Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MENEJEMEN PASIEN SAFETY

Komunikasi Antar anggota Tim Kesehatan.

Tugas ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pasien
Safety

Dosen pengampu :

Dr. Ns. Lembah Andriani, S.Kep., M.MRS

Disusun oleh:

Arum Putri Nata (AOA0200928)

Djenia Bugis (AOA0200929)


Kelas: Bekisar

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN D3 KEPERAWATAN

STIKES KENDEDES MALANG

2020/202

BAB I

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan


kita tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan
dengan orang lain entah itu pasien, sesama teman, dokter, atasan dan sebagainya.
Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif bagi
perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.

Komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan teraupetik karena


komunikasi mencakup pencapaian informasi serta pertukaran pikiran dan
perasaan. Proses komunikasi teraupetik seringkali meliputi kemampuan dan
komitmen yang tulus pada pihak perawat untuk membentuk klien mencapai
keberhasilan keperawatan bersama.

Komunikasi efektif merupakan komponen penting untuk


meningkatkan keselamatan pasien. Hal ini sesuai dengam pelaporan kasus oleh
JCI dan WHO sebanyak 25.000-30.000 kecacatan yang permanen pada
pasien di Australia 11% disebabkan karena kegagalan komunikasi. Laporan
IKP di Indonesia tahun 2007 berdasarkan provinsi menemukan 145 insiden
yang dilaporkan, kasus tersebut terjadi diwilayah Jakarta 37,9%, Jawa
Tengah 15,9%, Yogyakarta 13,8%, Jawa Timur 11,7%, Sumatra Selatan
6,5%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, Sulawesi Selatan 0,69% dan Aceh
0,68%. Laporan IKP adalah laporan insiden keselamatan pasien yang
memiliki manfaat agar mengetahui angka kejadian keselamatan pasien di
Rumah Sakit. Insiden ini disebabakan beberapa faktor yang salah satu
faktor adalah kesalahan dalam pelaporan akibat kurangnya komunikasi.

Komunikasi yang kurang menjadi salah satu faktor kesalahan dalam


pelaporan sangat penting untuk diperbaiki. Hal ini dikarenakan komunikasi
merupakan salah satu standar KARS 2012 pada poin PMKP1.4. Poin

2
PMKP 1.4 yang menyebutkan komunikasi yang efektif merupakan standar
dalam peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi efektif yang dapat
digunakan sesama tenaga medis kesehatan adalah dengan komunikasi SBAR
(Kemenkes RI, 2012).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan komunikasi antara anggota tim
kesehatan ?
2. Bagaimana komunikasi antara perawat dengan dokter ?
3. Bagaimana komunikasi antar perawat dengan perawat ?
4. Bagaimana komunikasi antara perawat dengan ahli terapi respiratorik
(fisioterapis) ?
5. Bagaimana komunikasi antara perawat dengan ahli farmasi ?
6. Bagaimana komunikasi antara perawat dengan ahli gizi ?
7. Apakah yang dimaksud komunikasi SBAR?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu untuk
mengetahui komunikasi antar anggota tim kesehatan dalam
manajemen patient safety.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian komunikasi antara anggota
tim kesehatan
b. Untuk mengetahui komunikasi antara perawat dengan
dokter
c. Untuk mengetahui komunikasi antar perawat dengan
perawat

3
d. Untuk mengetahui komunikasi antara perawat dengan ahli
terapi respiratorik (fisioterapis)
e. Untuk mengetahui komunikasi antara pearawat dengan ahli
farmasi
f. Untuk mengetahui komunikasi antara perawat dengan ahli
gizi.
g. Untuk mengetahui komunikasi SBAR.

D. Sistematika Penulisan
Makalah ini berisi komunikasi antar anggota tim kesehatan dalam
manajemen patient safety yang ditulis dan diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Manajemen Patient Safety.
Makalah ini memiliki sistematika penulisan yang dibagi menjadi 3 bab
utama, yakni bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang dari
komunikasi antar anggota tim kesehatan dalam manajemen patient safety,
rumusan masalah, tujuan yang terdiri dari tujuan utama dan tujuan khusus serta
sistematika penulisan dari makalah ini.
Bab II merupakan tinjauan teori yang berisi beberapa pembahasan yaitu
pembahasan mengenai komunikasi antar anggota tim kesehatan dalam
manajemen patient safety menjelaskan serta memaparkan tujuan pembuatan
makalah ini.
Bab III merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari pembahasan
dalam makalah dan berisi saran untuk keperawatan untuk masa yang akan
datang.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Komunikasi Antar Anggota Tim Kesehatan

Komunikasi antar tim anggota kesehatan merupakan hubungan antara tim


kesehatan satu dengan yang lainnya yang terintegrasi dan bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan pasien. Komunikasi ini meliputi komunikasi
antara perawat dengan dokter, komunikasi antara perawat dengan perawat,
komunikasi antara perawat dengan tenaga ahli respiratorik (fisioterapis),
komunikasi antara perawat dengan farmasi dan komunikasi antara perawat
dengan ahli gizi, sehingga akan menghasilkan tindakan kolaborasi antar anggota
tim kesehatan.

1. Komunikasi Antara Perawat dengan Dokter


Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi
yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan asuhan kepada
pasien. Perawat bekerja sama dangan dokter dalam berbagai bentuk.
Perawat mungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan asuhan
keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat diruang
perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang telah
ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri. Perawat
dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.

Contoh dari hubungan perawatan dengan dokter ialah ketika


perawat menyiapkan pasien yang diabetes pulang ke rumah, perawat
dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga bagaimana

5
cara perawatan diabetes di rumah. Selain itu komunikasi antara
perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap
pasien, disitu peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi
TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien, dan data penunjang
seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat mendiagnosa secara
pasti mengenai penyakit pasien. Pada saat perawat berkomunikasi
dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah
perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak
terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan
dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan.

Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan


baik apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan
hanya menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri
adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter
membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan
keperawatan dan perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk
mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan
penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud
dengan baik apabila komunikasi antara perawat dengan dokter terjalin
dengan baik.

2. Komunikasi Antara Perawat dengan Perawat


Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien,
komunikasi antar tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah
penting. Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana tindakan
yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan
apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan


keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional,

6
hubungan struktural dan hubungan intrapersonal.

Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan


hubungan yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung
jawab yang sama dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Contohnya komunikasi yang terjadi pada saat koordinasi antara
perawat A dengan perawat B pada saat menerima pasien baru dari IGD
untuk diberikan perawatan lebih lanjut di ruang rawat inap. Maka
antara perawat A dan perawat B akan menjalin komunikasi.

Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi


berdasarkan jabatan atau struktur masing - masing perawat dalam
menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan tanggung jawabnya
dalam memberikan pelayanan keperawatan. Laporan perawat
pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan
perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang
perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala
ruang kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan
struktural.

Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan


hubungan yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi
komunikasi dalam hubungan ini adalah hal-hal yang tidak terkait
dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan
tugas dan wewenangnya. Contohnya perawat di suatu ruangan
membicarakan mengenai kondisi keluarganya di rumah. Mereka saling
mencurahkan isi hati dan bertukar pikiran, secara otomatis hal ini
memerlukan yang namanya proses komunikasi.

3. Komunikasi antara Perawat aengan Ahli Terapi Respiratorik


(Fisioterapis)
Ahli terapi respiratorik ialah seorang fisioterapis yang ditugaskan

7
untuk memberikan pengobatan yang dirancang untuk peningkatan
fungsi ventilasi atau oksigenasi klien. Perawat bekerja dengan pemberi
terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli
terapi (fisioterapis) lalu dilanjutkan dengan evaluasi oleh perawat.
Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama
dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien
dan keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk
perawatan lebih jauh.

Contoh komunikasi antar perawat dengan ahli terapi respiratorik


misalnya, perawat merawat seseorang yang mengalamai PPOK dan
merujuk klien tersebut ke seorang fisioterapis untuk belajar latihan agar
menguatkan otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana menghemat
energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik untuk
mempertahankan bersihan jalan nafas.

4. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi


Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat
izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli
farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga
terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan
sistem pemberian obat.

Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan


mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika
membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien
membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan,
mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung
jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama
tenaga kesehatan lainnya.

Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis

8
yang tepat dan efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan.
Bila informasi ini tidak tersedia dalam buku referensi standar seperti
buku-teks atau formula rumah sakit, maka perawat harus berkonsultasi
pada ahli farmasi.

Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi


tentang obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang
dapat diberikan secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat
dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui
dosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang
bila terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli
farmasi dapat menyampaikan pada perawat tentang obat yang dijual
bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang diresepkan dapat
berinteraksi merugikan, sehingga informasi ini dapat dimasukkan
dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang
profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan
mendistribusikan obat-obatan.

Contoh, ketika perawat meminta obat di apotek maka antara


perawat dengan apoteker akan menjalin komunikasi. Perawat akan
meminta obat sesuai dengan kebutuhan pasien. sedangkan apoteker
akan memberikan obat beserta penjelasan terkait obat tersebut. Perawat
mendengarkan dengan baik lalu mengeceknya.

5. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi


Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara
langsung berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM).
Pelayanan gizi di RS merupakan hak setiap orang dan memerlukan
pedoman agar tercapai pelayanan yang bermutu.

Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang


diharapkan maka perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi

9
tentang obat-obatan yang digunakan pasien, jika perawat tidak
mengkomunikasikannya maka bisa saja pilihan makanan yang
diresepkan oleh ahli gizi akan menghambat absorbsi dari obat tersebut.
Jadi komunikasi dua arah yang baik antara perawat dengan ahli gizi
sangat diperlukan.

B. Komunikasi SBAR

1. Pengertian komunikasi SBAR


Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assassement,
Recomendation) adalah metode komunikasi yang digunakan untuk
anggota tim medis kesehatan dalam melaporkan kondisi pasien. SBAR
digunakan sebagai acuan dalam pelaporan kondisi pasien saat transfer
pasien. Teknik SBAR menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi
antara anggota tim kesehatan tentang kondisi pasien. SBAR
merupakan mekanisme komunikasi yang mudah diingat dan
merupakan cara yang mudah untuk berkomunikasi dengan anggota
tim, serta mengembangkan kerja anggota tim dan meningkatkan
keselamatan pasien.
2. Komponen SBAR
Komunikasi SBAR memiliki beberapa komponen. Komponen
tersebut meliputi:
a. Situation: Komponen situation ini secara spesifik perawat
harus menyebut usia pasien, jenis kelamin, diagnosis pre
operasi, prosedur, status mental, kondisi pasien apakah stabil
atau tidak.
b. Background: Komponen background menampilkan pokok
masalah atau apa saja yang terjadi pada diri pasien, keluhan
yang mendorong untuk dilaporkan seperti sesak nafas, nyeri
dada, dan sebagainya. Menyebutkan latar belakang apa

10
yang menyebabkan munculnya keluhan pasien tersebut,
diagnosis pasien, dan data klinik yang mendukung masalah
pasien.
c. Assesment: Komponen assessment ini berisi hasil
pemikiran yang timbul dari temuan serta difokuskan pada
problem yang terjadi pada pasien yang apabila tidak
diantisipasi akan menyebabkan kondisi yang lebih buruk.
d. Recommendation: Komponen recommendation menyebutkan
hal-hal yang dibutuhkan untuk ditindak lanjuti. Apa
intervensi yang harus direkomendasikan oleh perawat.

Berikut adalah contoh komponen komunikasi SBAR meliputi:

 S: Identifikasi unit, pasien, status penyebab dari status


klinik, status diagnosa, status secara singkat seperti kapan
dimulai, tujuan dari transfer dan indikasi klinik atau tujuan
dari tes diagnosis.
 B: tanggal penerimaan, vital sign, alergi, situasi nyeri, medikasi
(dosis obat), antibiotik, IV infus, hasil laboratorium, diit,
klinik informasi lainnya meliputi jenis monitoring yang
dibutuhkan.
 A: prioritas dari fokus masalah, karakteristik nyeri,
pencegahan keamanan petugas kesehatan, kemampuan koping
dari penyakitnya, pencegahan kulit, monitoring
gastroentestinal perdarahan.
 R: pasien harus segera diperiksa, perintah terbaru, perintah
diubah, pencegahan keselamatan dari petugas dan pasien,
transfer pasien, medikasi infus, monitoring dan intervensi nyeri

3. Manfaat Komunikasi SBAR


Komunikasi SBAR memiliki manfaat untuk :

11
a. Meningkatkan patient safety

b. Menurunkan angka malpraktik akibat komunikasi yang kurang

c. Meningkatkan kerja tim untuk menggunakan komunikasi yang


efektif.

d. Memberikan informasi terkait kondisi pasien secara lengkap.

4. Penerapan Komunikasi SBAR


a. Operan
Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima suati laporan yang berkaitan dengan kondisi pasien.
Tujuan dilakukan operan adalah untuk menyampaikan kondisi
pasien, menyampaikan asuhan keperawatan yang belum
dilaksanakan, menyampaikan hal yang harus ditindaklanjuti,
menyusun rencana kerja. Untuk mencapai tujuan harus
diterapkan komunikasi efektif seperti SBAR.
b. Pelaporan Kondisi Pasien
Pelaporan kondisi pasien dilakukan olehp perawat kepada
tenaga medis lain termasuk dokter. Hal ini bertujuan untuk
melaporkan setiap kondisi pasien kepada dokter sehingga
dokter dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan kondisi
pasien. Pelaporan kondisi pasien yang efektif dapat
meningkatkan keselamatan pasien. Faktor yang dapat
mempengaruhi pelaporan kondisi pasien adalah komunikasi.
Komunikasi yang tidak efektif antara perawat dan dokter
dapat mempengaruhi keselamatan pasien. Berbagai jurnal yang
telah diteliti dihasilkan komunikasi efektif seperti SBAR dapat

12
meningkatkan komunikasi antara perawat-dokter sehingga
angka keselamatan pasien meningkat.
c. Transfer Pasien
Transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu
ruangan ke ruangan lain dan dari satu rumah sakit ke
rumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Transfer pasien dibagi menjadi transfer pasien internal dan
eksternal. Transfer pasien internal adalah transfer antar ruangan
di dalam rumah sakit dan transfer pasien eksternal adalah
transfer antar rumah sakit. Transfer pasien dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang sudah memiliki kemampuan dan
pengetahuan terkait prosedur transfer. Kemampuan dan
pengetahuan tenaga kesehatan yang harus dimiliki adalah
memahami proses pra transfer, peralatan transfer, dan
komunikasi saat transfer pasien.
Komunikasi yang efektif diperlukan untuk proses transfer
pasien. Komunikasi SBAR merupakan salah satu komunikasi
efektif yang dapat meningkatkan keselamatan pasien.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa


berkolaborasi dengan profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah
dokter, ahli gizi, apoteker dsb. Setiap tenaga profesi tersebut mempunyai
tanggung jawab terhadap kesehatan pasien. Bila setiap profesi telah dapat saling
menghargai, maka hubungan kerja sama akan dapat terjalin dengan baik.

Dalam berkomunikasi antar anggota tim kesehatan, digunakan metose


SBAR (Situation, Background, Assesment, dan Recommendation) untuk
mempermudah dan memperjelas anggota tim kesehatan lain dalam mengetahui
kondisi pasien saat itu.

Perawat mempunyai tanggung jawab dan memiliki untuk:

1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat


dan dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara

14
kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
2. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan dalam bidang keperawatan.
3. Perawat merupakan kesatuan integral dengan tenaga kesehatan lainya
yang tidak bisa dipisah – pisahkan dan disendirikan.

Sehingga komunikasi sebagai dasar pembentuk hubungan yang baik harus


ditekankan pada setiap tim kesehatan sebagai upaya yang berfokus pada
peningkatan mutu pelayanan dan derajat kesehatan masyarakat.

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, penulis berharap bahwa ini dapat menjadi
pengingat bagi perawat maupun profesi lainnya untuk senantiasa menjaga
komunikasi satu sama lain untuk menghindari adanya kesalahpahaman, untuk
meningkatkan kekompakan antar profesi, dan juga untuk memperjelas status
perkembangan kesehatan klien demi tercapainya keselamatan dan kesembuhan
klien.

15
DAFTAR PUSTAKA

Basuki. 2008. Komunikasi Antar Petugas Kesehatan. PDF File.

Komisi Akreditasi Rumah Sakit. 2012. Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. P 1-228

Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta :
EGC

World Health Organization & Joint Comission International. Communication during


patient hand-overs. Diakses dari: http://www.who.int/patientsafety/solutions/
patientsafety/ PSSolution3.pdf.

16

Anda mungkin juga menyukai