Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produktivitas kerja yang optimal akan terwujud bilamana perhatian

tentang upaya perlindungan tenaga kerja oleh berbagai aspek dapat

mendukung tercapainya derajat kesehatan yang maksimal. Salah satu faktor

penting yang harus diperhatikan terkait produktivitas kerja adalah kesehatan

kerja bagi tenaga kerja, yang bertujuan untuk menciptakan tenaga kerja yang

sehat, produktif serta mencegah penyakit akibat kerja (PAK) (Utama, 2018).

Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang berhubungan dengan

pekerjaan dan kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan kecacatan bahkan

kematian (Sarfiah et al., 2016). Dermatitis kontak akibat kerja merupakan

salah satu penyakit akibat kerja, yang dapat mengurangi kenyamanan dalam

melakukan pekerjaan dan akhirnya akan mempengaruhi produktivitas kerja

secara keseluruhan (Siregar & Parinduri, 2020). Dermatitis kontak

merupakan peradangan pada kulit disebabkan oleh suatu bahan yang kontak

dengan kulit. Dermatitis kontak akibat kerja sering terjadi pada pekerja

informal yang umumnya kurang memperhatikan sanitasi dan perlindungan

bagi kesehatan dirinya (Wibisono et al., 2019).

Salah satu sektor informal terbesar di Indonesia adalah maritim yang

semakin lama kian berkembang. Nelayan merupakan istilah bagi orang-orang

yang sehari-harinya bekerja menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup di

1
2

dasar, kolam maupun permukaan perairan (Nasution et al., 2020). Perairan

yang menjadi daerah aktivitas nelayan ini dapat merupakan perairan tawar,

payau maupun laut. Nelayan rentan terhadap penyakit kulit akibat pengaruh

air laut karena kepekatannya oleh garam menarik air dari kulit. Air laut

merupakan penyebab dermatitis dengan sifat rangsangan primer (Imma Nur

Cahyawati, 2017). Hasil penelitan terbaru mengungkapkan bahwa nelayan

mempunyai potensi tinggi untuk terkena penyakit, kecelakaan kerja, dan

kesehatan mental dan penyakit yang berhubungan fisik lainnya (Aisyah,

2020).

Prevalensi dermatitis kontak di Indonesia sangat bervariasi. Pada tahun

2020, sekitar 90% penyakit kulit akibat kerja merupakan dermatitis kontak,

baik iritan maupun alergik (Nasution et al., 2020). Pada studi epidemiologi,

Indonesia memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis

kontak dimana 66,3% di antaranya adalah dermatitis kontak iritan dan 33,7%

adalah dermatitis kontak alergi (Siregar & Parinduri, 2020).

Berdasarkan studi pendahuluan yang didapatkan di Puskesmas Tawiri

bahwa penyakit kulit yang masih belum teratasi pada tahun 2020 adalah

dermatitis, dari grafik 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Tawiri tahun 2020

bahwa penyakit dermatitis menempati urutan nomor 5. Pada bulan November

2020 penyakit dermatitis meningkat dari bulan sebelumnya menjadi 27%.

Pada umumnya masyarakat pesisir yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas

Tawiri Kota Ambon memanfaatkan laut sebagai pencaharian, karena

sebagian besar berada di sekitar pantai.


3

Pekerja seperti nelayan, yang mempunyai riwayat penyakit kulit akan

lebih mudah mengalami dermatitis karena fungsi perlindungan kulit telah

berkurang dikarekan oleh penyakit kulit yang diderita sebelumnya (Utama,

2018). Sebuah penelitian menyatakan bahwa riwayat penyakit atau alergi

adalah faktor dominan yang berhubungan dengan penyakit kulit (Aisyah,

2020).

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan nelayan pada penyakit

dematitis adalah dengan cara memperhatikan pemakaian alat pelindungan diri

untuk mengurangi resiko serta memperhatikan personal hygiene seperti

membiasakan mandi dan mencuci pakaian kerja. Dalam pencucian pakaian

pun harus diperhatikan, karena sisa bahan iritan yang menempel di baju dapat

menginfeksi tubuh bila dilakukan pemakaian berulang kali (Ramli, 2018).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat yang memiliki

pengetahuan kurang baik lebih besar tidak melakukan upaya pencegahan

terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi, dengan proporsi 57,1%,

dibanding yang melakukan upaya pencegahan. Sedangkan masyarakat yang

memiliki pengetahuan baik lebih kecil kemungkinan melalukan tidak

melakukan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi,

dengan proporsi 26,9%, dibanding yang melakukan upaya pencegahan

(Siregar & Parinduri, 2020).

Hasil penelitian lain juga menyatakan bahwa pekerja yang memiliki

pengetahuan tinggi akan berusaha menghindari kecelakaan ringan karena

kecelakaan ringan akan menyebabkan kecelakaan kerja yang lebih parah. Jika
4

pekerja memiliki pengetahuan yang baik maka mereka akan bertindak positif

dan berusaha untuk menghindari kecelakaan kerja. Sebaliknya pekerja yang

memiliki pengetahuan rendah akan cenderung mengabaikan bahaya

disekitarnya dan tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur karena

ketidaktahuan akan resiko akan diterima. Oleh karena itu pengetahauan

pekerja yang rendah akan kesehatan dan keselamatan kerja dapat

menimbulkan kecelakaan ringan dan kecelakaan kerja yang lebih parah

(Wibisono et al., 2019).

Masa kerja seseorang menetukan tingkat pengalaman seseorang dalam

menguasai pekerjaannya, pekerja yang telah bekerja lebih dari 2 tahun telah

memiliki resistensi terhadap bahan iritan maupun alergen, sehingga penderita

dermatitis kontak lebih sedikit di temukan. Begitu pun dengan sebaliknya

pekerja dengan pengalaman yang kurang dari 2 tahun bisa menjadi salah satu

faktor yang mengindikasikan bahwa pekerja tersebut belum memiliki

pengalaman yang cukup dalam melakukan pekerjaannya (Retnoningsih. A,

2017).

Pada survei awal yang dilakukan bulan Juni 2021 melalui observasi

dengan kelompok nelayan yang sedang melaut dengan jumlah 12 orang di

Wilayah Kerja Puskesmas Tawiri Kota Ambon diketahui bahwa mereka

kurang memperhatikan pelindungan diri. Hal ini tampak dari kelengkapan

yang mereka gunakan seperti tidak adanya memakai alas kaki dan sarung

tangan. Dari 12 orang tersebut hanya 5 orang yang menggunakan celana

panjang dan 7 orang lainnya hanya menggunakan celana pendek, mereka juga
5

tidak sama sekali menggunakan penutup wajah tetapi mereka sebagian sudah

mulai memakai topi dan baju panjang menurut mereka menggunakan alas

kaki dan sarung tangan tersebut sangat mengganggu untuk melaut karena itu

akan memperlambat pekerjaan mereka. Hasil wawancara pada 1 kelompok

nelayan yang sudah lama bekerja melaut didapatkan adanya seorang orang

nelayan yang menderita dermatitis akibat dari faktor kebiasaan sebelumnya

yaitu memakai baju basah yang cukup lama dan baju tersebut dikeringkan

tanpa di cuci. Saat peneliti melakukan pengambilan data di kampung lain,

kepala kampung tersebut juga mengatakan terdapat 2 orang yang menderita

penyakit dermatitis.

Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan

pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu (Ibrahim, 2018).

Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat,

kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan

yang lebih baik. Dan pada akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat

berpengaruh terhadap perilaku. Dimana tujuan dari pendidikan kesehatan ini

adalah agar masyarakat, kelompok atau individu dapat berperilaku sesuai

dengan nilai-nilai kesehatan. Salah satu bentuk media dalam pendidikan

kesehatan ialah dengan pemberian leaflet.

Melihat permasalahan diatas, maka penting dilakukan penelitian

mengenai pengaruh pendidikan kesehatan tentang dermatitis terhadap

pengetahuan nelayan di Wilayah Kerja Puskesmas Tawiri Kota Ambon. Hasil

penelitian ini dapat menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut untuk
6

mendapatkan pengetahuan yang lebih luas dalam rangka menyusun

perencanaan dan program penanggulangan terhadap nelayan yang terkena

dermatitis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah pada

penelitian ini, yaitu: “Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang

dermatitis terhadap pengetahuan nelayan di Wilayah Kerja Puskesmas Tawiri

Kota Ambon?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh

pendidikan kesehatan tentang dermatitis terhadap pengetahuan nelayan

di Wilayah Kerja Puskesmas Tawiri Kota Ambon.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi pengetahuan nelayan tentang dermatitis sebelum

diberikan pendidikan kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Tawiri

Kota Ambon.

2. Mengidentifikasi pengetahuan nelayan tentang dermatitis setelah

diberikan pendidikan kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Tawiri

Kota Ambon.
7

3. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan tentang dermatitis

terhadap pengetahuan nelayan di Wilayah Kerja Puskesmas Tawiri

Kota Ambon.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan sitasi dalam

upaya peningkatan pengetahuan yang lebih luas dalam rangka

menyusun perencanaan dan program penanggulangan terhadap nelayan

yang terkena dermatitis.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Peneliti

Untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan menambah pengalaman

dari peneliti yang dilakukan untuk pengemabngan dalam penelitian

khususnya tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang dermatitis

terhadap pengetahuan nelayan.

2. Institusi Pendidikan

Data dan hasil penelitian yang didapat dimanfaatkan menjadi dasar

atau data pendukung untuk penelitian selanjutnya terutama yang

berkaitan dengan pengaruh pendidikan kesehatan tentang dermatitis

terhadap pengetahuan nelayan.


8

3. Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi puskesmas,

yaitu menjadi sumber referensi dalam penanganan dermatitis yang

berfokus pada Tindakan preventif khususnya terhadap pencegahan

terjadinya dermatitis pada nelayan.

4. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk

penelitian yang akan fdatang mengenai aspek lain tentang

pencegahan penyakit dermatitis.

Anda mungkin juga menyukai