan pada An H dengan kejang
demam sewaktu
4. Bagi lahan praktek
Memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk mempertahankan dan
menguatkan serta meningkatkan asuhan keperawatan secara profesional agar terhindar
dari komplikasi yang mungkin timbul.

Cara Pengumpulan Data


1. Wawancara
Pengumupulan data dengan tanya jawab langsung pada pasien.
2. Observasi
Pengambilan data dengan cara menilai dan memantau perkembangan klien secara
langsung.
3. Studi dokumentasi
Cara pengumpulan data dengan cara melihat buku rekam medik klien dan hasil
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang.
4. Studi pustaka
Teori asuhan keperawatan dari buku-buku yang membahas masalah-masalah asuhan
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan
ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial (Lumbantobing, 2015).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
mencapai >380C). kejang demam dapat terjadi karena proses intracranial maupun
ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan sampai
dengan 5 tahun (Amid dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).
Menurut Marvin A. Fishman (2017), kejang demam terjadi pada 2-4% anak usia di
bawah 6tahun. Kriteria diagnostik mencakup: kejang pertama yang dialami oleh anak
berkaitan dengan suhu yang lebih tinggi dari pada 38°C; anak berusia kurang dari 6tahun;
tidak ada tanda infeksi atau peradangan susunan saraf pusat; anak tidak menderita gangguan
metabolik sistemik akut. Kejang demam bersifat dependen-usia, biasanya terjadi pada anak
berusia antara 9 dan 20 bulan; kejang jarang dimulai sebelum usia 6 bulan.
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi bersamaan
dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering
dijumpai pada anak-anak dan menyerang sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan kejang
terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi
serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi
setelah usia 5 tahun. (Dona L.Wong, 2009)
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh suhu
rektal di atas 38°C. (Riyadi dan Sujono, 2009)
Kejang demam ditimbulkan oleh demam dan cenderung muncul pada saat awal-awal
demam. Penyebab yang paling sering adalah ispa. Kejang ini akan kejang umum dengan
pergerakkan klonik selama kurang dari 10menit. Sistem syaraf pusat normal dan tidak ada
tanda-tanda defisit neurologis pada saat serangan telah menghilang. Sekitar 1/3 anak akan
mengalami kejang demam kembali jika terjadi demam, tetapi sangat jarang yang mengalami
kejang demam setelah usia 6tahun.
a. Klasifikasi kejang demam
Klasifikasi Menurut Ngastiyah (Perawatan Anak Sakit, 2017):
1) Kejang demam sederhana.
− Umur 6 bulan sampai empat tahun.
− Lama kejang tidak lebih dari 15 menit.
− Kejang bersifat umum.
− Kejang terjadi 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
− EEG normal satu minggu setelah kejang.
− Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
− Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak lebih dari empat kali.
2) Kejang demam Kompleks.
− Lama kejang lebih dari 15 menit
− Frekuensi kejang lebih dari satu kali dalam 24 jam.
− Anak mempunyai kelainan neurologis atau riwayat kejang demam sebelumnya.
− Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tuhun lebih dari Empat kali.
3) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
Adalah semua kejang demam yang bukan kriteria diatas.

2. ETIOLOGI
Menurut Randle John (2009) kejang demam dapat disebabkan oleh:
a. Demam tinggi. Demam dapat disebabkan oleh karena tonsilitis, faringitis, otitis
media, gastroentritis, bronkitis, bronchopneumonia, morbili, varisela,demam
berdarah, dan lain-lain.
b. Efek produk toksik dari mikroorganisme (kuman dan otak) terhadap otak.
c. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal.
d. Perubahan cairan dan elektrolit.
e. Faktor predispisisi kejang deman, antara lain:
1) Riwayat keluarga dengan kejang biasanya positif, mencapai 60% kasus.
Diturunkan secara dominan, tapi gejala yang muncul tidak lengkap.
2) Angka kejadian adanya latar belakang kelainan masa pre-natal dan perinatal
tinggi
3) Angka kejadian adanya kelainan neurologis minor sebelumnya juga tinggi, tapi
kelainan neurologis berat biasanya jarang terjadi.
Penyebab kejang demam belum dapat dipastikan. Pada sebagian besar anak, tingginya
suhu tubuh, bukan kecepatan kenaikan suhu tubuh, menjadi faktor pencetus serangan kejang
demam. Biasanya suhu demam lebih dari 38°C dan terjadi saat suhu tubuh naik dan bukan
pada saat setelah terjadinya kenaikan suhu yang lama. (Dona L.Wong, 2009).
Penyebab kejang mencakup faktor-faktor perinatal, malformasi otak kogenital, faktor
genetik, penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis), penyakit demam, gangguan metabolisme,
trauma, neuplasma toksin, sirkulasi, dan penyakit degeneratif sususnan syaraf. Kejang
disebut ideopatik bila tidak dapat ditemukan penyebabnya.(Cecily L. Betz dan A.sowden,
2012)
Kondisi yang dapat menyebabkan kejang demam antara lain; infeksi yang mengenai
jaringan ekstrakranial seperti tonsilitis, otitis, media akut, bronkitis. (Riyadi dan sujono,
2009).

3. PATOFISIOLOGI
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2
dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat
perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase
yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh
:
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi
otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15
%. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium
akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan
“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15
menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi
otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu
tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan
metabolisme otak meningkat.

4. MANIFESTASI KLINIS
a. Suhu anak tinggi.
b. Anak pucat / diam saja
c. Mata terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan.
d. Umumnya kejang demam berlangsung singkat.
e. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya sentakan atau kekakuan
fokal.
f. Serangan tonik klonik ( dapat berhenti sendiri )
g. Kejang dapat diikuti sementara berlangsung beberapa menit
h. Seringkali kejang berhenti sendiri.(Arif Mansjoer. 2010)

5. KOMPLIKASI

Menurut Taslim S. Soetomenggolo dapat mengakibatkan :

a. Kerusakan sel otak


b. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15 menit dan
bersifat unilateral
c. Kelumpuhan (Lumbatobing,2009)
6. PATHWAY

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan kejang demam
adalah meliputi:
a. Elektro encephalograft (EEG)
Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG
abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi
atau kejang demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG
tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan
laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber
infeksi.
b. Pemeriksaan cairan cerebrospinal
Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis,
terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih kecil
seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi
pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang berumur
kurang dari 18 bulan.
c. Darah
− Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200
mq/dl)
− BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi
nepro toksik akibat dari pemberian obat.
− Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
8. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi,
pendarahan penyebab kejang.
9. Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
10. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih
terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk
transiluminasi kepala.

11. PENAKTALAKSANAAN MEDIS


1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang
diberikan melalui interavena atau indra vectal.
− Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).
− Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20
menit.
b. Turunkan panas
− Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
− Kompres air PAM / Os
c. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama,
walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus
yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila
kejang demam berlangsung lama.
d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan
profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis
intermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif
− Bebaskan jalan napas
− Beri zat asam
− Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
− Pertahankan tekanan darah
2. Pencegahan
a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam dan
antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai demam.
b. Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata
Phenobarbital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis
Fenitoin : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis
Klonazepam : (indikasi khusus)
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan
menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut. (Santosa.
NI, 2009)
Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa dan
sintesa data serta perumusan diagnosa keperawatan. Pengumpulan data akan menentukan
kebutuhan dan masalah kesehatan atau keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik,
psikososial dan lingkungan pasien. Sumber data didapatkan dari pasien, keluarga, teman,
team kesehatan lain, catatan pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium. Metode
pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi,
perkusi), wawancara (yaitu berupa percakapan untuk memperoleh data yang diperlukan),
catatan (berupa catatan klinik, dokumen yang baru maupun yang lama), literatur
(mencakup semua materi, buku-buku, masalah dan surat kabar).
Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :
A. Data Subjektif
a. Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.Biodata orang tua perlu
dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur,
agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
b. Riwayat Penyakit (Darto Suharso, 2010)
Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan :
− Apakah betul ada kejang ?
Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar dianjurkan menirukan gerakan
kejang si anak
− Apakah disertai demam ?
Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka
diketahui apakah infeksi infeksi memegang peranan dalam terjadinya
bangkitan kejang. Jarak antara timbulnya kejang dengan demam.
− Lama serangan
Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu berlangsung
lama. Lama bangkitan kejang kita dapat mengetahui kemungkinan respon
terhadap prognosa dan pengobatan.
− Pola serangan
Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola serangan
apakah bersifat umum, fokal, tonik, klonik ?
− Apakah serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran seperti
epilepsi mioklonik ?
− Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan
kesadaran seperti epilepsi akinetik ?
− Apakah serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi sementara
tangan naik sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile ?
− Frekuensi serangan
− Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang terjadi
untuk pertama kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun. Prognosa makin
kurang baik apabila kejang timbul pertama kali pada umur muda dan
bangkitan kejang sering timbul.
− Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangan tertentu yang
dapat menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan
lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah
kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran
menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya ?
c. Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita
epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-
lain.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita
pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk
pertama kali ? Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak, KP,
OMA dan lain-lain.
e. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi
atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam
sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat
persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan (
forcep/vakum ), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama
neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejang-
kejang.
f. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur
mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah
mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat
menimbulkan kejang.
g. Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
− Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
− Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi
yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.
− Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
− Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
h. Riwayat kesehatan keluarga.
Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25 % penderita kejang
demam mempunyai faktor turunan). Adakah anggota keluarga yang menderita
penyakit syaraf atau lainnya ? Adakah anggota keluarga yang menderita
penyakit seperti ISPA, diare atau penyakit infeksi menular yang dapat
mencetuskan terjadinya kejang demam.
i. Riwayat sosial
j. Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji
siapakah yanh mengasuh anak ? Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga
dan teman sebayanya ?
k. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
l. Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ? Pola kebiasaan dan
fungsi ini meliputi :
− Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang
kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan
medis ?Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan
kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit,
penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.
− Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana
kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak ? Makanan
apa saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera makan anak ?
Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari ?
− Pola Eliminasi
BAK: ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan
bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah ? Serta ditanyakan apakah
disertai nyeri saat anak kencing.
BAB: ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana
konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir ?
− Pola aktivitas dan latihan
Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya ?
Berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam ? Aktivitas apa yang disukai
?
− Pola tidur/istirahat
Berapa jam sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur jam
berapa ? Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang ?
B. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah,
nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu
tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum
kejang tanpa kelainan neurologi.
b. Pemeriksaan Fisik
− Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk
kepala? Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun
besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum ?.
− Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien
dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan
seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada
pasien.
− Muka/ Wajah.
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal
bila anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat.
Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan
nervus cranial ?
− Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan
ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
− Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi
seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan
dari telinga, berkurangnya pendengaran.
− Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas
? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?
− Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan
lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada
caries gigi ?
− Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring,
cairan eksudat ?
− Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah
pembesaran vena jugulans ?
− Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale ? Pada
auskultasi, adakah suara napas tambahan ?

− Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi
tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?
− Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana
turgor kulit dan peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus? Adakah
pembesaran lien dan hepar ?
− Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah
terdapat oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
− Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang?
Bagaimana suhunya pada daerah akral ?
− Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda
infeksi ?
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan menumpuknya sekret pada jalan
nafas.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (terganggunya sistem
termoregulasi).
3. Risiko terjadinya kejang berulang berhubungan dengan adanya peningkatan suhu
tubuh.
4. Risiko cedera berhubungan dengan adanya kejang
5. Kurang pengetahuan keluarga tentang cara penanganan kejang berhubungan dengan
kurangnya informasi.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DX
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
1. Jalan nafas Jalan nafas bersih 1. Letak posisi klien 1. Dengan posisi
tidak efektif dalam waktu 3 X 24 dengan posisi kepala ekstensi diharapkan
berhubungan menit. ekstensi. dapat mencegah
dengan 1. Jalan nafas bersih 2. Observasi gejala terjadinya lidah jatuh
menumpukny 2. Penderita tidak kardinal terutama kebelakang dan jalan
a sekret pada sesak pernapasan selama nafas longgar.
jalan nafas. 3. Sekret tidak ada penderita kejang. 2. Dengan observasi
4. Respirasi normal 3. Berikan penjelasan diharapkan dapat
20 – 26 X / menit pada klien dan mengetahui keadaan
keluarganya. sedini mungkin.
3. Menambah wawasan
keluarga
2. Hipertermi Rasa nyaman 1. Berikan cairan 1. Diharapkan cairan
berhubungan terpenuhi. elektrolit sesuai dengan tubuh terpenuhi
dengan 1. Cairan tubuh tetap kebutuhan. 2. Dapat menambah
proses seimbang antara 2. Beri minum yang cairan yang hilang
penyakit intake dan output. banyak. akibat suhu badan
(tergangguny 2. Membran mukosa 3. Kolaborasi dengan tim yang tinggi.
a sistem basah. medis (dokter) dalam 3. Diharapkan dapat
termogulasi) 3. Turgor kulit baik. pemberian cairan infus. memenuhi kebutuhan
4. Klien tidak merasa cairan dan elektrolit.
haus.
5. Tanda-tanda vital
normal.
3. Risiko Tidak terjadi kejang 1. Berikan kompres basah 1. Dengan kompres
terjadinya berulang pada daerah axilla dan basah pada daerah
kejang 1. Tidak kejang lipatan paha axilla dan lipatan paha
berulang 2. Suhu tubuh normal 2. Berikan baju tipis dapat menurunkan
berhubungan 3. Tanda-tanda vital 3. Berikan penjelasan suhu tubuh, karena
dengan kembali normal kepada klien dan daerah tersebut
adanya keluarga terdapat pembuluh
peningkatan 4. Kolaborasi dengan tim darah besar sehingga
suhu tubuh. medis (dokter) dalam mempercepat
pemberian obat penguapan.
antipiretik 2. Dengan Baju tipis
diharapkan akan
mengetahui
perubahan dan
perkembangan sedini
mungkin.
3. Dengan diberikan
penjelasan diharapkan
akan menambah
pengetahuan klien
tentang penyakit.
4. Dengan obat anti
piretik diharapkan
dapat menurunkan
panas
4. Risiko cedera Risiko cedera dapat 1. Sediakan lingkungan 1. Mencegah cederan
berhubungan terkontrol yang aman pasien
dengan 1. Pasien terbebas 2. Identifikasi kebutuhan 2. Kebutuhan keamanan
adanya dari cedera keamanan pasien pasien bergunan
kejang 2. Keluarga pasien sesuai kondisi fisik untuk mencegah
mampu 3. Menghindarkan cedera pasien
menjelaskan lingkungan yang 3. Mengurangi risiko
cara/metode untuk berbahaya cedera
mencegah cedera 4. Memasang side rail
tempat tidur 4. Perlindungan kepada
5. Membatasi pengunjung pasien supaya tidak
jatuh dari tempat tidur
5. Mengurangi
kegelisahan pasien
karena banyaknya
pengunjung
5. Kurangnya Keluarga mengerti 1. Informasi keluarga 1. Diharapkan keluarga
pengetahuan maksud dan tujuan tentang kejadian kejang mengetahui cara
keluarga dilakukan tindakan dan dampak masalah, perawatan dan
tentang perawatan selama serta beritahukan cara pengobatan yang
penanganan kejang. perawatan dan benar.
penderita 1. Keluarga mengerti pengobatan yang benar. 2. Diharapkan keluarga
selama cara penanganan 2. Informasikan juga mengerti akibat dari
kejang kejang. tentang bahaya yang pertolongan yang
berhubungan 2. Keluarga tanggap dapat terjadi akibat salah.
dengan dan dapat pertolongan yang salah. 3. Diharapkan keluarga
kurangnya melaksanakan 3. Ajarkan kepada mengerti bahaya dari
informasi. peawatan kejang. keluarga untuk kejang.
3. Keluarga mengerti memantau 4. Dengan mengkaji
penyebab tanda perkembangan yang pada keluarga
yang dapat terjadi akibat kejang. diharapkan mampu
menimbulkan 4. Kaji kemampuan menangani gejala-
kejang. keluarga terhadap gejala yang
penanganan kejang. menyebabkan kejang.

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien

5. EVALUASI
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.
DAFTAR PUSTAKA
Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2012). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.

Sacharin Rosa M. (2009). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F. Jakarta : EGC.

Arjatmo T.(2011). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : gaya baru

Carpenito Lynda Juall (2009), Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.

Marilyn E.Dongoes. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Perry, Potter. (2015). Buku Saku Keterampilan Dan Prosedur Dasar, Edisi 5. Jakarta : EGC.\

Harjaningrum, A. (2011). Smart Patient : Mengupas Rahasia Menjadi Pasien Cerdas, Jakarta : PT.

Lingkar Pena Kreativa

Fida & Maya. (2012). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta: D-Medika

Gunawan,W., Karo, Komang., Soetjiningsih (2009), Knowledge, Attitude, and Practice of Parents with

children of first time and recurrent febrile seixure. Pediatrica Indonesiana.

Hernal. (2010). Febrile Seizures. November 2012

Raftery, S. (2009). Child Health : Fever Pitch , Helping parents to understand their child’s convlusion

goes along way to easing their fears.

Lumbantobing (2009). Kejang Demam (Febrile Convulsions). Jakarta :Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai