Anda di halaman 1dari 3

Computational Thinking : Kemampuan Siswa Dalam Memahami Fisika

Pada Tingkat Sekolah.


Dari hasil sebuah penelitian yang dilakukan dalam permasalahan pendidikan yang
terjadu diindonesia, dalam hal membaca, matematika dan sains indonesia berada diperingkat
yang rendah dari beberapa negara yang ada. Pendidikan di Indonesia sangatlah tertinggal
dengan negara-negara yang ada di Asia kita ambil singapura yang kualitas pendidikannya
sudah sangatlah bagus berbanding terbalik dengan indonesia yang taraf pendidikannya masih
sangat rendah. Pada tahun 2019 melalui program penilaian pelajar internasional(PISA)
indonesia berada pada peringkat ke 74 dari 79 dengan nilai pada bidang sains yaitu 396.

Salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa adalah fisika tidak hanya oleh
para siswa tetapi masyarakat juga meinterprestasikan bahwa fisika merupakan mata pelajaran
yang sulit, tidak hanya sulit pelajaran ini cenderung dibenci oleh siswa. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Hari pada tahun 2008 yang menjelaskan bahwa fisika
merupakan pelajaran yang sulit dan salah satu yang paling dibenci oleh siswa khususnya pada
tingkatan SMA oleh karena ini tidak mengherankan bahwa nilai belajar fisika masih kurang
memuaskan. Merujuk pada pandangan siswa dan hasil-hasil belajar siswa yang telah
dikemukakan di atas, perlu kiranya dikaji apakah permasalahan-permasalahan yang dihadapi
oleh siswa dalam mempelajari fisika dan bagaimana penyelesaiannya menggunakan
computational thinking.

Computational Thingking merupakan pemanfaatan komputer sains sebagai salah satu


kemampuan umum yang berkaitan dengan pemikiran kritis khususnya dalam bidang teknologi.
Computational thinking sendiri pertama kali diperkenalkan oleh seymour papert di medio 1980
di Amerika Serikat yang merujuk pada penyelesaian masalah, perancangan sistem dan
penggambaran konsep dasar perilaku manusia kedalam kedalam komputer sains. Didalam hal
ini tidak selamanya computational thinking harus menggunakan komputer tetapi bagaimana
cara siswa dalam berfikir layaknya sebuah komputer dalam menyelesaikan permasalahan yang
ada.

Sudah banyak negara maju yang telah menerapkan computational thinking dalam
kurikulumnya, negara inggris bisa menjadi salah satu negara yang dapat dijadikan panutan
dalam penerapan computational thinking dimana mereka telah menerapkannya kedalam
kurikulum sejak tahun 2012. Setelah ini banyak negara maju yang mulai menerapkan
computational thinking kedalam kurikulum mereka seperti jepang dan singapura.

Dengan semakin berkembangnya teknologi di dunia maka pemerintah indonesia juga


mulai menyadari betapa pentingnya computational thinking hal ini dibuktikan dengann keikut
sertaan pemerintah indonesia dalam sebuah acara pendidikan bertaraf internasional yaitu PISA
yang dilaksanakan pada tahun ini dan kedepannya pemerintah indonesia juga akan mulai
menerapkan computational thinking didalam kurikulum pembelajaran yang ada diindonesia
untuk meningkatkan taraf pendidikan diindonesia dan mengangkat pendidikan indonesia agar
menjadi salah satu yang terbaik khususnya di Asia Tenggara .
Guru bertanggung jawab terhadap proses belajar mengajar, maka sudah seharusnya
memahami permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh siswanya dalam mempelajari
fisika. Selain itu, dengan diketahuinya permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh
siswanya dalam mempelajari fisika dapat dianalisis langkah yang tepat guna menanggulangi
permasalahan-permasalahan tersebut sehingga tidak menjadi penghambat dalam belajar siswa.
Guru juga harus menggunakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga minat siswa
dapat meningkat minat siswa terhadap mata pelajaran fisika.

Mata pelajaran Fisika melibatkan konsep perhitungan dan juga rumus yang banyak
sehingga siswa seperti diwajibkan untuk menguasai cara berhitung dan menghafal rumus-
rumus yang banyak. Apabila siswa memiliki daya ingat yang rendah dan kurang mahir dalam
berhitung maka itu akan menghambat kemampuan siswa dalam dalam menguasai pelajaran
fisika. Didalam fisika siswa juga dituntut untuk berfikir secara tinggi dan kritis

Ada beberapa hal yang menyebabkan siswa susah/sulit dalam mempelajari mata
pelajaran fisika seperti siswa tidak menyukai pelajaran fisika karena tidak menyukai guru
fisika, siswa menganggap fisika sebagai pelajaran yang sulit dipahami karena menghapal dan
banyak mengandung unsur matematis, siswa menganggap fisika perlu untuk dipelajari, namun
siswa belum memahami kegunaannya, siswa mengharapkan pembelajaran fisika yang simpel
dan kontekstual, metode ceramah masih dominan digunakan dalam pembelajaran di kelas,
metode ceramah bukan merupakan metode yang membosankan bagi siswa, siswa tidak
menyukai guru yang tidak memperhatikan siswa.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk berpikir computational thinking untuk


memecahkan masalah, Decomposition: memecah masalah yang lebih besar/kompleks menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil/sederhana, pattern recognition: menemukan pola pada sebuah
permasalahan, abstrak: fokus pada informasi secara umum/penting dan tidak terlalu mendetail
pada hal yang kurang relevan, algorithms: membuat langkah-langkah solusi terhadap masalah.

Kegiatan pembelajaran sendiri bertujuan agar siswa dapat memenuhi kompetensi dan
tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Hal yang bisa dilakukan guru untuk mencapai
hal tersebut diantaranya guru harus menciptakan suasana kelas yang mendukung, guru juga
bisa menyajikan pembelajarannya dengan cara yang lebih inovatif dan kreatif sehingga
kegiatan pembelajaran lebih efektif, menggunakan alat peraga/media-media yang mendukung
dalam pembelajaran seperti dengan praktek pada mata pelajaran fisika.

Ada banyak hal yang bisa melatih siswa untuk lebih aktif berpikir dengan memberikan
soal yang dapat membuat siswa lebih bisa berpikir secara computional thinking, contoh soalnya
seperti berikut : Berang-berang Yudi senang bermain lompat petak. Terdapat 8 petak yang
diberi nomor dari 1 s.d. 8. Setiap petak berisi 1 kotak yang ditandai dengan salah satu dari tiga
aturan melompat. Soal diatas dapat diselesaikan dengan Berpikir mundur, kita dapat melihat
bahwa petak 0 dicapai dari kolom 7, yang dicapai oleh petak 6, yang dicapai oleh petak 8, yang
dicapai oleh petak 5, yang dicapai oleh petak 2, yang dicapai oleh petak 1, yang dicapai oleh
petak 3. Sehingga jawabannya adalah 3. Kita juga bisa menggambar ini sebagai graf, dengan
label simpul menjadi petak, dan label jalur penghubung adalah cara bergerak di antara kolom.
Graf ini dapat ditarik mulai dari simpul mana saja, dan selesai ketika semua simpul telah ditulis.

Soal diatas menuntut siswa untuk berpikir sehingga siswa dapat lebih aktif dalam
pembelajaran untuk mencari jawaban yang benar sehingga siswa dilatih untuk berpikir secara
computational thinking dengan mendapatkan soal yang seperti ini.

Siswa sebenarnya cerdas hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa siswa indonesia
yang menjuarai olimpiade tingkat negara atapun internasional tetapi karena kurangnya minat
dan malas berpikir yang menyebabkan indonesia tertinggal dari negara lain.

Dengan penggabungan computational thinking kedalam maka pelajaran fisika tidak


menutup kemungkinan bahwa indonesia akan bisa bersaing dengan negara lain dalam hal
pendidikan pada masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai