Anda di halaman 1dari 17

KASUS 2: BANGSAL ANAK

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

Perdarahan saluran cerna adalah hilangnya darah dalam jumlah yang tidak

normal pada saluran cerna mulai dari rongga mulut hingga ke anus.Volume darah

yang hilang dari saluran cerna dalam keadaan normal sekitar 0,5 – 1,5 mL per

hari.

Perdarahan saluran cerna dapat dibagi menjadi 2 berdasarkan lokasi

anatomi sumber perdarahannya :

J Perdarahan saluran cerna bawah (di bawah ligamentum Treitz)

J Perdarahan saluran cerna atas (di atas ligamentum Treitz)

Manifestasi klinis perdarahan saluran cerna yang terjadi dapat berupa:

 Melena yaitu keluarnya tinja yang berwarna hitam atau seperti ter

 Hematochezia yaitu keluarnya darah segar per rektum yang berwarna

merah cerah atau sedikit gelap

 Hematemesis yaitu muntah darah dengan material muntahan berwarna

merah terang atau merah gelap (coffee grounds)

Penyebab perdarahan saluran cerna pada anak sangat bervariasi dan

kondisi klinis yang ditimbulkannya bisa ringan hingga berat mengancam jiwa (life

threatening conditions).

Perbedaan klinis perdarahan saluran cerna atas dan bawah:

 Saluran cerna atas :


- Hematemesis

- Melena

- Hematochezia dapat terjadi apabila perdarahan berat yaitu volume

perdarahan yang terjadi sangat banyak dan darah cepat dikeluarkan karena sifat

darah sebagai katartik

 Usus halus:

- Melena

- Hematochezia

 Saluran cerna bawah:

- Hematochezia, kecuali apabila motilitas usus berjalan lambat

Tata laksana

Prinsip penanganan mencakup tindakan suportif dan terapi untuk

mengontrol perdarahan aktif.

Suportif

 Stabilisasi hemodinamik dengan resusitasi cairan intravena kristaloid

(Ringer --Laktat atau Normal Saline). Pada perdarahan karena varises

pemberian cairan harus hati-hati untuk menghindari pengisian

intravaskular yang terlalu cepat sehingga dapat meningkatkan tekanan

porta dan memicu terjadinya perdarahan berulang.

 Oksigenasi diberikan pada perdarahan aktif masif dengan syok.

 Pada perdarahan masif diberi transfusi darah (--Whole blood, PRC) untuk

memperbaiki oxygen-carrying capacity. Transfusi darah sebaiknya

2
diberikan hingga mencapai hematokrit kurang dari 30 untuk menghindari

kondisi overtransfused yang dapat meningkatkan tekanan porta dan

memicu perdarahan berulang. Pemantauan hematokrit diperlukan pada

kasus perdarahan aktif.

 Koreksi koagulasi atau trombositopeni apabila ada indikasi --(Fresh

Frozen Plasma, trombosit)

 Koreksi gangguan elektrolit bila ada

 Mencegah terjadinya ensefalopati hepatikum/--hepatic encephalopathy

(HE) pada penderita penyakit hati kronis yang mengalami perdarahan

saluran cerna, dapat dilakukan dengan pemberian laktulosa dan

nonabsorbable antibiotic. Laktulosa berfungsi untuk membersihkan

saluran cerna dari sisa-sisa darah. Nonabsorbable antibiotic (Neomisin,

Colistin) bertujuan untuk mensterilkan usus dari bakteri usus yang akan

mencerna jendalan darah menjadi ammonia (neurotoksik) sehingga

produksi dan pasase ammonia ke aliran sistemik bisa di cegah. Dosis

laktulosa 0,5 -1 mL/kgBB diberikan 2-4 kali per hari.

Pengobatan spesifik untuk mengontrol perdarahan :

 Perdarahan aktif :

a. Gastric Acid SecretionInhibitor IV :

- Ranitidin (histamin-2 antagonis) 1 mg/kgBB dilanjutkan 2–4

mg/kgBB/hari --infus kontinu atau 3 – 5 mg/kgBB/hari terbagi

dalam 3 dosis (bolus)

3
- Pantoprazole (--proton pump inhibitor/PPI): anak-anak <40 kg:

0,5-1 mg/kgBB/hari iv sekali sehari, anak-anak >40 kg: 20-40 mg

sekali sehari (maksimum 40 mg/hari)

b. Agen vasoaktif IV :--

Mempunyai efek menurunkan tekanan vena porta dengan menurunkan

aliran darah splanik.

- Okreotid (--somatostatin analog): 1 mcg/kgBBiv bolus (maksimal

50 mcg) dilanjutkan 1–4 mcg/kgBB/jam. Bila perdarahan sudah

terkontrol dosis diturunkan 50% perlahan-lahan tiap 12 jam hingga

mencapai 25% dosis pertama baru diberhentikan. Okreotid lebih

disukai karena lebih sedikit menimbulkan efek samping sistemik

dibanding vasopresin dan juga mempunyai efek mengurangi

sekresi asam lambung. Efek samping yang sering dijumpai adalah

hiperglikemia.

- Vasopresin (antidiuretic hormone) 0,002 – 0,005 unit/kgBB/menit

tiap 12 jam kemudian diturunkan dalam 24-48 jam (maksimum 0,2

unit/menit). Vasopresin mempunyai efek samping vasokonstriksi

perifer dan memicu gagal ginjal.

Mencegah perdarahan :

 Gastric Acid Secretion Inhibitor-- (oral)

- Ranitidin (histamin-2 antagonis) 2-3 mg/kgBB/kali, 2 atau 3 kali per

hari --(maksimum 300 mg/hari)

4
- Famotidin (histamin-2 antagonis) 0,5 mg/kgBB/kali, dua kali sehari --

(maksimum 40 mg/hari)

- Lansoprazol (PPI) 1–1,5 mg/kgBB/hari, satu atau dua kali sehari

(maksimum --30 mg dua kali sehari)

- Omeprazol (PPI) 1-1,5 mg/kgBB/ hari satu atau dua kali sehari

(maksimum --20 mg dua kali sehari)

- Adhesive protection of Ulcerated Mucosa-- (Oral) :

Sukralfat (--Local adhesive paste) 40-80 mg/kgBB/ hari terbagi 4 dosis

(maksimum 1.000 mg/dosis terbagi dalam 4 dosis)

Mencegah perdarahan varises :

- Propranolol (beta adrenergic blocker): 0,6-0,8 mg/kgBB/hari terbagi dalan 2–

4 dosis, dapat dinaikkan tiap 3 sampai 7 hari (maksimum 8 mg/kgBB/hari)

hingga mendapatkan penurunan sedikitnya 25% dari denyut nadi awal.

Propranolol mempunyai efek menurunkan tekanan vena porta dengan

menurunkan aliran darah mesenterik.

5
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. TINJAUAN PASIEN

3.1 Identitas Pasien

Nama : Fadli Ashabi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 12 Tahun

Agama : Islam

Ruangan : Bangsal anak

Diagnosa : Melena

Mulai Perawatan : 23 Januari 2018

3.2 Anamnesa

3.2.1 Keluhan Utama

BAB berdarah

3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

 Perut sakit

 BAB berdarah (7 kali SMRS)

3.3 Data Penunjang

6
3.3.1 Data Pemeriksaan Fisik

 Berat Badan : 12 Kg

3.3.2 Data Pemeriksaan Organ Vital

No Tanggal
Data Klinik
. 2/2 3/2 4/2 5/2
1. Suhu 38 38,4 37,6 37,6
2. Nadi 80 84 80 84
3. Pernafasan 20 26 20 26
Mual
4. - - - -
Muntah
5. GCS 15 15 15 15

3.3.3 Data Laboratorium

No Tanggal
Data Laboratorium Nilai Normal
. 2/2
1. HGB 13-16 g/dl 10,1
2. RBC 5-10 x 106 4,26
3. WBC 5-10 x 103 uL 17.800
4. PLT 150-400 x 103 281
5. K 3,5-5,5 mEq/l 3,61
6. Na 135-147 mEq/l 135,4
7. Cl 100-106 mEq/l 108,2

3.4 Diagnosa

Kejang Demam

7
3.5 Terapi Farmakologi

Tanggal
No. Nama Obat Aturan Pakai
23/1 24/1 25/1 26/1 27/1 28/1 29/1 30/1 31/1
1 Ranitidin 2x1 (150 mg) √ √ √ √ √ √ √ √ √

2 Omeprazol 1x1 (40 mg) √ √ √ √ √ √ √ √ √

3 Lasix inj (ketika transfusi) 40 mg √ √ √ √ - - - - -

4 IVFD Kaen 20 tts/menit √ √ √ √ √ √ √ √ √

5 Transamin 3x1 (350 mg) - - - - - - - √ √

No
Jenis Obat Tanggal Mulai Indikasi Obat Komentar dan Alasan
.

8
23/1 Untuk mengatasi melena pasien,
Obat lambung untuk menghentikan
1 Ranitidin dimana BAB pasien menghitam akibat
pendarahan
pendarahan
23/1 Obat lambung golongan PPI untuk
2 Omeprazol Untuk mengatasi melena pasien
menghentikan pendarahan
23/1 Obat menurunkan tekanan darah yang
Lasix inj (ketika Obat ini hanya diberikan selama
3 digunakan pada pasien ini hanya selama
transfusi) transfusi darah
transfusi darah
Obat infus untuk mencukupi kebutuhan Untuk mengatasi kekurangan cairan dan
4 IVFD Kaen 23/1
cairan dan elektrolit elektrolit pasien
Karena pada hari ke-8 BAB pasien
kembali hitam, sehingga untuk
mempercepat membantu menghentikan
Obat untuk membantu proses pembekuan
5 Transamin 30/1 pendarahan selain diberikan obat
darah
antagonis H2 dan PPI, juga diberikan
obat ini untuk membantu proses
pembekuan darah

Permasalahan
No Jenis
Analisa Permasalahan yang Terkait Komentar atau Rekomendasi
. Permasalahan
dengan Obat

9
1. Adakah obat tanpa indikasi medis ? Tidak c
Korelasi antara Berdasarkan terapi farmakologi
2. Adakah obat yang tidak dikenal ? Tidak pasien tidak ada pengobatan yang
1 terapi obat dengan tidak dikenal.
3. Adakah kondisi klinis yang tidak Semua kondisi klinis dari pasien
penyakit Tidak sudah diterapi.
diobati ?
1. Bagaimana pemilihan obat ? Apakah
Obat yang diberikan oleh dokter
sudah efektif dan terpilih pada kasus Sudah sudah sesuai dengan yang
seharusnya
ini ?
Pemilihan obat yang
2. Apakah pemilihan obat tersebut relatif Penggunaan dan pemilihan obat
2
Aman sudah relatif aman pada pasien.
sesuai
aman ?
Dari terapi yang telah
3. Apakah terapi obat dapat ditoleransi ? Bisa dilaksanakan pada pasien bisa
ditoleransi.
3 Regimen Dosis 1. Apakah dosis, frekuensi dan cara

pemberian mempertimbangkan Dosis dan frekuensi obat yang


Sudah diberikan sudah tepat.
efektifitas keamanan dan kenyamanan

serta sesuai dengan kondisi pasien ?


2. Apakah jadwal pemberian dosis bisa Bisa Pemberian dosis sudah tepat

10
memaksimalkan efek terapi,

kepatuhan, meminimalkan efek

samping, interaksi obat, dan regimen

yang kompleks ?
3. Apakah lama terapi sesuai dengan
Sesuai Lama terapi sudah sesuai
indikasi ?
4 Duplikasi Terapi 1. Apakah ada duplikasi terapi ? Tidak Tidak ada duplikasi terapi
1. Apakah pasien alergi atau intoleran Pasien tidak mengalami alergi
Tidak
Alergi obat atau dengan obat
terhadap salah satu obat ?
5
2. Apakah pasien telah tahu yang harus Pasien sudah tahu apa yang harus
intoleran
Sudah
dilakukan jika terjadi alergi ? dilakukan jika terjadi alergi
1. Apakah ada gejala/permasalahan Tidak ada permasalahan medis
6 Efek merugikan Tidak
medis yang diinduksikan obat ? yang diinduksi obat.
7 Interaksi dan 1. Apakah ada interaksi obat dengan obat
Tidak Tidak ada interaksi obat
kontraindikasi ? Apakah signifikansi secara klinis ?
2. Apakah ada interaksi obat dengan Tidak Tidak ada interaksi obat dengan
makanan.
makanan ? Apakah bermakna secara

klinis ?

11
3. Apakah ada Interaksi obat dengan data Tidak ada interaksi obat dengan
Tidak data laboratorium pasien.
laboratorium ?

12
B. TINJAUAN OBAT

1. Ranitidin

Komposisi Ranitidin 150 mg


Indikasi Gastric ulcer
Golongan antagonis reseptor H2 yang menghambat
Mekanisme Kerja reseptor H2 di sel parietal, sehingga sekresi asam

lambung terhambat
Dosis 150 mg PO tiap 12 jam
Pemberian Obat Sebaiknya diberikan sebelum makan
Kesesuaian Dosis Sesuai
Sakit kepala, agitasi, konstipasi, diare, pusing, mual,
Efek Samping
muntah
Kontraindikasi Hipersensitifitas

2. Omeprazol

Komposisi Omeprazol
Ulkus duodenum, ulkus gaster, esofagitis ulseratif dan
Indikasi
Sindrom Zollinger-Ellison
Omeprazole secara reversibel mengurangi sekresi asam

lambung dengan menghambat secara spesifik enzim

lambung pompa proton H+ /K+ -ATPase dalam sel


Mekanisme Kerja
parietal. Secara kimiawi, dideskripsikan sebagai 5-

methoxy-2-[[(4-methoxy-3,5-dimethyl-

2pyridiny)methyl]sulfinyl]- 1 H-benzimidazole.
Dosis 40 mg/hari
Pemberian Obat Sebaiknya diberikan sebelum makan

13
Kesesuaian Dosis Sesuai
Sakit kepala, diare, nyeri abdomen, mual, muntah,
Efek Samping Infeksi saluran nafas atas, vertigo, ruam, konstipasi,

batuk, astenia, nyeri tulang belakang, dan lain-lain.


Kontraindikasi Hipersensitivitas

3. Transamin

Komposisi Asam traneksamat


Indikasi Menghentikan pendarahan
Asam traneksamat akan menghambat aktivasi

plasminogen (protein yang bertugas memecah bekuan

darah) melalui pengikatan domain kringle, sehingga


Mekanisme Kerja mengurangi konversi plasminogen menjadi plasmin

(fibrinolysin), enzim yang mendegradasi gumpalan

fibrin, fibrinogen dan protein plasma lainnya, termasuk

faktor prokoagulan V dan VII.


Dosis 10mg/kg 3-4 kali sehari
Pemberian Obat Peroral setelah makan
Kesesuaian Dosis Sesuai
Sakit kepala, nyeri punggung, gejala sinus, migrain,
Efek Samping
anemia
Kontraindikasi Hipersensitifitas, riwayat trombosis
Beresiko trombosis jika digunakan bersamaan dengan
Peringatan
kontrasepsi oral

14
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien a/n Fadli Ashabi (11 tahun, BB=37 kg), masuk RS dan dirawat di bangsal anak

dengan keluhan BAB berdarah (7 kali SMRS), perut sakit Di ruang rawat pasien mendapatkan

obat yaitu omeprazol, ranitidin, IVFD Kaen, dan transamin.

Pasien diberikan transfusi darah karena pasien mengalami pendarahan sehingga Hb

rendah, selama transfusi diberikan injeksi lasix. Pasien juga diinfus IVFD Kaen untuk

mencukupi kebutuhan cairan dan elektrolit pasien, sedangkan untuk mengatasi pendarahan

15
diberikan ranitidin dan omeprazol sesuai dengan protap yang ada bahwa pengobatan spesifik

untuk mengontrol pendarahan pada saluran cerna / melena pada anak adalah obat yang

menghambat sekresi asam lambung, seperti obat golongan anti histamin H2 dan PPI (Proton

Pump Inhibitor). Dosis ranitidin sudah sesuai.

Pada hari ke-8 rawatan pasien mengeluhkan BAB kembali hitam, sehingga diberikan

tambahan obat transamin untuk membantu mempercepat pembekuan darah, pada hari ke-9

kondisi pasien sudah membaik, BAB sudah tidak berdarah lagi, dan diperbolehkan pulang.

BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa :

a. Pasien didiagnosa mengalami kejang demam

b. Pengobatan sesuai dengan indikasi klinis yang dialami oleh pasien

5.2 Saran

a. Monitoring kondisi pasien secara berkala

16
b. Lengkapi kebutuhan nutrisi pasien

DAFTAR PUSTAKA

AHFS Drug Information. 2005. AHFS Drug Information. Bethesda : American Society of Health
System Pharmacist

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: IDAI.
Sweetman, S et al. 2009. Martindale 36th. The Pharmaceutical, Press, London.
Tatro, David S., PharmD, 2003, A to Z Drug Facts, Facts and Comparisons, San Franscisco

17

Anda mungkin juga menyukai