Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Persepsi

2.1.1 Definisi Persepsi

Setiap orang mempunyai persepsi sendiri mengenai apa yang

dipikirkan, dilihat, dan dirasakan. Hal tersebut sekaligus berarti bahwa

persepsi menentukan apa yang akan diperbuat seseorang untuk

memenuhi berbagai kepentingan baik untuk diri sendiri, keluarga,

maupun lingkungan masyarakat tempat berinteraksi. Persepsi inilah

yang membedakan seseorang dengan yang lain. Persepsi dihasilkan

dari kongkritisasi pemikiran, kemudian melahirkan konsep atau ide

yang berbeda-beda dari masing-masing orang meskipun obyek yang

dilihat sama. Berikut pengertian persepsi menurut beberapa ahli

(Tampubolon, 2018).

Definisi mengenai persepsi yang sejatinya cenderung lebih bersifat

psikologis daripada hanya merupakan proses penginderaan saja, maka

ada beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti perhatian yang

selektif, individu memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang

tertentu saja. Kemudian ciri-ciri rangsang, rangsang yang bergerak

diantara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian.

Selanjutnya adalah nilai dan kebutuhan individu, dan yang terakhir

pengalaman dahulu. Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi

8
9

bagaimana seseorang mempersepsikan dunianya (Aswatun, Rahayu,

2019). Persepsi merupakan suatu proses penginderaan, yaitu proses

diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga

disebut proses sensoris. Namun proses ini tidak berhenti begitu saja,

melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya

merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapat

lepas dari proses penginderaan merupakan proses pendahuluan dari

proses persepsi (Duwi, 2012).

Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu

dengan menggunakan panca indera (Adhi, 2017). persepsi merupakan

inti komunikasi. Persepsi memiliki peran yang sangat penting dalam

keberhasilan komunikasi. Artinya, kecermatan dalam mempersepsikan

stimuli inderawi mengantarkan kepada keberhasilan komunikasi.

Sebaliknya, kegagalan dalam mempersepsi stimulus, menyebabkan

mis-komunikasi (Pranasari, 2016).

2.1.2 Macam-Macam Persepsi

Menurut Ahsan et al (2018) persepsi dibedakan menjadi dua

macam, yaitu Eksternal Perseption dan Self Perseption.

1. Eksternal Perseption, yaitu persepsi yang terjadi karena datangnya

rangsang dari luar individu.

2. Self Perseption, yaitu persepsi yang terjadi karena datangnya

rangsang dari dalam individu. Dalam hal ini obyeknya adalah diri

sendiri.
10

2.1.3 Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dimulai dari adanya objek yang

menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera. Stimulus

yang diterima alat indera diteruskan oleh saraf sensoris ke otak.

Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga

individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa

yang dirasa. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh

individu dalam berbagai macam bentuk (Manik, 2021).

2.1.4 Syarat Terjadinya Persepsi

Menurut Aswatun, Rahayu (2019) faktor-faktor yang berperan

dalam persepsi yaitu terjadinya stimulasi alat indera dan ditafsirkan.

1. Obyek yang dipersepsi

Obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau

reseptor stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi,

tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan

yang langsung mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai

reseptor.

2. Alat indera, saraf, dan pusat susunan saraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima

stimulus. Di samping itu juga harus ada saraf sensori sebagai alat

untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan

saraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran.


11

3. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan

adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu

persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.

2.1.5 Sifat Persepsi

Menurut Fatimah (2016) secara umum ada beberapa sifat persepsi,

antara lain:

1. Bahwa persepsi timbul secara spontan pada manusia, yaitu ketika

seorang berhadapan dengan dunia yang penuh dengan rangsang

indera manusia menerima 3 milyar perdetik, 2 milyar diantaranya

diterima oleh mata.

2. Persepsi merupakan sifat paling asli, merupakan titik tolak

perbuatan kesadaran.

3. Dalam persepsi tidak selalu dipersepsikan secara keseluruhan,

mungkin hanya sebagian, sedangkan yang lain cukup dibayangkan.

4. Persepsi tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi atau bergantung

pada konteks dan pengalaman berarti pengalaman-pengalaman

yang dimiliki dalam kehidupan sebelumnya.

5. Manusia sering tidak teliti sehingga dia sering keliru, ini terjadi

karena sering ada penipuan dibidang persepsi. Sesuatu yang nyata

pada bayangan. Selain itu adapula ilusi persepsi yaitu persepsi

yang salah sehingga keadaannya berbeda dengan keadaan yang

sebenarnya
12

6. Persepsi sebagian ada yang dipelajari dan sebagian ada yang

bawaan. Persepsi yang sifatnya dipelajari dibuktikan dengan

kuatnya pengaruh pengalaman terhadap persepsi. Sedangkan yang

sifatnya bawaan dibuktikan dengan dimilikinya persepsi ketingia

pada bayi.

7. Dalam persepsi, sifat benda yang dihayati biasanya bersifat

permanent dan stabil, tidak dipengaruhi oleh penerangan, posisi,

dan jarak (Permanent Shade).

8. Persepsi bersifat prospektif, artinya mengandung harapan

9. Kesalahan persepsi bagi orang normal, ada cukup waktu untuk

mengoreksi, berbeda dengan orang yang terganggu jiwanya.

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu

faktor internal dan faktor eksternal:

1. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri

seseorang dalam menciptakan dan menemukan sesuatu yang

kemudian bermanfaat untuk orang bayak misalnya. Dalam hal ini

faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu Usia,

pendidikan, dan pekerjaan.

a. Usia

Usia adalah umur individu yang dihitung mulai saat

dilahirkan sampai ulang tahun. Semakin cukup umur,


13

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berpikir dan bekerja. Semakin tua umur seseorang semakin

konstruktif dalam menggunakan koping pengetahuan yang

diperoleh (Setianingsih & Septiyana, 2019). Usia sangat

mempengaruhi tingkat pengetahuan dan pengalaman seseorang

dan semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja

(Sabrina, 2017).

b. Pendidikan

Sujud, Wujaksono (2020) menjelaskan bahwa orang yang

mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan tanggapan

yang lebih rasional dibandingkan dengan orang yang

berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan sama sekali.

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk mencari

nafkah. Masyarakat yang sibuk bekerja hanya memiliki sedikit

waktu untuk memperoleh informasi. Dengan bekerja seseorang

dapat berbuat sesuatu yang bernilai, bermanfaat, memperoleh

pengetahuan yang baik tentang suatu hal sehingga lebih

mengerti dan akhirnya mempersepsikan sesuatu itu positif

(Suryani & Permana, 2020).


14

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah kebalikan dari faktor internal, yaitu

faktor yang berasal dari luar diri seseorang dalam menciptakan dan

menemukan sesuatu. Dalam hal ini faktor eksternal yang

mempengaruhi persepsi, yaitu informasi, dan pengalaman.

a. Informasi

Semakin banyak informasi dapat mempengaruhi atau

menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan

menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan

berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki (Ahsan et

al., 2018).

b. Pengalaman

Menurut Fatimah (2016) pengalaman adalah suatu

peristiwa yang pernah dialami seseorang. Tidak hanya suatu

pengalaman sama sekali dengan suatu obyek cenderung

bersifat negatif terhadap obyek tertentu, untuk jadi suatu dasar

pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan

kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang

melibatkan emosi, penghayatan akan lebih mendalam dan

membekas.

Menurut Mahfudhah & Mayasari (2018) pengalaman yang

dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan


15

dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh.

Pengalaman masa lalu atau apa yang kita pelajari akan

menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi. Pengalaman

mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu

lewat proses belajar formal. Pengalaman dapat bertambah

melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi (Manik,

2021).

2.2 Konsep Pemberian Obat

2.2.1 Definisi Obat

Obat yaitu zat kimia yang dapat mempengaruhi jaringan biologi

pada organ tubuh manusia (Pranasari, 2016). Definisi lain menjelaskan

obat merupakan sejenis subtansi yang digunakan dalam proses

diagnosis, pengobatan, penyembuhan dan perbaikan maupun

pencegahan terhadap gangguan kesehatan tubuh. Obat adalah sejenis

terapi primer yang memiliki hubungan erat dengan proses

penyembuhan sebuah penyakit (Sabrina, 2017).

2.2.2 Prosedur Pemberian Obat

Dokter merupakan penanggung jawab utama dalam pemberian

resep obat bagi masing-masing pasien yang dirawat di rumah sakit.

Kemudian apoteker memberikan obat yang sesuai dengan resep dokter.

Sedangkan cara dalam pemberian obat harus sesuai dengan prosedur

dan tergantung pada keadaan umum pasien, kecepatan respon yang

diinginkan, sifat obat, dan tempat kerja obat yang diinginkan serta
16

pengawasan terkait efek obat dan sesuai dengan SOP rumah sakit yang

bersangkutan (Sujud, Wujaksono, 2020).

Prosedur pemberian obat berdasarkan prinsip 6 benar pemberian

obat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat dalam

memersiapkan obat yang diberikan kepada pasien sebagai upaya

mencegah terjadinya kesalahan obat yang diterima pasien (Ahsan et

al., 2018).

2.2.3 Prinsip 6 Benar dalam Pemberian Obat

Perawat sebagai pelaksana dalam memberikan obat hanya boleh

memberikan obat sesuai dengan resep yang telah diberikan oleh dokter

dan melakukan pengecekan ulang apabila ada keraguan terhadap

instruksi tersebut. Proses pemberian obat minimal menggunakan

prinsip 6 benar dalam pemberian obat dengan cara membandingkan

resep yang didapatkan terhadap label obat (Mahfudhah & Mayasari,

2018).

Adapun prinsip 6 benar berdasarkan standar yang berlaku di

Rumkit Tk. II Prof. Dr. J. A. Latumeten Ambon nomor

SPO.04/05/2011 yang direkomendasikan antara lain:

1. Benar pasien

Perawat harus memastikan sebelum memberikan obat apakah

obat yang diberikan benar sesuai dari catatan keperawatan dengan

identitas gelang klien. Identifikasi menggunakan dua identitas klien

dan penanda alergi klien.


17

2. Benar dosis

Setelah memastikan bahwa obat yang akan diberikan pada

klien benar, perawat juga perlu memastikan dosis dengan jumlah

yang benar. Semua perhitungan dosis obat harus diperiksa ulang

agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat.

3. Benar jenis obat

Sebelum memberikan obat pada klien, perawat memastikan

kembali obat yang telah diresepkan oleh dokter dengan memeriksa

label obat sebanyak tiga kali.

4. Benar waktu

Perawat perlu memastikan kapan waktu yang tepat untuk

memberikan obat. Sebagai contoh klien diberikan resep obat dokter

yang diberikan 8 jam sekali dalam tiga kali sehari, misal dari pukul

6 pagi, 2 sore, dan jam 10 malam.

5. Benar cara pemberian

Sikap hati-hati sangat diperlukan agar perawat dapat

memberikan obat yang benar. Perawat perlu memastikan apakah

obat yang akan diberikan sudah dengan jalur yang tepat. Perawat

juga perlu berkonsultasi pada dokter jika tidak disertakan jalur

pemberian obat.

6. Benar Dokumentasi

Setelah pemberian obat perawat harus mencatat tindakan yang

telah diberikan segera setelah tindakan dengan mencatat nama


18

klien, nama obat dan alergi, dosis obat, jalur obat, serta waktu

pemberian obat.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Obat

Menurut Sujud, Wujaksono (2020) dalam penelitiannya

menyatakan ada tiga faktor yang mempengaruhi perawat dalam

pemberian obat antara lain:

1. Tingkat pengetahuan perawat

Perawat dengan tingkat pengetahuan yang tinggi cenderung

untuk mampu melaksanakan prinsip benar dalam pemberian obat

dengan tepat dibandingkan yang memiliki pengetahuan yang

kurang baik. Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang baik

akan memiliki adab yang baik dan mengamalkan ilmu tersebut.

Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk

mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah

yang dihadapi oleh pasien. Pengetahuan diperlukan untuk

mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang

pengambilan tindakan yang tepat sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup pasien. Pengetahuan dapat mempengaruhi seseorang

dalam pengambilan keputusan sehingga nantinya akan memotivasi

perawat untuk bersikap dan berperan serta dalam peningkatan

kesehatan pasien dalam hal ini pemberian tindakan pemberian obat

dengan tepat.
19

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan yang telah dicapai oleh perawat dapat digunakan

sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan

masyarakat dan juga berperan dalam menurunkan angka kesakitan.

Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang dapat

membantu menekan/menurunkan tingginya angka kesakitan pada

pasien. Semakin tinggi tingkat pendidikan perawat maka semakin

baik kemampuan perawat dalam melaksanakan prinsip-prinsip

dalam pemberian obat. Hal ini disebabkan karena ukuran tingkat

pendidikan seseorang bisa menjadi tolak ukur sejauh mana

pemahaman perawat terhadap prosedur dan prinsip yang berlaku

dalam lingkup kerjanya.

3. Persepsi

Persepsi perawat merupakan tingkah laku seseorang yang

mendorong kearah suatu tujuan tertentu karena adanya suatu

kebutuhan baik secara internal maupun eksternal dalam

melaksanakan perannya. Semakin baik persepsi yang dimiliki

perawat maka cenderung mendorong diri mereka untuk

melaksanakan prinsip dan prosedur yang berkaitan dibandingkan

yang memiliki motivasi yang kurang. Timbulnya motivasi dalam

diri seorang perawat dapat disebabkan oleh adanya rasa tanggung

jawab yang timbul dalam diri seorang atau aspek internal perawat.

Oleh sebab itu ketika perawat memiliki rasa tanggung jawab yang
20

tinggi terhadap pasien maka tentunya perawat akan berusaha

semaksimal mungkin untuk melakukan tindakan yang cepat, tepat

dan terarah untuk mengatasi masalah pasien termasuk ketepatan

dalam pemberian obat. Sedangkan aspek internal perawat berasal

dari lingkup rumah sakit. Rumah sakit akan memberikan

rangsangan tersebut baik dalam bentuk penghargaan yang diterima,

insentif kerja serta pujian. Hal inilah yang bisa menimbulkan suatu

dorongan untuk selalu berbuat yang lebih baik.

2.2.4 Akibat Kesalahan Pemberian Obat

Menurut Mahfudhah & Mayasari (2018) akibat kesalahan

pemberian obat dibagi menjadi dua yaitu:

1. Adverse drug event adalah suatu insiden dalam pengobatan yang

dapat menyebabkan kerugian pada pasien. Adverse drug event

meliputi kerugian yang bersifat intrisik bagi individu/pasien

contoh:

a. Meresepkan obat NSAID pada pasien dengan riwayat pad

pasien dengan riwayat penyakit ulkus peptik yang

terdokumentasi di rekam medis, yang dapat menyebabkan

pasien menggalami perdarahan saluran cerna.

b. Memberikan terapi antiepilepsi yang salah, dapat menyebabkan

pasien menggalami kejang.

2. Adverse drug reaction merupakan respon obat yang dapat

membahayakan dan menimbulkan kesalahan dalam pemberian obat


21

seperti hipersensitivitas, reaksi alergi, toksisitas dan interaksi antar

obat berdasarkan penelitian Utami et al (2015) sebagai berikut:

a. Hipersensitivitas

Reaksi yang muncul ketika klien sensitif terhadap efek obat

karena tubuh menerima dosis obat yang berlebihan.

hipersensitivitas obat biasanya terjadi sekitar 3 minggu hingga

3 bulan setelah pemberian obat, yang ditandai oleh demam dan

munculnya lesi pada kulit.

b. Alergi Reaksi

Alergi obat adalah reaksi melalui mekanisme imunologi

terhadap masuknya obat yang dianggap sebagai benda asing

dalam tubuh dan tubuh akan membuat antibodi untuk

mengeluarkan benda asing dari dalam tubuh.

c. Toksisitas

Akibat dosis yang berlebihan sehingga terjadi penumpukan

zat di dalam darah karena gangguan metabolisme tubuh.

d. Interaksi antar obat

Reaksi suatu obat dipengaruhi oleh pemberian obat secara

bersamaan, sehingga terjadi interaksi obat yang kuat atau

bertentangan terhadap efek dari obat.

2.3 Peran Perawat dalam Pemberian Obat

Perawat adalah seorang petugas pelayanan kesehatan yang turut serta

dalam merawat, proses penyembuhan, usaha rehabilitasi, dan pencegahan


22

suatu penyakit dibawah pengawasan dokter atau kepala ruang (Sujud,

Wujaksono, 2020). Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan

tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di Iuar negeri yang diakui oleh

Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan (Suryani

& Permana, 2020).

Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 (Sujud,

Wujaksono, 2020) terdiri dari tujuh peran yaitu:

1. Pemberi asuhan keperawatan

Perawat memperhatikan kebutuhan dasar manusia klien dengan

memberikan pelayanan keperawatan salah satunya memberikan obat

dengan benar untuk membantu dalam proses penyembuhan.

2. Advokat

Perawat berperan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh

klien dan keluarga dan membantu klien dalam pengambilan keputusan

tindakan pengobatan yang akan diberikan, dan juga berperan dalam

melindungi hak pasien.

3. Edukator

Perawat berperan memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit,

gejala dan pengobatan yang akan diberikan bagi klien.

4. Koordinator

Perawat mengoordinasi aktivitas tim kesehatan dalam pemberian obat

saat mengatur perawatan pasien, serta waktu kerja dan sumber daya yang

ada di rumah sakit.


23

5. Kolaborator

Perawat berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter dan

farmasi yang bekerja di rumah sakit untuk menentukan pemberian obat

yang tepat untuk klien.

6. Konsultan

Perawat berkonsultasi dengan tim kesehatan dalam pemberian obat

terkait tindakan keperawatan yang akan diberikan sudah tepat.

7. Pembaharu

Peran ini perawat sebagai pembaharu dengan membuat perencanaan

pemberian obat dengan metode pelayanan keperawatan yang sudah

dikonsultasikan dengan tim kesehatan lain. Dalam hal ini Perawat juga

sangat berperan penting dalam proses pelaksanaan pemberian obat.

Perawat juga perlu pengetahuan dan keterampilan serta pengetahuan

yang sangat baik agar perawat mengerti mengapa obat itu diberikan dan

bagaimana kerja obat di dalam tubuh serta tidak terjadi kesalahan dalam

pemberian obat. Perawat perlu memeriksa apakah klien dapat meminum

obatnya sendiri, apakah obat sudah diminum benar dan tepat waktu serta

perhatikan efek obat (Suryani & Permana, 2020).


24

2.4 Keaslian Penelitian

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian

No. Judul / Penulis Desain Sampel Variabel Instrumen Analisis Hasil


1. Gambaran Penerapan Prinsip diskriptif 32 orang Penerapan lembar Univariat Karakteristik
Benar Pemberian Obat di kuantitatif Prinsip Benar checklist responden berdasarkan
Rumah Sakit PKU Pemberian observas usia paling banyak usia
Muhammadiyah Yogyakarta Obat 25-35 tahun 56,2%,
Unit II jenis kelamin yaitu
(Fatimah, 2016) perempuan 90,7%,
lama bekerja yaitu <1
tahun 68,8%,
pendidikan yaitu D3
84,4%. Persentase
penerapan prinsip
benar pemberian obat
paling banyak adalah
dalam kategori cukup
yaitu sebesar 69,4%.
Karakteristik
responden berdasarkan
usia paling banyak 25-
35 tahun, jenis kelamin
yaitu perempuan, lama
bekerja yaitu <1 tahun,
pendidikan yaitu D3.
Penerapan prinsip
25

No. Judul / Penulis Desain Sampel Variabel Instrumen Analisis Hasil


benar pemberian obat
adalah dalam kategori
cukup.
2. Kepatuhan Perawat Dalam deskriptif 17 orang Kepatuhan lembar Univariat Hasil penelitian
Penerapan Lima Benar kuantitatif Perawat checklist menunjukkan 12
Pemberian Obat observas perawat tidak patuh
(Manik, 2021) (70,59%) dalam
penerapan prinsip lima
benar pemberian obat.
Benar pasien terdapat
12 perawat tidak patuh
(70,59%). Benar obat
terdapat 17 perawat
patuh (100%). Benar
dosis terdapat
sembilan perawat
(52,95%) tidak patuh.
Benar waktu terdapat
10 perawat patuh
(58,82%). Benar cara
pemberian terdapat 16
perawat patuh
(94,11%).

Anda mungkin juga menyukai