Anda di halaman 1dari 3

1

Al-Ibadhiyyah ______________________________________________________________
1

Ta'rif :
Al Ibadhiyah adalah salah satu kelompok khowarij moderat. Hanya saja parapenganutnya tidak mau
di sebut sebagai salah satu kelompok khowarij. Sebab mereka menganggap bahwa aliran-nya sebagai
madzhab fiqh ijtihadi yang sunni, berdanpingan dengan Syafi'iyah, Hanafiyah, malikiyah dan
Hambaliyyah.

Pengertian :
Pendirinya adalah Abdullah bin Ibadh Al Maqa'isi. Kata Ibadhiyyah dinisbatkan kepada Ibadh,
sebuah kampung yang teletak di dekat Yamamah.
Salah satu tokohnya yang paling menonjol ialah : Jabir bin Zaid ( 21 – 96 H ). Dia di pandang sebagai
pengumpul dan penulis hadits. Ia menimba ilmu dari Abdullah bin Abbas. A'isyah, Anas bin Malik,
Abdullah bin Umar, dan sahabat besar lain.
Abu 'Ubaidah Maslamah bin Abu Karimah, salah seorang murid Jabir bin Zaid yang termasyhur
merupakan marja' kedua Ibadhiyyah setelah Jabir bin Zaid. Ia terkenal dengan sebutan Al Qoffa.
Rabi' bin habib Al Furahidi, hidup pada pertenganghan abad kedua hijriyyah, bekerja keras
mengumpulkan hadits dalam sebuah musnad khusus bernama Musnad Rabi' bin Habib. Kitab ini telah
di cetak dan terbit.
Sedangkan imam-imamnya di Afrika Utara pada masa daulah Abbasiyyah antara lain : Imam Harits
bin Talid, AbdullahKhtaththab bin Abdul 'Ala bin samih Al Ma'rafiriyyi, Abu Hatim Ya'kub bin
Habib dan Hatim Al Malzuzi.
Imam-imam yang bergantian pada masa pemerintahan Rustam di Tahart, Marako, antara lain : Abdur
Rahman, Abdul Wahhab, Aflih, Abu Bakar, Abdul Yaqzhan, dan Abu Hatim.
Sedangkan yang tergolong ulama' mereka antara lain :
Salman bin Sa'ad, penyebar aliran Ibadhiyyah di Afrika pada awal abad kedua hijriyyah.
Ibnu Muqthir Al Janawini yang menuntut ilmu di Bashrah dan kembali ke kampung halamannya,
Jabal Nufus Libiya sebagai penyabar madzhab Ibadhiyyah
Abdul Jabbar bin Qois Al Maradhi, ketika Harits bin Talid menjadi Imam ia menjabat sebagai hakim.
Samih Abu Thalid, salah seorang ulama' mereka pada pertengahan abad kedua hijriyyah. Ia pernah
menjadi menteri ketika Abdul Wahhab bin Rustam menjadi imam. Kemudian menjadi wakilnya di
Jabal Nufus dan sekitarnya.
Abu Dzar Aban bin Nashin, salah seorang ulama' Ibadhiyyah pada pertengahan abad ketiga hijtiyyah.
Ketika itu berkedudukan sebagai petugas dari imam Aflah bin Abdul wahhab di daerah Tripoli.

PEMIKIRAN DAN DOKTRIN-DOKTRINNYA.

Pengikut Ibadhiyyah menyerukan penyucian ( tanzih ) Allah secara muthlaq. Sesuatu yang tercantum
dalam Al qur'an dam Al Hadits yang di pandang tasybih, harus di takwilkan dengan pengertian
tertentu sehingga tidak memberi kesan tasybih. Sehubungan dengan kalimat Allah bersemayam di
atas Arasy, mereka berkeyakinan harus di takwilkan dalam bentuk majazi, "Tangan Allah " di
takwilkan dengan kekuatan dan nikmat.
.‫ التدركه األبصار‬: Selain itu, mereka tidak meyakini melihat Allah di akhirat, berdasarkan ayat
Beberapa permasalah yang berkaitan dengan akhirat, mereka takwilkan dengan majazi, arti kiasan,
seperti mizan dan shirat.
Mereka berkeyakinan bahwa perbuatan manusia adalah ciptaan Allah dan hasil usaha mausia. Dalam
hal ini mereka mengambil jalan tengah antara qodariyah dan jabariyah.
Sifat Allah, bagi orang-orang Ibadhiyyah bukanlah tambahan atas Dzat-Nya, tetapi sifat tersebut
adalah Dzat itu sendiri.
1
Al-Ibadhiyyah ______________________________________________________________
1

Tentang Al Qur'an mereka mayakininya sebagai makhluk.


Mereka berpendapat, tidak ada satu manzilah di antara iman dan kafir. Keduanya bertentangan secara
diametral, seperti antara hidup dan mati, bergerak dan diam. Mereka berpendapat, seseorang tidak
keluar dari keimanan, kecuali kalau dia kafir. Karena itu, jika seseorang tidak beriman maka dia
pasti kafir, berdasarkan ayat : ‫إما شاكرا وإما كفورا‬
Menurut mereka, manusia terbagi atas tiga golongan :
Orang yang beriman dan konsisten dengan keimanannya.
1. Orang yang musyrik dan terang-terangan dengan kesyiriaknnya.
2. Orang yang mengikrarkan tauhid danmeyatakan islam tapi tidak konsisten dengan
keimanan dan keislamannya, baik ucapan ataupun perilakunya. Mereka ini tidak di
golongkan sebagai musyrik dikarenakan pengingkarannya terhadap tauhid. Tetapi
mereka juga bukan orang beriman dikarenakan ketidak konsistenannya dengan
imannya. Di dunia dapat disebut sebagai muslim dikarenakan mereka telah
mengikrarkan tauhid. Tetapi di akhirat mereka di sebut sebagai orang musyrik karena
ketidak konsistenannya kepada iman dan perilakunya yang bertentangan dengan
koskuensi tauhid, baik dalam hal perintah maupun yang menyangkut larangan .

Mereka memandang sebagai negeri tauhid terhadap orang-orang islam yang menentang
danberbeda dengang mereka. Kecuali sultan. Mereka menamakannya sebagai negeri
bughat.
Ahli kiblat yang menentang mereka adalah kafir tapi bukan musyrik. Meski demikian,
menikahinya di perbolehkan. Hukum warisnya adalah halal. Rampasan Harta mereka,
berupa senjata, kendaraan dan segala perlengkapan perang adalah halal. Tetapi selain itu di
haramkan.
Orang yang berbuat dosa besar, termasuk kafir. Seseorang yang melakukan maksiat dan
tidak bertaubat, ia tidak dapat masuk surga. Sebab, Allah tidak mengampuni dosa-dosa
besar seseoarang, kecuali jika mereka bertaubat dulu sebelum mati.
Pelaku dosa besar di cap sebagai orang kafir. Dan kekafirannya itu di pandang sebagai
kufur nikmat, bukan kufur agama. Sedangkan ahli sunnah memandang orang yang
berbuat maksiat dan kefasikan sampai meninggal akan disiksa di neraka sampai bersih,
kemudian di maksukkan ke surga.
Mereka berpendapat, khilafah tidak harus dari orang Quraisy saja. Tetapi, setiap muslim
yang mampu dan memenuhi syarat berhak menjadi kholifah. Imam yang menyeleweng
harus di pecat dan diganti dengan yang baru.
Pendapat yang menyatakan bahwa imamah harus dengan wasiat adalah bathil. Pemilihan
imam harus melalui bai'at. Imam boleh lebih dari satu di berbagai tempat, jika di perlukan.
Bagi mereka keluar dari imam dzalim tidak wajib, tetapi juga tidak di larang. Mereka
hanya membolehkannya. Tetapi jika kondisinya mendesak dan berbahaya, pembolehan
termaksud bisa jadi berubah menjadi wajib. Apabila kondisinya tidak mendesak dan ada
akibat fatal, maka pembolehan akan lebih akan bersifat pencegahan. Meski demikian,
dalam kondisi bagaimanapun, keluar dari imam dzalim tidal di larang. Sedangkan
merahasiakan pembatalan bai'at ( keluar dari imam dzalim ), dalam semua keadaan adalah
lebih baik, selama imam atau penguasa tersebut dzalim.
Mereka juga berpendapat bahwa kakek dari ayah lebih berhak merawat anak dari pada
nenek atau ibu. Ini sangat berbeda dengan umumnya madzhab-madzhab yang ada.
Selanjutnya, kata mereka, kakek menghalangi saudara-saudara yang lain untuk mendapat
warisan. Sementara madzhab lain berpendapat bahwa warisan dapat di berikan kepada
mereka.
1
Al-Ibadhiyyah ______________________________________________________________
1

Menurut mereka seseorang tidak boleh mendo'akan orang lain, dengan kebaikan surga
atau yang berhubungan dengannya. Kecuali jika memang orang di do'akan itu bener-benar
konsisten dengan keislamannya dan berhak mendapat perlindungan Allah disebabkan
ketaatannya. Jika do'a tersebut untuk kebaikan dunia dan untuk mengubah manusia dari
ahli dunia menjadi ahli akhirat, maka hukumnya di perbolehkan bagi setiap muslim, baik
yang taqwa ataupun yang maksi'at.
Mereka memiliki satu sistem yang di sebut Halaqah 'Uzabah . yaitu semacam lembaga
yang anggota-anggotanya sangat terbatas yang mencerminkan sebagai penduduk negeri
yang terbaik dalam hal ilmu adan keshalihannya. Lembaga ini melakukan pengawasan
ketat terhadap masyarakat Ibadhiyyah di bidang agama, sosial, pengajaran dan pilitik.
Dalam masa aman, lembaga ini berfungsi juga sebagai Majlis Syura'. Sedangkan dalam
masa tidak aman dan rahasia, ia melakukan tugas iman.
Selain Halaqah 'Uzlah , mereka memiliki sebuah organisasi yang di sebut Irwan.
Organisasi ini berfungsi sebagai penasehat pembantu 'Uzabah. Ia merupakan kekuatan
kedua setelah sistem 'Uzabah.
Untuk mengurus masyarakat, mereka membentuk sebuah panitia pengumpul zakat dan
sekaligus mendistribusikannya kepada fakir miskin, mereka sangat berpantang meminta
zakat atau semacamnya, yang bersifat meminta-minta.
Aliran ini kemudian terpecah menjadi bebrapa kelompok yang sudah tenggelam dari
peredaran sejarah, antara lain :
1. Hafshiyyah, pengikuit Hafs bin Abu Miqdam.
2. Haritsiyyah, pengikut Harits Al Ibadhi
3. Yazidiyah, pengikut Yazid bin Unainah.
Seluruh pengikut Ibadhiyyah telah melepaskan diri dari pemikiran mereka. Bahkan
menganggap mereka kafir, karena telah menyeleweng dan jauh dari garis Ibadhiyyah
murni yang masih wujud sampai hari ini.

AKAR PEMIKIRAN DAN SIFAT IDEOLOGINYA


Orang-orang Ibadhiyyah, berpegang kepada Al Qur'an dan As Sunnah, Ra'yu, terutama Qiyas,
dan istidlal, Ra'yu, terutama ijma', qiyas dan Istidlal.
Pada umumnya mereka terpengaruh Madzhab Dzahiri yang dalam memahami teks (nash) agama di
lakukan secara tektual dan di tafsirkan secara lahiriyah.
Selain itu, mereka juga terpengaruh Mu'tazilah seperti pemdapat mereka bahwa Al Qur'an adalah
makhluk.

PENYEBARAN DAN KAWASAN-KAWASAN PENGARUHNYA.

Ibadhiyyah pernah bertahan di sebelah selatan jazirah Arabia sampai Makkah dan Madinah.
Sedangkan di Afrika Utara mereka pernah memiliki sebuah negara yang di sebut Negara Rustam
dengan Ibu kota Tahart.
Mereka telah mendirikan negara merdeka di sebelah Utara Afrika selama 130 tahun. Kekuasaannya
berakhir setelah di hancurkan penguasa Fathimiyyah.
Di Amman pernah berdiri pula sebuah Ibadhiyyah merdeka. Kemudian kaum Ibadhiyyah di sana di
pimpin oleh imam-imam mereka sampai hari ini.
Jabal Nufusah, Libiya adalah salah satu kota Ibadhiyyah yang paling bersejarah. Sebab kota ini
pernah di jadikan tempat pembuangan mereka. Dari sanalah mereka lalu menyebarkan madzhab
Ibadhiyyah dan mengatur kelompoknya.
Orang-orang Ibadhiyyah kini tersebar di Amman, Hadhramaut, Yaman, Tunisia, Al Jazair, dan
daerah-daerah oasis Sahara Barat.

Anda mungkin juga menyukai