Konsep Hukum Keluarga Islam
Konsep Hukum Keluarga Islam
Makalah ini dibuat Guna Memenuhi Tugas yang di Berikan oleh Dosen Pemandu
Semester V
Oleh :
KELOMPOK I
JUMASRIADI
01.18.1151
DANDI WAHYUDIN
01.18.1157
MUH. TAHIR
01.18.1155
MUH. RASDAN
01.18.1160
MUH. TAUFIK
01.18.1154
IAIN BONE
2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
atas petunjuk dan kemudahan yang diberikan kepada kami dalam penyelesaian
salah satu tugas kuliah kami yaitu pembuatan makalah dalam hal ini materi yang
Tak lupa saya curahkan sholawat dan salam kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW yang juga telah memberi petunjuk bagi kita semua, sehingga
bisa terselamatkan dari lembah kesesatan. Dalam penyusunan makalah ini, tak
semudah apa yang kami bayangkan. Banyak kesulitan dan hambatan yang kami
lalui dalam penyusunan makalah ini. Tapi berkat Izin dan Rahmat Allah SWT
Harapan kami sebagai penyusun makalah, yaitu semoga apa yang terdapat
dalam lembaran kertas ini, dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Tak lupa
pula kami haturkan maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat
Allah SWT.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
Kelompok I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
D. Pengertian Hadanah 20
A. Simpulan 28
B. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29
BAB II
PEMBAHASAAN
a. Pemgertian Baligh
Baligh diambil dari bahasa Arab yang berarti sampai, yakni sampai
memasuki dewasa. baligh dalam fiqh Islam adalah batasan seseorang mulai
dibebani kewajiban- kewajiban hukum syar’i (taklif) atau mukallian syar’an
secara umum baligh dapat ditandai ketika seseorang dapat membedakan mana
yang baik mana yang salah, karenanya kata baligh selalu disandingkan dengan
kata aqil atau aqilbaligh. ‘Aqil Baligh menjadi kunci sah perjalanan manusia
dalam menjalankan ibadah muamalah di hadapan tuhan, baik ibadah mahdhah
atau goiru mahdhah seperti keharusan shalat atau transaksi antara manusia.
Dalam Islam Baligh ditandai dengan beberapa keadaan perkembangan
manusia, menurut ulama fiqh baligh ialah sebagai syarat untuk menjadi
mukallaf yakni seorang yang sudah dikenai hukum. Baligh merupakan istilah
dalam hukum Islam yang menyatakan ia telah dewasa.
b. Batas Usia
Dari sini tampak jelas bahwa negara tidak tegas dengan aturan yang ada.
Penjelasan tersebut juga menunjukkan pelanggaran terhadap pelanggaran
pencatatan perkawinan tidak mengakibatkan tidak sahnya perkawinan, tetapi
hanya dikenakan hukuman.
C. Relasi Suami Istri dalam Keluarga
1. Peran dan kedudukan sebagai suami dan istri
a. Peran dan kedudukan sebagai suami dan istri dalam berumah tangga
berkaitan dengan hak/kewajiban suami istri. Hal ini sebagaimana termuat
dalam al-Qur’an: An-Nisa’: 34 )Artinya: Kaum laki-laki itu adalah
pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian
dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada
Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah
Telah memelihara (mereka).
Ayat ini turun berkenaan dengan Sa’ad bin Rabi’ dimana istrinya, Habibah
binti Zaid bin Khārijah bin Abi Hurairah durhaka kepadanya lalu ia
menamparnya, kemudian bapaknya berkata, “Wahai Rasulullah Saw apakah
aku harus memisahkannya karena ia telah menamparnya?,” lalu Nabi Saw
bersabda, “Hendaknya istrinya membalas hal serupa (qiṣaṣ) kepada
suaminya”. Istrinya pun pergi bersama ayahnya untuk membalasnya, belum
sempat mereka pergi jauh Nabi Saw bersabda, “Kembalilah kalian karena Jibril
5
telah mendatangiku, Allah menurunkan ayat ini. ” Nabi Saw bersabda, “Kami
menginginkan satu perkara tetapi Allah menginginkan yang lain.”
6
Abu Waraq berkata, “Ayat itu turun tentang Jamilah binti Ubai dan tentang
suaminya Tsabit bin Qais bin Syammas.” Al Kalbi berkata, “Ayat itu turun
tentang Umairah binti Muhamad bin Maslamah dan tentang suaminya Saad bin
Rabi’. ” Ada juga yang menyebutkan sebabnya adalah perkataan Ummu
8
Salamah yang telah lewat. Susunan ayat itu berbicara tentang keutamaan laki-
laki atas wanita dalam hal warisan, lalu turunlah ayat 22 surah An-Nisa’.
Diantara tugas kaum lelaki ialah memimpin kaum wanita dengan melindungi
dan memelihara mereka, sebagai konsekwensi tugas ini lelaki diwajibkan
berperang dan perempuan tidak. Lelaki diwajibkan memberi nafkah sedangkan
perempuan tidak. Suami berperan dan berkedudukan sebagai pemimipin
(qawwam) bagi istrinya. Kepemimimpinan tersebut adalah kepemimipinan
yang mencakup makna pelindung, penanggung jawab, pengatur, pemenuhan
kebutuhan, perhatian, pemeliharaan, pembelaan dan pembinaan. Sedangkan
peranan istri adalah wajib menjaga amanah yang telah dititipkan suami
kepadanya.
2. Suami dan Istri sebagai teman/partner hidup. Hal tersebut berkaitan dengan
awal penciptaan manusia. Sebagaimana termuat dalam QS: An-Nisa’: 1