Anda di halaman 1dari 4

PRINSIP-PRINSIP ETIKA DAN PERILAKU BISNIS

Menurut pendapat Michael Josephson (1988), yang di kutip oleh Zimmerer (1996, terang, tidak curang,
tidak mencuri, tidak menggelapkan dan tidak berbohong secara universal, ada 10 prinsip etika yang
dapat mengarahkan perilaku, yaitu: 1. Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh-
sungguh 2. Integritas, yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan yang terhormat, hati, berani dan
penuh pendirian/keyakinan, tidak bermuka dua, tidak ber jahat dan dapat dipercaya; 3. Memelihara
janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh komitmen patuh, tidak menginterprestasikan
persetujuan, dalam bentuk teknikal atan legalistik, dengan dalih ketidakrelaan; 4. Kesetiaan, yaitu
hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan dan negara, tidak menggunakan atau
memperlihatkan informasi rahasia, begitu juga dalam suatu konteks profesional, menjaga/melindungi
kemampuan, untuk membuat keputusan profesional yang bebas dan teliti dan menghindari hal pantas,
serta konflik kepentingan; 5. Kewajaran/keadilan, yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia
mengaku kesalahan, memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan perlakuan individu dan toleran
terhadap perbedaan, serta tidak bertindak melampaui batas au mengambil keuntungan yang tidak
pantas, dari kesalahan atau kemalangan orang lain

6. Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, berbaik hati, berbelas kasihan, tolong-menolong,
kebersamaan dan menghindari segala sesuatu yang membahayakan orang lain

7. Hormat kepada orang lain, yaitu menghormati martabat orang lain, kebebasan dan hak menentukan
nasib sendiri bagi semua orang, bersopan santun, tidak merendahkan dan mempermalukan martabat
orang lain; 8. Warga negara yang bertanggung jawab, yaitu selalu mentaati hukum/ atur penuh
kesadaran sosial dan menghormati proses demokrasi, dalam mengambil keputusan; 9. Mengejar
keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam segala hal, baik dalam pertemuan personal, maupun
pertanggung jawaban profesional, tekun, dapat dipercaya/diandalkan, rajin, penuh komitmen,
melakukan semua tugas dengan kemampuan terbaik dan mengembangkan, serta mempertahankan
tingkat kom petensi yang tinggi;

10. Dapat dipertanggungjawabkan, yaitu memiliki dan menerima tanggung jawab, atas keputusan dan
konsekuensinya, serta selalu memberi contoh.

CARA-CARA MEMPERTAHANKAN STANDAR ETIKA 1. Ciptakan kepercayaan perusahaan. Kepercayaan


perusahaan dalam menetapkan nilai-nilai perusahaan, yang mendasari tanggung jawab etika bagi
pemilik kepenti ngan. 2. Kembangkan kode etik. Kode etik merupakan suatu catatan, tentang standar
tingkah laku dan prinsip-prinsip etika, yang diharapkan perusahaan dari karya wan. Topik-topik khas
yang ada pada suatu kode etik, biasanya memuat tentang: a. Ketulusan hati secara fundamental dan
ketaatan pada hukum; b. Kualitas dan keamanan produk; c. Kesehatan dan keamanan tempat kerja; d.
Konflik kepentingan; e. Praktik dan latihan karyawan; f. Praktik pemasaran dan penjualan; g.
Keamanan/kebebasan; h. Kegiatan berpolitik; i. Pelaporan finansial; j. Hubungan dengan pemasok; k.
Penentuan harga, pengajuan rekening dan kontrak; 1. Jaminan dagang/informasi; m. Pembayaran untuk
mendapatkan usaha; n. Perlindungan lingkungan; o. Informasi pemilikan; p. Keamanan kemasan;
3. Jalankan kode etik secara adil dan konsisten. Manajer harus mengambil suatu tindakan, apabila
seseorang yang terlibat dalam perusahaan, telah melanggar etika. Apabila karyawan mengetahui, bahwa
yang melanggar etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi tidak berarti apa-apa. 4. Lindungi hak
perorangan. Akhir dari semua keputusan setiap etika, sangat ber gantung pada individu. Melindungi
seseorang dengan kekuatan prinsip moral dan nilainya merupakan jaminan terbaik, untuk menghindari
penyimpangan etika. Untuk membuat keputusan etika, maka seseorang harus memiliki : a. Komitmen
etika, yaitu tekad seseorang untuk bertindak secara etis dan melakukan sesuatu yang benar; b.
Kesadaran etika, yaitu kemampuan untuk merasakan implikasi etika dari suatu situasi; C. Kemampuan
kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan suara pikiran moral dan mengembangkan strategi
pemecahan masalah secara praktis. 5. Adakan pelatihan etika. Workshop merupakan alat untuk
meningkatkan kesada- ran para karyawan. 6. Lakukan audit etika secara periodik. Audit merupakan cara
terbaik, untuk meng evaluasi efektivitas sistem etika. Hal ini disebabkan, karena hasil dari evaluasi
tersebut, akan memberikan suatu sinyal kepada karyawan, bahwa etika bukan sekadar gurauan.

NORMA DAN ETIKA BISNIS .

Menurut Zimmerer (1996: 20), etika bisnis adalah suatu kode etik mengenai perilaku pengusaha, yang
didasarkan pada nilai-nilai moral dan norma, yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan
memecahkan persoalan. Etika, pada dasarnya adalah suatu komitmen untuk melakukan apa yang benar
dan menghindari apa yang tidak benar. Oleh karena itu, perilaku etika berperan melakukan "apa yang
benar" atau yang "baik" untuk menentang apa yang "salah" atau yang "buruk. Menurut Ronald J. Ebert
dan Ricky M. Griffin (200 80), etika bisnis adalah istilah yang sering digunakan, untuk menunjukkan
perilaku etika, dari seorang manajer atau karyawan, dalam suatu organisasi. Etika bisnis sangat penting
dilakukan, untuk mempertahankan loyalitas pemilik kepentingan, dalam membuat keputusan dan
memecahkan persoalan perusahaan. Mengapa demikian? Karena semua keputusan perusahaan, sangat
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pemilik kepentingan. Pemilik kepentingan adalah semua individu
atau kelompok, yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap keputusan perusahaan. Ada dua jenis,
pemilik kepent- ngan yang berpengaruh terhadap perusahaan, yaitu:

Pemilik Kepentingan Internal

Investor, karyawan, manajemen dan pimpinan perusahaan merupakan pemilik kepentingan internal.
Pemilik Kepentingan Eksternal Pelanggan, asosiasi dagang, kreditor, pemasok, pemerintah, masyarakat
umum d kelompok khusus, yang berkepentingan terhadap perusahaan merupakan pemili kepentingan
eksternal. Pihak-pihak tersebut, sangat menentukan keputusan dan keberhasilan peruss haan. Menurut
Zimmerer (1996), yang termasuk kelompok pemilik kepentingan, yang mempengaruhi keputusan bisnis
adalah: Para Pengusaha/Mitra Usaha Selain merupakan pesaing, para pengusaha juga merupakan mitra
usahanya. Sebagai mitra, para pengusaha merupakan relasi usaha, yang dapat bekerjasama, dalam
menyediakan informasi atau sumber peluang, misalnya akses pasar, bahan baku dan sumberdaya
lainnya. Bahkan, mitra usaha dapat berperan sebagai pemasok, produ- sen dan pemasar. Mereka secara
bersama-sama, dapat juga menentukan harga jual atau harga beli, daerah pemasaran dan standar
barang, serta jasa. Loyalitas mitra usaha, akan sangat bergantung pada kepuasan yang mereka terima
(bagian dari kepuasan pemilik kepentingan) perusahaan. Petani dan Pemasok Bahan Baku Petani dan
pemasok bahan baku, berperan dalam menyediakan bahan baku. Pasokan bahan baku, yang kurang
bermutu dan lambat, dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Oleh karena itu, petani dan pemasok
bahan baku merupakan faktor yang langsung mempengaruhi keputusan bisnis. Keputusan dalam
menentukan kualitas

berpengaruh terhadap tingkah laku individual, sehingga tanggung jawab sosial, mencoba menjembatani
antara komitmen individu dan kelompok dalam suatu lingkungan sosial, seperti pelanggan, perusa-haan
lain, karyawan dan investor. Tanggung jawab sosial, juga menyeimbangkan antara komitmen yang
berbeda. Menurut Zimmerer, ada beberapa jenis bentuk pertanggung jawaban perusahaan, yaitu : 1.
Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan Perusahaan harus ramah lingkungan, artinya perusahaan harus
memperhatikan, melestarikan dan menjaga lingkungan, misalnya tidak membuang limbah sembara
ngan, berusaha mendaur ulang limbah yang dapat merusak lingkungan dan menjalin komunikasi yang
baik, dengan kelompok masyarakat yang ada di lingkungan sekitar nya. 2. Tanggung Jawab Terhadap
Karyawan Semua aktivitas manajemen sumber daya manusia, seperti: penerimaaan karya- wan baru,
pengupahan, pelatihan, promosi dan kompensasi merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap
karyawan. Menurut Zimmerer (2000), tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan, dapat dilakukan
dengan cara: a. Mendengarkan dan menghormati pendapat karyawan; b. Meminta input kepada
karyawan; C. Memberikan umpan balik positif maupun negatif; d. Selalu menekankan, tentang
kepercayaan kepada karyawan; e. Membiarkan karyawan, mengetahui apa yang sebenarnya mereka
harapkan; f. Memberikan imbalan, kepada karyawan yang bekerja dengan baik; & Memberi kepercayaan
kepada karyawan

3. Tanggung jawab terhadap pelanggan. Ada dua ketegori tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
pelanggan, yaitu: a. Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas; b. Memberikan harga produk dan
jasa yang adil dan wajar; Tanggung jawab sosial perusahaan, juga termasuk melindungi hak-hak
pelanggan. Ada empat hak pelanggan, yaitu: a. Hak mendapatkan produk yang aman3; b. Hak
mendapatkan informasi segala aspek produk; c. Hak untuk di dengar; d. Hak memilih apa yang akan
dibeli. Menurut Zimmerer (1996), hak-hak pelanggan, yang harus di lindungi meliputi: a. Hak keamanan.
Barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, harus berkua litas dan memberikan rasa aman,
demikian juga dengan kemasannya; b. Hak mengetahui. Konsumen berhak, untuk mengetahui barang
dan jasa yang mereka beli, termasuk perusahaan yang menghasilkan barang tersebut; c. Hak untuk di
dengar. Komunikasi dua arah harus dibentuk, yaitu untuk menyalur kan keluhan produk dan bagai
informasi barang dan jasa dari perusahaan; d. Hak atas pendidikan. Pelanggan berhak atas pendidikan,
misalnya pendidikan tentang bagaimana menggunakan dan memelihara produk. Perusahaan harus,
menyediakan program pendidikan, agar pelanggan memperoleh informasi
7. Pertahankan standar tinggi tentang tingkah laku, tidak hanya aturan. Tidak ada seorang pun, yang
dapat mengatur norma dan etika. Akan tetapi, manajer dapat saja memperbolehkan seseorang, untuk
mengetahui tingkat penampilan yang mereka harapkan. Standar tingkah laku sangat penting dilakukan,
untuk menekan kan betapa pentingnya etika dalam organisasi. Setiap karyawan, harus mengeta- hui
bahwa etika tidak dapat dinegosiasi atau ditawar. 8. Hindari contoh etika yang tercela setiap saat dan
etika di awali dari atasan. Atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada
bawahannya. 9. Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah sangat
penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa yang kita hasilkan dan menerima saran, untuk
perbaikan perusahaan. 10.Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Para karyawan
sebaik nya diberi kesempatan, untuk memberikan umpan balik, tentang bagai mana standar etika
dipertahankan.

Anda mungkin juga menyukai