Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ajrun ‘Azhim Al As’hal

NIM : 12310193097

Kelas : IPII 5C

Pendekatan Fenomenologi

(Suatu Ranah Penelitian Kualitatif)

Dr. Farid Hamid, M. Si.

I. Pendahuluan

Fenomenologi sendiri berasal dari Bahasa Yunani “fenomenan” atau “fenomena” yang
artinya “gejala”. Fenomenologi ini pertama kali dipopulerkan oleh Johann Heinrickh Lambert
pada tahun 1764. Fenomenologi dikenal sebgai ilmu yang mempelajari tentang fenomena.
Menurut teori dari max weber tentang tindakan sosial yang dijadikan landasan lahirnya tentang
perspektif fenomenologi. Tindakan sosial menurut Weber ini adalah sebuah tindakan yang
disengaja, adanya pikiran-pikiran aktif yang saling menafsirkan perilaku orang lain,
berkomunikasi dengan orang lain, dan juga mengendalikan perilaku dirinya sendiri yang
masing-masing sesuai dengan maksud dari komunikasinya.

Husserl telah mengembangkan sebuah sistem filosofis yang berakar dari keterbukaan
subjektif, adanya pendekatan radikal terhadap sains yang terus menerus dikritisi. Seorang
fenomelog merupakan orang yang mempunyai sifat terbuka terhdap adanya realitas dengan
segala rangkain dari makna yang ada di baliknya tanpa mengevaluasi. Konsep yang ada pada
fenomenologi Husserl dipengaruhi oleh konsep verstehen yang berasal dari Max Weber.

Tugas dari fenomenologi menurut Scutz adalah untuk menghubungkan antar


pengetahuan ilmiah dengan kegiatan sehari-hari, sedangkan kegiatan sehari-hari merupakan
sebuah sumber dari pengetahuan ilmiah. (Craib, 1986:126). Menurut Lubis (2004:202)
mempunyai keyakinan yang sama dalam semua aliran fenomenologi, antar lain:

a. Meyakini bahwa manusia dapat mengetahui kenyataan yang ada pada suatu
fenomena.
b. Meyakini bahwa terdapat hal-hal yang bisa menghalangi manusia dalam mencapai
pengertian yang sesungguhnya.
c. Mempunyai keinginan untuk terus menerobos penghalang dengan cara melihat
fenomena itu sendiri.
II. Pemahaman Dasar
Husserl menjelaskan bahwa fenomenologi merupakan metode yang menjelaskan
tentang fenomena sesungguhnya. Dalam fenomenologi berisi tentang pengalaman hidup yang
sesungguhnya atau sesuai dengan realita. Sehingga dalam fenomenologi yang paling penting
adalah pengembangan sebuah metode yang tidak memalsukan sebuah fenomena. Tujuan dari
fenomenologi adalah dengan memusatkan perhatian dengan sebuah fenomena tanpa diadanya
prasangka. Alfred Schutz memperkenalkan fenomenologi dengan konsep yang realitas.
III. Fenomenologi: Tradisi Penelitian

Fenomenologi menurut mulyana diartikan sebuah pendekatan subjektif atau interpretif


(Mulyana, 2001: 59). Selain itu juga menurut Watt dan Berg (1995: 417) fenomenologi tidak
tertarik pada aspek-aspek kausalitas dalam sebuah peristiwa dalam memahami bagaimana
orang untuk melakukannya. Kuswarno (2009: 36) menggambarkan sifat dasar dalam penelitian
kualitatif dan yang membedakan dengan kuantitatif:
1. Mencari nilai dalam pengalaman kehidupan manusia
2. Fokus penelitian secara menyeluruh bukan perbagian
3. Tujuan penelitian guna menemukan makna dan hakikat dari pengalaman
4. Mendapatkan gambaran kehidupan
5. Data yang di dapat untuk memahami perilaku manusia
6. Pertanyaan yang diajukan menggambarkan sebuah keterkaitan,
kepentingan, dan juga keterlibatan pribadi dari peneliti
7. Melihat pengalaman dan perilaku sebagai satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan
Fenomenologi yang digunakan menurut Alfred Schutz lebih menekankan pada
pentingnya intersubjektivitas. Aplikasi fenomenologi dalam cangkupan kualitatif dapat
dijelaskan:
3.1 Fokus Penelitian
Fenomenologi mencari sebuah jawaban dari sebuah fenomena. Ada 2 hal penting dalan
fokus kajian fenomenologi yakni:
a. Textural Description: Apa yang dialami langsung oleh subjek penelitian tentang
sebuah fenomena.
b. Structural Description: Bagaimana subjek mengalami dan juga memaknai
pengalamannya. Deskripsi ini menyangkut tentang pendapat, penilaian, perasaan,
dan juga harapan subjektif dari subjek penelitian yang memiliki kaitan dengan
sebuah pengalaman
3.2. Penentuan Informan dan Lokasi Penelitian
Untuk menentukan seorang informan dalam penelitian fenomenologi bergantung pada
kapabilitas orang yang akan di wawancarai agar mendapatkan jawaban/alasan/pengalaman
pribadi dalam hidupnya. Sedangkan untuk lokasi penelitian bisa dilakukan di suatu te pat
tertentu atau juga menyebar dengan terlebih dulu memperhatikan individu yang akan dijadikan
seorang informan. Cresswell memgatakan bahwa jumlah informan cukup 10 orang yang
terpenting terdapat kejenuhan data
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik ini adalah teknik utama dalam studi fenomenologi adalah wawancara yang
mendalam dengan informan untuk membuka sebuah arus kesadaran
3.4. Teknik Analisis Data
Creswell (1998: 147-150) mendeskripsikan tentang sebuah teknik data dalam kajian
fenomenologi:
a. Peneliti menjabarkan fenomena yang dialami subjek penelitian
b. Peneliti mendapatkan hasil wawancara yang kemudian di rinci dan dikembangkan
dengan tidak melakukan pengulangan
c. Pernyataan tersebut kemudian dikelompokkan dalam unit yang bermakna
d. Peneliti kemudian merefleksikan pemikirannya dengan menggunakan variasi
imajinatif
e. peneliti kemudian menggabungkan seluruh penjelasan tentang makna dan esensi
pengalamannya
f. Peneliti melaporkan hasil penelitiannya. Laporan tersebut menunjukkan adanya
sebuah kesatuan makna berdasarkan pengalaman seluruh informan.
Metode Grounded Theory dalam Riset Kualitatif
I Gusti Ayu Nyoman Budiasih

Pendahuluan
Sebuah kegiatan penelitian yang ingin dilakukan harus menggunakan sebuah
metodologi dalam aktivitasnya. Metode yang akan diambil menentukan kualitas dari
pengetahuan tersebut. Pemahaman tentang sebuah penelitian perlu dikembangkan dan
diupgrade agar selalu mendapatkan sebuah kebenaran yang mutlak. Penelitian (riset) yang
dilakukan oleg seorang peneliti tidak hanya sekedar untuk menguji dan menjabarkan variabel-
variabel saja namun juga melihat, mendeskripsikan, dan menafsirkan fenomena-fenomena
yang nyata yang benar-benar terjadi di sekeliling manusia, sama halnya dengan menggunakan
pendekatan ground theory (Egan, 2002).
grounded theory ini dikembangkan dan ditemukan pertama kali oleh Barney G. Glaser
dan Anselm L. Strauss pada tahun 1967. Namun grounded theory baru muncul dan berkembang
di Indonesia pada tahun 1970-an. Pengembangan metode ini yakni dalam bidang sosiologi.
Namun seiring perkembangannya zaman metode ini digunakan untuk bidang yang lain mulai
dari bidang komunikasi, kesehatan, psikologi, dan juga pendidikan. Malahan saat ini sudah
menjangkau untuk bidang akuntansi (parker dan Roffey, 1997; Goddard, 2004). Dalam
penjelasannya grounded theory merupakan sebuah metode kajian yang memiliki perbedaan
dengan riset kualitatif. Sebab dalam kajian kualitatif bermula dari teori konseptual menuju
kajian empiris sedangkan grounded theory dimulai dari kajian empiris baru menuju ke teori
konseptual.
Pembahasan
Grounded Theory dalam Riset Kualitatif
Banyak para peneliti yang masih baru (peneliti muda) memilih dan menggunakan
metode ini sebab mereka masih ragu-ragu dengan analisis data yang dilakukan. grounded
theory adalah sebuah metode kajian yang berusaha untuk mengembangkan teori yang
tersembunyi di balik data-data yang dikumpulkan dan dianalisis (martin dan Turner, 1986).
grounded theory menjelaskan hubungan yang dikembangkan dari sebuah kasus guna
menjelaskan perbedaan yang ada. Ada sebuah persamaan antara grounded theory dan
interaksionisme simbolik yakni interaksionisme simbolik berdasarkan pada asumsi individu
yang memiliki hubungan dengan perilaku diri. Sedangkan grounded theory adalah pengaruh
hermeneutika, yang juga sesuai dengan peran bahasa yang tidak hanya sebagai alat
menyampaikan tetapi juga sebagai alat untuk menciptakan fenomena sosial.
Metode grounded theory adalah teori yang di dalamnya terdapat pemikiran induktif dan
deduktif. Tujuan dari metode ini untuk merumuskan sebuah teori yang berasalkan pada gagasan
konseptual. Riset kualitatif sendiri juga menggunakan metode ini meskipun tergolong kedalam
kategori susah sebab dibutuhkan pengumpulan data-data di lapangan. Perlu diketahui ada 3
unsur yang harus dan perlu dipahami dan diingat yakni:
1. Konsep
Sebuah konsep didapatkan melalui konseptualisasi data. Apabila memiliki kesamaan
dalam peristiwa/kejadian yang diteliti maka diberikan nama yang sama, begitu juga
dengan keadaan yang berbeda.
2. Kategori
Merupakan sebuah landasan/dasar dalam menyusun sebuah teori
3. Proposisi
Sebuah pernyataan yang berdasarkan pada hubungan yang bermacam-macam dari
konsep yang berisikan deskripsi sistem yang relevan dengan kondisi di lapangan.
Tahapan Metode Grounded Theory
Prosedur ini terdiri dari beberapa tahap. Yakni terdiri dari perumusan masalah hingga
menyimpulkan atau penulisan laporan riset.
Tahapan Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam metode ini bersifat umum. Perumusan ini dibentuk dan
disusun secara bertahap. Rumusan masalah ini bertujuan untuk menjadi landasan dalam
mengumpulkan data. Ciri-ciri dari rumusan masalah dalam metode ini adalah
1. Berfokus pada identifikasi kejadian yang dikaji
2. Berfokus pada proses
3. Mengungkapkan secara tegas mengenai objek yang diteliti
Tahap Penggunaan Kajian Teorotis
Penelitian yang menggunakan metode ini tidak untuk menguji sebuah kebenaran teori
dan tidak dipengaruhi oleh kajian literatur dan variabel sebab hal ini mampu menghambat
pengembangan rumusan teori baru. Peneliti benar-benar terjun ke lapangan untuk mencari
bahan kajian yang dibutuhkan. Jikalau seorang peneliti merasa kesulitan dalam menyusun draft
pertanyaan maka diperbolehkan untuk meminjam konsep terdahulu sampai menemukan
sebuah kebenaran. Namun jika peneliti ingin mengembangkan sebuah teori maka penelitian
dimulai dari teori sebelumnya namun teori tersebut harus dikembangkan oleh peneliti.
Tahap Pengumpulan Data dan Penyampelan
Dalam metode ini digunakan dalam proses pengumpulan data melalui observasi dan
juga wawancara dengan narasumber. Observasi ini dilakukan dilakukan sebelum dan juga
selama proses kajian dilakukan. Catatan yang didapat bisa berasaln dari jurnal, buku,
wawancara informal dan lain sebagainya. Aktivitas pengumpulan data ini dilakukan secara
bertahap dengan jangka waktu yang yang lama.
Tahap Analisis Data
Tahap pengumpulan dan analisis data yakni merupakan sebuah proses yang memiliki
hubungan dan harus dilakukan secara bergantian. Analisis data berguna untuk mencari dan juga
menata sedemikian rupa catatan yang dihasilkan setelah observasi dan kegiatan riset lain.
Proses ini biasanya dimulai dengan pemberi kode dan juga pengkatagorian data. Tujuan
pengkodean ini adalah:
1. Guna mendapatkan sebuah ketepatan dalam proses riset
2. Guna menyusun teori
3. Guna membantu mengatasi bias dan asumsi yang keliru
4. Guna memberikan landasan dan kepadatan makna
5. Guna mengembangkan kepekaan dalam menghasilkan teori yang baru.
Tahap Penyimpulan atau Penulisan Laporan
Tahap ini tidak didasarkan pada generalisasi tapi lebih ke spesifikasinya. Riset yang
menggunakan metode ini untuk mendapatkan spesifikasi terhadap
1. Kondisi yang menjadi sebab terjadinya suatu fenomena
2. Tindakan yang menjadi sebuah respon terhadap kondisi tersebut
3. Konsekuensi yang timbul dari interaksi tersebut
Kesimpulan
Tahapan riset yang menggunakan metode grounded theory terjadi secara simultan.
Proses pelaksanaan kajian ini secara komprehensif sangat rumit sebab desain dan model yang
beragam. Namun kualitas sebuah metode ini ditentukan oleh langkah-langkah yang dilakukan
secara baik, benar, dan disiplin

Anda mungkin juga menyukai