OLEH :
A1B117153
UNIVERSITAS MATARAM
2021
SKRIPSI
OLEH :
A1B117153
UNIVERSITAS MATARAM
2021
i
SKRIPSI
UNIVERSITAS MATARAM
OLEH:
A1B117153
UNIVERSITAS MATARAM
2021
ii
iii
Tim penguji :
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diterima sebagai suatu kebulatan studi program strata satu (S1)
pada Fakultas Ekonomi dan Bisni Universitas Mataram
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas izin-Nya,
penulis telah berhasil menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat
guna menyelesaikan studi pada Program S1 Manajemen Universitas Mataram,
sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Cita Rasa, Iconic Endorser, Dan Citra
Merek Terhadap Keputusan Perpindahan Merek Mie Instan Di Kalangan Mahasiswa
Di Kota Mataram” dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang ikut terlibat serta membantu dengan memberikan dukungan moril
terutama kepada:
1. Kedua orang tua (Bapak Nengah dan Ibu Wahyu) yang selalu mendoakan
dan memberikan dukungan tanpa henti, karena skiripsi ini tidak akan
2. Bapak Dr. Muaidy Yasin MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mataram.
3. Ibu Dr. Baiq Handayani R,SE., MM dan Ibu Dr.Siti Nurmayanti,SE., MM.
4. Bapak Drs. Rahman Dayani, M.Si. selaku Dosen Pembimbing utama yang
5. Bapak Dr. Lalu Edy Herman Mulyono, MM. selaku Dosen Pembimbing
kemudahan administrasi.
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas semua yang
kebersamaanya selama ini semoga kita selalu semangat dan sukses dalam
mengejar impian.
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan guna kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
ABSTRAK ...................................................................................................... xv
BAB I. Pendahuluan....................................................................................... 1
DAFTAR TABEL
Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Cita Rasa (X1) ................................. 70
xiii
Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Variabel Iconic Endorser (X2) ....................... 70
Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Variabel Citra Merek (X3) ............................. 71
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 91
xvi
xv
ABSTRAK
endorser dan citra merek terhadap keputusan Perpindahan merek mie instan di
cita rasa, iconic endorser, dan citra merek memiliki koefisien regresi yang
bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas tersebut mengalami
Uji t menunjukkan bahwa cita rasa, dan citra merek berpengaruh positif
Kata kunci : cita rasa, iconic endorser, citra merek, dan keputusan
perpindahan merek.
xvi
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of taste, iconic endorser and
brand image on the decision to switch instant noodle brands among students.
namely a cause and effect relationship. The data collection techniques used were
variables, namely taste, iconic endorser, and brand image have a positive
regression coefficient. This shows that the increase in the independent variable
The t-test shows that taste, and brand image have a positive and
Keywords: taste, iconic endorser, brand image, and the decision to switch
brands.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Dunia bisnis menghadapi era baru persaingan global yang semakin ketat
melakukaan bisnis bagi para pelaku bisnis, karena ditunjang oleh kemajuan
Semakin banyak perusahaan berdiri akan tetapi tidak semua akan berhasil
dengan baik seperti yang diinginkan tanpa ditunjang oleh penjualan yang maksimal.
produknya, tidak hanya memperoleh konsumen baru, perusahaan juga harus menjaga
agar konsumen yang baru maupun konsumen lama tetap membeli produk perusahaan.
Setiap perusahaan selalu berusaha agar dapat memenangkan persaingan yang ada.
Perusahaan yang mampu bersaing dalam hal ini adalah perusahaan yang dapat tetap
Banyak perusahaan yang memulai bisnis dibidang food and beverage, dimana
bisnis ini sangat menjanjikan karena dinilai bahwa makanan dan minuman adalah
suatu kebutuhan pokok manusia yang akan selalu di butuhkan untuk dikonsumsi.
Dalam era ini banyak masyarakat yang kesulitan dalam mengatur waktu untuk
mengolah makanan sehingga memilih cara singkat dan praktis dalam mengolah
makanan, karena itu mulailah bermunculan bisnis makanan instan yang praktis dan
Mie instant merupakan salah satu produk makanan praktis yang banyak
beredar di pasaran dan digemari oleh semua kalangan. Mie instan sangatlah cocok
untuk dikonsumsi oleh masyarakat yang hanya memiliki waktu singkat untuk makan
dan demikian juga bagi kalangan mahasiswa yang sebagian besar berdomisili jauh
dari orang tua, mahasiswa sangat suka mengkonsumsi mie instan ini karena
perantau yang menjadi anak kos dimana anak kos biasanya menginginkan makanan
yang mengenyangkan tetapi murah dan mudah. Mie instan ini biasa juga dikonsumsi
oleh mahasiswa karena harganya yang terjangkau, cepat pembuatannya dan sifatnya
yang ada di Kota Mataram bahwa 8 dari 10 mahasiswa gemar mengkonsumsi mie
instan, dengan repetisi 2 - 5 kali dalam seminggu, dan seluruhnya telah mengenal mie
instan dengan merek Indomie dan Sedaap. Setelah dilakukan wawancara yang
3
mendalam disini saya menemukan bahwa 7 orang tidak loyal dengan satu merek mie
instan saja, mereka senang untuk berpindah – pindah merek secara dinamis, setelah
diberikan pertanyaan lebih lanjut ternyata mereka memberikan alasan bahwa mereka
melakukan perpindahan merek karena beberapa hal, Harga yang lebih murah
harga yang lebih murah, selain itu karena cita rasa yang dihasilkan oleh suatu produk
mie instan yang lebih menggoda karena memiliki varian rasa terbaru yang unik dan
sedang viral, sehingga menimbulkan rasa penasaran untuk mencoba merek mie instan
yang baru, lebih mudah untuk didapat, karena kios – kios terdekat lebih banyak
menjual merek lain sehingga lebih mudah untuk dijangkau, kemudian menggunakan
endorser yang memiliki tingkat kepopuleran lebih tinggi, dan yang sesuai dengan
kegemaran responden. Memiliki Citra merek yang terkenal, halal, dan terjamin
kualitasnya, serta memiliki model kemasan yang menarik perhatian dan kekinian
sehingga mempengaruhi dalam melakukan perpindahan merek mie instan. Dari hasil
hal yaitu, tergiur oleh cita rasa mie instan baru yang viral serta memiliki cita rasa
endorser yang digunakan oleh perusahaan mie instan sebagai bintang iklan membuat
mahasiswa penasaran untuk mencoba mie instan merek lain., memiliki citra merek
yang baik dengan standarisasi halal dan sudah memiliki izin BPOM sehingga sudah
4
dijamin kualitasnya oleh negara sehingga mahasiswa semakin yakin untuk mecoba
merek lain tersebut. Sehingga perlu di lakukan penelitian pengaruh Cita rasa, Iconic
Di tengah maraknya bisnis mie instan dan persaingan antar mie instan
yang begitu tajam serta peluang pasar yang masih luas, banyak perusahaan
berusaha menciptakan produk mie instan dengan berbagai kelebihan produk yang
ditawarkan, salah satu merek mie instan terkenal di Indonesia yaitu Indomie.
setiap tahun dan memiliki lebih dari 10 variant rasa yang dijual di pasar Indonesia.
Persaingan produk mie instan di Indonesia semakin ketat yang salah satunya
ditunjukkan oleh produk Wingsfood terutama dibidang mie instan yang masih
diminati masyarakat Indonesia terhadap makanan cepat saji jenis ini. Tidak
pasar mie instan, PT. Indofood dengan produk Indomienya menjadi lebih
waspada kepada perusahaan yang baru mencoba ikut bersaing dalam bisnis mie
instan. Perusahaan ini adalah Wings Food, dengan menghasilkan produk mie
5
instan berlabel “Mie Sedaap”. Wings Food meluncurkan produk Mie Sedaap
pada akhir tahun 2003. Mie instan merek ”Sedaap” sebagai salah satu produsen
mie instan yang sejak memasuki pasar pada tahun 2003 cukup menggoncang
pasar.
Merek Mie Sedaap adalah salah satu brand mie instan yang dapat mengikis
sedikit demi sedikit pangsa pasar dari Indomie yang menjadi market leader dari mie
instan di Indonesia, selain Indomie Mie Sedaap juga dapat menembus pasar
mancanegara seperti Malaysia dan Nigeria. Mie Sedaap tetap dengan gigih berjuang
untuk mendapatkan posisi kuat dalam pasar mie instan yang sudah lebih dahulu
dirajai oleh Indomie. Mie Sedaap menanamkan image mie yang memang sedap dan
harus dicoba oleh masyarakat, Mie Sedaap tetap gencar melakukan promosi
meningkatkan awareness pasar. Mie Sedaap menjadi fenomena baru, karena hanya
satu – satunya brand mie instan yang dapat menggerogoti pangsa pasar Indomie,
segala perstasi yang diraih oleh mie Sedaap berkat bumbu dan rasanya yang berhasil
memenuhi ekspetasi konsumen, sehingga sedikit demi sedikit pangsa pasar mulai
diraih. (beritaradar.com).
mie instan dengan berbagai pilihan merek. Beragamnya merek mie instan yang
beralih dari satu merek ke merek lainnya. Oleh karena itu, produsen mie instan
dijelaskan oleh Mowen dan Minor (2002) bahwa loyalitas merek mempunyai arti
Dari tabel 1.1 dapat diperoleh informasi yang menunjukkan bahwa Indomie
menduduki peringkat teratas brand share mie instan di Indonesia tahun 2016, selain
indomie perusahaan wingsfood corporation yang mengusung merek mie Sedaap dapat
merebut posisi kedua dengan persentase 17,2% sedangkan posisi ke tiga diduduki
oleh mie instan merek gaga yang hanya mendapatkan 2,8% persentase dari brand
share. Abc merupakan perusahaan mie instan yang menduduki peringkat ke 4 brand
share mie instan di Indonesia yang harus puas dengan angka 1,8%, dan di tutup oleh
7
beberapa merek mie instan yang terlalu banyak sehingga dikelompokkan sebagai
merek lainnya yang hanya mendapatkan persentase brand share sebesar 1,5%.
Hasil survey TOP brand awards dilakukan melalui tiga tahap utama yaitu
merek mie instan yang terakhir dikonsumsi, merek mie instan yang sering
dikonsumsi dan yang terakhir merek mie instan yang pertama kali diucapkan
Sumber : (databoks.katadata.id).
diakses pada tanggal 15 Oktober 2020
Berdasarkan gambar diagram 1.1 tersebut posisi pangsa pasar mie sedaap
sampai dengan tahun 2016 hanya berada pada posisi kedua setelah pangsa pasar
terbesarnya yaitu indomie. Sementara dilihat dari data TOP brand sampai dengan
tahun 2016 mie sedaap hanya dapat bertahan pada posisinya dan tidak mengalami
kenaikan brand atau merek yang berlanjut dan ditahun 2017 mie sedaap mengalami
penurunan dua persen dengan tahun sebelumnya. Dari data yang telah didapat
tersebut telah terjadi sutau peristiwa perpindahan merek secara dinamis yang
fenomena yang sangat wajar, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut
Assael (2002), perpindahan merek dilakukan oleh konsumen terjadi pada produk-
melakukan perpindahan merek terhadap merek pesaing. Menurut David et.al (1996)
perilaku perpindahan merek dapat disebabkan oleh faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu yang
bersangkutan seperti, adanya keinginan untuk mencoba merek yang baru, keinginan
untuk mencoba cita rasa yang baru, keinginan untuk mengkonsumsi merek yang
lebih berkualitas, keingan untuk mencoba produk dengan kemasan yang lebih baru,
keinginan untuk mencoba produk dengan tehknologi yang baru, dan adanya
ketidakpuasan akan suatu merek. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor yang
berasal dari luar seperti, adanya diskon, harga produk pesaing yang lebih murah,
adanya promosi yang menarik perhatian konsumen, dan adanya artis sebagai bintang
Cita rasa adalah suatu cara pemilihan makanan yang harus dibedakan dari rasa
(taste) makanan tersebut. Cita rasa merupakan atribut makanan yang meliputi
penampakan, bau, rasa, tekstur, dan suhu. Menurut Van Trijp, Hoyer, dan Inman
(1996) perpindahan merek mie instan yang dilakukan konsumen disebabkan oleh
pencarian variasi baru (cita rasa baru). Kebutuhan mencari variasi merupakan
komitmen secara sadar untuk membeli merek lain karena individu terdorong untuk
menjadi terlibat, terdorong oleh ingin mencoba rasa baru, memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi terhadap hal baru yang tujuannya adalah untuk mencari kesenangan atau
untuk melepaskan kejenuhan dari merek yang biasa dipakainya. Tujuan lain perilaku
variety seeking konsumen ini dapat juga hanya sekedar mencoba Beberapa hal yang
10
ketidakpuasan konsumen terhadap merek tertentu. Brand image adalah sejumlah citra
dijanjikan produk yang diproduksi oleh perusahaan tertentu (Keegan et al). Jika
produk mie instan memiliki citra yang positif dari konsumen, maka peluang
sebagai sumber iklan atau informasi tentang merek dan atribut produk yang
Yang dimaksud daya tarik yaitu sejumlah elemen yang terdapat dalam diri
selebriti yang meliputi sejumlah karakeristik dapat dilihat khalayak dalam diri
pendukung seperti daya Tarik fisik, kecerdasan, sifat kepribadian dan gaya
hidup. Yang dimaksud kredibilitas yaitu merupakan suatu keterampilan dan nilai
Promosi melalui iklan atau media lainnya dengan menggunakan celebrity endorser
11
juga dapat menjadi daya tarik untuk mempengaruhi konsumen dalam melakukan
seorang selebritis endorser yang mewakili ciri khas dari suatu merek yang diiklankan,
contohnya seperti pada iconic endorser yang digunakan oleh mie instan merek
Sedaap, menggunakan iconic endorser yaitu artis korea untuk mewakili produk
terbarunya yang memiliki unsur Korea yaitu mie Sedaap rasa Korean spicy chiken.
penantang pasar (market challenger) adalah strategi yang biasanya dilakukan oleh
tawaran yang agresif, harga yang murah, dan kualitas yang sama untuk memperoleh
lebih banyak market share. (Kotler, 2005). Kalangan mahasiswa adalah salah satu
kalangan yang sangat bergantung terhadap mie instan, karena mie instan mudah
dari orang tua sehingga memilih makanan yang praktis karena tidak ada
apakah cita rasa, iconic endorser, dan citra merek berpengaruh terhadap
1. Tujuan umum
13
Tujuan umum yang ingin dicapai didalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh cita rasa, iconic endorser, dan citra merek terhadap
2. Tujuan khusus
instan.
1. Bagi Penulis
Satu (S1).
2. Bagi Akademisi
3. Praktis
Hasil dari penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan masukan untuk kedua
BAB 2
berbagai macam pilihan rasa yang sesuai dengan keinginannya, tetapi juga
purna jual di kota-kota besar atau kecil. Banyak sekali outlet menawarkan
produk mie instan, berbagai kemudahan berkaitan dengan produk mie instan ini
mereka dari satu tipe produk tertentu ke tipe produk yang berbeda (Henry Assael,
dari beralihnya pengkonsumsian konsumen atas suatu produk ke produk lainnya, hal
ini dikarenakan seseorang selalu melakukan perbandingan antara merek satu dengan
merek yang lainnya pada saat konsumen mengevaluasi merek tertentu. Perilaku
menyebabkan adanya perilaku memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan atau
karena terjadi masalah dengan produk yang sudah dibeli, maka konsumen kemudian
beralih ke merek lain. Oleh sebab itu definisi dari brand switching adalah
( www.swa.ci.id ). Selain itu, Brand switching adalah saat dimana seorang pelanggan
atau sekelompok pelanggan berpindah kesetiaan dari satu merek sebuah produk
Perpindahan merek dapat muncul karena adanya variety seeking atau mencari
variansi baru Menurut Van Trijp, Hoyer, dan Inman (1996), selain itu konsumen
(1995) ada beberapa faktor yang mempengaruhi perpindahan merek, antara lain
dipengaruhi oleh variety seeking namun juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
perpindahan merek karena beragamnya produk lain dan adanya masalah dengan
merek, antara lain harga, inconvenience, response to service, core service failure,
Selain itu menurut William dan Lamarto (1997) penyebab terjadinya perpindahan
merek karena cita rasa tidak sesuai dengan persepsi konsumen, hal ini akan
menganggap merek tersebut tidak sesuai dengan seleranya. Namun apabila cita rasa
yang diberikan sebanding dengan harga yang ditawarkan, walaupun mahal maka
konsumen tetap akan membelinya dan tidak akan ada keputusan perpindahan ke
merek lain.
Aaker (1997) membagi kategori perpindahan merek ke dalam lima tingkatan, sebagai
berikut :
a. Switcher Adalah golongan yang tidak peduli pada merek, mereka suka berpindah
merek. Motivasi mereka berpindah merek adalah harga yang rendah karena
golongan ini memang sensitif terhadap harga (price sensitive switcher), adapula
yang selalu mencari variasi yang disebut Blackwell dkk dan Kotler sebagai
variety-prone switcher dan karena para konsumen tersebut tidak mendapatkan
kepuasan (unsatisfied switcher).
b. Habitual buyer Adalah golongan yang setia terhadap suatu merek dimana dasar
kesetiaannya bukan kepuasan atau keakraban dan kebanggaan. Golongan ini
17
memang puas, setidaknya tidak merasa dikecewakan oleh merek tersebut. Dan
dalam membeli produk didasarkan pada faktor kebiasaan, bila menemukan merek
yang lebih bagus, maka mereka akan berpindah.
c. Satisfied Buyer Adalah golongan konsumen yang merasa puas dengan suatu
merek. Mereka setia, tetapi dasar kesetiaannya bukan pada kebanggaan atau
keakraban pada suatu merek tetapi lebih didasarkan pada perhitungan untung rugi
atau biaya peralihan (switching cost) bila melakukan pergantian ke merek lain.
d. Liking the brand Adalah golongan konsumen yang belum mengekspresikan
kebanggannya pada kepada orang lain, kecintaan pada produk baru terbatas pada
komitmen terhadap diri sendiri, dan mereka merasa akrab dengan merek.
e. Commited buyer Adalah konsumen yang merasa bangga dengan merek tersebut
dan mengekspresikan kebanggaannya dengan mempromosikan merek tersebut
pada orang lain.
Terdapat lima indikator variabel dalam variabel keputusan perpindahan merek yaitu
sebagai berikut :
dalam keputusan perpindahan merek, karena kualitas yang lebih baik akan
3. Menurut (Hoyer dan Ridgway) tingkat kepuasan konsumen dari merek yang
merek.
18
4. Menurut (Van Trijp, Hoyer, dan Inman) variasi yang baru selalu di butuhkan
oleh konsumen, karena kejenuhan dengan varian rasa yang sama secara terus
mengkonsumsi produk dengan merek lain sehingga hal ini akan mempengaruhi
Dalam hal produk makanan khususnya makanan instan, cita rasa dari
konsumen.
suatu cara pemilihan makanan yang harus dibedakan dari rasa (taste) makanan
tersebut. Cita rasa juga merupakan atribut makanan yang meliputi penampakan, bau,
rasa, tekstur, dan suhu. Cita rasa adalah bentuk kerja sama dari indera perasa,
merupakan hasil kerja pengecap rasa (taste buds) yang terletak di lidah, pipi,
kerongkongan, atap mulut, yang merupakan bagian dari Cita rasa. Pada usia lanjut,
19
banyak bumbu untuk menimbulkan Cita rasa yang sama. Untuk meningkatkan Cita
rasa seringkali digunakan bahan tambahan makanan untuk Cita rasanya (Drummond
& Brefere, 2010). Definisi bahan makanan tambahan adalah bahan yang ditambahkan
dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk
memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur flavor dan memperpanjang daya simpan
(Wahida, 2010). Suatu makanan ada kalanya yang tersedia tidak mempunyai bentuk
yang menarik meskipun kandungan gizinya tinggi, dengan arti lain kualitas dari suatu
produk makanan sangat ditentukan oleh tingkat kesukaan kosumen terhadap makanan
yang berkualitas baik dan kualitas makanan adalah keseluruhan sifat-sifat dari
cita rasa yang tinggi adalah makanan yang disajikan dengan menarik, menyebarkan
bau yang sedap dan memberikan rasa yang lezat. Menurut Kemenkes (2013) bahwa
cita rasa makanan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi
Menurut (Wahidah, 2010) tiga indikator dari cita rasa, yaitu bau, rasa, dan tekstur:
1. Bau
Bau merupakan salah satu komponen cita rasa pada makanan, yaitu memberikan
aroma atau bau, maka dapat mengetahui rasa dari makanan tersebut. Di mana bau
20
ini dikenal dengan menggunakan hidung. Apabila bau makanan berubah maka
tentu saja akan berpengaruh pada rasa. Bau tengik atau alkohol yang disebabkan
oleh bahan makanan tersebut telah lama disimpan yang telah terkontaminasi
2. Rasa
Rasa berbeda dengan bau dan lebih banyak melibatkan panca indera lidah. Rasa
dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup-kuncup cecepan yang terletak pada
papilla yaitu bagian noda darah jingga pada lidah.pada anak kuncup-kuncup
perasa tersebut selain terletak di lidah juga terletak pada farinx,pelata bagian
3. Tekstur
Selain dari komponen-komponen cita rasa tersebut di atas, komponen yang juga
Bahan makanan yang mempunyai sifat merangsang syaraf perasa lidah, maupun
Periklanan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling dikenal, karena
daya jangkaunya yang luas. Iklan yang disenangi oleh konsumen terlihat menciptakan
sikap merek yang positif dan keinginan untuk membeli yang lebih ketimbang iklan
yang tidak mereka sukai (Peter & Olson, 2000). Keberhasilan sebuah iklan tidak
21
terlepas dari pesan bintang iklan dalam mempromosikan sebuah merek produk,
terutama bila iklan tersebut ditayangkan melalui media televisi. Penggunaan bintang
iklan dalam sebuah iklan televisi merupakan alternatif strategi yang tepat untuk
penghibur, atau atlet) yang dikenal oleh masyarakat karena kemampuannya dalam
bidang tertentu yang dapat mendukung produk yang diiklankan (Belch & Belch
2004).
dapat menarik perhatian atas pesan iklan, Selebriti dapat digunakan sebagai alat yang
cepat untuk mewakili segmen pasar yang dibidik . Endorser sering juga disebut
sebagai direct source (sumber langsung) yaitu seorang pembicara yang mengantarkan
sebuah pesan dan atau memperagakan sebuah produk atau jasa, Belch & Belch
(2004). Endorser juga diartikan sebagai orang yang dipilih mewakili image sebuah
produk (product image). Biasanya dari kalangan tokoh masyarakat memiliki karakter
(daya tarik fisik). Menurut Shimp (2003) TEARS dijelaskan sebagai berikut:
sebagai hal yang menarik untuk dilihat dalam kaitannya dengan konsep
antar endorser dan audience dalam hal umur, jenis kelamin, etnis, status sosial,
dan sebagainya.
(Belch dan Belch, 2004) berikut indicator dari iconic endorser, yaitu:
pengetahuan dan pengalaman yang relevan yang dimiliki oleh seorang endorser
2. Source attractiveness, endorser dengan tampilan fisik yang baik dan/ atau karakter
non-fisik yang menarik dapat menunjang iklan dan dapat menimbulkan minat
3. Source power, adalah kharisma yang dipancarkan oleh narasumber sehingga dapat
Iconic endorser berasal dari kata iconic dan endorser, dimana iconic adalah ciri
khas, dan endorser adalah pendukung iklan atau yang dikenal sebagai bintang iklan
yang di pakai dalam kegiatan promosi. Jadi iconic endorser adalah bintang iklan yang
24
mewakili ciri khas dari suatu merek tertentu, strategi ini banyak digunakan oleh
perusahaan – perusahaan besar sebagai strategi marketing agar jika pelanggan melihat
artis idolanya maka akan selalu teringat merek yang di iklankan oleh artis idolanya
dan akan menarik banyak pelanggan untuk mencoba produk yang diiklankan.
Merek (brand) adalah nama atau simbol yang bersifat membedakan (seperti
logo, cap, atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari
seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu (Aaker, 1997) Merek
merupakan hal yang sangat penting baik bagi konsumen maupun bagi produsen.
yang konsisten ketika mereka membeli produk tersebut. Menurut Mowen dan Minor
(1998), suatu merek tertentu dapat dibeli karena kenyamanan, ketersediaan, atau
harga. Bila salah satu dari faktor ini berubah, maka para konsumen dengan cepat
mungkin beralih ke merek lainnya. Menurut Sutisna (2003) dalam Anwar (2007)
melakukan pembelian terhadap merek itu, sebaliknya sikap negatif akan menghalangi
dalam area pemasaran. Kotler (2004) secara lebih spesifik menjelaskan peran merek
3. Konsumen yang selalu membeli produk dengan merek yang sama akan mendapat
fitur, benefit, dan kualitas yang sama tiap kali mereka membeli merek tersebut.
4. Merek bisa memberikan proteksi pada keunikan suatu fitur yang mungkin akan
Menurut Aaker (1997) ada tiga nilai yang dijanjikan oleh sebuah merek, yaitu :
nilai fungsional, nilai emosional, dan nilai ekspresi diri. Nilai fungsional merupakan
nilai yang diperoleh dari atribut produk yang memberikan kegunaan (utility)
fungsional kepada konsumen. Nilai ini berkaitan langsung dengan fungsi yang
diberikan oleh produk atau layanan kepada konsumen. Kinerja merek menunjukan
seberapa baik peringkat merek menurut penilaian penilaian konsumen. Semakin baik
kinerja merek maka semakin tinggi kepuasan yang dirasakan oleh konsumen (Griffin,
suatu merek dan menunjukan pengetahuan konsumen tentang merek semakin baik
dan kemudian berpengaruh terhadap evaluasi pasca konsumsi dan keputusan lanjutan
(Griffin, 2005).
asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Citra merek itu sendiri
26
memiliki arti kepada suatu pencitraan yang sama terhadap sebuah merek. Brand
pesaingnya.
Menurut Keller (1998) setiap produk yang terjual dipasaran memiiki citra
membedakannya dari para pesaing.Citra merek dianggap sebagai jenis asunsi yang
muncul dalam benak konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu. Asumsi
tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu
yang dikaitkan dengan suatu merek, sama halnya ketika seseorang berpikir tentang
orang lain. Menurut Kotler (2001) yang mengintrepetasi adalah konsumen dan yang
di inrepetasikan adalah informasi. Informasi citra dapat dilihat dari logo atau simbol
yang digunakan oleh perusahaan untuk mewakili produknya. Dimana simbol dan logo
ini bukan hanya sebagai pembeda dari pesain sejenis namun juga dapat merefleksikan
Menurut Keller (1993) dalam Erna Ferrinadewi (2008) Citra merek adalah
persepsi tentang merek yang merupakan refleksi memori konsumen akan asosiasinya
pada merek tersebut. Sutisna (2001: 83) mengatakan bahwa konsumen dengan citra
27
dalam memilih produk didasarkan pada citra merek yang telah tertanam dibenaknya,
sehingga konsumen tersebut akan memiliki komitmen dalam memilih produk atau
yang hampir mirip maknanya, sehingga sering disebut dengan loyalitas merek saja.
Loyalitas pelangan itu dalam jangka panjang selalu menjadi tujuan bagi perencanaan
pasar strategis (Kotler, 1997). Menurut Schiffman dan kanuk (1994), loyalitas merek
merupakan suatu pilihan yang konsisten atau pembelian merek yang sama yang
dilakukan oleh konsumen atas suatu produk tertentu. Loyalitas merek merupakan satu
(Ferrel, 2002) memahami loyalitas merek sebagai suatu perilaku positif terhadap
suatu merek yang mendorong konsumen untuk secara konsisten membeli merek
merek lain jika merek tersebut membuat suatu perubahan, baik dalam harga atau
1. Citra Korporant Citra yang ada dalam perusahaan itu sendiri. Perusahaan sebagai
organisasi berusaha membangun imagenya dengan tujuan tak lain ingin agar nama
perusahaan ini bagus, sehingga akan mempengaruhi segala hal mengenai apa yang
2. Citra Produk / Konsumen Citra konsumen terhadap suatu produk yang dapat
3. Citra Pemakai Dapat dibentuk langsung dari pengalaman dan kontak dengan
diletakkan terhadap atribut dari produk atau layanan yaitu apa yang konsumen
berusaha untuk mencocokkan rasa mie yang diciptakan agar sesuai dengan
pada kualitas makanan yang disajikan. Wood dan Harger (2006) dalamS. Fiani
kematangan, dan rasa. Rasa sendiri memiliki arti rangsangan yang diterima
lidah yang terdiri dari manis, pedas, asin, dan pahit. Perpaduan yang seimbang
pada empat dasar ini akan menghasilkan rasa yang dapat diterima. Penelitian ini
didukung oleh Penelitian Sri Iziati Wahyuni Nasution (2019) menyatakan bahwa
merek Good Kedai di Medan Night Market kemudian penelitian ini juga sejalan
dengan dua penelitian lain yaitu, penelitian Yoga Nazmudin (2019) menyatakan
bahwa variabel citarasa berpengaruh signifikan terhadap minat beli Kue Balok
Babakan dan penelitian Nurul Hikmah (2018) menyatakan bahwa variabel cita rasa
Kota Mataram.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
selebritis. Image selebritis bagi seorang konsumen dilihat dari kecocokan dan
bintang iklan diyakini memiliki daya tarik tersendiri. Selain memiliki keuntungan
publisitas dan kekuatan memperoleh perhatian dari konsumen, selebriti juga memiliki
pembelian terhadap produk yang diiklankannya (Belch & Belch 2004 ). Penelitian ini
Endorser berpengaruh signifikan Terhadap Brand Switching dan sejalan oleh dua
Samsung Ke Ponsel Cina dan penelitian Ridiet Akbar Wibawanto (2012) menyatakan
merek (studi kasus pada siswa siswi SMA Ibu Kartini Kota Semarang)
Berdasarkan beberapa uraian tersebut, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan
merek
Menurut Peter dan Olson 1994 (dalam Rangkuti 2009: 20-21) bahwa dalam
nama merek, harga, serta berbagai atribut produk lainnya, ia akan cenderung memilih
nama merek terlebih dahulu setelah itu memikirkan harga, ini karena citra merek
menurut Xuemei Bian dan Luiz Moutinho (2011) menyebutkan bahwa dimensi brand
Penelitian ini didukung oleh Penelitian Inka Nuromavita (2016) menyatakan bahwa
Yamaha ke Honda. Dan sejalan dengan dua penelitian lain yaitu, penelitian Arinita
terhadap perpindahan merek (studi kasus pada konsumen produk lipstick Wardah di
Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
Gambar 2.1
Cita rasa (X1)
Menurut
(Wahidah
2010)
a. Rasa
b. Tekstur
c. Aroma
BAB 3
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian asosiatif yaitu suatu
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.
Bentuk hubungan antara variabel pada penelitian ini, yaitu hubungan kausal.
pengaruh cita rasa, iconic endorser, dan citra merek terhadap keputusan
34
variabel berpengaruh (independent variabel) cita rasa, iconic endorser, dan citra
perpindahan merek.
mahasiswa yang berasal dari luar kota Mataram yang mengkonsumsi mie instan.
3.3.1. Populasi
tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa di
Kota Mataram yang melakukan perpindahan merek mie instan secara dinamis.
3.3.2. Sampel
dari beberapa anggota populasi. Subset ini diambil karena dalam banyak kasus tidak
memungkinkan untuk meneliti seluruh anggota populasi, oleh karena itu dibentuk
sebuah perwakilan yang disebut sampel. Dengan meneliti sampel, peneliti sampel,
35
Ferdinand (2014:173), jumlah sampel adalah 5-10 dikali jumlah indicator yang akan
Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang elemen populasi dipilih atas
responden) atau karena pertimbangan pribadi peneliti bahwa mereka dapat mewakili
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D tahun 2009, Accidental Sampling adalah teknik
36
dijawabnya (Sugiyono,2011:142).
2. Data Kualitatif, yaitu data dalam bentuk keterangan atau kalimat, dan tidak
dapat dijelaskan dalam bentuk angka (besarnya tidak dapat diukur) dalam hal
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dan bersumber dari
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari bahan bacaan maupun literatur
mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Cita
operasioanal tersebut.
kebenaran dari hipotesis yang telah diajukan, maka akan dilakukan analisis
40
secara kuantitatif untuk mengetahui pengaruh Cita rasa, Iconic Endorser, dan
mahasiswa.
Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan alat bantu Skala Likert.
Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap, atau
Skala ini merupakan suatu skala psikometrik yang biasa diaplikasikan dalam
angket dan paling sering digunakan untuk riset yang berupa survei, termasuk
sangat positif sampai sangat negatif, yang dibuat menjadi 5 (lima) jawaban.
Hasil pengumpulan data dari keempat variabel yang dikaji, lebih lanjut
Kategori
No Keputusan
Interval Iconic
. Cita rasa Citra Merek perpindahan
Endorser
(X1) (X3) merek
(X2)
(Y)
1. ≥ 4,21 Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
2. 3,41-4,20 Baik Baik Baik Baik
3. 2,61– Netral Netral Netral Netral
3,40
4. 1,81– Kurang Baik Kurang Baik Kurang Kurang Baik
2,60 Baik
5. ≤ 1,80 Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik
1. Uji Validitas
42
instrument. Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang
apabila ada pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang harus dibuang atau diganti
skor item dengan total variabel tersebut dengan menggunakan teknik korelasi
rxy = n ∑ XY −¿ ¿
Keterangan:
n = Jumlah sampel
Dengan kriteria pengujian apabila r hitung > r Tabel dengan α = 0,05 maka
alat ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila r hitung < r Tabel maka
2. Uji Reliabilitas
43
Menurut Umar (2000:194) bahwa reabilitas adalah suatu angka indeks yang
menunjukan kosistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Uji
1. Uji Normalitas
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas diperlukan karena untuk melakukan
mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak
valid dan statistik parametrik tidak dapat digunakan (Ghozali 2013: 110). Ada dua
cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisis grafik dan uji statistik. Untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau
2. Uji Multikolinieritas
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Menurut Imam Ghozali (2009) cara
44
berikut :
1) Besarnya variabel Inflation Factor/VIF pedoman suatu model regresi yang bebas
3. Uji Heteroskedastisitas
cara untuk mendiktesikannya atau dengan cara melihat grafik perhitungan antara nilai
1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
2. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik–titik yang menyebar di atas dan di bawah
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
digunakan karena terdapat dua veriabel atau lebih yaitu variabel bebas X dan variabel
45
terikat Y, lalu akan dihitung atau dicari nilai Y yang lain berdasarkan nilai X yang
sudah ada.
variabel Cita rasa, Iconic endorser, dan Citra merek, terhadap Keputusan perpindahan
Dimana :
α = Konstanta
X1 = Cita rasa
X2 = Iconic endorser
X3 = Citra merek
e = Variabel Penggangu
Apabila pada saat pengujian atau pengolahan dalam menentukan hasil regresi
diperoleh konstanta negatif, konstanta negatif tidaklah menjadi persoalan dan bisa
diabaikan selama model regresi yang diuji sudah memenuhi asumsi klasik untuk
regresi ganda. Selain itu, selama nilai slope tidak nol maka tidak perlu
rentang nilai 1-8, sedangkan Y memiliki rentang nilai 100-200. Karena dasarnya
46
yang menjadi perhatian adalah X nya (slope), bukan nilai konstanta. Dalam berbagai
kasus, intercept juga sering tidak masuk akan untuk diinterpretasi sehingga harus
diabaikan.
1. Uji t
Untuk menguji variabel yang berpengaruh antara X1, X2, dan X3 terhadap Y
secara individual (parsial) maka digunakan uji t. Adapun kriteria pengujian uji t
1. Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada pengaruh signifikan
2. Jika Sig > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima berarti tidak ada pengaruh
sebagai berikut :
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
Gambar 3.1
2. Uji F
yaitu cita rasa (X1), iconic endorser (X2), dan citra merek (X3) mempunyai
variabel bebas, yaitu cita rasa, iconic endorser, dan citra merek secara
varibel bebas, yaitu cita rasa (X1), iconic endorser (X2), dan citra merek
(X3)
Gambar 3.2
0,05. Apabila nilai F hitung lebih kecil dari tingkat kesalahan/eror (alpha) 0,05
(yang telah ditentukan) maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang
diestimasi layak. Sedangkan apabila nilai F hitung lebih besar dari tingkat
kesalahan 0,05 maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi tidak
layak.
paling baik dalam analisis regresi, dimana hal yang ditunjukkan oleh besarnya
koefisiensi determinasi (R²) antara 0 (nol) dan 1 (satu). Koefisien determinasi (R²) nol
Apabila koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa
BAB IV
Mie instant merupakan salah satu produk makanan praktis yang banyak
beredar di pasaran dan digemari oleh semua kalangan. Mie instan, menjadi
makanan favorit para penduduk dunia terutama pada bagian Asia Tenggara.
Demikian juga bagi kalangan mahasiswa yang sebagian besar berdomisili jauh
50
dari orang tua, mahasiswa sangat suka mengkonsumsi mie instan ini karena
kepraktisannya. Di tengah maraknya bisnis mie instan dan persaingan antar mie
instan yang begitu tajam serta peluang pasar yang masih luas, banyak
Dalam kajian ini akan ditampilkan mengenai berbagai data tentang responden.
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 responden adalah
yang sudah tahu, mengenal produk mie instan, dan pernah melakukan perpindahan
merek mie instan. Karakteristik Responden dalam penelitian ini meliputi jenis
kelamin, usia, asal universitas, jenjang pendidikan, smester, uang saku perbulan, dan
konsumsi mie instan perminggu. Adapun deskripsi dari penelitian dapat dijelaskan
dibawah ini.
Berdasarkan Tabel 4.1 , dapat diberi kesimpulan bahwa jumlah reponden laki-
perbandingan (2:1), dimana dari data tersebut menunjukan bahwa reponden yang
mie instan, hal tersebut dapat dijelaskan karena responden yang berjenis kelamin
laki lebih rendah dalam keterlibatan pembelian produk mie instan, dimana dalam
proses memilih dan membeli produk mie instan laki-laki lebih mudah untuk
Usia, Usia 20-29 Tahun memiliki persentase tertinggi yakni sebesar 76,7 % dan
yang terendah adalah persentase Usia >29 Tahun yakni sebesar 5 %. Dengan
merek adalah mahasiswa yang masih tergolong dalam usia yang muda. Dimana
pada usia 20-29 tahun adalah usia yang memiliki tingkat kestabilan emosi yang
perpindahan merek secara dinamis. sedangkan pada usia >29 tahun adalah usia
yang sudah memiliki tingkat kestabilan emosi yang baik, sehingga dalam memilih
produk sakan lebih teliti dan cukup sulit untuk terpengaruh dari produk-produk baru.
60 % dan yang terendah adalah persentase Stah Gde Pudja Mataram yakni
terbesar yang ada di Kota Mataram, karena Universitas Mataram adalah kampus
yang melakukan perpindahan merek mie instan. Sedangkan Stah Gde Pudja Mataram
merupakan sekolah tingga Agama Hindu yang satu-satunya berada di Kota Mataram,
karena Agama Hindu merupakan Agama minoritas yang ada di Kota Mataram
sehingga mahasiswa Stah Gde Pudja Mataram memiliki mahasiswa yang sedikit jadi
perpindahan merek adalah mahasiswa yang sedang menempuh studi pada smester 6-
8. Dimana smester 6-8 adalah smester yang sudah dikategorikan sebagai smester
atas, dimana mahasiswa smester atas sudah mulai disibukkan dengan adanya tugas
54
akhir sehingga mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir akan memiliki
waktu yang sedikit untuk makan, sehingga memilih makanan yang memiliki waktu
proses pembuatannya lebih singkat. Jadi responden yang dalam tahap smester 6-8
memiliki tingkat keputusan perpindahan merek mie instan yang tinggi dikarenakan
konsumsi mie instan yang tinggi juga. Sedangkan mahasiswa smester >8 adalah
mahasiswa yang masih dalam tahap menyusun tugas akhir yang masih belum bisa
populasi mahasiswa yang berada pada smester >8 sudah cukup sedikit sehingga
sedikit juga mahasiswa yang melakukan perpindahan merek pada smester >8.
jumlah yang kecil bagi mahasiswa, karena mahasiswa memiliki banyak kebutuhan
yang harus dipenuhi dalam menempuh kuliah. Karena memiliki uang saku yang
tergolong kecil sehingga mahasiswa memilih untuk mengkonsumsi mie instan karena
memiliki harga yang terjangkau, karena banyak mengkonsumsi mie instan sehingga
memiliki tingkat keputusan perpindahan merek yang tinggi dengan harga yang sesuai
dengan uang saku yang dimiliki. Sedangkan persentase terendah ada pada responden
yang mendapatkan uang saku perbulan Rp.>1.500.000 yaitu sebesar 5%, jika
mahasiswa untuk mengkonsumsi mie instan sudah cukup rendah karena uang saku
mereka sudah cukup tinggi dan bisa mengkonsumsi makanan yang lebih fresh,
konsumsi mie instan perminggu, frekuensi konsumsi mie instan sebanyak >5 kali
instan sebanyak lebih dari 5 kali. Dimana mahasiswa sangat tergantung oleh mie
instan, karena mahasisa didominasi oleh mahasiswa yang merantau kekota demi
menempuh pendidikan, yang jauh dari orang tua yang mengolahkan makanan. Karena
mengkonsumsi mie instang lebih dari 5 kali dalam seminggu dapat dikategorikan
sebagai frekuensi yang tinggi sehingga mahasiswa rentan untuk bosan dengan mie
instan yang merek atau rasanya itu-itu saja sehingga sangat mudah untuk melakukan
konsumsi mie instan 1kali dalam seminggu merupakan presentase terrendah yaitu
sebesar 13,3%, hal ini bisa terjadi karena mahasiswa yang mengkonsumsi mie instan
1 kali dalam seminggu adalah mahasiswa yang cenderung tidak terlalu suka
terhadap kuesioner yang disebar atas indikator yang digunakan pada penelitian.
Dalam mengukur variabel Cita rasa digunakan 3 indikator yaitu rasa, tekstur,
No. 1 2 3 4 5
Pernyataan Rata-rata skor Kategori
Item
X1. Tingkat 0 5 12 26 17 3,91 Baik
1 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat varian
rasa.
X1. Tingkat 4 10 12 25 9 3,41 Baik
2 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat bumbu
mie.
X1. Tingkat 4 14 14 17 11 3,28 Netral
3 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat tekstur.
X1. Tingkat 2 12 17 19 10 3,36 Netral
4 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat aroma.
Rata-rata total 3,49 Baik
Sumber: Data primer diolah Juli 2021
58
Dari Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa rata-rata skor untuk item pernyataan
“Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat varian rasa.” memiliki
rata-rata skor 3,91 dengan kategori baik, terdapat 26 orang yang menyatakan bahwa
tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat varian rasa dengan
kategori baik, karena varian rasa mie instan yang banyak dan lengkap memang
membuat konsumen tergoda untuk mengkonsumsi mie instan, hal ini merupakan ciri
khas dari mie instan. Sedangkan 5 orang menyatakan bahwa tingkat rangsangan
untuk mengkonsumsi mie instan akibat varian rasa dengan kategori kurang baik, hal
ini terjadi karena ada sebagian kecil dari konsumen mie instan memang tidak terlalu
suka untuk mengkonsumsi mie instan kecuali memang keadaan yang memaksa untuk
mengkonsumsi mie instan karena tidak cukupnya waktu dalam mengolah makanan.
akibat bumbu mie.” memiliki rata – rata skor dengan kategori baik. Dari 60 orang
instan akibat bumbu mie dengan kategori baik, hal ini bisa terjadi karena bumbu mie
instan yang kaya rasa memang membuat konsumen tergoda untuk mengkonsumsi mie
instan, Sedangkan 4 orang diantaranya menyatakan kurang baik, hal ini bisa terjadi
karena ada beberapa orang yang memang tidak cocok terhadap bumbu mie instan
akibat tekstur dengan kategori baik, hal ini karena memang tekstur mie instan yang
kenyal dan mudah untuk di kunyah menyebabkan beberapa orang merasa cocok dan
menyatakan bahwa tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat tekstur
dengan kategori tidak baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa tekstur mie instan yang
kenyal dan sedikit lembek membuat beberapa orang tidak tertarik untuk
tertarik dengan rangsangan aroma mie instan, aroma mie instan yang sangat lezat
memang menciptakan suatu presepsi tersendiri bagi pecinta mie instan yang
menyatakan tidak tertarik oleh rangsangan aroma mie instan, hal ini terjadi karena
beberapa orang merasa tidak cocok dengan aroma mie instan yang tajam.
diuraikan menjadi 3 item pernyataan. Tanggapan responden dapat dilihat pada Tabel
No. 1 2 3 4 5
Pernyataan Rata-rata skor Kategori
Item
X2. Tingkat 3 9 8 22 18 3,71 Baik
1 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat melihat
kredebelitas
endorser mie
instan.
X2. Tingkat 3 10 8 27 12 3,58 Baik
2 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat melihat
daya Tarik
endorser.
X2. Tingkat 2 8 8 26 11 3,68 Baik
3 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat melihat
kharisma
endorser mie
instan.
Rata-rata total 3,65 Baik
Sumber: Data primer diolah Juli 2021
Dari data tabel 4.8 diketahui bahwa skor rata - rata untuk item pernyataan
tertarik untuk mengkonsumsi mie instan karena rangsangan dari endorser yang
memiliki kredebelitas yang tinggi. Kredebelitas endorser yang tinggi ini dapat
memberikan citra produk yang positif dari sebuah iklan kepada konsumen sehingga
kredebelitas dari seorang endorser yang mengiklankan produknya sudah tinggi, hal
ini terjadi karena ada beberapa orang yang tidak terlalu memperhatikan bintang iklan
pendukung lainnya.
akibat melihat daya Tarik endorser.” memiliki rata – rata skor dengan kategori baik.
karena endorser memiliki daya Tarik yang kuat bagi konsumen terlebih jika endorser
diantaranya merasa tidak merasa tertarik oleh endorser hal ini bisa terjadi karena
endorser memang tidaklah hanya memiliki penggemar, tetapi juga memiliki haters
hal inilah yang menyebabkan beberapa orang tidak merasa tertarik oleh endorser dari
suatu iklan.
mendapatkan rata rata skor dalam kategori tertarik. Dari 60 orang responden 26 orang
mengkonsumsi mie instan hal ini disebabkan karena kharisma yang terpancar dari
endorser memang memiliki nilai positif yang sangat kuat yang bisa membuat orang
tidak tertarik oleh charisma endorser, hal ini dikarenakan ada beberapa orang yang
endorser dirasa tidak membuat mereka tertarik untuk mengkonsumsi mie instan.
perusahaan, citra produk, dan citra pemakai. Kemudian diuraikan menjadi 4 item
pernyataan. Tanggapan responden dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini :
No. 1 2 3 4 5
Pernyataan Rata-rata skor Kategori
Item
X3. Tingkat 5 12 14 20 9 3,26 Netral
1 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat
perusahaan
yang sudah go
Internasional
X3. Tingkat 6 14 15 19 6 3,08 Netral
2 rangsangan
untuk
63
mengkonsumsi
mie instan
akibat mie yang
sudah memiliki
standarisasi
halal.
X3. Tingkat 4 8 20 16 12 3,40 Baik
3 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat kemasan
mie instan yang
kekinian.
X3. Tingkat 4 16 15 18 7 3,10 Netral
4 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat sudah
pernah merasa
puas dengan
merek tersebut.
Rata-rata total 3,21 Netral
Sumber: Data primer diolah Juli 2021
Dari Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa rata-rata skor untuk item pernyataan
“Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat perusahaan yang sudah
instan karena perusahaan yang sudah go internasional sudah memiliki merek yang
konsumen merasa yakin dengan sepenuhnya untuk mengkonsumsi mie instan yang
menyatakan tidak tertarik untuk mengkonsumsi mie instan meskipun telah memiliki
merek yang yang sudah go internasional, hal ini karena beberapa orang merasa sudah
go internasional atau tidak dari sebuah merek mie instan tidak mempengaruhinya
akibat mie yang sudah memiliki standarisasi halal.” memiliki rata – rata skor dengan
untuk mengkonsumsi mie instan jika mie instan tersebut telah terstandarisasi halal,
hal ini merupakan suatu kewajiban bagi umat yang beragam Muslin untuk selalu
standarisasi halal tidak membuatnya yakin untuk mengkonsumsi mie instan, karena
ada beberapa orang yang memang beragama non Muslim sehingga memang
mengkonsumsi mie instan akibat kemasan mie instan yang kekinian.” memiliki rata
rata skor masuk dalam kategori baik. Dari 60 responden 20 diantaranya menyatakan
untuk mengkonsumsi mie instan dengan kemasan yang kekinian, karena ada beberapa
65
orang khususnya orang dengan kategori dewasa-tua yang lebih menyukai kemasan
mengkonsumsi mie instan akibat sudah pernah merasa puas dengan merek tersebut”
diantaranya menyatakan bahwa mereka yakin untuk mengkonsumsi mie instan jika
sudah pernah merasa puas dengan merek mie instan tersebut, hal ini dikarenakan,
sifat manusia yang akan nyaman dengan suatu merek jika mereka telah merasa puas
menyatakan bahwa tidak yakin untuk mengkonsumsi mie instan meskipun telah
pernah puas dengan merek tersebut, hal ini karena ada beberapa orang yang telah
merasa puas dengan suatu merek tetapi mencari lagi merek baru untuk mencari rasa
harga mie instan, kualitas produk, tingkat kepuasan konsumen, variasi produk, dan
No. 1 2 3 4 5
Pernyataan Rata-rata skor Kategori
Item
Y.1. Tingkat 2 10 15 26 7 3,43 Baik
1 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat
kecocokan
antara harga dan
rasa yang
dihasilkan.
Y1.2 Tingkat 0 20 13 18 9 3,26 Netral
rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat merasa
lebih puas di
bandingkan
dengan mie
instan merek
lama.
Y1.3 Bagaimana 5 7 11 23 14 3,56 Baik
tingkat
kepuasan anda
terhadap merek
mie instan
merek baru?
Y1.4 Tingkat 2 6 21 23 8 3,45 Baik
rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat mencari
variasi baru.
Y1.5 Tingkat 3 15 14 21 7 3,51 Baik
rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat
67
membandingka
n merek mie
instan merek
baru dengan
mie instan
merek lama.
Rata-rata total 3,44 Baik
Sumber: Data primer diolah Juli 2021
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat rata-rata skor dengan kategori baik pada
item “Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat kecocokan antara
menyatakan bahwa merasa tertarik untuk mengkonsumsi mie instan dengan harga
yang sesuai dengan cita rasa yang dihasilkan, hal ini bisa terjadi karena masalah
harga adalah masalah yang paling genting dan sensitif bagi konsumen, konsumen
akan rela untuk mengeluarkan uang demi mendapatkan rasa makanan yang sesuai
kesetaraan harga dan rasa mie instan, karena ada beberapa orang yang tidak
mempermasalahkan harga dari suatu produk makanan jika mereka sudah merasa puas
Untuk item “Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan merek baru
akibat merasa lebih puas di bandingkan dengan mie instan merek lama.” mendapat
menyatakan tidak merasa tertarik untuk mengkonsumsi mie instan hanya karena lebih
puas dengan merek baru dibanding dengan merek lama, hal ini karena meskipun
68
sudah puas dengan merek baru tetapi perasaan rindu akan mie instan merek lama
akan membuat mereka untuk tertarik kembali mengkonsumsi mie instan merek lama.
karena sudah merasa puas dengan mie instan merek baru. Hal ini terjadi karena
mereka sudah merasa mie instan merek lama sudah tidak cocok lagi dan lebih
memilih untuk meninggalkan mie instan merek lama yang sudah dirasa tidak cocok
terhadap merek mie instan merek baru?”. Memiliki rata-rata nilai tanggapan
dengan mie instan merek baru, hal ini karena mie instan merek baru sudah sesuai
dengan keinginan responden sehingga merasa puas dengan mie instan merek baru.
Sedangkan 5 diantaranya menyatakan tidak puas dengan mie instan merek baru, hal
ini terjadi karena responden merasa bahwa mie instan merek baru tidak sesuai dengan
keinginan dan harapannya sehingga merasa tidak puas dan lebih puas dengan mie
mencari variasi baru.” mendapat tanggapan dengan kategori baik. Dari 60 responden
ingin mencari variasi baru, hal ini terjadi karena responden sudah merasa bosan
dengan mie instan merek lama sehingga ingin mencari variasi baru mie instan dengan
69
tidak tertarik untuk mengkonsumsi mie instan karena mencari variasi baru, hal ini
biasa terjadi dibeberapa orang yang sudah merasa nyaman dengan mie instan merek
lama dan tidak ingin mencari variasi baru lagi yang masih dianggap belum tentu
membandingkan merek mie instan merek baru dengan mie instan merek lama.”
membandingkan mie instan merek baru dengan mie instan merek lama, hal ini karena
bagi beberapa orang yang ingin berpindah merek mereka akan membandingka
terlebih dahulu antara merek lama dengan merek baru sebelum menentukan
untuk mengkonsumsi mie instan karena membandingkan merek, hal ini karena
Uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner perlu dilakukan untuk menguji
kualitas instrumen yang digunakan. Oleh karena itu, instrumen atau alat ukur harus
memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai. Pengujian validitas dan reliabilitas
70
kuesioner dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 25.0. Adapun hasil
Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan teknik korelasi Pearson
Pengujian ini menggunakan uji dua sisi (Two-Tailed) dan jumlah sampel
valid.
b. Jika r hitung < r Tabel, maka item-item pertanyaan yang digunakan dinyatakan
tidak valid.
Berdasarkan tabel 4.6 nilai df=58 dan probabilitas sebesar 5% diketahui nilai
rtabel sebesar 0.2542. Adapun berdasarkan tabel di atas diketahui setiap item yang
mengukur variabel Cita Rasa (X1) valid atau akurat. Hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan nilai rhitung setiap item lebih besar dari rtabel (rhitung > rtabel).
Berdasarkan tabel 4.7 nilai df=58 dan probabilitas sebesar 5% diketahui nilai
rtabel sebesar 0.2542. Adapun berdasarkan tabel di atas diketahui setiap item yang
mengukur variabel Iconic Endorser (X2) valid atau akurat. Hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan nilai rhitung setiap item lebih besar dari rtabel (rhitung > rtabel).
Berdasarkan tabel 4.8 nilai df=58 dan probabilitas sebesar 5% diketahui nilai
rtabel sebesar 0.2542. Adapun berdasarkan tabel di atas diketahui setiap item yang
72
mengukur variabel Citra Merek (X3) valid atau akurat. Hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan nilai rhitung setiap item lebih besar dari rtabel (rhitung > rtabel).
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Keputusan Perpindahan Merek (Y)
Berdasarkan tabel 4.9 nilai df=58 dan probabilitas sebesar 5% diketahui nilai
rtabel sebesar 0.2542. Adapun berdasarkan tabel di atas diketahui setiap item yang
mengukur variabel Keputusan Berganti Merek (Y) valid atau akurat. Hal tersebut
dapat dilihat berdasarkan nilai rhitung setiap item lebih besar dari rtabel (rhitung > rtabel).
nilainya tidak kurang dari 0.2542 atau dengan kata lain nilainya lebih dari atau sama
dengan r Tabel. Sehingga, item-item pertanyaan yang digunakan pada penelitian ini
selanjutnya.
Pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha
digunakan pada penelitian ini, sehingga item pertanyaan tersebut dapat dihandalkan,
walaupun penelitian dilakukan berulang kali dengan item pertanyaan yang sama.
Pengujian pada penelitian ini dilakukan dengan Scale If Item Deleted. Kriteria
a. Jika nilai Alpha ≥ 60% atau 0,6, maka item-item pertanyaan yang digunakan
dinyatakan reliabel.
b. Jika r hitung < 60% atau 0,6, maka item-item pertanyaan yang digunakan
diperoleh koefisien Croncbach Alpha untuk semua item pertanyaan yang digunakan
lebih dari atau sama dengan 0,6, sehingga item-item pertanyaan yang digunakan
Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah residual atau error data
terdistribusi normal atau tidak. Idealnya pada model regresi residual atau error data
Kolmogorov-Smirnov dengan melihat nilai signifikansi. Apabila nilai Asymp. Sig >
0.05 maka dapat dikatakan residual atau error data terdistribusi normal. Apabila nilai
Asymp. Sig < 0.05 makan dapat dikatakan residual atau error data tidak terdistribusi
normal. Selain itu, uji normalitas juga dapat ditentukan dengan melihat grafik Normal
P-P Plot. Apabila titik-titik yang digambarkan sebagai data penelitian berada di
sekitar garis linear atau menempel pada garis linear maka dapat dikatakan residual
Kolmogorov-Smirnov dan grafik Normal P-P Plot dengan bantuan Software IBM
SPSS 25:Tabel
Unstandardized Residual
N 60
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
75
Berdasarkan hasil Uji Normalitas, diketahui nilai Asymp. Sig sebesar 0.200
yang artinya Asymp. Sig > 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data residual
sudah terdistribusi normal. Berikut grafik normal P-P Plot uji normalitas:
sebagai data penelitian menempel atau berada di sekitar garis linear. Hal tersebut
Uji Multikolieneritas
korelasi yang kuat sesama variabel bebas. Jika terdapat masalah multikolinieritas
maka dapat diartikan bahwa variabel bebas memiliki korelasi. Cara untuk mendeteksi
ada tidaknya multikolinieritas adalah dengan cara melihat nilai tolerance dan VIF
(Variance Inflastion Factor). Jika nilai tolerance > 0.10 dan nilai VIF < 10, maka
tidak terjadi multikolinieritas atau bebas dari Multikolinieritas. Berikut hasil Uji
Coefficientsa
Standardiz
Unstandardized ed Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Toleranc
Model B Std. Error Beta t Sig. e VIF
1 (Constant) 15.563 3.032 5.133 .000
Cita Rasa .372 .170 .283 2.190 .033 .921 1.086
Iconic .225 .165 .172 1.368 .177 .971 1.030
Endorser
Citra Merek .321 .158 .263 2.033 .047 .918 1.089
a. Dependent Variable: Perpindahan Merek
Sumber: Data primer diolah Juli 2021
77
0.971 yang artinya nilai tolerance > 0.01 dan nilai VIF berkisar antara 1.030-1.089
yang artinya nilai VIF < 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
Uji Heteroskedastitas
Asumsi penting dalam regresi linier adalah bahwa gangguan yang muncul
grafik. Pengujian heteroskedastistas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
data. Model regresi yang baik ialah tidak terjadi gejala heteroskedastisitas atau
idealnya model regresi memiliki variansi residual atau eror data yang sama antara
variabel independen (X) dan variabel dependennya (Y). Berikut hasil Uji
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat pola scatterplot berpencar dan tidak
tampak membentuk pola tertentu. Titik-titik terlihat menyebar di atas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat diindikasikan bahwa model regresi tidak
terkena heteroskedastisitas.
Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel Cita rasa
(X1), Iconic endorser (X2), Citra merek (X3), terhadap Keputusan perpindahan
merek (Y) mie instan dikalangan mahasiswa di Kota Mataram. Proses analisis
Berikut output analisis regresi linier berganda dengan bantuan aplikasi SPSS. Berikut
hasil uji analisis regresi berganda menggunakan Software IBM SPSS 25:
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .661 .542 1.121 .227
Cita Rasa .469 .135 .399 3.480 .001
Iconic Endorser .317 .129 .259 2.456 .017
Citra Merek .165 .134 .133 1.230 .223
a. Dependent Variable: Perpindahan Merek
Sumber: Data primer diolah Juli 2021
1. Nilai konstanta pada model regresi sebesar 0.661 yang artinya apabila nilai setiap
variabel bebas (X) sama dengan nol atau konstan, maka nilai variabel
2. Nilai koefisien regresi variabel Cita Rasa (X1) sebesar 0.469 yang artinya setiap
peningkatan sebesar 1 satuan pada variabel Cita Rasa (X1) maka akan terjadi
peningkatan sebesar 0.469 pada variabel Perpindahan Merek (Y). Sedangkan nilai
variabel lain (Iconic Endorser dan Citra Merek) dianggap tetap. Adapun nilai
80
koefisien regresi ialah positif yang mengindikasikan adanya hubungan satu arah.
Jadi dapat disimpulkan semakin tinggi Cita Rasa (X1) maka akan semakin tinggi
3. Nilai koefisien regresi variabel Iconic Endorser (X2) sebesar 0.317 yang artinya
setiap peningkatan sebesar 1 satuan pada variabel Iconic Endorser (X2) maka
akan terjadi peningkatan sebesar 0.317 pada variabel Perpindahan Merek (Y).
Sedangkan nilai variabel lain (Cita Rasa dan Citra Merek) dianggap tetap.
hubungan satu arah. Jadi dapat disimpulkan semakin tinggi Iconic Endorser (X2)
4. Nilai koefisien regresi variabel Citra Merek (X3) sebesar 0.165 yang artinya
setiap peningkatan sebesar 1 satuan pada variabel Citra Merek (X3) maka akan
(Y). Sedangkan nilai variabel lain (Cita Rasa dan Iconic Endorser) dianggap
tetap. Adapun nilai koefisien regresi ialah positif yang mengindikasikan adanya
hubungan satu arah. Jadi dapat disimpulkan semakin tinggi Citra Merek (X3)
Uji T Parsial bertujuan untuk melakukan uji hipotesis penelitian, yaitu melihat
dependen (Y). Pengambilan keputusan Uji T ialah apabila nilai Sig. < 0.05 maka Ha
diterima dan Ho ditolak atau dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan
secara parsial. Sedangkan apabila nilai Sig > 0.05 maka Ha ditolak dan Ho diterma
atau dapat dikatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial. Berikut
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 15.563 3.032 5.133 .000
Cita Rasa .372 .170 .283 2.190 .033
Iconic Endorser .225 .165 .172 1.368 .177
Citra Merek .321 .158 .263 2.033 .047
a. Dependent Variable: Perpindahan Merek
Sumber: Data primer diolah Juli 2021
dapat dilihat berdasarkan nilai Sig. sebesar 0.033 yang artinya Sig. < 0.05
tersebut dapat dilihat berdasarkan nilai Sig. sebesar 0.177 yang artinya Sig. >
dapat dilihat berdasarkan nilai Sig. sebesar 0.047 yang artinya Sig. < 0.05
Uji F Simultan
ialah apabila nilai Sig. < 0.05 maka Ha diterima dan Ho ditolak atau dapat dikatakan
Namun, apabila nilai Sig. > 0.05 maka Ha ditolak dan Ho diterima atau dapat
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 123.917 3 41.306 3.024 .037b
Residual 764.933 56 13.660
Total 888.850 59
a. Dependent Variable: Perpindahan Merek
b. Predictors: (Constant), Citra Merek, Iconic Endorser, Cita Rasa
Sumber: Data primer diolah Juli 2021
Berdasarkan hasil Uji F, diketahui nilai Sig. sebesar 0.037 yang artinya Sig.
< 0.05 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa Cita
Rasa, Iconic Endorser, dan Citra Merek secara bersama-sama berpengaruh terhadap
Perpindahan Merek.
83
Model Summaryb
variabel dependen (Y) yang dapat diprediksi atau dijelaskan oleh seluruh variabel
Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai R Square (R 2) sebesar 0.574 atau 57.4%.
(Y) yang dapat diprediksi atau dijelaskan oleh seluruh variabel independen (X).
Sedangkan sisanya sebesar 42.6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat
dalam penelitian.
Dari hasil pengujian bahwa Cita rasa memiliki pengaruh yang positif dan
di Kota Mataram. Pada variabel Cita rasa dapat tiga indikator yang dijadikan ukuran,
yaitu rasa, tekstur dan aroma. Dari hasil penelitian yang ada dapat kita katakan bahwa
rasa yang mie instan miliki rasa yang dapat memikat lidah konsumen, tekstur dari
Iconic endorser memiliki nilai koefisien yang positif terhadap keputusan perpindahan
merek mie instan. Namun angka signifikansi yang ada di variabel Iconic endorser
perpindahan merek mie instan di kalangan mahasiswa di kota Mataram. Dari hasil
penelitian yang dilakukan beberapa responden merasa tertarik dengan iklan mie
instan jika artisnya memiliki kredebelitas yang tinggi, kemudian responden juga
merasa tertarik dengan daya Tarik endorser dari iklan mie instan, dan responden juga
merasa tertarik dengan iklan mie instan karena kharisma yang dipancarkan oleh
endorser. Hal tersebut bisa mempengaruhi keputusan perpindahan merek mie instan,
Pada variabel Citra merek terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap keputusan perpindahan merek mie instan. Terdapat tiga indikator yang
dijadikan tolak ukur untuk variabel Citra merek, yaitu citra perusahaan, citra produk,
dan citra pemakai. Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa semakin
terkenal dan semakin baik citra perusahaan maka akan semakin menaikkan tingkat
keputusan perpindahan merek mie instan, semakin baik dan mengikuti perkembangan
85
instan.Hasil positif dari hasil perhitungan regresi linier berganda menyatakan bahwa
Citra merek mie instan maka akan semakin tinggi keputusan perpindahan merek mie
instan.
4.9 Pembahasan
Dari hasil analisis sebelumnya diketahui bahwa variabel Cita Rasa, Iconic
Endorser dan Citra Merek memiliki tingkat kelayakan model yang tinggi dan setiap
fenomena yang dianalisis, hal ini menunjukkan bahwa Cita Rasa, Iconic Endorser
dan Citra Merek dari produk mie instan dapat berpengaruh terhadap keputusan
perpindahan merek mie instan di kalangan mahasiswa di Kota Mataram. Kondisi ini
dapat ditunjukan dengan tingkat signifikan yang dihasilkan sebesar 0,037, yang
dimana Ha diterima dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yakni 0,037 < 0,05.
Tingkat pengaruh ini juga didukung dengan perolehan hasil uji koefisien yang cukup
tinggi yakni sebesar 57,46 %, hal ini menunjukan variabel-variabel independen pada
penelitian ini mampu memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
menunjukan bahwa responden yang berjenis kelamin Laki-laki lebih dominan dari
responden yang berjenis kelamin Perempuan, kisaran usia responden berkisar dari 20-
Hasil pengujian secara persial pada variabel Cita Rasa menunjukan bahwa
variabel Cita Rasa pada sebuah produk mie instan memberikan pengaruh yang
segnifikan dan positif terhadap keputusan perpindahan merek mie instan di kalangan
mahasiswa di Kota Mataram. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi cita rasa
pada produk mi instan maka semakin tinggi pula keputusan perpindahan merek pada
produk mie instan. Secara empirik hal ini dapat dibuktikan dengan uji hipotesis secara
parsial dimana variabel Cita Rasa memiliki signifikansi sebesar 0,033. Nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,033 < 0,05) menunjukkan bahwa Cita Rasa
Rasa dapat menggambarkan rasa dari produk mie instan didalam benak konsumen.
menunjukan bahwa Iconic Endorser sebuah produk mie instan tidak berpengaruh
signifikan dan postif terhadap keputusan perpindahan merek mie instan di kalangan
mahasiswa di Kota Mataram. Hal ini menunjukan bahwa Semakin tinggi tingkat
kesuksesan Iconic Endorser dari iklan produk mie intan tidak berpengaruh terhadap
keputusan perpindahan merek mie instan. Secara empirik hal ini dibuktikan dengan
uji hipotesis secara pasial dimana variabel Iconic Endorser memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,177. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yakni 0,177 > 0,05, hal ini
87
Hasil pengujian secara persial pada variabel Citra Merek menunjukan bahwa
variabel Citra Merek pada sebuah produk mie instan memberikan pengaruh yang
mahasiswa di Kota Mataram. Hal ini menunjukan bahwa semakin baik sebuah Citra
Merek yang sebuah perusahan mie instan maka semakin tinggi keputusan
perpindahan merek mie instan. Secara empirik hal ini dapat dibuktikan dengan uji
hipotesis secara pasial dimana variabel Citra Merek memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,047. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,047 < 0,05) menunjukkan
mie instan secara statistik. Citra merek dapat menggambarkan keberadaan merek
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
88
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisa mengenai pengaruh Cita rasa,
Iconic endorser, dan Citra merek terhadap Keputusan perpindahan merek mie instan
perbandingan (2 : 1) dengan sebaran usia responden didominasi oleh usia 20-29 tahun
Mataram dengan persentase 60% dari data 60 responden dengan jenjang pendidikan
S1 dengan presentase 58% smester 6-8 dengan presentase 45%,dengan uang saku
pembelian mie instan >5 kali dalam seminggu dengan persentase 36,7%. Kesimpulan
1. Penelitian ini membuktikan bahwa Cita rasa memiliki pengaruh yang positif dan
mahasiswa di Kota Mataram. Hal ini bermakna bahwa hasil Cita rasa ( rasa,
aroma, dan tekstur mie instan) yang di hasilkan oleh mie instan bisa menarik
mahasiswa untuk melakukan perpindahan merek mie instan. Secara empirik hal
ini dapat dibuktikan dengan uji hipotesis secara parsial dimana variabel Cita
Rasa memiliki nilai t hitung sebesar 2,190 dengan signifikansi sebesar 0,033.
Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,033 < 0,05) menunjukkan bahwa Cita
89
statistik.
endorser, daya Tarik endorser, dan kharisma endorserter mie instan tidak dapat
instan. Secara empirik hal ini dibuktikan dengan uji hipotesis secara pasial
dimana variabel Iconic Endorser memiliki nilai signifikansi sebesar 0,177. Nilai
3. Penelitian ini membuktikan bahwa Citra merek memiliki pengaruh yang positif
mahasiswa di Kota Mataram. Hal ini bermakna bahwa Citra merek dari sebuah
perpindahan merek mie instan, dimana Citra Perusahaan, Citra produk, dan
merek mie instan. Secara empirik hal ini dapat dibuktikan dengan uji hipotesis
secara pasial dimana variabel Citra Merek memiliki nilai signifikansi sebesar
0,047. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,047 < 0,05) menunjukkan
5.2 Saran
90
Berikut ini adalah saran-saran yang dapat diberikan oleh penulis kepada
1. Produsen mie instan diharapkan untuk tetap menjaga dan meningkatkan kualitas
rasa mie instannya, karena sesuai dengan hasil pengumpulan rata – rata skor
kuesioner didapatkan bahwa kebanyakan responden merasa tergoda oleh rasa mie
instan, sehingga untuk mencegah konsumen berpindah merek mie instan sebagai
produsen mie instan yang inovatif, produsen harus tetap meningkatkan kualitas
2. Produsen mie instan sebaiknya menyeleksi artis sebagai iconic endorser harus
memiliki kriteria tingkat kredebelitas, charisma serta daya Tarik yang dihasilkan
Daya Tarik endorser dengan rata-rata skor yang rendah maka saya selaku penulis
menyarankan untuk menyeleksi lebih ketat dengan melakukan uji tes daya Tarik
untuk mengetahui apakan artis yang akan digunakan untuk menjadi iconic
pengujian kualitas produk mie instan. Produk mie instan harus memiliki
BPOM serta memiliki label Halal dari Majelis Ulama Indonesia. Sesuai dengan
bahwa pada indicator variabel X3.2 “saya merasa yakin untuk mengkonsumsi
mie instan dari perusahaan yang sudah memiliki standarisasi Halal”, memiliki
nilai rata – rata skor yang rendah, sehingga penulis menyarankan untuk
dikalangan mahasiswa dalam penelitian ini hanya ada tiga variabel, yaitu cita
rasa, iconic endorser dan citra merek, sedangkan masih banyak faktor yang
mempengaruhi keputusan perpindahan merek mie instan, sesuai dengan hasil uji
perpindahan merek (Y) yang dapat diprediksi atau dijelaskan oleh seluruh
variabel (X), masih ada tersisa sebesar 46,4% yang dipengaruhi oleh variabel lain
melalui Google Form, penulis sering menjumpai responden yang tidak pernah
92
melakukan perpindahan merek mie instan, jadi responden tersebut tidak masuk
sesungguhnya.
Daftar Pustaka
Buku:
Kotler, Philip, and Keller, Kevin, Lane. 2006. Marketing Management, twelve
edition. New Jersey : Prentice Hall.
93
Jurnal:
Abdulrahman, F. 2013. Analisis Pengaruh Citra Merek dan Harga Terhadap
Perpindahan Merek Produk Smartphone Samsung Galaxy Series.
Universitas Surabaya.
Agus, R. 2018. Gambaran Umum Mie sedap Kemasan Bag. Ponorogo.
94
Website:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/01/30/indofood-kuasai-71-
pasar-mi-instan-indonesia(Diakses pada 5 Maret 2021 Pukul 19.00
WITA)
96
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/11/12/kuartal-iii-2019-
penjualan-mi-instan-indofood-capai-rp-217-triliun# (Diakses pada 5
Maret 2021 Pukul 19.00 WITA)
https://en.wikipedia.org/wiki/Celebrity_branding(Diakses pada 5 Maret 2021
Pukul 19.00 WITA)
https://id.wikipedia.org/wiki/Indomie(Diakses pada 5 Maret 2021 Pukul 19.00
WITA)
https://www.idntimes.com/news/indonesia/zulfah-goenawan/siwon-jadi-
brand-ambassador-mie-sedaap/3 (Diakses pada 20 November 2020
Pukul 20.00 WITA)
https://www.liputan6.com/bisnis/read/580541/10-produk-terlaris-di-indonesia-
no1-mi-sedaap (Diakses pada 20 November 2020 Pukul 20.00 WITA)
97
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Kuesioner penelitian
Kepada Yth.
Dengan hormat,
Atas kerja sama dan perhatiannya saya ucapkan terima kasih dan lebih
kurangnya materi maupun cara penyampaian kuesioner ini peneliti mohon maaf
sebesar-besarnya.
Hormat Peneliti,
( ) Perempuan
Asal universitas :
Jenjang pendidikan :
( ) D3
( ) S1
( ) S2
( ) S3
Usia :
( ) < 20 tahun
( ) 20-29 tahun
( ) >29 tahun
Smester :
( ) 1-3
( ) 3-6
( ) 6-8
( ) >8
Uang saku perbulan :
( ) Rp. <500.000
( ) Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000
( ) > Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000
( ) >Rp. 1.500.000
Frekuensi konsumsi mie instant perminggu :
a. 1 kali
b. 2 – 3 kali
c. 3 – 5 kali
d. > 5 kali
Pernahkan saudara melakukan perpindah merek mie instan ?
( ) Pernah
100
( ) Tidak
Berikut ini adalah pertanyaan yang berkaitan dengan analisa pengaruh cita
rasa, citra merek,dan iconic endorser terhadap keputusan berpindah merek mie instan
101
di kalangan mahasiswa kota mataram. Anda bebas untuk memberikan jawaban yang
Berikan tanda ( √ ) pada alternative jawaban yang menurut anda tepat atas
a. Sangat tertarik
b. Tertarik
c. Netral
d. Kurang Tertarik
e. Tidak menggoda
a. Sangat tertarik
b. tertarik
c. Netral
d. Kurang tertarik
e. Tidak tertarik
102
a. Sangat cocok
b. cocok
c. Netral
d. Kurang cocok
e. Tidak cocok
a. Sangat tertarik
b. Tertarik
c. Netral
d. Kurang tertarik
e. Tidak tertarik
a. Sangat tertarik
b. Tertarik
c. Netral
d. Kurang tertarik
e. Tidak tertarik
Tarik endorser.
a. Sangat tertarik
b. Tertarik
c. Netral
d. Kurang tertarik
e. Tidak tertarik
a. Sangat tertarik
b. Tertarik
104
c. Netral
d. Kurang tertarik
e. Tidak tertarik
sudah go Internasional
a. Sangat yakin
b. Yakin
c. Netral
d. Kurang yakin
e. Tidak yakin
2. Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat mie yang sudah
a. Sangat yakin
b. Yakin
c. Netral
d. Kurang yakin
e. Tidak yakin
105
a. Sangat tertarik
b. Tertarik
c. Netral
d. Kurang tertarik
e. Tidak tertarik
a. Sangat yakin
b. Yakin
c. Netral
d. Kurang yakin
e. Tidak yakin
a. Sangat sesuai
b. Sesuai
c. Netral
d. Kurang sesuai
106
e. Tidak sesuai
2. Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat merasa lebih puas
a. Sangat puas
b. Puas
c. Netral
d. Kurang puas
e. Tidak puas
3. Bagaimana tingkat kepuasan anda terhadap merek mie instan merek baru?
a. Sangat puas
b. Puas
c. Netral
d. Kurang puas
e. Tidak puas
baru.
a. Sangat sesuai
107
b. Sesuai
c. Netral
d. Kurang sesuai
e. Tidak sesuai
a. Sangat sesuai
b. Sesuai
c. Netral
d. Kurang sesuai
e. Tidak sesuai
108
Frekuensi Pembelian
Jenis Asal Jenjang Uang Saku
No Nama Umur Smester Mie Instan Dalam
Kelamin Universitas Pendidikan Perbulan
seminggu
1. I gusti agung perempua Universitas 20-29 Rp 500.000 -
S1 6-8 3-5 kali
dena sari dewi n mataram Tahun 1.000.000
20-29 Rp 500.000 -
2. Adi cipta laki - laki AMM D3 3-6 3-5 kali
Tahun 1.000.000
Universitas 20-29
3. Adit pratama laki - laki D3 3-6 2-3 kali
bumigora Tahun Rp >1.500.000
perempua Universitas 20-29 Rp 1.000.000 -
4. AG Umaeroh S1 6-8 > 5 kali
n mataram Tahun 1.500.000
Almer Universitas 20-29 Rp 500.000 -
5. laki - laki S1 6-8 2-3 kali
Tradiansyah mataram Tahun 1.000.000
20-29
6. Bangkit fadilah laki - laki AMM D3 3-6 > 5 kali
Tahun Rp >1.500.000
Universitas 20-29 Rp 500.000 -
7. Gde Bimo laki - laki D3 3-6 2-3 kali
mataram Tahun 1.000.000
8. Chandra Asri laki - laki AMM D3 20-29 3-6 Rp 500.000 - 2-3 kali
109
Tahun 1.000.000
Universitas 20-29
9. lalu Danu laki - laki S1 6-8 > 5 kali
mataram Tahun Rp >1.500.000
STAH Gde
10 perempua 20-29
Desak Ayu Pudja S1 6-8 > 5 kali
. n Tahun
mataram Rp >1.500.000
11 Desak Putu perempua Universitas 20-29 Rp 1.000.000 -
S1 6-8 2-3 kali
. Marta Utami n Mataram Tahun 1.500.000
12 perempua 20-29 Rp 1.000.000 -
Diva Indah AMM D3 3-6 3-5 kali
. n Tahun 1.500.000
13 Gusti Ayu perempua Universitas 20-29
S1 6-8 1 kali
. Fanya n Mataram Tahun Rp >1.500.000
14 perempua Universitas 20-29
Fitri Novianti D3 3-6 2-3 kali
. n Mataram Tahun Rp >1.500.000
15 perempua Universitas 20-29 Rp 1.000.000 -
Gaura Valentina S1 3-6 > 5 kali
. n Mataram Tahun 1.500.000
16 perempua 20-29
Agung Mas AMM D3 3-6 > 5 kali
. n Tahun Rp >1.500.000
17 Desak Ayu perempua Bumigora S1 20-29 6-8 Rp 500.000 - 3-5 kali
1.000.000
110
. Tahun
28 Universitas <20
Komang Ari laki - laki S1 1-3 1 kali
. Mataram Tahun Rp < 500.000
29 Komang Agus Universitas <20
laki - laki D3 1-3 1 kali
. Alit Putra Mataram Tahun Rp < 500.000
30 Komang Agus 20-29
laki - laki Bumigora D3 3-6 > 5 kali
. Tri Hartawan Tahun Rp < 500.000
31 <20 Rp 500.000 -
Krisna laki - laki AMM D3 1-3 1 kali
. Tahun 1.000.000
32 Universitas 20-29 Rp 500.000 -
Lani Herniwati laki - laki S1 1-3 > 5 kali
. Mataram Tahun 1.000.000
33 20-29 Rp 500.000 -
Lukman Hidayat laki - laki AMM D3 3-6 3-5 kali
. Tahun 1.000.000
34 Universitas 20-29
Made Agus laki - laki S1 3-6 2-3 kali
. Mataram Tahun Rp >1.500.000
35 <20 Rp 500.000 -
Made swastika laki - laki AMM D3 1-3 > 5 kali
. Tahun 1.000.000
36 perempua Universitas 20-29 Rp 500.000 -
Baiq Nina S1 6-8 3-5 kali
. n Mataram Tahun 1.000.000
37 Ninis perempua Universitas D3 20-29 6-8 Rp 500.000 - 1 kali
112
. Mataram Tahun
48 Baiq Vina perempua Universitas 20-29 Rp 500.000 -
S1 6-8 > 5 kali
. Shafira n Mataram Tahun 1.000.000
49 perempua Universitas 20-29
Vina silviana S1 6-8 > 5 kali
. n Mataram Tahun Rp >1.500.000
50 Universitas 20-29 Rp 1.000.000 -
Wahyu Aji laki - laki S1 6-8 3-5 kali
. Mataram Tahun 1.500.000
51 >29 Rp 500.000 -
Wayan Seger laki - laki Bumigora S1 6-8 > 5 kali
. Tahun 1.000.000
52 >29 Rp 500.000 -
Made Wiranta laki - laki AMM D3 6-8 2-3 kali
. Tahun 1.000.000
53 perempua Universitas 20-29 Rp 500.000 -
Yolanda S1 6-8 > 5 kali
. n Mataram Tahun 1.000.000
54 <20 Rp 1.000.000 -
Michael laki - laki Bumigora S1 6-8 > 5 kali
. Tahun 1.500.000
55 20-29 Rp 1.000.000 -
Michael Denise laki - laki Bumigora S1 6-8 > 5 kali
. Tahun 1.500.000
56 <20
Ade Shatya laki - laki AMM D3 6-8 > 5 kali
. Tahun Rp < 500.000
57 Gita Safira perempua Universitas S1 20-29 3-6 Rp 500.000 - 2-3 kali
114
24. 4 3 5 4 4 3 3 5 4 4 3 3 3 4 2 3
25. 4 4 4 3 3 2 2 4 4 4 3 4 3 4 3 2
26. 4 4 5 4 5 4 4 2 2 3 2 2 2 2 4 3
27. 5 4 5 4 4 4 4 2 4 3 4 3 3 4 4 4
28. 4 4 2 4 4 4 4 2 3 3 3 2 2 3 2 2
29. 4 4 3 4 4 4 4 1 2 2 2 2 5 4 2 2
30. 5 5 5 5 5 5 5 3 3 4 2 2 2 1 3 2
31. 4 4 1 4 4 4 4 2 1 5 1 4 2 2 3 2
32. 5 4 4 4 5 5 5 3 2 3 2 2 4 1 3 2
33. 4 3 4 4 4 4 4 5 2 3 2 4 3 2 5 3
34. 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4
35. 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5
36. 3 3 2 3 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4
37. 5 4 2 2 5 4 4 3 2 3 2 4 5 4 4 4
38. 3 1 2 3 5 4 4 3 2 4 4 5 4 5 4 4
39. 3 3 3 2 5 4 4 3 2 5 4 4 4 5 4 4
40. 3 2 2 3 4 3 4 3 5 2 2 4 4 4 4 4
41. 5 3 2 2 4 5 4 3 4 2 5 4 5 4 4 5
42. 3 2 3 1 5 4 4 5 2 5 5 4 4 5 5 4
43. 5 2 5 2 4 4 4 4 1 1 1 5 5 4 4 4
44. 3 2 2 3 5 4 5 2 3 5 2 4 4 4 4 4
45. 2 3 3 4 4 4 5 4 2 5 1 5 5 3 3 5
46. 3 2 3 3 1 1 2 1 1 1 1 5 4 4 4 5
47. 3 4 4 5 2 2 3 4 1 2 4 3 2 5 3 5
48. 4 1 2 2 1 1 4 1 2 4 4 2 2 3 3 2
49. 5 2 4 3 1 1 3 1 3 5 4 4 3 4 3 2
50. 4 4 4 5 2 2 3 2 4 2 2 3 2 1 3 2
51. 2 4 3 4 2 2 5 4 2 5 2 2 2 5 2 1
117
52. 4 2 4 5 4 4 2 4 1 1 4 3 2 3 4 3
53. 5 5 4 3 3 3 2 4 5 4 5 1 5 5 5 1
54. 4 4 5 2 2 2 2 4 4 5 2 2 2 3 3 2
55. 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 2 2 1 3 2
56. 4 4 5 4 3 3 4 4 5 4 5 3 2 4 3 3
57. 4 5 4 3 3 3 2 4 4 4 4 4 3 5 5 4
58. 4 4 5 5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 5 5
59. 5 2 4 3 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4
60. 5 5 4 2 4 4 5 4 4 5 3 4 4 5 4 5
118
Correlations
X1_1 X1_2 X1_3 X1_4 Cita Rasa
X1_1 Pearson Correlation 1 .198 .346** .066 .538**
Sig. (2-tailed) .129 .007 .618 .000
N 60 60 60 60 60
* **
X1_2 Pearson Correlation .198 1 .319 .353 .706**
Sig. (2-tailed) .129 .013 .006 .000
N 60 60 60 60 60
** * **
X1_3 Pearson Correlation .346 .319 1 .358 .770**
Sig. (2-tailed) .007 .013 .005 .000
N 60 60 60 60 60
** **
X1_4 Pearson Correlation .066 .353 .358 1 .675**
Sig. (2-tailed) .618 .006 .005 .000
N 60 60 60 60 60
Cita Rasa Pearson Correlation .538** .706** .770** .675** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
119
Correlations
X2_1 X2_2 X2_3 Iconic Endorser
X2_1 Pearson Correlation 1 .796** .599** .917**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 60 60 60 60
** **
X2_2 Pearson Correlation .796 1 .577 .906**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 60 60 60 60
** **
X2_3 Pearson Correlation .599 .577 1 .811**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 60 60 60 60
** ** **
Iconic Endorser Pearson Correlation .917 .906 .811 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
120
Correlations
X3_1 X3_2 X3_3 X3_4 Citra Merek
X3_1 Pearson Correlation 1 .215 .230 .266* .632**
Sig. (2-tailed) .099 .078 .040 .000
N 60 60 60 60 60
* **
X3_2 Pearson Correlation .215 1 .264 .500 .723**
Sig. (2-tailed) .099 .041 .000 .000
N 60 60 60 60 60
* *
X3_3 Pearson Correlation .230 .264 1 .264 .640**
Sig. (2-tailed) .078 .041 .041 .000
N 60 60 60 60 60
* ** *
X3_4 Pearson Correlation .266 .500 .264 1 .739**
Sig. (2-tailed) .040 .000 .041 .000
N 60 60 60 60 60
Citra Merek Pearson Correlation .632** .723** .640** .739** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
121
Correlations
Perpindahan
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Merek
** * * **
Y1 Pearson 1 .447 .307 .300 .646 .742**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .017 .020 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60
** ** ** **
Y2 Pearson .447 1 .372 .401 .439 .738**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .003 .001 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60
* ** * **
Y3 Pearson .307 .372 1 .271 .341 .662**
Correlation
Sig. (2-tailed) .017 .003 .036 .008 .000
N 60 60 60 60 60 60
Y4 Pearson .300* .401** .271* 1 .470** .658**
Correlation
Sig. (2-tailed) .020 .001 .036 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60
** ** ** **
Y5 Pearson .646 .439 .341 .470 1 .801**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .008 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60
** ** ** ** **
Perpindahan Pearson .742 .738 .662 .658 .801 1
Merek Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
122
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
X1_1 3.92 .907 60
X1_2 3.42 1.139 60
X1_3 3.28 1.209 60
X1_4 3.37 1.089 60
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
X1_1 10.07 6.640 .278 .609
X1_2 10.57 5.301 .412 .518
X1_3 10.70 4.722 .491 .450
X1_4 10.62 5.630 .377 .546
123
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.853 3
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
X2_1 3.72 1.195 60
X2_2 3.58 1.139 60
X2_3 3.68 1.033 60
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
X2_1 7.27 3.724 .791 .730
X2_2 7.40 3.973 .776 .744
X2_3 7.30 4.892 .621 .886
124
Reliability Statistics
Citra Merek (X3)
Cronbach's
Alpha N of Items
.619 4
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
X3_1 3.27 1.191 60
X3_2 3.08 1.169 60
X3_3 3.40 1.153 60
X3_4 3.10 1.145 60
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
X3_1 9.58 6.756 .316 .610
X3_2 9.77 6.114 .458 .504
X3_3 9.45 6.760 .340 .591
X3_4 9.75 6.055 .490 .481
125
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Y1 3.43 1.015 60
Y2 3.27 1.087 60
Y3 3.57 1.212 60
Y4 3.45 .964 60
Y5 3.23 1.110 60
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
Y1 13.52 10.254 .582 .707
Y2 13.68 10.017 .562 .713
Y3 13.38 10.308 .422 .768
Y4 13.50 11.068 .478 .741
Y5 13.72 9.393 .652 .679