Fiqh Ibadah Bidikmisi
Fiqh Ibadah Bidikmisi
Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Fiqh Ibadah Bidikmisi 2018
Oleh
SALAMATANG
NIM: 01.18.4036
i
TAHAHARAH
berikut ini:
ال يَا َرسُو َل هَّللا ِ إِنَّا نَرْ َكبُ ْالبَحْ َر َونَحْ ِم ُل َ ِ َسأ َ َل َر ُج ٌل َرسُو َل هَّللا
َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَق
ِ َم َعنَا ْالقَلِي َل ِم ْن ْال َما ِء فَإ ِ ْن ت ََوضَّأْنَا بِ ِه َع ِط ْشنَا أَفَنَت ََوضَّأ ُ ِم ْن َما ِء ْالبَحْ ِر فَقَا َل َرسُو ُل هَّللا
. ُصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم هُ َو الطَّهُو ُر َما ُؤهُ ْال ِحلُّ َم ْيتَتُه
َ
Seseorang bertanyakepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam, ia mengatakan,
wahai Rasulullah, sesungguhnya kami mengarungi lautan dan kami hanya membawa
sedikit air untuk wudhu, maka kami akan kehausan.Lalu, apakah kami boleh
Lebih jelas lagi penggunaan kata thaharah dalam kaitannya dengan kesucian
untuk melaksanakan ibadah shalat dapat dilihat pada ayat 6 di dalam Surah Al-
قِ ِصاَل ِة فَا ْغ ِسلُوا ُوجُوهَ ُك ْم َوأَ ْي ِديَ ُك ْم إِلَى ْال َم َراف َّ يَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا إِ َذا قُ ْمتُ ْم إِلَى ال
ضىَ ْوس ُك ْم َوأَرْ ُجلَ ُك ْم إِلَى ْال َك ْعبَي ِْن َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّرُوا َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم َمرِ َوا ْم َسحُوا بِ ُر ُء
أَوْ َعلَى َسفَ ٍر أَوْ َجا َء أَ َح ٌد ِم ْن ُك ْم ِمنَ ْالغَائِ ِط أَوْ اَل َم ْستُ ُم النِّ َسا َء فَلَ ْم تَ ِج ُدوا َما ًء فَتَيَ َّم ُموا
ٍ ص ِعيدًا طَيِّبًا فَا ْم َسحُوا بِ ُوجُو ِه ُك ْم َوأَ ْي ِدي ُك ْم ِم ْنهُ َما ي ُِري ُد هَّللا ُ لِيَجْ َع َل َعلَ ْي ُك ْم ِم ْن َح َر
ج َولَ ِك ْن َ
. َي ُِري ُد لِيُطَه َِّر ُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَهُ َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang
air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
bersyukur.
Dari kedua dalil agama (Al-Qur’an dan Hadis) di atas dapat dilihat kaitan
thaharah dengan air dan dengan debu tanah (salah satu makna dari kata ص ِع ْيدًا
َ /
sha‘idan) sebagai alternatif jika ada masalah dengan air.Penggunaan air dalam rangka
berthaharah ketika berwudhu dan mandi dan penggunaan debu tanah dalam rangka
pada najis yang berat yang di istilahkan najis mughallazah, seperti jilatana njing atau
dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Hadis, Shahih Muslim,
bahwa:
Dari pemaparan beberapa dalil agama di atas dapat dipahami bahwa kata
thaharah digunakan untuk bersuci dalam rangka mengangkat hadas (kecil atau besar)
kotoran apalagi najis terlebih dahulu harus dihilangkan dari tubuh sehingga thaharah
dilakukan diterima oleh Allah swt.Di dalam salah satu Hadis Nabi saw. yang
berwudhu.
Hadas adalah keadaan diri seseorang tidak suci karena telah keluar benda dari
dua jalan (dubur dan dzakar). Di dalam salah satu Hadis Nabi saw. yang
َ َ (أَيُّهَا النَّاسُ إِ َّن هَّللاWahai sekalian
َ طيِّبٌ اَل يَ ْقبَ ُل إِاَّل
diriwayatkan oleh Muslim bahwa طيِّبًا
manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Ia tidak akan menerima kecuali yang
baik).Tanda kebaikan adalah suci dari kotoran yang melapisi air sampai kepada
anggota tubuh yang harus dikenai air ketika berwudhu atau ketika mandi, serta bersih
B. Macam-Macam Air
a. seperti air hujan, air salju dan air embun Allah swt mensucikannya dan
kami membawa sedikit air, jika kami menggunakan air itu untuk
itu suci airnya dan halal bangkainya” HR. Imam Bukhary. Berikut hadist
c. Air Zam-Zam, Hajar bolak-balik di bukit Zafa dan bukit Marwah tujuh
kali. dan kemudian keluarlah air itu (zam-zam) dari dekat kaki anaknya:
kemudian Rasulullah Saw meminum air itu (zam-zam) dan juga berwudu.
Berikut hadist
d. Air yang telah berubah karena terlalu lama tergenang dalam kolam atau
dalam tempat-tempat penanpungan air atau air yang berlulumut. Air itu
maswi bisa digunakan meskipun sudah berlumut selama tidak berubah zat
yang ada di dalamnya maka para ulama masi menyetujuainya bahwa itu
air mutlaq. Setiap yang disebut air mutlah itu tidak ada embel-embel di
belakangnya maka masi bisa digunakan berwudhu dan apabila engkau
2. Air yang diperbuat atau air yang sudah digunakan, yang terpisah dari anggota
tubuh dan yang sudah dipakai berwudhu. Air itu sifatnya masih bersih dan
masih bisa digunakan berwudhu. Tidak ada dalil yang mengataklan bahwa air
yang sudah dipakai tidak boleh lagi dipakai berwudhu dan sifatnya tidak
bersih lagi. Ada sebuah hadis yang mengatakan bahwa Rasullulah Saw
membasuh kepalanya dari air yang masih tersisah pada tangannya. Sebuah
hadist, Abu Hurairah di sudut koda Madinah dan dalam keadaan junub ia
Saw, kemudian Rasul bertanya dimana kamu selama ini wahai Abu Hurairah,
“Saya tidak suka bersamamu wahai Rasulullah jika saya dalam keadaan
junubdan tidak suci”. Rasul menjawab “orsng muslim itu tidaklah najis”. Dari
pemahaman para Ulama berpendapat bahwa apabila kita telah berwudhu dan
kita lupa membasuh kepala, kita masi bisah mengambil air dari jenggot.
Mengambil kesimpulan dari pendapat para ulama diatas bahwa air yang sudah
masuk dalam bak atau tempat air maka air dalam bak tersebut masi disebut air
maka sudah menjadi air yang tidak mutlaq lagi. Jika masi belum berubah
anaknya meninggal, Rasul berkata mandikanlah dia lalu gugurkan air lalu
gosokkan terakhir mandikanlah dengan air kapun dan daun sadar. Jika susah
selesai panggillah saya kemudian nabi member selembar kain kepada sainab
Menurut Ibnu hani, Nabi Saw mandi bersama muaiminah dalam satu
bejana ternyata didalam baskom itu ada percampuran, selama air itu tidak
1. Air yang sudah dirubah oleh najis karena berubah rasa, warna dan baunya
tidak baik dipakai bersuci. Air itu tetap berada pada kemutlakannya karena
tidak berubah sifatnya, air begitu meskipun sudah dimasuki najis tetp bisa
digunakan baik sedikit mauoun banyak, Berdasarkan hadis Abu Hurairah,
orang arab masuk kemesjid kencing lalu orang berdiri di depannya untuk
sebejana air untuk menyiramnya agar zat dari kencing orang itu hilang.
2. Air yang tercampur dengan najis masih mutlaq selagi tidak berubah rasa, baud
untuk dipermudan dan bukan untuk dipersulit. Hadist “apakah saya boleh
berwudhu dengan air telaga yang sudah dibuangi sampah dan binatang mati di
dalamnya ? wahai rasulullah” rasul menjawab masi bisa selama airnya masi
mengalir. Hadis ini di wakili oleh banyak ahli hadist seperti Ibnu Abbas, Abu
Huraurah dll. Menurut Al-Ghasali mashab Syafii hampir sama dengan mashab
Malik. Ada sebuah hadis yang mengatakan apabila suatu air yang jumlahnya
sekitar dua kulah kemudian dimasuki najis maka airnya itu tetap mutlaq.
D. Jilatan
1. Air jilatan sisah dari bejana: Sisah air yang dipakai oleh orang junub dan haid
masih bisa digunakan karna tidak berubah zatnya. Air sisah minuman orang
non muslim masi bisa digunakan karna bukan dari yang najis. Saat Aisyah
haid kemudian minum dan sisah minumannya diminum oleh Rasul, Rasul
2. Sisa air minum binatang yang halal. Sisa minuman dari kambing atau
binatang halal lainnya itu masi suci dan bisa dipakai berwudhu atau
berthaharah.
3. Jilatan hewan yang sama dengan kuda tapi lebih kecil dan bintang buas dan
binatang yang bercakar (atau binatang yang makan dengan paruh ataupun
cakarnya). Air jilatan dari hewan tersebut masi bisa digunakan bersuci. Jabir
bertanya ‘apakkah kami boleh berwuduh dengan air sisah minuman himar?”
bertnya apakah binatang buas itu menjilat telagamu ditangah malam ? lalu
Rasul berkata “jangan engkua member menjawaban atas apa yang ditanyakan
4. Sisah jilatan Kucing, sisahnya masih suci dan bersih. Berdasarkan hadis
Kabsah putri Kabin pernah diperistri oleh Abi Katada. Abi Katada berada
dalam rumah berada dirumah kapsah lalu ia siapan makanan kepada suaminya
lalu datanglah seokor kucing kemudian menjilat minum air itu, kemudian Abu
istrinya bertanya apakah air itu tidak kotor? Lalu Abu Katada menjawab
“”Kucing adalah bintang yang hidup dengan kita selalu berada dekat dengan
kita .
5. Air sisah dari jilatan Anjing dan Babi itu najis. Nabi berkata apabila minum
pada bejana kamu maka cucilah bejana itu sebanyak 7 kali dan yang pertama
dicuci dengan tanah. Adapun air sisah jilatan Babia tau karna terkena kukunya
dan mengandung virius maka itu najis dan tidak boleh dipakai bersuci.
E. Najis
kalau menempel pada sesuatu. Berdasarkan firman Allah “Allah suka pada
najis tapi tidak bisa dilihat seperti orang junub itu mengandung hukum yang
dipotong bagian tubuhnya tanpa disembelih dan binatangnya masi hidup (HR.
Abu Daud).
Kalau bangkai ikan dan belalang itu suci. Bangkai ikan dan darah
limpah (dara yang tersisah daklam tubuh binatang yang disembelih) dari
binatang yang dipotong itu masi suci. Bangkai dari binatang yang tidak
mengalir darah di dalamnya. Binatang itu masi suci dan jika mengenai sesuatu
masi bisah dimakan ataupoun diminum karna binatang tersebut tidaklah najis.
Tidak ada perbedaan kesucian dari bintang- binatang tersebut, menurut Imam
Syafi’I itu najis tapi masi bisa dimanfaatkan selama tidak merubah sifatnya.
Tulang, kuku dan tanduk merupakan bangkai tapi masi suci. Tidak
ditemukan bawhwa itu najis. Ada tulang bangkai yang bisa diolah menjadi
sisir orang dahulu menggunakan tulang gajah untuk membuat sisir dan itu
yang haram itu hanyalah dagingnya dan bukan kulitnya. Kulitnya bisa
dijadikan tempa penampungan air, gigi, tulang dan tanduknya halal. Demikian
pula kulit pada bangkai kambing kitu masi bisa diambil karnaasi halal. Orang
Mujasi memberikan hidangan kepada orang islam dari keju yang diolah dari
sari susu, yang disebutkan dalam Al-quran itu yang haram itu bangkai dan
tidak susui, kulit dan tulang, yang disebut bangkai disini adalah dagingnya.
2. Darah: Darah yang mengalir setelah disembelih. Darah yang mengalir tetapi
tidak mengapa yang melekat pada daging Dan uratnya. Hadis dari Ijras
“kadang kala kambing dari sembelihan itu ada darah yang melekat pada
daging dan tidak sempat dikeluarkan. Darah itu tidak disebut najis dan masi
bisa dimanfaatkan. Hanya saja yang diharamkan itu darah yang mengalir
keluar. Dari Aisyah “ kamki makan daging dan darahnya menempel pada
periuk, maka darahnya itu dimaafkan. Umar senantiasa shalat dan darah dari
lukanya mengalir keluar maka darahnya kitu masi dimjaafkan. Abu Hurairah
berkata pada saat shalat darah keluar setetas demi setetes itu masi dimaafkan.
Kalau sudah melekat pada pakaian maka harus diganti. Tidak ada dalil yang
mengatakan bahwa darah yang mengalir dari kulit adalah najis tapi kita harus
berhati-hati.
3. Kata Rasullah Saw tidak pernah saya temukan dalam wahyu sesuatu yang
haram kitu kecuali bangkai, babi, darah dan anjing karna itu kotor. Ada ulama
yang mengatakan bahwa menggunakan kulit babi itu dimaafkan tapi daginnya
tidak. Dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa kulit babi tidak termasuk
4. --:--
5. --:--
yang tidak termasuk adalah muntah yang ringan dan yang dimaafkan itu
adalah kencingnya anak laki-laki yang belum pernah makan nasi. Putra Ibnu
Kais diberikan kepada Rasul untuk dipangkku dan anak itu kencing pada
kencing dari anak laki-laki yang belum makan sesuatu itu dibersihkan cuckup
dengan mempercikkan.
7. Najis yang keluar dari alat vital, Air keputihan dan kental yang keluar setelah
kencing itu adalah najis tanpa ada pembelaan. Aisyah berkata “Waddi itu
terjadi setelah kencing maka hendaklah mencuci sakarnya atasu alat vitalnya
setelah dibersihkan lalu ia berwudhu tidak perlu mandi. Dari Bani Abbas:
8. Madzi adalah air putih yang keluar dan bergetah dan ketika dia sedang
berpikir atau menghayal tentang seorang wanita atau hubungan seksual atau ia
tidak merasakan keluarnya, bisa terjadi baik laki-laki maupun perempuan dan
kejadian ini terjadi pada wanita lebih banyak dan itu merupakan najis dan
disepakati para ulama. Bahwa apabila menimpa badan wajib dicuci dan
menimpa pemuda lajang dan najis itu lebih rendah dari kencing anak laki-laki
yang belum pernah makan. Ali bin Abi Thalib berkata saya sering kali keluar
mazzi, lalu saya suruh kepada pemuda bertanya pada rasul, lalu Rasul
menjawab cucilah sakarmu lalu berwudu tidak perlu mandi. Zahab Bin Hani
berkata saya banyak memenui mazzi dan saya sering kali mazzi dan saya
kalau madzi itu mengenai pakaian? lalu rasul berkata cuckuplah ambil
secupak air lalu percikkan pada pakaianmu yang terkana madzi itu dan hadis
ini sahih. Sahabat nabi, Aslan saya ini sering terjadi madzi dan saya datangi
mani itu tapi lebih jelas mani itu suci, akan tetapi sangat dianjurkan
pernah mengorek mani dari pakaian rasul apabila sudah mongering dan saya
mencucinya apabila masi basah. Nabi pernah ditanya tentang manki yang
dengan lender, ingus hanya saja cukup bagimu mengoreknya bila sudah
10. Kencing dan kotoran dari binatang yang tidak dimakan hukumnya najis.
Hadist Ibnu Madzhud: Nabi sudang buang air besar lalu memerintahkan saya
mendapatkan batu yang ketiga tapi saya tidak menyadari bahwa itu adalah
kotoran. Lalu saya berikan kepada nabi kemudian nabi hanya mengambil 2
batu dan membuang kotoran itu karna najis, kotoran membati itu adalah
himar, tetapi dimaafkan karna lebih kecil karna agak susah menghindarinya.
kencing dari bintang yang tidak dimakan dagingnya itu seperti bugle yang
lebih besar dariv domba sahabat-sahabat nabi tidak mencucinya karna dikira
ada sahabat nabi yang mengatakan bahwa itu najis, bahkan pendapat yang
mengatakan bahwas itu najis hanya mengada ada saja. tidak ada dasar hukum
dan salah satunya sakit perut dan Nabi memerintahkan untuk memeras air
kencing unta untuk diminum orang yang sakkit perut tersebut. Ini menujukkan
bahwa air kencing unta itu suci, demikian dengan binatang lainnya yang
dimakan dagingnya.
suku Aqlin daru Uraina itu tidaklah benar, karna hadist ini bersifat umum.
hewan yang dihalalkan lainnya itu adalah bersih. Bahwa segala suatu benda
itu suci selama tidak ada yang menemukan bahwa itu najis/kotor. Tidak ada
yang dapat membantahnya tanpa dalilk yang cocok. Bahwa kami tidak pernah
menemukan pendapat atau dalil bahwa air kencing unta itu najis.
yang memakan kotoran atau comberan seperti Unta, sapi, ayam, itik dll. Kalau
kamu kuurung dalam waktu lama sehingga menjauh dari kotoran dalam waktu
lama maka binatang itu menjadi suci dan penamaannya sebagai bintang
12. Hamar: Bahwasannya hamar, judi, mengudi masib dan berhala itu merupakan
sekutu setan. Ada yang menganggap bahwa hamar itu suci tapi hanya secara
manawi dan zat yang memabukkannya itulah yang najis. Berhala-berhala itu
bukanlah najis tapi apabila sudah mempercayai dan melaksanakannya itu baru
termasuk najis. Bahwa semua kegiatan diatas adalah aktifitas setan. Dalam
sebuah kitab, bahwa dasar dari benda tersebut masi suci, haramnya minuman
hamar belum tentu najis tetapi semua yang najis itu haram, sabu-sabu itu
Misalnya diharamkan bagi kaum laki-laki memakain emas dan sutra tapi itu
suci. Jadi yang ditunjukkan dalam Al-qurna itu bahwa hamar itu haram tapi
tidak najis.
kali dan awalnya dicuci dengan tanah. Abi Hanifah berkata: Nabi Saw berkata
apabila engkai dijilat oleh anjing maka cucilah tujuh kali dan salah satunya
dicampur dengan tanah. Apabila seandainya yang dijilat itu adalah benda dan
didalamnya ada makanan maka bagian yang dijilat atau digigit itulah yang
dibuang dan bagian yang lainnya boleh dimakan. Adapun bulu anjing itu
dianggap suci tapi tangan kita basah ataukah bulu anjing yang basah saat kita