Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit mempunyai fungsi penyelenggaraan pelayanan kesehatan

salah satunya yaitu pelayanan keperawatan. Penyelenggaraan pelayanan

keperawatan di Rumah Sakit ditentukan oleh tiga komponen utama antara

lain jenis pelayanan yang diberikan, manajemen sebagai pengelola pelayanan

dan tenaga keperawatan sebagai pemberi pelayanan keperawatan. Tenaga

keperawatan atau perawat adalah seseorang yang telah lulus dari pendidikan

perawat baik di luar maupun di dalam negeri yang telah diakui oleh

pemerintah sesuai dengan perundang-undangan dan memiliki bukti yang

tertulis berupa surat tanda registrasi (Suryani & Permana, 2020) .

Tugas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah

mengumpulkan data, menganalisis, dan menginterpretasikan data, serta

mengembangkan rencana tindakan keperawatan (Armiyat et al., 2007).

Meskipun demikian, setiap perawat tidak pernah berharap untuk mengalami

kesalahan dalam proses keperawatan salah satunya kesalahan medikasi,

kemungkinan akan selalu ada bahwa setiap perawat akan membuat kesalahan

medikasi di suatu waktu selama kariernya. Kesalahan medikasi mencakup

memberikan kepada klien yang salah, memberikan medikasi atau dosis yang

salah, memberikan pada waktu yang salah, atau memberikan melalui rute

yang salah (Sujud, Wujaksono, 2020).

1
2

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/ MENKES / SK / IX /2004

menyatakan, kejadian yang dapat menimbulkan ancaman keselamatan pasien

antara lain kejadian kesalahan dalam pemberian obat atau Medication Error

(ME) (Fatimah, 2016). Pemberian medikasi merupakan salah satu fungsi

terpenting dalam keperawatan. Fungsi ini juga merupakan salah satu fungsi

yang berisiko sangat tinggi menyebabkan bahaya pada klien. Penting untuk

mengikuti aturan pemberian yang aman dengan sungguh-sungguh. Pada saat

pemberian obat untuk memastikan keamanan setiap klien, setiap perawat

harus familier dengan rute pemberian yang direkomendasikan, dosis, kerja

yang diharapkan, kemungkinan efek samping, dan pertimbangan keperawatan

terhadap medikasi yang diresepkan (Tampubolon, 2018).

Di Indonesia kasus yang paling sering terjadi adalah kesalahan obat yang

tidak jarang menjadi tuntutan, hukum dan berakhir di pengadilan. Laporan

Peta Nasional Insiden Keselamatan Pasien menunjukkan bahwa kesalahan

dalam pemberian pemberian obat menduduki peringkat pertama (24,8%) dari

10 besar insiden yang dilaporkan (Manik, 2021). Menurut Setianingsih &

Septiyana (2019), sekitar 7.000 orang diperkirakan meninggal setiap tahun

2019 karena kesalahan dalam pemberian obat. Tipe kesalahan yang

menyebabkan kematian pada pasien meliputi salah dosis 40,9%, salah obat

16%, salah rute pemberian 9,5%.

Laporan tentang Insiden Keselamatan Pasien di Indonesia tahun 2019

menyebutkan kasus kesalahan pemberian obat sebanyak 24,80%

(Setianingsih & Septiyana, 2020). Berdasarkan Ahsan et al (2018) kesalahan


3

dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama (24,8%) dari 10 besar

insiden yang dilaporkan.

Kesalahan dalam pemberian obat dapat membahayakan pasien

bahkan dapat menimbulkan kematian. Kesalahan dalam pemberian obat

meliputi resep yang tidak akurat, pemberian obat yang salah, memberikan

obat melalui jalur tidak tepat dan interval waktu yang salah, serta

memberikan dosis yang salah (Mahfudhah & Mayasari, 2018). Tipe

kesalahan yang menyebabkan kematian pada pasien meliputi 40,9% salah

dosis, 16% salah obat, dan 9,5% salah rute pemberian (Dewi, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Duwi (2012) tentang pengalaman

perawat pelaksana dalam menerapkan prinsip enam benar dalam pemberian

obat didapatkan data 30 % obat yang diberikan tidak didokumentasikan, 15

% obat diberikan dengan cara yang tidak tepat, 23 % obat diberikan dengan

waktu yang tidak tepat, 2 % obat tidak diberikan , 12 % obat diberikan

dengan dosis yang tidak tepat.

Kesalahan dalam pemberian obat banyak terjadi karena perawat tidak

konsisten menerapkan prinsip enam benar dalam pemberian obat pada klien

(Aswatun, Rahayu, 2019). Perawat dapat mencegah terjadinya kecelakaan

dalam pemberian obat dengan mengikuti prosedur pemberian obat secara

ketat sehingga akan mencegah kesalahan dalam pengobatan. Salah satu cara

untuk mencegah terjadinya kecelakaan dalam pengobatan dengan

menerapkan prinsip enam benar dalam pemberian obat yaitu 1) Benar obat,
4

2) benar pasien, 3) benar dosis, 4) benar cara pemberian, 5) benar waktu

pemberian dan 6) benar pendokumentasian (Ahsan et al., 2018).

Data observasi 5 pasien pada tanggal 22 Juli 2021 di Rumkit Tk. II Prof.

Dr. J. A. Latumeten Ambon diperoleh hasil obat tidak diberikan tepat waktu

2 orang, pasien tidak mendapatkan obat karena belum dapat resep dari dokter

sebanyak 1 orang dan menggunakan satu spuit untuk bermacam-macam obat

klien ada 2 orang. Sedangkan pencatatan/ dokumentasi pemberian obat

dilakukan setelah obat diberikan pada klien, tidak menggunakan paraf atau

nama perawat tetapi menggunakan tanda (v). Perawat memberikan obat

kepada klien berdasarkan rutinitas kegiatan pemberian obat.

Rumkit Tk. II Prof. Dr. J. A. Latumeten Ambon telah memiliki standar

operasional prosedur pemberian obat yang selalu diperbaiki, SOP terakhir

yang digunakan sampai saat ini berdasarkan keputusan direktur Rumkit Tk. II

Prof. Dr. J. A. Latumeten Ambon tanggal 04 Mei 2011. Standar operasional

prosedur di tiap ruangan terdapat di pimpinan ruang dan hanya

disosialisasikan pada perawat baru. Perawat telah melaksanakan SOP

pemberian obat, tetapi belum dilaksanakan secara rutin. Perawat

melaksanakan SOP pemberian obat ketika diawasi oleh ketua tim atau

pimpinan ruang. Hal ini berisiko menyebabkan terjadinya kesalahan dalam

pemberian obat karena pemberian obat merupakan rutinitas harian yang

selalu dilakukan perawat pada saat merawat pasien sehingga membahayakan

keselamatan klien.
5

Dari hasil observasi perawat dalam memberikan obat hanya menjalankan

5-6 benar, dan pernah terjadi beberapa kali nyaris cedera, tapi tidak sampai

terjadi cedera bagi pasien (Pranasari, 2016). Dengan menjalankan prinsip 6

benar dalam pemberian obat akan dapat mengurangi adanya kesalahan

medikasi dan mengurangi risiko yang akan terjadi kepada pasien.

Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana

hubungan persepsi dengan tindakan perawat dalam penerapan prinsip benar

pemberian obat di Rumkit Tk. II Prof. Dr. J. A. Latumeten Ambon.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah pada

penelitian ini, yaitu: “Apakah ada hubungan persepsi dengan tindakan

perawat dalam penerapan prinsip benar pemberian obat di Rumkit Tk. II Prof.

Dr. J. A. Latumeten Ambon?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk menganalisis

hubungan persepsi dengan tindakan perawat dalam penerapan prinsip

benar pemberian obat di Rumkit Tk. II Prof. Dr. J. A. Latumeten

Ambon.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:


6

1. Mengidentifikasi hubungan persepsi perawat dalam penerapan

prinsip benar pemberian obat di Rumkit Tk. II Prof. Dr. J. A.

Latumeten Ambon.

2. Mengidentifikasi tindakan perawat dalam penerapan prinsip benar

pemberian obat di Rumkit Tk. II Prof. Dr. J. A. Latumeten Ambon.

3. Menganalisis hubungan persepsi dengan tindakan perawat dalam

penerapan prinsip benar pemberian obat di Rumkit Tk. II Prof. Dr. J.

A. Latumeten Ambon.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Meningkatkan peran pimpinan ruang untuk melaksanakan fungsi

supervisi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan kompetensi

perawat pelaksana khususnya dalam pemberian obat sesuai standar

sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Peneliti

Memberikan pengalaman dan meningkatkan pemahaman peneliti

tentang pentingnya persepsi yang baik tentang prinsip pemberian

obat yang benar khususnya dalam mencegah kesalahan dalam

pemberian obat oleh perawat pelaksana.

2. Rumah Sakit

Memberikan masukan tentang pencapaian pelaksanaan SOP

pemberian obat dan pelaksanaan supervisi pimpinan ruang


7

khususnya dalam mengevaluasi kinerja perawat pelaksana dalam

memberikan obat sesuai SOP sehingga dapat meningkatkan kualitas

pelayanan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai