Anda di halaman 1dari 47

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………….……….…………………….. i

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………..…………...………… ii

DAFTAR ISI………...…………………………………………………….…..………………...….. iii

DAFTAR TABEL…………….………………………………………….…..…………………....... iv

DAFTAR GAMBAR……………..………………………………………….…………….......v

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................................11
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................................................11
1.4. Manfaat Penelitian...............................................................................................................11
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS...............................................13
2.1. Landasan Teori dan Hasil Penelitian Terdahulu...................................................................13
2.2. Pengembangan Hipotesis dan Kerangka Konseptual Penelitian...........................................20
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................................................24
3.1. Jenis Penelitian....................................................................................................................24
3.2. Lokasi Penelitian.................................................................................................................24
3.3. Metode Pengumpulan Data..................................................................................................25
3.4. Penentuan Responden..........................................................................................................25
3.5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data....................................................................................26
3.6. Jenis dan Sumber Data.........................................................................................................27
3.7. Identifikasi Variabel............................................................................................................28
3.8. Klasifikasi Variabel.............................................................................................................28
3.9. Definisi Operasional Variabel..............................................................................................29
3.10. Skala Pengukuran............................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...40
iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Brand dan Produk PT Gloria Origita Cosmetic………...………………….. 8

Tabel 3.1. Identifikasi Variabel..………………………………………………...………… 28

Tabel 3.2. Devinisi Operasional Variabel……….……………………………………...….. 31

Tabel 3.3. Skala Likert…………………………………………………………………....... 33

Tabel 3.4. Interval kelas dan kategori jawaban responden..……………………………...... 33


v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1.Presentase rata-rata waktu mengakses media social……………………….... 2

Gambar 1.2.Grafik mengenai Pengguna Media Social tahun 2018 di Indonesia……...…. 4

Gambar 1.3. Vlog review purbasari matte lipstick…………………………………...….. 10

Gambar 3.1. Lokasi penelitian…….…………………………………………………....... 24


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi merubah cara berfikir dan gaya hidup seseorang, pada

zaman melenial seperti ini semua informasi dapat dijangkau hanya dalam genggaman setiap

orang. Gadget sangat bermanfaat dibeberapa segi, semua dapat di akses didalamnya,

contohnya yang sangat banyak di gunakan yaitu media sosial. Banyak orang memanfaatkan

media sosial sebagai tempat membagikan aktifitasnya setiap hari namun banyak juga yang

memanfaatkan media sosial sebagai tempat berbagi dan mendapatkan informasi.

Menurut penelitian yang dilakukan perusahaan media asal Inggris We Are Social

yang bekerja sama dengan Hootsuite, rata-rata orang Indonesia menghabiskan 3 jam 23 menit

sehari untuk mengakses media sosial. Dari laporan berjudul "Essential Insights Into Internet,

Media sosial, Mobile, and E-Commerce Use Around The World" yang diterbitkan tanggal 30

Januari 2018, dari total populasi Indonesia sebanyak 265,4 juta jiwa, pengguna aktif media

sosial mencapai 130 juta dengan penetrasi 49 persen. Sebanyak 120 juta orang Indonesia

menggunakan perangkat mobile, seperti smartphone atau tablet untuk mengakses media

sosial, dengan penetrasi 45 persen. Dalam sepekan, aktivitas online di media sosial melalui

smartphone mencapai 37 persen (www.Kompas.com). Hal ini dibuktikan dengan hasil survei

yang dilakukan oleh perusahaan media asal Inggris We Are Social pada Januari 2018,

presentase rata-rata orang di setiap negara menghabiskan waktunya untuk mengakses media

sosial dapat dilihat dalam Gambar 1.1.


2

Gambar 1.1.
Presentase rata-rata orang menghabiskan waktunya untuk mengakses media social

Sumber: Https://Tekno.Kompas.Com/Read/2018/03/01/10340027/Riset-Ungkap-Pola-

Pemakaian-Medsos-Orang-Indonesia

Dari hasil survey tersebut menunjukkan bahwa orang Indonesia berada di urutan ke 3

di dunia yang rata-rata menghabiskan 3 jam 23 menit sehari untuk mengakses media sosial.

Media sosial tidak hanya menjadi sebuah tempat untuk menunjukkan diri atau membagikan

kesehariaan seseorang namun juga sebagai tempat untuk mendapatkan banyak informasi.

Berbagai macam media sosial yang muncul saat ini seperti Twitter, Facebook, Instagram, dan

Youtube dimanfaatkan konsumen untuk mendapatkan informasi. Banyak para pengguna

media sosial yang tidak hanya mencari namun juga memberikan dan menyebarkan suatu

informasi dengan kata lain berbagi informasi terhadap satu sama lain.

Dengan adanya interaksi semacam ini perusahaan secara tidak langsung memperoleh

keuntungan. dengan membentuk interaksi yang disebut Electronic word of mouth (eWOM).

Electronic word of mouth (eWOM) merupakan bentuk komunikasi pemasaran yang

digunakan dalam era digital seperti sekarang yang erat kaitannya dengan perilaku kosumen.

Menurut Hennig-Thurau et al (2004), Electronic word of mouth (eWOM) merupakan bentuk

komunikasi pemasaran yang berisi tentang pernyataan positif atau negatif yang dilakukan
3

pelanggan potensial, pelanggan, maupun mantan pelanggan tentang suatu produk atau

perusahaan, yang tersedia bagi banyak orang atau lembaga melalui media Internet.

Jansen (2009), dalam penelitiannya mengatakan bahwa meskipun mirip dengan WOM

secara garis besar, Electronic word of mouth (eWOM) dapat memberikan alternatif-alternatif

baru untuk berbagi informasi secara anonim dan rahasia, dan juga dapat melintasi batasan

jarak dan wilayah. Word of mouth (WOM) yang merupakan bentuk konvensional dari

(eWOM) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat beli konsumen (Erkan, 2014).

(eWOM) menurut Breazeale (2009), dalam Rezany dan Herieningsih (2017), merupakan

penjabaran dari komunikasi tradisional dalam bentuk tatap muka (face-to-face) yang

memiliki elemen-elemen didalamnya seperti pengaruh opini seseorang, terdapat interaksi

melalui internet kepada publik tanpa adanya keterbatasan waktu dan tempat, yang

memungkinkan munculnya isu kredibilitas yang berisi pendapat konsumen.

Menurut Kamtarin (2012) penyebaran informasi melalui (eWOM) dilakukan melalui

media online atau internet seperti melalui email, blog, chat room, facebook, twitter dan

berbagai jenis media social lainnya yang bisa menimbulkan interaksi antara konsumen satu

dengan konsumen lainnya, dengan adanya komunikasi sosial secara online ini akan secara

otamatis bisa membantu konsumen berbagi pengalaman tentang produk atau jasa yang

mereka peroleh dalam melakukan proses pembelian. Goyette et al. (2010), dalam Puspitasari

(2017), menyatakan bahwa dimensi-dimensi yang dapat digunakan untuk mengukur (eWOM)

terdiri dari intensitas (Intensity), valensi Pendapat (valence of opinion), dan isi informasi

(content).

YouTube adalah sebuah situs web video sharing (berbagi video) populer dimana para

pengguna dapat memuat, menonton, dan berbagi klip video secara gratis. Umumnya video-

video di YouTube adalah klip musik (video klip), film, TV, serta video buatan para

penggunanya sendiri. Perkembangan jumlah pengguna youtube di seluruh dunia semakin


4

bertambah, di Indonesia saja penggunaan youtube sangat tinggi. Dapat dilihat dari hasil

survey terbukti dari data presentase yang dilakukan oleh perusahaan media asal Inggris We

Are Social dapat dilihat dalam Gambar 1.2.

Gambar 1.2.

Grafik mengenai Pengguna Media Social tahun 2018 di Indonesia

Sumber: https://www.slideshare.net/wearesocial/digital-in-2018-in-southeast-asia-part-2-

southeast-86866464

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2018 youtube merupakan salah

satu media sosial yang banyak dikunjungi terbukti banyaknya pengguna 106 juta dengan

presentase sebanyak 43%. Banyak orang yang memanfaatkan youtube sebagai media berbagi

informasi. Youtube memilki keunggulan karena seseorang dapat menyampaikan informasi

dengan detail melalui video yang tidak dibatasi berapapun durasinya. Selain itu informasi

yang diberikan bisa dengan rinci tersampaikan.

Fenomena penggunaan Youtube ini dimanfaatkan oleh para vlogger untuk membuat

vlog yang berisi pengalaman mereka. Vlog adalah singkatan dari Video Log yang mana Vlog

adalah bentuk lain dari Blog. Jika dalam sebuah blog seorang blogger membagikan

pengalamannya melalui sebuah tulisan dan foto, lain halnya adengan vlog, seorang vlogger

akan membagikan pengalamannya melalui sebuah video yang mana kegiatan pembuatannya
5

disebut vlogging (Febriana dan Yulianto, 2018). Vlog muncul pada tahun 2000 dan yang

pertama kali memulai aktifitas vlog adalah Adam Kontras. Perkembangan vlog di berbagai

negara sangat populer dan belum banyak vlogger yang aktif sebelum tahun 2012

(www.kaiamedia.com). Vlog adalah sebuah video yang mempunyai tema tertentu yang

dikemas dalam konsep dokumentasi jurnalistik dan dimuat dalam sebuah website dan

biasanya vlog berisi tentang ketertarikan, opini maupun pikiran, hampir mirip dengan

tayangan televisi (www.utopicomputers.com).

Vlog yang berkaitan dengan produk kecantikan disebut beauty vlog sedangkan orang

yang menggunakan vlog untuk menyampaikan atau memperkenalkan produk kecantikan

disebut beauty vlogger. Beauty vlogger adalah orang yang menciptakan panduan kecantikan

dan yang berhubungan dengan fashion, dikemas dalam bentuk video dengan tujuan untuk

membagikan informasi dan pengalamannya. Menurut Duyen (2016), “Beauty vlogger adalah

individu yang memberikan pengaruh dalam hal kecantikan yang membagi ulasan mereka

dalam sebuah video bukan dalam posting blog”. Lebih lanjut Duyen (2016), menjelaskan

bahwa “dengan melihat sebuah video seseorang akan merasakan interaksi yang lebih nyata

saat melihat sebuah video”.

Kemunculan beauty vlogger akan memberikan pengaruh pada perusahaan atau

industry kecantikan, bukan dalam segi memproduksi produk namun lebih ke membantu

mempromosikan produk kecantikan. Dengan ulasan-ulasan produk yang di buat, mereka

sekaligus memperkenalkan suatu produk pada viewers yang mana diantara para viewers

terdapat calon konsumen yang sedang mencari informasi atau yang belum sama sekali

mengenal produk tersebut. mereka secara tidak langsung memberikan pengaruh terhadap

perusahaan tersebut. Bisa di katakana vlog termasuk kedalam Electronic word of mouth, Hal

ini dinyatakan Hsu, et al (2014) bahwa “Vlog adalah salah satu bentuk yang populer dari

(eWOM), yang dianggap oleh pengguna online sebagai sumber yang sangat kredibel diantara
6

sumber-sumber dari media lain”. Beauty vlogger juga mendapatkan manfaat dari kegiatan

vlogging yang dilakukannya yaitu mendapatkan ketenaran dan kerjasama dengan perusahaan

penghasil produk kecantikan.

Beauty Vlogger akan secara langsung mempengaruhi minat beli terhadap suatu

produk kepada reviewers karena tujuan utama dari seorang beauty vlogger adalah untuk

memperkenalkan secara real mengenai sebuah produk kecantikan. Konsumen yang berminat

akan memiliki suatu kecenderungan untuk mencari informasi lebih detail tentang produk

tersebut. American Marketing Association dalam Chin dan Harizan (2017), mendefinisikan

minat beli sebagai keputusan untuk membeli produk tertentu melalui proses pemilihan.

Morinez (2007) dalam Mirabi, dkk (2015), berpendapat bahwa minat beli merupakan situasi

dimana konsumen cenderung untuk membeli produk dalam situasi tertentu. Minat beli

seseorang konsumen untuk membeli suatu produk akan sangat dipengaruhi oleh review dari

konsumen lainnya. Review tersebut cenderung akan lebih dipercaya dan dapat diterima oleh

para calon konsumen dibandingkan dengan informasi yang diperoleh dari iklan perusahaan.

Setelah melalui beberapa proses mencari informasi konsumen akan mengevaluasi

produk sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya kemudian konsumen akan melakukan

pembelian terhadap produk tersebut. Minat beli muncul ketika seseorang telah mendapatkan

informasi yang cukup mengenai produk yang diinginkan. Schiffman dan Kanuk (2004)

mengatakan bahwa adanya pengaruh eksternal, munculnya kebutuhan akan suatu produk,

pengenalan produk dan evakuasi informasi merupakan hal yang dapat menimbulkan suatu

minat beli konsumen. Tingkah laku dalam minat konsumen ditunjukan dengan sifat atau

keinginan seseorang sebelum melakukan tindakan pembelian. Maka dapat disimpulkan

bahwa minat beli merupakan perilaku konsumen yang berhubungan dengan persepsi, dan

sikap konsumen melalui proses mempertimbangkan dan mengevaluasi yang pada akhirnya
7

seseorang akan memutuskan apakah ia akan membeli atau tidak membeli suatu produk

tertentu.

Make-up menjadi salah satu produk yang sangat di minati kaum wanita, Make-up

sekarang ini bukan lagi hanya produk sampingan namun sudah menjadi kebutuhan utama dari

seorang wanita dalam kehidupan sehari-hari. Seorang wanita akan merasa lebih cantik dan

lebih percaya diri saat menggunakan make-up. Pada beberapa tahun terakhir, make-up

menjadi tren dan terus berkembang (Ananda dan Wandebouri, 2016). Perusahaan penghasil

produk kecantikan berlomba-lomba untuk menciptakan sebuah produk yang sedang menjadi

tren, baik perusahaan lokal maupun luar negeri. Banyak perusahaan produk kecantikan lokal

yang tidak mau kalah dengan perusahaan produk kecantikan yang berasal dari luar negeri,

mereka menciptakan produk yang sama dengan harga yang lebih murah dengan kualitas yang

tidak kalah bagus.

Purbasari merupakan salah satu merek kosmetik di Indonesia. PT Gloria Origita Cosmetics

tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan terkemuka di Indonesia yang mempunyai

falsafah sebagai perusahaan yang menyediakan solusi kecantikkan dan perawatan kulit

terunggul yang berkualitas dan terjangkau. Rangkaian produk PT Gloria Origita Cosmetics

mencakup beberapa brand besar yang telah dikembangkan, Berikut data Brand dan Produk

yang diproduksi oleh PT Gloria Origita dapat dilihat pada Tabel 1.1.
8

Tabel 1.1. Data Brand dan Produk PT Gloria Origita Cosmetic

No Brand Produk
1 Purbasari  Purbasari Color Matte
 Purbasari Lulur Mandi
 Purbasari Sabun Sirih
 Purbasari Sabun Bengkoang
 Purbasari Lulur Pengantin
 Purbasari Lotion Putih
 Purbasai Lulur Wajah
 Purbasari Lotion Anti Jerawat
 Purbasari Lulur Wajah
 Purbasari Lulur Mandi Pengantin
 Purbasari Lulur Mandi Aromaterapy
 Purbasari Manjakani Whitening
 Purbasari Lotion Zaitun
 Purbasari Sabun Zaitun
 Purbasari Daily series
 Purbasari embersih dan penyegar wajah
 Purbasari Hi Matte Lip Cream
 Purbasari Oil Control Matte Powder

2 Kanna  Kanna Krim Lembut


 Kanna White
3 New Cell  New Cell day & Night Cream
 New Cell Eye Serum Roll On
4 Amara  Amara Nail Polish
 Amara Sprey Cologne
 Amara Beauty Kit
5 Clean Face -
Sumber: http://www.goc.co.id/

Purbasari merupakan salah satu merek dengan perkembangan yang pesat, pada

awalnya hanya berfokus pada lulur dan pembersih kewanitaan, namun sekarang sudah

merambah ke berbagai lini produk seperti perawatan kulit, perawatan badan dan kosmetik.

Purbasari menjadi salah satu merek yang paling popular dari PT. Gloria Origita Cosmetics

saat ini berkat salah satu produknya yaitu lipstick color mattenya. Matte Lipstick Purbasari
9

adalah lipstik dengan hasil akhir Matte atau kering dan tidak berkilau. Lipstick matte menjadi

favorit karena tahan lama walau cukup digunakan sekali saja dan tidak perlu selalu dipakai

berulang kali setiap saat. Sebelumnya belum ada merek lokal yang memproduksi lipstick

sejenis ini. Namun Purbasari menjawabnya dengan menciptakan lipstick color matte dengan

10 pilihan varian warna membuat lipstik ini menjadi semakin menarik hati konsumen.

Berdasarkan artikel yang dimuat pada situs www.jakartakita.com berjudul Ini Dia Lipstik

Matte Merek Lokal Terpopuler oleh Risma (2016), Banyak lipstik matte di pasaran yang

teksturnya mengecewakan. Kadang masih mengkilap saat dipulaskan di bibir, atau malah

kelewat kering dan memperjelas garis-garis bibir. Namun, dua hal ini tidak terjadi pada saat

menggunakan Purbasari Matte Lipstick. Bibir tetap terasa lembap karena kandungan squalane

dan beeswax , dan hasilnya benar-benar true matte. Lipstik matte Purbasari juga mengandung

antioksidan dari vitamin E yang membantu melindungi bibir dari efek buruk sinar matahari.

Penelitian ini berfokus pada produk Matte lipstick purbasari yang pada awalnya

belum banyak yang mengetahui sampai akhirnya produk ini dikenal oleh khalayak luas dari

ulasan review melalui vlog, media social atau forum online/portal kecantikan tanpa melakukan

peluncuran kegiatan komersial melalui iklan. Matte Lipstick Purbasari menjadi lipstick merek

lokal terpopuler dan menjadi lipstik matte buatan lokal dengan kualitas yang baik namun

dengan harga terjangkau. Sejak mulai dikenal melalui video review dari para beauty vlogger,

Matte Lipstick Purbasari menjadi salah satu lipstik yang paling dicari oleh konsumen wanita.

Banyaknya permintaan menjadikan matte lipstick purbasari sempat langka dan sangat susah

ditemukan di konter-konter purbasari yang disediakan. Dari pengalaman tersebut dan melihat

banyaknya peminat maka sekarang purbasari menambah jumlah produknya dengan 5 varian

baru yang berbeda untuk memanjakan para konsumennya. Produk purbasari menjadi sangat

dikenal dengan trobosannya yang banyak digemari para wanita Indonesia. Bahkan ketika
10

merek-merek ternama lokal mengeluarkan produk yang sama purbasari tidak kehilangan

citranya dimata konsumen dan tetap dicari.

Lipstick menjadi salah satu kosmetik yang wajib dimiliki wanita, selain memercantik,

lipstick juga dapat memberikan efek lebih segar kepada penggunanya. Selain mempercantik

warna-warna dari lipstick juga dapat menggambarkan karakter seseorang. Matte lipstick

Purbasari hadir di Indonesia pertama kali di perkirakan akhir tahun 2015 dengan 10 varian

warna yang dirancang khusus untuk kulit orang Indonesia. Saat muncul pertama kali matte

lipstick purbasari ini menjadi booming dikarenakan banyak konsumen yang puas dengan

produk ini lalu memberikan penilaian mereka melalui vlog yang di unggah ke youtube.

Tidak heran orang-orang yang penasaran akan mencari informasi lebih lanjut tentang produk

tersebut. Bahkan salah satu vlog yang ada di youtube yang membahas tentang produk ini

mencapai 1.453.947 viewers. Dapat di lihat pada Gambar 3.

Gambar 1.3.
Vlog review purbasari matte lipstick

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kvbG8UsNjbs

Mulai saat itu produk ini menjadi salah satu produk yang banyak dicari, bahkan

produk ini sempat langka di pasaran karena banyaknya permintaan. Dari sepuluh koleksi
11

warna yang disuguhkan diketahui warna cokelat gelap khas Kylie Jenner (86 Topaz) dan

warna merah wine (87 Zamrud) menjadi warna yang paling digemari sejumlah wanita

(www.beautynesia.id). Di samping kualitasnya yang bagus harga produk ini termasuk

terjangkau yaitu mulai dari Rp.28.000,- sampai Rp. 40.000,- Hingga saat ini produk matte

lipstick purbasari ini masih menjadi lipstick favorit wanita di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat diajukan rumusan

masalah sebagai berikut:

a) Apakah Intensitas berpengaruh terhadap minat beli Matte Lipstick Purbasari?

b) Apakah Valensi Pendapat berpengaruh terhadap minat beli Matte Lipstick

Purbasari?

c) Apakah isi informasi berpengaruh terhadap minat beli Matte Lipstick Purbasari?

1.3. Tujuan Penelitian

a) Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Intensitas terhadap minat beli Matte

Lipstick Purbasari

b) Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Valensi Pendapat terhadap minat beli

Matte Lipstick Purbasari

c) Untuk menguji dan menganalisis pengaruh isi informasi terhadap minat beli Matte

Lipstick Purbasari

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Secara akademis merupakan salah satu syarat untuk mencapai kebulatan studi

program strata satu (S-1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram.
12

1.4.2. Secara teoritis sebagai sarana untuk memperdalam teori manajemen pemasaran

khususnya yang berhubungan dengan Electronic word of mouth dan Minat beli

Konsumen.

1.4.3. Manfaat Praktis hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber

referensi dan bahan referensi meskipun dengan skala sangat kecil bagi berbagai

pihak yang berkepentingan serta sebagai acuan bahan informasi bagi peneliti

selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan judul yang sama maupun

yang ingin mengembangkannya. Dan dapat bermanfaat bagi perusahaan dalam

mengambil keputusan dalam bisnisnya


13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Landasan Teori dan Hasil Penelitian Terdahulu

2.1.1. Electronic word of mouth

2.1.1.1. Pengertian Electronic word of mouth

Dapat dikatakan bahwa Electronic word of mouth (eWOM) sebagai

bentuk komunikasi pemasaran. Akibat adanya digitalisasi, konsep word of mouth

mengalami pergeseran menjadi Electronic word of mouth. Hennig-Thurau (2004)

dalam Rezany dan Herieningsih (2017) mengatakan bahwa WOM merupakan

bentuk tradisional yang didefinisikan sebagai komunikasi oral, sedangkan

Electronic word of mouth merupakan pernyataan positif maupun negatif yang

dibuat oleh konsumen melalui media internet. (EWOM) menurut Breazeale

(2009), dalam Rezany dan Herieningsih (2017), merupakan penjabaran dari

komunikasi tradisional dalam bentuk tatap muka (face-to-face) yang memiliki

elemen-elemen didalamnya seperti pengaruh opini seseorang, terdapat interaksi

melalui internet kepada publik tanpa adanya keterbatasan waktu dan tempat, yang

memungkinkan munculnya isu kredibilitas yang berisi pendapat konsumen. Jadi

dapat disimpulkan bahwa Electronic word of mouth adalah bentuk komunikasi

online yang memiliki elemen-elemen pembentuk (eWOM) yang dimanfaatkan

pemasar sebagai alat pemasaran yang berkembang di era digital.

Komunikasi dalam bentuk (eWOM) mampu memudahkan pemasar untuk

memberikan informasi hingga mempengaruhi khalayak dalam memasarkan

produk atau jasanya. Dengan media internet maka penyebaran informasi tersebut

mampu menjangkau masyarakat dengan skala yang lebih besar tanpa adanya

keterbatasan waktu dan jarak. Rezany dan Herieningsih (2017) menyatakan


14

eWOM merupakan komunikasi dua arah yang menggunakan media internet

seperti blog, vlog, media sosial dimana komunikator didalamnya saling bertukar

informasi.

Menurut Hennig-Thurau (2004), dalam Wulandari (2017), Electronic

word of mouth adalah pernyataan positif maupun negatif tentang suatu produk

atau perusahaan yang dibuat oleh pelanggan potensial, pelanggan saat ini maupun

mantan pelanggan, yang informasi ini tersedia bagi banyak orang dan institusi

melalui internet. Selanjutnya dijelaskan oleh Goldsmith (2008), bahwa Electronic

word of mouth merupakan komunikasi sosial dalam internet di mana penjelajah

web saling mengirimkan maupun menerima informasi terkait dengan produk

secara online. Menurut Gruen (2006), dalam Puspitasari (2017), mendefinisikan

(eWOM) sebagai subuah media komunikasi untuk saling berbagi informasi

mengenai suatu produk atau jasa yang telah dikonsumsi antara konsumen yang

tidak saling mengenal dan bertemu sebelumnya.

Penelitian Jansen (2009), mengatakan bahwa meskipun mirip dengan

word of mouth (WOM) secara garis besar, Electronic word of mouth (eWOM)

menawarkan berbagai cara untuk berbagi informasi secara anonim dan rahasia,

dan juga dapat melintasi batasan jarak dan wilayah. Dengan demikian, para pelaku

bisnis kini memandangi Electronic word of mouth (eWOM) sebagai suatu hal

yang penting bagi setiap kegiatan bisnis yang dilakukan untuk meningkatkan

brand awareness dan reputasi di kalangan konsumen. Internet telah

memungkinkan timbulnya bentuk-bentuk baru dari platform komunikasi yang

memberikan kemudahan bagi para pelaku bisnis untuk dapat berbagai informasi

dan pendapat baik secara business to constumer atau constumer to constumer.


15

Dengan demikian, (eWOM) dipandang semakin penting oleh bisnis dan organisasi

yang peduli dengan manajemen reputasi.

Menurut Jeong and Jang (2011), perbedaan antara word of mouth

tradisional dengan Electronic Word of Mouth (eWOM) antara lain sebagai berikut:

a. Word-of-mouth (WOM) dilakukan dengan bertatap muka secara langsung,

sedangkan Electronic Word-of-Mouth (eWOM) secara online. Adanya kemajuan

teknologi merubah jenis komunikasi langsung dengan tatap muka menjadi

komunikasi pada dunia maya.

b. Word-of-mouth (WOM) dilakukan secara terbatas sedangkan Electronic Word-

of-Mouth (eWOM) aksesbilitasnya tinggi. Electronic Word-of-Mouth (eWOM)

dapat menjangkau semua orang yang mengakses internet.

c. Electronic Word-of-Mouth (eWOM) memungkinkan pengguna website

mengembangkan hubungan virtual dengan konsumen atau kelompok lain.

d. Electronic Word-of-Mouth (eWOM) di posting atau diakses anonim secara

online atau orang yang tidak dikenal, sedangkan word-of-mouth (WOM)

tradisional memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi, percakapan langsung dengan

orang yang dikenal.

e. Tingkat kepercayaan penerima informasi word-of-mouth (WOM) lebih tinggi

karena didukung dengan bahasa tubuh dan intonasi suara, sedangkan Electronic

Word-of-Mouth (eWOM) tidak.

2.1.1.2. Dimensi Electronic word of mouth

Menurut Goyette et al (2010), dalam mengukur pengaruh Electronic word

of mouth (eWOM) menggunakan dimensi sebagai berikut:


16

1. Intenitas (Intensity)

Menurut Goyette et al, (2010), dalam Sindunata, et al, (2018), intensitas

adalah kelayakan konsumen dalam memberi suatu informasi, interaksi, dan

pendapat antar konsumen pada situs jejaring sosial. dalam Pusitasari (2017), Pada

enelitian ini menyatakan intensitas dalam Electronic word of mouth (eWOM)

adalah banyaknya video tentang pendapat atau komentar yang diunggah oleh

Youtube reviewer/Vlogger pada media sosial Youtube. Penelitian yang dilakukan

oleh Goyette et al, (2010), dalam Yunitasari (2018), membagi indikator Intensity

sebagai berikut :

a) Frekuensi mengakses informasi dari situs jejaring sosial

b) Frekuensi interaksi dengan pengguna situs jejaring sosial

c) Banyaknya ulasan yang ditulis oleh pengguna situs jejaring sosial.

2. Valensi opini (Valence of opinion)

Menurut Goyette et al, (2010), dalam Sindunata, et al, (2018), valensi

opini adalah ketertarikan konsumen terhadap suatu produk dengan membeli suatu

produk berdasarkan pendapat dan rekomendasi dari konsumen lainnya. Penelitian

yang dilakukan oleh Goyette et al, (2010), dalam Yunitasari (2018), membagi

indikator Valence of opinion adalah sebagai berikut :

a) Ditemuinya Komentar positif dari pengguna situs jejaring social

b) Ditemuinya Komentar negatif dari pengguna situs jejaring social

c) Rekomendasi dari pengguna situs jejaring social.

3. Isi Informasi (Content)

Goyette et al, (2010), dalam Sindunata, et al, (2018), menjelaskan bahwa

Content adalah sebuah informasi atas kualitas, harga, kenyamanan, kebersihan,


17

dan pelayanan hotel yang akan dibeli oleh konsumen. Pada penelitian ini, content

adalah jika Youtube reviewer membagikan informasi mengenai produk yang

sedang diulas. Penelitian yang dilakukan oleh Goyette et al, (2010), dalam Yunitasari

(2018), membagi Indikator Content meliputi:

a) Informasi tentang variasi produk

b) Informasi tentang kualitas produk

c) Informasi mengenai harga produk

Dalam penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Putra Et.al pada tahun

2015 yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh dari variabel

Electronic word of mouth di media sosial instagram terhadap minat beli

konsumen di Distro Battleboom Palu. Dengan hasil penelitian menunjukkan

bahwa (1) Terdapat pengaruh Electronic word of mouth secara simultan terhadap

minat beli konsumen di Distro Battleboom Palu (2) secara parsial Electronic word

of mouth sub variabel content dan Intensity berpengaruh signifikan terhadap minat

beli konsumen di Distro Battleboom Palu (3) dan secara parsial Electronic word

of mouth sub variabel negative valence of opinion dan positive valence of opinion

berpengaruh tidak signifikan terhadap minat beli konsumen di Distro Battleboom

Palu.

2.1.2. Minat Beli

Minat beli menurut Kotler dan Keller (2009), “Minat beli merupakan perilaku

yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan konsumen

untuk melakukan pembelian”. American Marketing Association dalam Chin dan Harizan,

(2017), definisikan minat beli sebagai keputusan untuk membeli produk tertentu melalui

proses pemilihan. Morinez (2007), dalam Mirabi, dkk (2015), berpendapat bahwa minat

beli merupakan situasi dimana konsumen cenderung untuk membeli produk dalam
18

situasi tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli tersebut, dapat

disimpulkan bahwa minat beli merupakan perilaku konsumen yang berhubungan dengan

persepsi, dan sikap konsumen melalui proses mempertimbangkan dan mengevaluasi

yang pada akhirnya seseorang akan memutuskan apakah ia akan membeli atau tidak

membeli suatu produk tertentu.

Setelah melalui beberapa proses mencari informasi konsumen akan mengevaluasi

produk sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya kemudian konsumen akan

melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Artinya seseorang memiliki rencana

untuk melakukan pembelian entah untuk membeli produk baru atau mengganti produk

yang pernah digunakan.

Schiffman dan Kanuk (2004) menjelaskan bahwa pengaruh eksternal, kesadaran

akan kebutuhan, pengalaman produk dan evaluasi alternatif adalah hal yang dapat

menimbulkan minat beli konsumen. Pengaruh eksternal ini terdiri dari faktor sosial,

usaha pemasaran, dan faktor sosial budaya. Menurut Ferdinand (2002), minat beli dapat

diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut :

a.Minat transaksional

Yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk. Hal ini bermaksud

yakni konsumen telah memiliki minat untuk melakukan pembelian suatu produk

tertentu yang ia inginkan.

b. Minat referensial

Yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.

Hal ini bermaksud yakni seorang konsumen yang telah memiliki minat untuk

membeli akan menyarankan orang terdekatnya untuk juga melakukan pembelian

produk yang sama.

c.Minat preferensial
19

Yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi

utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi

sesuatu dengan produk preferensinya.

d. Minat eksploratif

Minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi

mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung

sifat-sifat positif dari produk tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Umamy et.al pada tahun 2016 yang bertujuan

untuk mengetahui Pengaruh Electronic word of mouth Terhadap Brand Image Serta

Dampaknya Pada Minat Beli. Penelitian menunjukkan: variabel Electronic word of

mouth memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel Brand Image; variabel Electronic

word of mouth berpengaruh signifikan terhadap variabel Minat Beli; variabel  Brand 

Image berpengaruh signifikan terhadap variabel minat beli.  Dapat disimpulkan bahwa

Electronic Word of  Mouth mempengaruhi Brand Image, dan Minat Beli, baik secara

langsung maupun secara tidak langsung.

Penelitian yang dilakukan oleh Wardiastuti pada tahun 2017 Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Electronic word of mouth dan citra

merek terhadap minat beli konsumen studi pada followers instagram wedanganradjiman

sebagai calon konsumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel

Electronic word of mouth (X1) berpengaruh signifikan terhadap citra merek (X2). Citra

merek (X2) berpengaruh signifikan terhadap minat beli (Y). Electronic word of mouth

(X1) berpengaruh signifikan terhadap minat beli (Y). Citra merek mampu memberikan

dampak intervening kepada 2 variabel Electronic word of mouth dan citra merek.
20

2.2. Pengembangan Hipotesis dan Kerangka Konseptual Penelitian

2.2.1. Pengembangan Hipotesis

2.2.1.1. Hubungan antara Intensity (intensitas) terhadap Minat beli

Penelitian yang dilakukan oleh Jimenez dan Mendoza (2013),

menunjukkan bahwa (eWOM) memiliki pengaruh terhadap perilaku konsumen

sebelum konsumen memutuskan untuk membeli sebuah produk atau jasa.

Selanjutnya dijelaskan oleh Goldsmith (2008) bahwa (eWOM) merupakan

komunikasi sosial dalam internet di mana penjelajah web saling mengirimkan

maupun menerima informasi terkait dengan produk secara online. Liu (2006),

mendefinisikan Intensity (intensitas) dalam (eWOM) adalah banyaknya pendapat

yang ditulis oleh konsumen dalam sebuah situs jejaring sosial.

Beberapa penelitian terdahulu yang mengidentifikasi pengaruh Intensity

terhadap minat beli yaitu seperti penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari

(2017), mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

Intensity terhadap minat beli kosmetika kelas menengah dan atas melalui online.

Itu artinya semakin banyak intensitas review produk maka semakin tinggi minat

beli konsumen. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Putra Et.al (2015), yang mengemukakan bahwa secara parsial Electronic word

of mouth sub variabel Intensity berpengaruh signifikan terhadap minat beli

konsumen.

H1: Intensity berpengaruh positif signifikan terhadap minat beli produk

matte lipstick purbasari


21

2.2.1.2. Hubungan antara Valence of opinion (Valensi opini) terhadap

Minat beli

Valensi opini adalah pendapat konsumen baik positif maupun negative

terhadap suatu produk, jasa,dan brand. Valensi opini memiliki dua sifat yaitu

positif dan negative. Kepuasan konsumen akan berdampak pada sikap psikologis

konsumen untuk membicarakan hal-hal positif tentang produk yang digunakannya

kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Dari Electronic

word of mouth (eWOM) positif tersebut dapat membantu perusahaan dalam

menaikkan citra dan dapat memperluas pemasaran.

Setiap konsumen yang sudah mengkonsumsi suatu produk akan

memberikan penilaian untuk produk yang telah dibelinya, jika konsumen puas

maupun tidak puas atas konsumsi produk tersebut maka konsumen akan

menceritakan review produk tersebut kepada orang lain. Pelanggan menggunakan

media online dengan tujuan untuk berbagi pengalaman mereka sendiri terhadap

suatu merek, produk, ataupun layanan yang sudah mereka alami sendiri.

Beberapa penelitian terdahulu yang mengidentifikasi pengaruh valensi

opini terhadap minat beli yaitu seperti penelitian yang dilakukan oleh Putri dan

Prabowo (2015), mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

Valensi Opini terhadap minat beli jasa Go-jek. Penelitian ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Pusitasari (2017), yang mengemukakan bahwa

dimensi valensi opini berpengaruh positif terhadap minat beli kosmetika kelas

bawah dan atas. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Putra Et.al

(2016), mengatakan secara parsial Electronic word of mouth sub variabel valence

of opinion berpengaruh tidak signifikan terhadap minat beli konsumen di Distro

Battleboom Palu.
22

H2: Valensi opini berpengaruh positif signifikan terhadap minat beli produk

matte lipstick purbasari

2.2.1.3. Hubungan antara content (konten) terhadap Minat beli

Informasi-informasi yang disajikan sebuah produk pastinya akan

memberikan hasrat minat beli kepada seseorang apalagi ditambah dengan

informasi tentang keunggulan produk tersebut. Yang dimaksud Content disini

adalah informasi yang diberikan oleh konsumen yang sudah mengkonsumsi suatu

produk kepada calon konsumen melalui Electronic word of mouth.

Beberapa penelitian terdahulu yang mengidentifikasi pengaruh Content

terhadap minat beli yaitu seperti penelitian yang dilakukan oleh Putra Et.al (2015),

yang mengemukakan bahwa secara parsial Electronic word of mouth sub variabel

Content berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen. Penelitian lain

yang dilakukan oleh Puspitasari (2017), mengatakan bahwa terdapat pengaruh

yang positif dan signifikan antara Content terhadap minat beli kosmetika kelas

bawah dan atas melalui online. Dan penelitian yang dilakukan oleh Putri dan

Prabowo (2015), mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

Content terhadap minat beli jasa Go-jek.

H3: Content berpengaruh positif signifikan terhadap minat beli produk

matte lipstick purbasari


23

2.2.2. Kerangka Konsetual Penelitian

Kerangka koneptual ini bertujuan untuk memberikan gambaran pokok

permasalahan penelitian secara jelas dan menyeluruh, adapun kerangka teoritis

tersebut adalah sebagai berikut :

Intensity (X1)

Valence of Minat beli (Y)


opinion ( X2)

content ( X3)
24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian asosiatif.

Penelitian asosiatif adalah suatu jenis riset konkulsif yang tujuan utamanya adalah

mendapatkan bukti mengenai hubungan sebab akibat (hubungan kausal) (Malhotra,2009).

Adapun pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan secara kuantitatif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas intensitas

(Intensity), Valensi Pendapat (Valence of opinion), dan isi informasi (content). terhadap

variabel terkait (Minat Beli) pada Produk matte lipstick Purbasari di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Mataram.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitain yang dijadikan obyek kajian dalam penyusunan skripsi ini adalah

Fakultas ekonomi dan bisnis universitas Mataram, Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan

bahwa mayoritas mahasiswi di Fakultas ekonomi dan bisnis universitas Mataram sudah

terbiasa mengakses media sosial dan terbiasa menggunakan produk kosmetik terutama

lipstick, selain itu lokasi ini dapat dengan mudah di jangkau oleh peneliti dan karena lokasi

ini dapat dengan mudah diamati perilaku respodennya oleh peneliti. Sehingga akan sangat

membantu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian

.
25

Gambar 3.1. Lokasi penelitian

Sumber: https://www.google.com/maps/place/Universitas+Mataram

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel survey.

Menurut Nazir (2005), “sample survey adalah suatu prosedur yang mana hanya sebagian dari

populasi saja yang diambil untuk menentukan sampel yang diharapkan dapat mewakili

popolasi secara keeluruhan guna memperoloh gambaran yang cukup representif.

3.4. Penentuan Responden

3.4.1. Populasi

Menurut Malhotra (2009), “Populasi adalah gabungan seluruh elemen yang

memiliki serangkaian karakteristik serupa yang mencakup semesta untuk kepentingan

adalah riset pemasaran”. Populasi pada penelitian ini adalah Mahasiswi pengguna media

sosial Youtube di Fakultas ekonomi dan bisnis universitas Mataram yang mengetahui

produk Matte Lipstick Purbasari dan pernah menonton vlog review produk Matte Lipstick

Purbasari. Tidak di ketahui pasti berapa jumlah pengguna tersebut.

3.4.2. Sampel

Sampel adalah Subyek dari Populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi

(Ferdinand, 2014) . Subyek ini diambil karena dalam banyak kasus tidak mungkin kita

meneliti seluruh anggota populasi, oleh karena itu kita membentuk sebuah perwakilan
26

populasi yang disebut sampel. Penelitian ini melakukan pengambilan sampel dengan

menggunakan teknik nonprobability sampling dengan pendekatan sampling purposive

yaitu penelitian memilih sampel purposive secara subyektif. Menurut Ferdinand (2014),

dalam penelitian multivariate penentuan jumlah minimal sampel dihitung berdasarkan

rumus sebagai berikut:

n = (25 x Variabel Independen)

n = 25 x 3 Variabel Independen

n = 75 sampel

Melalui rumus di atas, jumlah sampel yang diperoleh sebesar 75 responden.

3.4.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-propability

sampling dengan metode purposive sampling. Non-Propability sampling adalah teknik

sampling yang tidak menggunakan prosedur pemilihan peluang melainkan mengandalkan

judgement pribadi peneliti ( Malhotra, 2009). Sedangkan Purposive Sampling dilakukan

dengan cara peneliti memberi batasan kriteria tertentu untuk memilih responden yang

dianggap sesuai dengan tujuan penelitian (Nawawi, 2005). Adapun kriteria yang akan

menjadi sampel penelitian adalah Mahasiswi aktif, yang menggakses media sosial

Youtube dan mengetahui informasi mengenai ulasan produk Matte Lipastick Purbasari

melalui review beauty vlogger di media sosial youtube.

3.5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

3.5.1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu Angket. Angket merupakan

teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner (daftar pertanyaan/isian) untuk

diisi langsung oleh responden seperti yang dilakukan untuk menghimpun pendapat

umum.
27

3.5.2. Alat pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner.

Kuesioner adalah alat pengumpulan data dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara

tertulis yang diberikan kepada responden dengan maksud untuk memperoleh data yang

akurat dan valid. Peneliti mengajukan daftar pertanyaan yang bersifat tertutup dan terbuka

kepada responden. Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat tertutup diukur dengan

menggunakan skala liket dengan skala 1-5, dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju.

3.6. Jenis dan Sumber Data

3.6.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data kuantitatif, merupakan data yang dinyatakan dalam angka-angka yang

diperoleh dari penyebaran kuesioner yang diskorkan dalam skala pengukuran yang

digunakan.

2. Data kualitatif, merupakan data yang berupa tanggapan atau pendapat yang tidak

berbentuk angka atau tidak dapat diukur secara langsung, dalam penelitian ini

adalah data yang berasal dari hasil wawancara dengan responden.

3.6.2. Sumber Data

Data yang dipergunakan di penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Menurut Malhotra (2009) data primer adalah data yang dibuat oleh peneliti untuk

maksud khusus menyelesaikan masalah riset. Data primer dalam penelitian ini

didapat dari penyebaran kuesioner dari sampel yang telah ditentukan.

2. Data Sekunder

Menurut Malhotra (2009), data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan

untuk maksud selain untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.


28

Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Data sekunder diperoleh dari bahan pustaka, baik berupa buku,

jurnal-jurnal dan dokumen lainnya yang ada hubungannya dengan materi kajian.

3.7. Identifikasi Variabel

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini antara lain:

Tabel 3.1. Identifikasi Variabel

Variabel Indikator Sumber


Intensity (X1) A. Frekuensi mengakses informasi dari Yunitasari
situs jejaring sosial (2018)
B. Frekuensi interaksi dengan pengguna
situs jejaring sosial
C. Banyaknya ulasan yang ditulis oleh
pengguna situs jejaring sosial.

Valence of A. Ditemuinya Komentar positif dari Yunitasari


opinion (X2) pengguna situs jejaring social (2018)
B. Ditemuinya Komentar negatif dari
pengguna situs jejaring social
C. Rekomendasi dari pengguna situs
jejaring social

content ( X3) A. Informasi tentang variasi produk Yunitasari


B. Informasi tentang kualitas produk (2018)
C. Informasi mengenai harga produk

Minat Beli (Y) A. Minat Transaksional Ferdinand


B. Minat Refrensial (2002)
C. Minat Preferensial
D. Minat Eksploratif

3.8. Klasifikasi Variabel

Berdasarkan identifikasi variable di atas, maka variabel-variabel tersebut dapat

dklasifikasikan sebagai berikut :


29

1. Variabel bebas (independen) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam

penelitian ini variabel independen yaitu intensity, valence of opinion, dan content.

2. Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel dependen adalah minat beli konsumen.

3.9. Definisi Operasional Variabel

Berikut definisi operasional variabel dalam penelitian ini

1. Intensitas (Intensity)

Pada penelitian ini, intensitas dalam Electronic word of mouth (eWOM)

adalah banyaknya video tentang pendapat atau komentar yang diunggah oleh

Youtube reviewer/Vlogger pada media sosial Youtube. Indikator intensitas antaranya:

A. Frekuensi mengakses informasi dari Youtube

B. Frekuensi mengakses informasi dari Vlogger mengenai produk Matte Lipstick

Purbasari di Youtube

C. Banyaknya video review mengenai produk Matte Lipstik Purbasari di Youtube

2. Valensi Opini (Valence of opinion)

Pada penelitian ini, valence of opinion adalah jika Youtube reviewer

memberikan pendapat maupun informasi positif maupun negative mengenai produk

yang sedang diulas. Indikator valence of opinion terdiri atas:

A. Ditemuinya positive valence pada reviewer berupa ungkapan keunggulan produk

Purbasari Matte Lipstick yang telah digunakan sebelumnya

B. Ditemuinya Negative valence pada reviewer berupa ungkapan ketidakpuasan

terhadap produk Purbasari Matte Lipstick yang telah digunakan sebelumnya


30

C. Adanya rekomendasi dari reviewer mengenai produk Purbasari Matte Lipstik


yang sedang dibahas pada media sosial Youtube.

3. Isi Informasi (Content)

Pada penelitian ini, content adalah jika informasi yang dibagikan Youtube

reviewer mengenai produk yang sedang diulas. Indikator Content meliputi:

A. Informasi tentang variasi produk Purbasai Matte Lipstik

B. Informasi tentang kualitas produk matte lipstik purbasari

C. Informasi mengenai harga produk Matte Lipstik Purbasari

4. Minat Beli

Dalam penelitian ini Minat beli merupakan tahap dimana konsumen memiliki

keinginan untuk membeli matte lipstick purbasari melalui proses mempertimbangkan

dan mengevaluasi suatu produk dengan cara mencari informasi dengan rinci sesuai

dengan kebutuhan dan keinginan calon konsumen, kemudian konsumen akan

melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Indikator minat beli antara lain:

A. Tertarik untuk mencari informasi mengenai produk produk Matte lipstick


Purbasari

B. Mempertimbangkan untuk membeli produk Matte lipstick Purbasari

C. Tertarik untuk mencoba produk Matte lipstick Purbasari

D. Tertarik untuk menyarankan orang lain untuk membeli produk Matte lipstick

Purbasari

E. Memiliki keinginan mengetahui produk Matte lipstick Purbasari


31

Tabel 3.2. Devinisi Operasional Variabel

Definisi Sub Definisi Indikator


Operasioal Variabel
Intensitas banyaknya video tentang A. Frekuensi mengakses
(X1) pendapat atau komentar yang informasi dari
diunggah oleh Youtube Youtube
reviewer/Vlogger pada media B. Frekuensi mengakses
sosial Youtube. informasi dari Vlogger
mengenai produk Matte
Lipstick Purbasari di
Youtube
Electroni
C. Banyaknya video
c word of
review mengenai
mouth
produk Matte Lipstik
(eWOM)
Purbasari di Youtube
Valensi Pendapat maupun informasi A. Ditemuinya positive
Opini (X2) positif maupun negative valence pada reviewer
mengenai produk yang berupa ungkapan
sedang diulas. keunggulan produk
Purbasari Matte
Lipstick yang telah
digunakan sebelumnya
B. Ditemuinya Negative
valence pada reviewer
berupa ungkapan
keunggulan produk
Purbasari Matte
Lipstick yang telah
digunakan sebelumnya
C. Adanya rekomendasi
dari reviewer
mengenai produk
Purbasari Matte
Lipstik yang sedang
dibahas pada media
sosial Youtube.
Konten Informasi yang dibagikan A. Informasi tentang
(X3) Youtube reviewer mengenai variasi produk Purbasai
produk yang sedang diulas Matte Lipstik
B. Informasi tentang
kualitas, dengan
menjelaskan perubahan
yang terlihat setelah
32

reviewer menggunakan
produk tersebut
C. Informasi mengenai
harga produk Purbasari
Matte Lipstik Prosedur
Analisis Data
Minat beli merupakan tahap A. Tertarik untuk mencari
dimana konsumen memiliki informasi mengenai
keinginan untuk membeli produk produk Matte
Minat Beli
Y matte lipstick purbasari lipstick Purbasari
melalui proses B. Mempertimbangkan
mempertimbangkan dan untuk membeli produk
mengevaluasi suatu produk Matte lipstick
dengan cara mencari Purbasari
informasi dengan rinci sesuai
C. Tertarik untuk
dengan kebutuhan dan
mencoba produk Matte
keinginan calon konsumen
lipstick Purbasari
D. Tertarik untuk
menyarankan orang
lain untuk membeli
produk Matte lipstick
Purbasari
E. Memiliki keinginan
mengetahui produk
Matte lipstick
Purbasari

3.10. Skala Pengukuran

Pada penelitian ini skala pengukuran yang akan digunakan adalah skala likert. Skala

likert adalah skala yang digunakan secara luas yang meminta responden menandai derajat

persetujuan atau ketidak setujuan terhadap masing-masing dari serangkaian pernyataan

mengenai objek stimulus ( Malhotra,2009).

Untuk keperulan analisis kuantitatif, maka jawaban dari kuesioner dapat diberi skor

misalnya:
33

Tabel 3.3. Skala Likert

No Kriteria Jawaban Responden Skor

.
1. Sangat Setuju 5
2. Setuju 4
3. Netral 3
4. Tidak Setuju 2
5. Sangat Tidak Setuju 1

Untuk mengetahui jumlah interval dan besar interval kelas dapat dicari dengan rumus

sebagai berikut:

R 4
I= = = 0,8
K 5

Keterangan :

I : Besar Interval Kelas

R : Range (Kelas)

K : Jumlah Interval Kelas

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka peneliti mengelompokkan tanggapan

masing-masing responden terhadap masing-masing indikator variabel penelitian seperti pada

table berikut:

Tabel 3.4. Interval kelas dan kategori jawaban responden

No Nilai Mutu
1. 1 - <1.8 Sangat Rendah/Sangat Buruk
2. 1.8 - <2.6 Rendah/Buruk
3. 2.6 - <3.4 Netral
4. 3.4 - <4.2 Tinggi/Baik
5. 4.2 - 5 Sangat Tinggi/Sangat Baik

3.10.1. Uji kualitas Data

3.10.1.1. Uji Validitas


34

Uji validitas digunakan untuk mengkur valid atau tidaknya kuesioner,

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan atau pernyataan pada kuesioner

mampu mengungkapkan sesatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut

(Ghozali, 2011). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji korelasi

Pearson Product Moment dengan rumus sebagai berikut:

r =N ¿ ¿

Keterangan:

X : skor item

Y : Skor total

XY : Skor pernyataan

N : Jumlah responden untuk di uji coba

R : Korelasi product moment

3.10.1.2. Uji Relabilitas

Ghozali (2011) menyatakan bahwa reliabilitas adalah alat untuk

mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari peubah atau konstruk.

Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu

test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi.

Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat

menghasilkan data yang reliabel.

Keandalan atau realibilitas adalah sejauh mana skala mampu

menciptakan hasil yang konsisten jika pengukuran berulang dilakukan terhadap


35

karakteristik tertentu (Malhotra, 2009). Untuk mengetahui suatu alat ukur itu

reliabel dapat diuji dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut :

r 11 =¿

Keterangan :

r11 : Realibilitas instrument

k : Banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal

∑σ b 2: jumlah varians butir

σ1 2 : Varians total

Apabila variabel yang diteliti mempunyai cronbach’s alpha (α) > 60%

(0.060) maka variabel tersebut dikatakan realibel sebaliknya cronbach’s alpha (α)

< 60 % (0,60) maka variabel tersebut dikatakan tidak reliable.

3.10.2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statisik yang harus dipenuhi pada analisis

regresi linier berganda. Setidaknya ada empat uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi, berikut ini adalah uji

asumsi klasik yang harus dipenuhi oleh model regresi.

3.10.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel residual memiliki distribusi normal. Uji normallitas dapat dilakukan

dengan cara Kolmogorov-Smirnov test. Kriteria pengujiannya adalah apabila nilai

signifikansi >0,05 maka distribusi data normal dan dapat digunakan regresi

berganda. Selain itu normalitas data suatu model regresi dapat diidentifikasi dari
36

gambar scatter plot. Apabila scatter plot membentuk atau mendekati garis

diagonal, maka distribusi data model regresi dapat dikatakan normal.

3.10.2.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variable (independen). Untuk

mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi dapat

dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya VIF (Variance Inflaction factor).

Apabila nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 maka

terjadi multikolinearitas.

3.10.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan metode

Spearman Correlatio. Model ini dinyatakan terkena heteroskedastisitas bila nilai

koefiseian spearman correlation kurang dari nilai signifikan (sig<0,05) terhadap

nilai residualnya.

3.10.2.4. Uji Autokorelasi

Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi maka dilakukan

pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut :

1 0<DW<dL, berarti tidak terjadi autokorelasi positif

2 dL<DW<dU,berarti tidak terjadi autokorelasi positif

3 4-dL<DW<4, berarti tidak terjadi autokorelasi negatif

4 4-dU<DW<4-dL, berarti tidak ada autokorelasi negatif

5 dU<DW<4-dU, berarti tidak terjadi autokorelasi positif/negatif.

3.10.3. Analisis Regresi Berganda


37

Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan satu

variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel

penjelas/bebas), dengan tujuan mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi

atau nilai rata-rata variabel independen yang diketahui (Kuncoro, 2007).

Analisi regresi berganda ini merupakan analisis hubungan dua atau lebih

variabel independen dengan variabel dependen. Penelitian ini menggunakan analisi

regresi berganda sebagai alat analisi karena variabel yang diteliti mempunyai lebih dari

satu variabel independen yaitu yang terdiri dari intensity (X1), valence of opinion

(X2), dan content (X3). terhadap minat beli (Y). Dengan persamaan regresinya dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e


Dimana : ++e

Y = Minat Beli

a = Konstanta

b1 = Koefisien regresi variabel X1 (Intensity)

b2 = Koefisien regresi variabel X2 (Valence Of Opinion)

b3 = Koefisien regresi variabel X3 (Content)

X1 = Intensity

X2 = Valence Of Opinion

X3 = Content

e = Error atau variable penggangu

3.10.4. Uji F
38

Menurut Ferdinand (2014), uji F atau uji kelayakan model dilakukan untuk

melihat apakah model yang dianalisi memiliki tingkat kelayakan model yang tinggi

yaitu variabel-variabel yang digunakan mampu untuk menjelaskan fenomena yang

dianalisis. Uji keterandalan model atau uji kelayakan model atau yang lebih populer

disebut sebagai uji F merupakan tahapan awal mengidentifikasi model regresi yang

diestimasi layak atau tidak. Layak (andal) disini maksudnya adalah model yang

diestimasi layak digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel-variabel bebas

terhadap variabel terikat. Nama uji ini disebut sebagai uji F, karena mengikuti distribusi

F yang kriteria pengujiannya seperti One Way Anova. Apabila nilai prob. F hitung

(ouput SPSS ditunjukkan pada kolom sig.) lebih kecil dari tingkat kesalahan/error

(alpha) 0,05 (yang telah ditentukan) maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang

diestimasi layak, sedangkan apabila nilai prob. F hitung lebih besar dari tingkat

kesalahan 0,05 maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi tidak layak.

3.10.5. Uji T

Menurut Malhotra (2009), tujuan Uji t adalah untuk mengetahui seberapa jauh

pengaruh variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen.

Hipotesis nol (H0) yang akan diuji adalah uji parameter koefisien regresi (b1) sama dengan nol

atau H0 = b1 = 0, artinya suatu variabel independen bukan merupakan penjelasan yang

signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternative (Ha) merupakan parameter suatu

variabel yang lebih besar dari nol atau Ha = b1> 0, artinya suatu variabel independen

merupakan penjelasan yang signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian keberartian

koefisien regresi secara menyeluruh menggunakan Uji t dengan menggunakan derajat

kebebasan (df) = n – k – 1, pada tingkat kepercayaan 95% dan α = 0,05. Kriteria pengambilan

keputusan sebagai berikut :

1. H0 ditolak dan Ha diterima, jika t hitung ≥ t tabel


39

2. H0 diterima dan Ha ditolak, jika t hitung ≤ t table

3.10.6. Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Ghozali (2011), ‘’koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur

seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi variabel independen’’. Nilai R2

yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen sangat terbatas, sebaliknya nilai R2 yang mendekati satu berarti

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Nilai koefisien

determinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai adjusted R2 karena

variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari dua variabel. Selain

itu nilai adjusted R2 dianggap lebih baik dari nilai R2, karena nilai adjusted R2 dapat

naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model regresi

(Ghozali, 2011).
40

DAFTAR PUSTAKA

Adelynn. 2016. Inilah Keunggulan Lipstick Matte Purbasari. Diakses pada tanggal 3
November 2018. http://beautynesia.id/6398

Ananda, Azka dan Wandebori, Harimukti. 2016. “The Impact Of Drugstore Makeup
Product Reviews by Beauty Vlogger on YouTube Towards Purchase Intention
Undergraduate Students in Indonesia”, pp 266-268, 2016.

Anonim. Purbasari Matte Lipstick. diakses pada tanggal 3 November 2018 Diakses dari
http://purbasari.com/index.php/home/page/product_detail/Purbasari+Color+M
atte

Anonim. Tentang kami. diakses pada tanggal 3 November 2018. Diakses dari
https://purbasari.com/index.php/home/page/single/Tentang+Kami

Asnawi, Nur Dan Masyhuri 2011. Metodologi Riset Manajemen Pemasaran. Malang :
Uin-Maliki Press

Cahyono, Firman Dwi, Andiani Kusumawati Dan Srikandi Kumadji. 2016 Analisis
Factor-Faktor Pembentukan Electronic Word Of Mouth (Ewom) Dan
Pengaruhnya Terhadap Minat Beli

Chin, Teoh Khar., Siti Haslina Md Harizan. 2017. Factor Influencing Consumers
Purchase Intention of Cosmetic Product in Malaysia. Internasional Journal of
Business.

Duyen, T.N.M. 2016. Beauty Blogger's Influence on Vietnamese Young Consumers.


Theses. Saimaa University.

Erkan, Ismail., Chris Evans. 2014. The Impacts of Electronic Word of Mouth in Social
Media and Consumer’ Purchase Intentions. International Conference of Digital
Marketing. 9-14

Febriana, Mitha Dan Edy Yulianto. 2018. Pengaruh Online Consumer Review Oleh
Beauty Vlogger Terhadap Keputusan Pembelian
41

Ferdinand, Augusty. 2014. Metode Penelitian Manajemen, Semarang, Badan Penerbit


Universitas Diponegoro.

Ferdinand. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Pertama. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Goldsmith, R. 2008. Electronic Word-ofMouth, E-commerce. Idea Group Reference


Global. Florida.

Goyette, et al,. 2010 . E-Wom : Word of Mouth Measurement Scale for E-Service
Context. Journal of Administrative Sciences, Volume 27: 5-23.

Hastina, Putri. 2017. Pengaruh Dimensi Electronic Word Of Mouth (E-Wom) Di Media
Sosial Instagram Terhadap Keputusan Pembelian Pada Café Grannysnest Di
Bandar Lampung

Hennig-Thurau, T., Kevin P.G, Gianfranco W And Dwayne D.G. 2004. Electronic Word-
Of-Mouth Via Consumer Opinion Platform: What Motives Consumer To
Articulates Themeselves On The Internet. Journal Of Interactive Marketing.

Hsu, Chung-kue, dan McDonald, Daniella. 2002. An ExaNiation on Multiple Celebrity


Endorsers in Advertising. Journal of Product & Brand Management.

Jafaar, Siti Nurafifah,dkk. 2012. Costumer perceptions, Attitude and Purchase Intention
towards private Label Food products in Malaysia. Asian Journal of Business
and Management Sciences.

Jansen, B. J. 2009. “Twitter Power : Tweet as Electronic Word Of Mouth”. Journal of


The American Society for Information Science and Technology.

Jeong, Eunha And Soocheong (Shawn) Jang .2011. Restaurant Experience Triggering
Positive Electronic Word-Of-Mouth (Ewom) Motivations. International Journal
Of Hospitality Management, Vol. 30, Page 356-366.

Jiménez, F.R & Mendoza, N. A. 2013. Too Popular To Ignore: The Influence Of Online
Reviews on Purchase Intentions of Search And Experience Products. Journal of
Interactive Marketing,Vol.27, No.3, 2013. Pp 226 – 235.
42

KaiaMedia. Pengertian Vlog. diakses pada 3 November 2018 20:21 diakses dari
http://www.kaiamedia.com/pengertian-vlog. diakses pada 3 November 2018
20:21

Kamtarin, M., (2012), “The Effect of Electronic Word of Mouth: Trust and Perceived
Value on Behavioral Intention from the Perspective of Consumers”,
International Journal of Academic Research in Economics and Management
Sciences. Vol. 1, No. 4 ISSN: 2226- 3624

Kompas.com. Riset Ungkap Pola Pemakaian Medsos Orang Indonesia Penulis:


Wahyunanda Kusuma Pertiwi diakses pada 3 November 2018 20:21 diakses dari
Https://Tekno.Kompas.Com/Read/2018/03/01/10340027/Riset-Ungkap-Pola-
Pemakaian-Medsos-Orang-Indonesia diakses pada 3 November 2018 20:21

Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi 13 Jilid Dua.
Erlangga : Jakarta.

Kriyantono, Rachmat, 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group

Kuncoro, Mudrajad, 2006. “Metode Riset Untuk Bisnis Dan Ekonomi”. Erlangga, Jakarta.

Lidia Estheryna Dewi Putri1, Fajar Sidiq Adi Prabowo, Se., Mba. 2015. Pengaruh
Electronic Word Of Mouth (E-Wom) Terhadap Purchase Intention (Studi Kasus
Pada Go-Jek Indonesia) The Influences Of Electronic Word Of Mouth (E-Wom)
On Purchase Intention (A Case Study Of The Go-Jek Indonesia). E-Proceeding
Of Management : Vol.2, No.3 Desember 2015

Malhotra, N, K. 2009. Riset Pemasaran Pendekatan TeraPan .Jilid 1. Jakarta: Pt. Indeks

Mirabi, Vahidreza., dkk. 2015. A Study of Factors Affecting on Costumers Purchase


Intention – Case Study: The Agencies of Bono Brand Tile in Tehran. Journal of
Multidisciplinary Engineering Science and Technology. 2(1): 267-273.

Nawawi Hadari. 2005. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nazir, Moh. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.


43

Puspitasari, Tannia Widya. 2017.Analisis Pengaruh Dimensi Electronic Word Of Mouth


Pada Media Sosial Youtube Terhadap Niat Beli Produk Kosmetika

Putra Chandra Ananta , Johnny Tanamal Dan Rahmat Mubaraq. 2015. Pengaruh
electronic word of mouth di media sosial instagram terhadap minat beli
konsumen pada distro battleboom palu, Jurnal Ilmu Manajemen Universitas
Tadulako, Vol. 1, No. 3, September 2015, 241-252

Razany, Rania Fatma ., Sri Widowati Herieningsih. 2017. Pengaruh Persepsi Pada
Electronic Word Of Mouth (E-Wom) Melalui Beauty Vlogger Dan Citra Merek
Terhadap Minat Beli Produk Catrice

Risma. 2016. Ini Dia Lipstik Matte Merek Lokal Terpopuler. Diakses pada tanggal 3
November 2018. http://jakartakita.com/2016/02/09/ini-dia-lipstik-matte-merek-
lokal-terpopuler/

Rosmaya Adriyati, Farida Indriani1, 2017 Pengaruh Electronic Word Of Mouth


Terhadap Citra Merek Dan Minat Beli Pada Produk Kosmetik Wardah

Schiffman. K. 2004. Perilaku Konsumen. Terjemahan Zoelkifli Kasip. Jakarta: Pt. Indeks

Sindunata, Ivan dan Bobby Alexander Wahyudi. 2018. Pengaruh E-Wom (Electronic-
Word-Of-Mouth) Terhadap Keputusan Pembelian Di Agoda.Com

Sugiyono, 2016, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.

TopiComputers. Apa Itu Video Vlog? Berikut Adalah Pengertian Dan Cara Membuatnya.
https://www.utopicomputers.com/apa-itu-video-vlog-berikut-adalah-pengertian-
dan-cara-membuatnya/. diakses pada 3 November 2018 20:53

Topik Hidayat 2011, Analisis Pengaruh Daya Tarik, Kredibilitas Dan Keahlian
Celebrity Endorser Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Yamaha Mio.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis

Umamy, Choirul. Et.al. 2016. Pengaruh Electronic Word Of Mouth Terhadap Brand Image
Serta Dampaknya Pada Minat Beli.
44

Wardiyastuti Devita. 2017. Pengaruh Electronic Word Of Mouth Terhadap Minat Beli
Konsumen Melalui Brand Image (Studi Pada Followers Instagram
Wedanganradjiman Sebagai Calon Konsumen). Institut Agama Islam Negeri
Surakarta: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

Wikipedia. 2018. Sejarah Youtube, Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Youtube, Diakses 8


November 2018 Pukul 21:56

Wulandari, Fitri . 2017. Hubungan Komunikator Dalam Electronic Word Of Mouth


Dengan Keputusan Pembelian Followers Akun Instagram Kulinerpku

Yoselvin Christine Gozali, 2018 Konten Review Product Beauty Vlogger Dan Minat Beli
Mahasiswi

Yunitasari, Fitri. 2017. Pengaruh Dimensi Electronic Word Of Mouth (E-wom)

Terhadap Keputusan Pembelian di Marketplace Dalam Perspektif Ekonomi Islam.

Anda mungkin juga menyukai