Anda di halaman 1dari 145

SKRIPSI

PENGARUH CITA RASA, ICONIC ENDORSER, DAN CITRA MEREK


TERHADAP KEPUTUSAN PERPINDAHAN MEREK MIE INSTAN DI
KALANGAN MAHASISWA DI KOTA MATARAM

OLEH :

PANDE I KOMANG TARUNA WIBAWA

A1B117153

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2021
SKRIPSI

PENGARUH CITA RASA, ICONIC ENDORSER, DAN CITRA MEREK


TERHADAP KEPUTUSAN PERPINDAHAN MEREK MIE INSTAN DI
KALANGAN MAHASISWA DI KOTA MATARAM

OLEH :

PANDE I KOMANG TARUNA WIBAWA

A1B117153

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2021
i

PENGARUH CITA RASA, ICONIC ENDORSER, DAN CITRA MEREK


TERHADAP KEPUTUSAN PERPINDAHAN MEREK MIE INSTAN DI
KALANGAN MAHASISWA DI KOTA MATARAM

SKRIPSI

UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA PADA PROGRAM STUDI (S1)

MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

OLEH:

PANDE I KOMANG TARUNA WIBAWA

A1B117153

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2021
ii
iii

HALAMAN PENGESAHAN HASIL UJIAN

Judul Skripsi : PENGARUH CITA RASA, ICONIC


ENDORSER, DAN CITRA MEREK
TERHADAP KEPUTUSAN
PERPINDAHAN MEREK MIE INSTAN DI
KALANGAN MAHASISWA DI KOTA
MATARAM

Nama Mahasiswa : PANDE I KOMANG TARUNA WIBAWA


Nomor Mahasiswa : A1B 117153
Jurusan : MANAJEMEN

Naskah skripsi ini telah dipertahankan pada sidang ujian,

Tanggal 9 Agustus 2021

Tim penguji :

1. Drs. Rahman Dayani, M.Si. Ketua ( )


NIP. 196401201989031002

2. Dr. Lalu Edy Herman Mulyono, MM. Anggota I ( )


NIP.197605132008121002

3. Drs. H. M. Ilhamuddin, M.Sc Anggota II ( )


NIP. 196312311989031019
iv

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : PENGARUH CITA RASA, ICONIC


ENDORSER, DAN CITRA MEREK
TERHADAP KEPUTUSAN
PERPINDAHAN MEREK MIE INSTAN DI
KALANGAN MAHASISWA DI KOTA
MATARAM

Nama Mahasiswa : PANDE I KOMANG TARUNA WIBAWA


Nomor Mahasiswa : A1B 117153
Jurusan : MANAJEMEN

Skripsi ini telah diterima sebagai suatu kebulatan studi program strata satu (S1)
pada Fakultas Ekonomi dan Bisni Universitas Mataram

Mataram,9 Agustus 2021

Dekan, Ketua Jurusan,


Program Studi S1 Manajemen

Dr. Muaidy Yasin, Ms. Dr. Baiq Handayani R,SE., MM


NIP. 196008101987031002 NIP. 197107271997032002
v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI


Yang bertanda tangan di bawah ini, saya yang menyatakan bahwa skripsi dengan
judul :

PENGARUH CITA RASA, ICONIC ENDORSER, DAN CITRA MEREK


TERHADAP KEPUTUSAN PERPINDAHAN MEREK MIE INSTAN DI
KALANGAN MAHASISWA DI KOTA MATARAM

Adalah hasil karya saya.


Dengan ini saya menyatakan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak
terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara
menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang
menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui
seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau
keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru atau yang saya ambil dari tulisan orang lain
tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak,
dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan
saya sendiri. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan
menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri,
berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh Universitas batal saya terima.

Mataram, 30 Juni 2021


Yang Memberikan Pernyataan

PANDE I KOMANG TARUNA WIBAWA


A1B117153
vi

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas izin-Nya,
penulis telah berhasil menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat
guna menyelesaikan studi pada Program S1 Manajemen Universitas Mataram,
sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Cita Rasa, Iconic Endorser, Dan Citra
Merek Terhadap Keputusan Perpindahan Merek Mie Instan Di Kalangan Mahasiswa
Di Kota Mataram” dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang ikut terlibat serta membantu dengan memberikan dukungan moril

terutama kepada:

1. Kedua orang tua (Bapak Nengah dan Ibu Wahyu) yang selalu mendoakan

dan memberikan dukungan tanpa henti, karena skiripsi ini tidak akan

selesai tepat waktu tanpa dukungan dari mereka.

2. Bapak Dr. Muaidy Yasin MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Mataram.

3. Ibu Dr. Baiq Handayani R,SE., MM dan Ibu Dr.Siti Nurmayanti,SE., MM.

selaku ketua dan sekretaris Prodi Manajemen Reguler Sore Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram.

4. Bapak Drs. Rahman Dayani, M.Si. selaku Dosen Pembimbing utama yang

dengan tulus serta ikhlas meluangkan waktu, tenaga, pikiran, serta


vii

perhatian tinggi dalam memotivasi dan membimbing melalui proses

diskusi dan konsultasi hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Lalu Edy Herman Mulyono, MM. selaku Dosen Pembimbing

Pendamping, terima kasih telah meluangkan waktu,memotivasi dan

membimbing melalui proses diskusi hingga penyelesaiain skripsi ini.

6. Seluruh dosen yang telah mengajar, membimbing, serta memberikan

ilmunya kepada penulis serta staf akademik, administrasi dan

perpustakaan yang telah banyak memberikan bantuan dan kemudahan-

kemudahan administrasi.

7. Orang-orang terdekat khususnya Dena, Lage, Hendra dan lain-lain yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas semua yang

telah kalian berikan kepada penulis yang selalu mendoakan, menemani,

memberikan dukungan, menghibur penulis dan membantu selama

penyusunan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan MANAJEMEN 2017, terima kasih untuk

kebersamaanya selama ini semoga kita selalu semangat dan sukses dalam

mengejar impian.

Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

diharapkan guna kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.


viii

Mataram, 30 Juni 2021

Pande I Komang Taruna Wibawa


ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL........................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiv

ABSTRAK ...................................................................................................... xv

ABSTRACT .................................................................................................... xvi

BAB I. Pendahuluan....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah............................................................................... 12

1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 12

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 13

BAB II.Kajian Pustaka Dan Pengambangan Hipotesis.............................. 14


x

2.1. Landasan Teori .................................................................................. 14

2.2. Penelitian Terdahulu........................................................................... 24

2.3. Hubungan Antar Variabel................................................................... 28

2.4. Kerangka Konseptual......................................................................... 32

BAB III. Metode Penelitian........................................................................... 33

3.1. Jenis Penelitian .................................................................................. 33

3.2. Lokasi Penelitian ............................................................................... 33

3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.......................... 33

3.4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data................................................... 35

3.5. Jenis dan Sumber Data....................................................................... 36

3.6. Identifikasi Variabel........................................................................... 37

3.7. Klasifikasi Variabel............................................................................ 37

3.8. Definisi Operasional Variabel ........................................................... 38

3.9. Prosedur Analisis Data ..................................................................... 39

BAB IV. Hasil Analisis dan Pembahasan..................................................... 49

4.1 Gambaran Umum Industri Mie Instan ............................................... 49

4.2 Karakteristik Responden .................................................................... 50

4.3 Hasil Penelitian .................................................................................. 56

4.4 Uji Instrumen ..................................................................................... 69

4.5 Analisis Data ...................................................................................... 73

4.6 Uji Hipotesis ...................................................................................... 80


xi

4.7 Interpretasi Hasil Penelitian ............................................................... 83

4.8 Pembahasan ....................................................................................... 84

BAB V. Penutup ............................................................................................. 87

5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 87

5.2 Saran .................................................................................................. 89

5.3 Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 90


xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Brand Share Mie Instan Di Indonesia Tahun 2016.......................... 6

Tabel 1.2 TOP Brand Mie Instan Di Indonesia................................................ 7

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel.......................................................... 38

Tabel 3.2 Interval Kelas dan Skala Kategori Variabel..................................... 41

Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan jenis kelamin........................ 50

Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan usia....................................... 50

Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan asal universitas .................... 51

Tabel 4.4 Karakteristik Responden berdasarkan smester................................. 52

Tabel 4.5 Karakteristik Responden berdasarkan uang saku perbulan.............. 53

Tabel 4.6 Karakteristik Responden berdasarkan konsumsi mie perminggu .... 55

Tabel 4.7 Deskripsi Variabel Cita Rasa ........................................................... 56

Tabel 4.8 Deskripsi Variabel Iconic Endorser ............................................... 59

Tabel 4.9 Deskripsi Variabel Citra Merek ....................................................... 61

Tabel 4.10 Deskripsi Variabel Perpindahan Merek ......................................... 65

Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Cita Rasa (X1) ................................. 70
xiii

Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Variabel Iconic Endorser (X2) ....................... 70

Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Variabel Citra Merek (X3) ............................. 71

Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas Perpindahan Merek (Y) .................................. 71

Tabel 4.15 Hasil Uji Reliabelitas ..................................................................... 72

Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Data.............................................................. 74

Tabel 4.17 Hasil Uji Multikolieneritas ............................................................ 76

Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda .................................. 78

Tabel 4.19 Nilai T Hitung Dan Signifikansi .................................................... 80

Tabel 4.20 Uji F Simultan ............................................................................... 82

Tabel 4.21 Nilai Koefisien Determinasi .......................................................... 82


xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Diagram Pangsa Pasar Mie Instan 2016....................................... 7

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual.................................................................... 32

Gambar 3.1 Daerah Terima Uji T .................................................................... 48

Gambar 3.2 Daerah Terima Ujia F .................................................................. 49

Gambar 4.1 Grafik P Plots ............................................................................... 75

Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas ................................................................ 77


xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian.................................................................... 97

Lampiran 2 Identitas Responden .................................................................... 108

Lmapiran 3 Skor Jawaban Responden ............................................................. 117

Lampiran 4 Uji Validitas Variabel Cita Rasa .................................................. 120

Lampiran 5 Uji Validitas Iconic Endorser ...................................................... 121

Lampiran 6 Uji Validitas Citra Merek ............................................................. 122

Lampiran 7 Uji Validitas Variabel Keputusan Perpindahan Merek ................ 123

Lampiran 8 Uji reliabilitas Variabel Cita Rasa ................................................ 124

Lampiran 9 Uji reliabilitas Variabel Iconic Endorser ..................................... 125

Lampiran 10 Uji reliabilitas Variabel Citra Merek .......................................... 126

Lampiran 11 Uji reliabilitas Variabel Keputusan Perpindahan Merek ............ 127

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 91
xvi
xv

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cita rasa, iconic

endorser dan citra merek terhadap keputusan Perpindahan merek mie instan di

kalangan mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif dimana

menggunakan bentuk hubungan kausal yaitu hubungan sebab akibat. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah teknik angket, observasi dan

dokumentasi. Jumlah responden yang diteliti adalah 60 orang. Analisis yang

digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Persamaan regresi penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu

cita rasa, iconic endorser, dan citra merek memiliki koefisien regresi yang

bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas tersebut mengalami

peningkatan maka akan menyebabkan peningkatan terhadap keputusan

perpindahan merek mie instan di kalangan mahasiswa di Kota Mataram.

Uji t menunjukkan bahwa cita rasa, dan citra merek berpengaruh positif

dan signifikan terhadap keputusan perpindahan merek dimana tingkat

signifikansi bernilai lebih kecil dari 0.05

Kata kunci : cita rasa, iconic endorser, citra merek, dan keputusan

perpindahan merek.
xvi

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of taste, iconic endorser and

brand image on the decision to switch instant noodle brands among students.

This research is an associative study which uses a form of causal relationship,

namely a cause and effect relationship. The data collection techniques used were

questionnaire techniques, observ and documentation. The analysis used is

multiple linear regression analysis.

The regression equation of this study shows that the independent

variables, namely taste, iconic endorser, and brand image have a positive

regression coefficient. This shows that the increase in the independent variable

will lead to an increase in the decision to switch brands of instant noodles

among students in Mataram City.

The t-test shows that taste, and brand image have a positive and

significant effect on brand switching decisions where the significance level is

less than 0.05

Keywords: taste, iconic endorser, brand image, and the decision to switch
brands.
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia bisnis menghadapi era baru persaingan global yang semakin ketat

yang disebabkan oleh globalisasi. Di era globalisasi sangat mudah untuk

melakukaan bisnis bagi para pelaku bisnis, karena ditunjang oleh kemajuan

teknologi yang sangat pesat. Banyak perusahaan baru yang bermunculan,

dimana perusahaan tersebut bergerak di bidang yang sama sehingga memicu

terjadinya persaingan yang pada akhirnya akan menimbulkan banyak hambatan

dan tantangan yang harus dihadapi oleh pelaku bisnis.

Semakin banyak perusahaan berdiri akan tetapi tidak semua akan berhasil

dengan baik seperti yang diinginkan tanpa ditunjang oleh penjualan yang maksimal.

Ketatnya persaingan membuat perusahaan-perusahan tersebut berusaha keras untuk

mempertahankan konsumen dan memperoleh konsumen yang baru untuk membeli

produknya, tidak hanya memperoleh konsumen baru, perusahaan juga harus menjaga

agar konsumen yang baru maupun konsumen lama tetap membeli produk perusahaan.

Setiap perusahaan selalu berusaha agar dapat memenangkan persaingan yang ada.

Perusahaan yang mampu bersaing dalam hal ini adalah perusahaan yang dapat tetap

menjaga keberlangsungan usaha, salah satunya dengan cara mempertahankan

pelanggannya (Kusdyah, 2012).


2

Banyak perusahaan yang memulai bisnis dibidang food and beverage, dimana

bisnis ini sangat menjanjikan karena dinilai bahwa makanan dan minuman adalah

suatu kebutuhan pokok manusia yang akan selalu di butuhkan untuk dikonsumsi.

Dalam era ini banyak masyarakat yang kesulitan dalam mengatur waktu untuk

mengolah makanan sehingga memilih cara singkat dan praktis dalam mengolah

makanan, karena itu mulailah bermunculan bisnis makanan instan yang praktis dan

cepat saji untuk di konsumsi, salah satunya adalah mie instan.

Mie instant merupakan salah satu produk makanan praktis yang banyak

beredar di pasaran dan digemari oleh semua kalangan. Mie instan sangatlah cocok

untuk dikonsumsi oleh masyarakat yang hanya memiliki waktu singkat untuk makan

dan demikian juga bagi kalangan mahasiswa yang sebagian besar berdomisili jauh

dari orang tua, mahasiswa sangat suka mengkonsumsi mie instan ini karena

kepraktisannya. Mahasiswa di kota Mataram kebanyakan adalah mahasiswa

perantau yang menjadi anak kos dimana anak kos biasanya menginginkan makanan

yang mengenyangkan tetapi murah dan mudah. Mie instan ini biasa juga dikonsumsi

oleh mahasiswa karena harganya yang terjangkau, cepat pembuatannya dan sifatnya

yang tahan lama.

Setelah melakukan wawancara singkat terhadap 10 sampel acak mahasiswa

yang ada di Kota Mataram bahwa 8 dari 10 mahasiswa gemar mengkonsumsi mie

instan, dengan repetisi 2 - 5 kali dalam seminggu, dan seluruhnya telah mengenal mie

instan dengan merek Indomie dan Sedaap. Setelah dilakukan wawancara yang
3

mendalam disini saya menemukan bahwa 7 orang tidak loyal dengan satu merek mie

instan saja, mereka senang untuk berpindah – pindah merek secara dinamis, setelah

diberikan pertanyaan lebih lanjut ternyata mereka memberikan alasan bahwa mereka

melakukan perpindahan merek karena beberapa hal, Harga yang lebih murah

membuat mahasiswa terpengaruh untuk melakukan perpindahan merek sesuai dengan

harga yang lebih murah, selain itu karena cita rasa yang dihasilkan oleh suatu produk

mie instan yang lebih menggoda karena memiliki varian rasa terbaru yang unik dan

sedang viral, sehingga menimbulkan rasa penasaran untuk mencoba merek mie instan

yang baru, lebih mudah untuk didapat, karena kios – kios terdekat lebih banyak

menjual merek lain sehingga lebih mudah untuk dijangkau, kemudian menggunakan

endorser yang memiliki tingkat kepopuleran lebih tinggi, dan yang sesuai dengan

kegemaran responden. Memiliki Citra merek yang terkenal, halal, dan terjamin

kualitasnya, serta memiliki model kemasan yang menarik perhatian dan kekinian

sehingga mempengaruhi dalam melakukan perpindahan merek mie instan. Dari hasil

wawancara singkat banyak alasan yang dikemukakan oleh responden dalam

melakukan perpindahan merek mie instan dengan mayoritas responden

mengemukakan bahwa mereka melakukan perpindahan merek mie instan karena 3

hal yaitu, tergiur oleh cita rasa mie instan baru yang viral serta memiliki cita rasa

yang unik sehingga mahasiswa tergiur untuk mencobanya, kepopuleran iconic

endorser yang digunakan oleh perusahaan mie instan sebagai bintang iklan membuat

mahasiswa penasaran untuk mencoba mie instan merek lain., memiliki citra merek

yang baik dengan standarisasi halal dan sudah memiliki izin BPOM sehingga sudah
4

dijamin kualitasnya oleh negara sehingga mahasiswa semakin yakin untuk mecoba

merek lain tersebut. Sehingga perlu di lakukan penelitian pengaruh Cita rasa, Iconic

endorser, dan Citra merek terhadap keputusan perpindahan merek di kalangan

mahasiswa di Kota Mataram.

Di tengah maraknya bisnis mie instan dan persaingan antar mie instan

yang begitu tajam serta peluang pasar yang masih luas, banyak perusahaan

berusaha menciptakan produk mie instan dengan berbagai kelebihan produk yang

ditawarkan, salah satu merek mie instan terkenal di Indonesia yaitu Indomie.

(Wikipedia.com) Indomie adalah merek mi instan yang diproduksi oleh Indofood

ICBP, anak perusahaan Indofood Indonesia. Indofood sendiri merupakan produsen

mi instan terbesar di dunia, dengan 16 pabrik, 15 miliar paket Indomie diproduksi

setiap tahun dan memiliki lebih dari 10 variant rasa yang dijual di pasar Indonesia.

Persaingan produk mie instan di Indonesia semakin ketat yang salah satunya

ditunjukkan oleh produk Wingsfood terutama dibidang mie instan yang masih

diminati masyarakat Indonesia terhadap makanan cepat saji jenis ini. Tidak

heran jika perusahaan-perusahaan baru melirik pasar dibidang ini. Munculnya

pendatang baru produsen mie instan PT Wingsfood dengan produknya Mie

Sedaap cukup mengejutkan PT Indofood yang selama ini menjadi pemimpin

pasar mie instan, PT. Indofood dengan produk Indomienya menjadi lebih

waspada kepada perusahaan yang baru mencoba ikut bersaing dalam bisnis mie

instan. Perusahaan ini adalah Wings Food, dengan menghasilkan produk mie
5

instan berlabel “Mie Sedaap”. Wings Food meluncurkan produk Mie Sedaap

pada akhir tahun 2003. Mie instan merek ”Sedaap” sebagai salah satu produsen

mie instan yang sejak memasuki pasar pada tahun 2003 cukup menggoncang

pasar.

Merek Mie Sedaap adalah salah satu brand mie instan yang dapat mengikis

sedikit demi sedikit pangsa pasar dari Indomie yang menjadi market leader dari mie

instan di Indonesia, selain Indomie Mie Sedaap juga dapat menembus pasar

mancanegara seperti Malaysia dan Nigeria. Mie Sedaap tetap dengan gigih berjuang

untuk mendapatkan posisi kuat dalam pasar mie instan yang sudah lebih dahulu

dirajai oleh Indomie. Mie Sedaap menanamkan image mie yang memang sedap dan

harus dicoba oleh masyarakat, Mie Sedaap tetap gencar melakukan promosi

diberbagai media untuk menggencarkan promosi secepat mungkin untuk

meningkatkan awareness pasar. Mie Sedaap menjadi fenomena baru, karena hanya

satu – satunya brand mie instan yang dapat menggerogoti pangsa pasar Indomie,

segala perstasi yang diraih oleh mie Sedaap berkat bumbu dan rasanya yang berhasil

memenuhi ekspetasi konsumen, sehingga sedikit demi sedikit pangsa pasar mulai

diraih. (beritaradar.com).

Berbagai macam pilihan produk mie instan yang ditawarkan oleh

produsen, memberikan kesempatan bagi konsumen untuk melakukan konsumsi

mie instan dengan berbagai pilihan merek. Beragamnya merek mie instan yang

ditawarkan kepada konsumen membuat konsumen memiliki kesempatan untuk


6

beralih dari satu merek ke merek lainnya. Oleh karena itu, produsen mie instan

perlu melakukan berbagai macam langkah dalam hal mempertahankan dan

meningkatkan loyalitas merek yang sudah dibangun sebelumnya. Seperti yang

dijelaskan oleh Mowen dan Minor (2002) bahwa loyalitas merek mempunyai arti

kondisi dimana konsumen mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek,

mempunyai komitmen pada merek tersebut dan bermaksud meneruskan

pembeliannya dimasa mendatang.

Table 1.1 Brand Share Mie Instant Di Indonesia tahun 2016

No Merek mie instan Persentase brand share


1 Indomie 76.7%
2 Sedaap 17.2%
3 Gaga 2.8%
4 ABC 1.8%
5 Lainnya 1.5%
Sumber :
diakses pada tanggal 15 Oktober 2020

Dari tabel 1.1 dapat diperoleh informasi yang menunjukkan bahwa Indomie

menduduki peringkat teratas brand share mie instan di Indonesia tahun 2016, selain

indomie perusahaan wingsfood corporation yang mengusung merek mie Sedaap dapat

merebut posisi kedua dengan persentase 17,2% sedangkan posisi ke tiga diduduki

oleh mie instan merek gaga yang hanya mendapatkan 2,8% persentase dari brand

share. Abc merupakan perusahaan mie instan yang menduduki peringkat ke 4 brand

share mie instan di Indonesia yang harus puas dengan angka 1,8%, dan di tutup oleh
7

beberapa merek mie instan yang terlalu banyak sehingga dikelompokkan sebagai

merek lainnya yang hanya mendapatkan persentase brand share sebesar 1,5%.

Tabel 1.2 TOP Brand Awards mie instan di Indonesia

Tahun Indomie Mie


Sedaap
2017 80.00% 10.80%
2016 78.70% 12.50%
2015 75.90% 15.90%
2014 75.90% 14.40%
2013 80.60% 13.50%
Sumber : (Sumber: http://www.topbrand-award.com)
diakses pada tanggal 15 Oktober 2020

Hasil survey TOP brand awards dilakukan melalui tiga tahap utama yaitu

merek mie instan yang terakhir dikonsumsi, merek mie instan yang sering

dikonsumsi dan yang terakhir merek mie instan yang pertama kali diucapkan

dibenak konsumen. Hasil menunjukan terjadi perubahan kekuatan merek mie

Sedaap dan Indomie secara dinamis dari tahun ke tahun.

Gambar 1.1 Diagram pangsa pasar mie instan 2016


8

Sumber : (databoks.katadata.id).
diakses pada tanggal 15 Oktober 2020

Berdasarkan gambar diagram 1.1 tersebut posisi pangsa pasar mie sedaap

sampai dengan tahun 2016 hanya berada pada posisi kedua setelah pangsa pasar

terbesarnya yaitu indomie. Sementara dilihat dari data TOP brand sampai dengan

tahun 2016 mie sedaap hanya dapat bertahan pada posisinya dan tidak mengalami

kenaikan brand atau merek yang berlanjut dan ditahun 2017 mie sedaap mengalami

penurunan dua persen dengan tahun sebelumnya. Dari data yang telah didapat

tersebut telah terjadi sutau peristiwa perpindahan merek secara dinamis yang

dilakukan oleh konsumen, sehingga terjadi perubahan – perubahan tingkat brand

awards dan tingkat pangsa pasar.

Perilaku perpindahan merek pada konsumen mie instan merupakan suatu

fenomena yang sangat wajar, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut

Assael (2002), perpindahan merek dilakukan oleh konsumen terjadi pada produk-

produk dengan karakteristik keterlibatan pembelian yang rendah, tipe perilaku


9

konsumen dalam keterlibatan pembelian yang rendah cenderung mudah untuk

melakukan perpindahan merek terhadap merek pesaing. Menurut David et.al (1996)

perilaku perpindahan merek dapat disebabkan oleh faktor intrinsik dan faktor

ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu yang

bersangkutan seperti, adanya keinginan untuk mencoba merek yang baru, keinginan

untuk mencoba cita rasa yang baru, keinginan untuk mengkonsumsi merek yang

lebih berkualitas, keingan untuk mencoba produk dengan kemasan yang lebih baru,

keinginan untuk mencoba produk dengan tehknologi yang baru, dan adanya

ketidakpuasan akan suatu merek. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor yang

berasal dari luar seperti, adanya diskon, harga produk pesaing yang lebih murah,

adanya promosi yang menarik perhatian konsumen, dan adanya artis sebagai bintang

iklan yang mempengaruhi konsumen untuk membeli.

Cita rasa adalah suatu cara pemilihan makanan yang harus dibedakan dari rasa

(taste) makanan tersebut. Cita rasa merupakan atribut makanan yang meliputi

penampakan, bau, rasa, tekstur, dan suhu. Menurut Van Trijp, Hoyer, dan Inman

(1996) perpindahan merek mie instan yang dilakukan konsumen disebabkan oleh

pencarian variasi baru (cita rasa baru). Kebutuhan mencari variasi merupakan

komitmen secara sadar untuk membeli merek lain karena individu terdorong untuk

menjadi terlibat, terdorong oleh ingin mencoba rasa baru, memiliki rasa ingin tahu

yang tinggi terhadap hal baru yang tujuannya adalah untuk mencari kesenangan atau

untuk melepaskan kejenuhan dari merek yang biasa dipakainya. Tujuan lain perilaku

variety seeking konsumen ini dapat juga hanya sekedar mencoba Beberapa hal yang
10

menjadi penyebab tersebut diantaranya ketidakpuasan konsumen akan rasa atau

perasaan yang sama. (Setyaningrum 2005).

Perpindahan merek juga dipengaruhi oleh Brand image didalam benak

konsumen yang dapat mempengaruhi keputusan perpindahan merek karena

ketidakpuasan konsumen terhadap merek tertentu. Brand image adalah sejumlah citra

dan pengalaman dalam benak konsumen yang mengkomunikasikan manfaat yang

dijanjikan produk yang diproduksi oleh perusahaan tertentu (Keegan et al). Jika

produk mie instan memiliki citra yang positif dari konsumen, maka peluang

terjadinya keputusan perpindahan merek sangat rendah.

Perpindahan merek juga dipengaruhi oleh iconic endorser. Selebriti adalah

sebagai sumber iklan atau informasi tentang merek dan atribut produk yang

menyenangkan, meyakinkan dan menarik perhatian masyarakat umum.

Memanfaatkan selebriti sebagai endorser dirasa memang lebih mudah

mempengaruhi psikologis konsumen. Penggunaan selebriti dalam suatu iklan

melibatkan daya tarik dan kredibilitas, yang merupakan keunikan tersendiri.

Yang dimaksud daya tarik yaitu sejumlah elemen yang terdapat dalam diri

selebriti yang meliputi sejumlah karakeristik dapat dilihat khalayak dalam diri

pendukung seperti daya Tarik fisik, kecerdasan, sifat kepribadian dan gaya

hidup. Yang dimaksud kredibilitas yaitu merupakan suatu keterampilan dan nilai

kepercayaan dalam meyakinkan orang lain mengenai produk yang dipromosikan.

Promosi melalui iklan atau media lainnya dengan menggunakan celebrity endorser
11

juga dapat menjadi daya tarik untuk mempengaruhi konsumen dalam melakukan

perpindahan merek melalui citra, penampilan, kata-kata, dll (Wibawanto 2012).

Banyak perusahaan yang menggunakan iconic endorser, iconic endorser adalah

seorang selebritis endorser yang mewakili ciri khas dari suatu merek yang diiklankan,

contohnya seperti pada iconic endorser yang digunakan oleh mie instan merek

Sedaap, menggunakan iconic endorser yaitu artis korea untuk mewakili produk

terbarunya yang memiliki unsur Korea yaitu mie Sedaap rasa Korean spicy chiken.

Persaingan merek mie instan di Indonesia sangatlah ketat, dimana Indomie

menjadi market leader dan Sedaap menjadi penantang, dimana strategi

penantang pasar (market challenger) adalah strategi yang biasanya dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan yang terletak pada posisi kedua atau ketiga, dimana

perusahaan-perusahaan ini menyerang pemuka dan pesaing-pesaing lain dengan

tawaran yang agresif, harga yang murah, dan kualitas yang sama untuk memperoleh

lebih banyak market share. (Kotler, 2005). Kalangan mahasiswa adalah salah satu

kalangan yang sangat bergantung terhadap mie instan, karena mie instan mudah

dan praktis dalam pembuatannya, mahasiswa sebagian besar berdomisili jauh

dari orang tua sehingga memilih makanan yang praktis karena tidak ada

orangtua yang membantu mengolahkan makanan. Indomie dan Mie Sedaap

memiliki strategi masing – masing untuk mempertahankan konsumennya agar

tidak melakukan perpindahan merek, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti


12

apakah cita rasa, iconic endorser, dan citra merek berpengaruh terhadap

keputusan perpindahan merek mie instan dikalangan Mahasiswa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah cita rasa berpengaruh signifikan terhadap keputusan perpindahan

merek mie instan pada mahasiswa.

2. Apakah iconic endorser berpengaruh signifikan terhadap keputusan

perpindahan merek mie instan pada mahasiswa.

3. Apakah citra merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan perpindahan

merek mie instan pada mahasiswa.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum
13

Tujuan umum yang ingin dicapai didalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh cita rasa, iconic endorser, dan citra merek terhadap

keputusan perpindahan merek mie instan di kalangan mahasiswa untuk

penyelesaian skripsi pada jenjang Startum Satu (S1) di Univeritas Mataram.

2. Tujuan khusus

a. Untuk menganalisa pengaruh cita rasa dapat mempengaruhi customer

(Mahasiswa Kota Mataram) untuk melakukan perpindahan merek mie

instan.

b. Untuk menganalisa pengaruh iconic endorser dapat mempengaruhi customer

(Mahasiswa Kota Mataram) untuk melakukan perpindahan merek mie instan.

c. Untuk menganalisa pengaruh citra merek dapat mempengaruhi customer

(Mahasiswa Kota Mataram) untuk melakukan perpindahan merek mie instan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Penulisan penelitian ini bertujuan sebagai memenuhi syarat kelulusan Stratum

Satu (S1).

2. Bagi Akademisi

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk menambah refrensi

pada kasus perpindahan merek, serta meningkatkan referensi bidang

manajemen pemasaran khususnya mengenai Pengaruh Cita Rasa, Iconic


14

Endorser, dan Citra Merek Terhadap Keputusan Perpindahan Merek Mie

Instan di Kalangan Mahasiswa Kota Mataram.

3. Praktis

Hasil dari penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan masukan untuk kedua

perusahaan merek mie Instan yang mempunyai market share terbesar di

Indonesia yaitu Pt.Indofood, dan Wingscorporations.

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Perpindahan Merek (Brand)

Para produsen mie instan tidak cukup memanjakan konsumennya dengan

berbagai macam pilihan rasa yang sesuai dengan keinginannya, tetapi juga

menawarkan bebagai kemudahan dalam pembelian, penjualan dan pelayanan

purna jual di kota-kota besar atau kecil. Banyak sekali outlet menawarkan

produk mie instan, berbagai kemudahan berkaitan dengan produk mie instan ini

menyebabkan munculnya kecenderungan dari penggunanya untuk tergoda

melakukan perpindahan merek mie instan. Perpindahan merek diartikan sebagai


15

kondisi dimana seorang konsumen atau sekelompok konsumen mengubah kesetiaan

mereka dari satu tipe produk tertentu ke tipe produk yang berbeda (Henry Assael,

1998). Sedangkan menurut Dharmmesta (2002) perpindahan merek adalah gambaran

dari beralihnya pengkonsumsian konsumen atas suatu produk ke produk lainnya, hal

ini dikarenakan seseorang selalu melakukan perbandingan antara merek satu dengan

merek yang lainnya pada saat konsumen mengevaluasi merek tertentu. Perilaku

perpindahan merek dapat terjadi dikarenakan beragamnya produk di pasaran sehingga

menyebabkan adanya perilaku memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan atau

karena terjadi masalah dengan produk yang sudah dibeli, maka konsumen kemudian

beralih ke merek lain. Oleh sebab itu definisi dari brand switching adalah

perpindahan merek yang digunakan pelanggan untuk setiap waktu penggunaan

( www.swa.ci.id ). Selain itu, Brand switching adalah saat dimana seorang pelanggan

atau sekelompok pelanggan berpindah kesetiaan dari satu merek sebuah produk

tertentu ke merek produk lainnya (Sticky Marketig.com monthly magazine).

Perpindahan merek dapat muncul karena adanya variety seeking atau mencari

variansi baru Menurut Van Trijp, Hoyer, dan Inman (1996), selain itu konsumen

paling rentan terhadap perpindahan merek karena adanya rangsangan pemasaran

(Dharmmesta, 1999). Penyebab lain terjadinya perpindahan merek menurut Keaveney

(1995) ada beberapa faktor yang mempengaruhi perpindahan merek, antara lain

harga, ketidaknyamanan, layanan dan masalah-masalah etika. Menurut Hoyer dan

Ridgway (1984) , keputusan konsumen untuk berpindah merek tidak hanya


16

dipengaruhi oleh variety seeking namun juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

salah satunya ketidakpuasan terhadap citra merek sebelumnya. Penyebab lain

perpindahan merek karena beragamnya produk lain dan adanya masalah dengan

produk yang sudah dibeli.

Keaveny (1995) menemukan beberapa faktor penyebab perilaku perpindahan

merek, antara lain harga, inconvenience, response to service, core service failure,

service encounter failure, persaingan antar perusahaan dan masalah-masalah etika.

Selain itu menurut William dan Lamarto (1997) penyebab terjadinya perpindahan

merek karena cita rasa tidak sesuai dengan persepsi konsumen, hal ini akan

menyebabkan konsumen enggan untuk melakukan pembelian kembali karena

menganggap merek tersebut tidak sesuai dengan seleranya. Namun apabila cita rasa

yang diberikan sebanding dengan harga yang ditawarkan, walaupun mahal maka

konsumen tetap akan membelinya dan tidak akan ada keputusan perpindahan ke

merek lain.

Aaker (1997) membagi kategori perpindahan merek ke dalam lima tingkatan, sebagai

berikut :

a. Switcher Adalah golongan yang tidak peduli pada merek, mereka suka berpindah
merek. Motivasi mereka berpindah merek adalah harga yang rendah karena
golongan ini memang sensitif terhadap harga (price sensitive switcher), adapula
yang selalu mencari variasi yang disebut Blackwell dkk dan Kotler sebagai
variety-prone switcher dan karena para konsumen tersebut tidak mendapatkan
kepuasan (unsatisfied switcher).
b. Habitual buyer Adalah golongan yang setia terhadap suatu merek dimana dasar
kesetiaannya bukan kepuasan atau keakraban dan kebanggaan. Golongan ini
17

memang puas, setidaknya tidak merasa dikecewakan oleh merek tersebut. Dan
dalam membeli produk didasarkan pada faktor kebiasaan, bila menemukan merek
yang lebih bagus, maka mereka akan berpindah.
c. Satisfied Buyer Adalah golongan konsumen yang merasa puas dengan suatu
merek. Mereka setia, tetapi dasar kesetiaannya bukan pada kebanggaan atau
keakraban pada suatu merek tetapi lebih didasarkan pada perhitungan untung rugi
atau biaya peralihan (switching cost) bila melakukan pergantian ke merek lain.
d. Liking the brand Adalah golongan konsumen yang belum mengekspresikan
kebanggannya pada kepada orang lain, kecintaan pada produk baru terbatas pada
komitmen terhadap diri sendiri, dan mereka merasa akrab dengan merek.
e. Commited buyer Adalah konsumen yang merasa bangga dengan merek tersebut
dan mengekspresikan kebanggaannya dengan mempromosikan merek tersebut
pada orang lain.

Terdapat lima indikator variabel dalam variabel keputusan perpindahan merek yaitu

sebagai berikut :

1. Menurut (Keaveney) harga produk yang bervariasi mempengaruhi konsumen

dalam melakukan pemilihan merek berdasarkan harga sehingga harga

berpengaruh dalam keputusan perpindahan merek.

2. Menurut (Keaveney) kualitas dari suatu merek akan mempengaruhi konsumen

dalam keputusan perpindahan merek, karena kualitas yang lebih baik akan

mempengaruhi konsumen untuk melakukan perpindahan merek ke merek yang

lebih baik kualitasnya.

3. Menurut (Hoyer dan Ridgway) tingkat kepuasan konsumen dari merek yang

telah mereka coba akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan perpindahan

merek.
18

4. Menurut (Van Trijp, Hoyer, dan Inman) variasi yang baru selalu di butuhkan

oleh konsumen, karena kejenuhan dengan varian rasa yang sama secara terus

menerus akan mempengaruhi konsumen dalam melakukan perpindahan merek.

5. Menurut (Dharmesta) membandingkan merek karena keingintahuan konsumen

untuk membandingkan merek membuat konsumen ingin mengetahui sesnasi

mengkonsumsi produk dengan merek lain sehingga hal ini akan mempengaruhi

konsumen dalam melakukan perpindahan merek.

2.1.2 Cita Rasa

Dalam hal produk makanan khususnya makanan instan, cita rasa dari

sebuah produk ikut mempengaruhi keputusan berpindah merek. Dalam

persaingan bisnis di bidang industri makanan instan perusahaan dituntut untuk

meberikan inovasi-inovasi dalam berbagai varian rasa sesuai dengan permintaan

konsumen.

Drummond KE & Brefere LM (2010) mendefinisikan bahwa cita rasa adalah

suatu cara pemilihan makanan yang harus dibedakan dari rasa (taste) makanan

tersebut. Cita rasa juga merupakan atribut makanan yang meliputi penampakan, bau,

rasa, tekstur, dan suhu. Cita rasa adalah bentuk kerja sama dari indera perasa,

penciuman, perabaan, dan penglihatan. (Stanner dan Butriss,2009). Rasa sendiri

merupakan hasil kerja pengecap rasa (taste buds) yang terletak di lidah, pipi,

kerongkongan, atap mulut, yang merupakan bagian dari Cita rasa. Pada usia lanjut,
19

pengecap rasa manusia akan berkurang jumlahnya, sehingga memerlukan lebih

banyak bumbu untuk menimbulkan Cita rasa yang sama. Untuk meningkatkan Cita

rasa seringkali digunakan bahan tambahan makanan untuk Cita rasanya (Drummond

& Brefere, 2010). Definisi bahan makanan tambahan adalah bahan yang ditambahkan

dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk

memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur flavor dan memperpanjang daya simpan

(Wahida, 2010). Suatu makanan ada kalanya yang tersedia tidak mempunyai bentuk

yang menarik meskipun kandungan gizinya tinggi, dengan arti lain kualitas dari suatu

produk makanan sangat ditentukan oleh tingkat kesukaan kosumen terhadap makanan

tersebut, umumnya pengolahan makanan selalu berusaha untuk menghasilkan produk

yang berkualitas baik dan kualitas makanan adalah keseluruhan sifat-sifat dari

makanan tersebut yang berpengaruh terhadap konsumen. Makanan yang memiliki

cita rasa yang tinggi adalah makanan yang disajikan dengan menarik, menyebarkan

bau yang sedap dan memberikan rasa yang lezat. Menurut Kemenkes (2013) bahwa

cita rasa makanan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi

seseorang terhadap makanan

Kompleksitas suatu cita rasa dihasilkan oleh keragaman persepsi alamiah.

Menurut (Wahidah, 2010) tiga indikator dari cita rasa, yaitu bau, rasa, dan tekstur:

1. Bau

Bau merupakan salah satu komponen cita rasa pada makanan, yaitu memberikan

aroma atau bau, maka dapat mengetahui rasa dari makanan tersebut. Di mana bau
20

ini dikenal dengan menggunakan hidung. Apabila bau makanan berubah maka

tentu saja akan berpengaruh pada rasa. Bau tengik atau alkohol yang disebabkan

oleh bahan makanan tersebut telah lama disimpan yang telah terkontaminasi

dengan udara luar.

2. Rasa

Rasa berbeda dengan bau dan lebih banyak melibatkan panca indera lidah. Rasa

dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup-kuncup cecepan yang terletak pada

papilla yaitu bagian noda darah jingga pada lidah.pada anak kuncup-kuncup

perasa tersebut selain terletak di lidah juga terletak pada farinx,pelata bagian

langit-langit yang lunak maupun keras.

3. Tekstur

Selain dari komponen-komponen cita rasa tersebut di atas, komponen yang juga

penting adalah timbulnya perasaan seseorang setelah mengunyah suatu makanan.

Bahan makanan yang mempunyai sifat merangsang syaraf perasa lidah, maupun

gigi akan menimbulkan perasaan tertentu.

2.1.3 Iconic Endorser

Periklanan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling dikenal, karena

daya jangkaunya yang luas. Iklan yang disenangi oleh konsumen terlihat menciptakan

sikap merek yang positif dan keinginan untuk membeli yang lebih ketimbang iklan

yang tidak mereka sukai (Peter & Olson, 2000). Keberhasilan sebuah iklan tidak
21

terlepas dari pesan bintang iklan dalam mempromosikan sebuah merek produk,

terutama bila iklan tersebut ditayangkan melalui media televisi. Penggunaan bintang

iklan dalam sebuah iklan televisi merupakan alternatif strategi yang tepat untuk

memperkenalkan produk kepada konsumen. Selebriti yaitu pribadi (bintang film,

penghibur, atau atlet) yang dikenal oleh masyarakat karena kemampuannya dalam

bidang tertentu yang dapat mendukung produk yang diiklankan (Belch & Belch

2004).

Selebriti memiliki kekuatan untuk menghentikan (stopping power). Mereka

dapat menarik perhatian atas pesan iklan, Selebriti dapat digunakan sebagai alat yang

cepat untuk mewakili segmen pasar yang dibidik . Endorser sering juga disebut

sebagai direct source (sumber langsung) yaitu seorang pembicara yang mengantarkan

sebuah pesan dan atau memperagakan sebuah produk atau jasa, Belch & Belch

(2004). Endorser juga diartikan sebagai orang yang dipilih mewakili image sebuah

produk (product image). Biasanya dari kalangan tokoh masyarakat memiliki karakter

menonjol dan daya tarik yang kuat.

Shimp (2003) mengatakan bahwa lima atribut khusus celebrity endorser

untuk memfasilitasi efektivitas komunikasi dijelaskan dengan akronim

TEARS.TEARS tersebut terdiri dari Trustworthiness (dapat dipercaya) dan

Expertise (keahlian) yang merupakan dua dimensi dari credibility, physical

attractiveness, respect (kualitas dihargai) dan similarity (kesamaan dengan


22

audience yang dituju) merupakan komponen dari konsep umum attractiveness

(daya tarik fisik). Menurut Shimp (2003) TEARS dijelaskan sebagai berikut:

a. Trustworthiness (dapat dipercaya), mengacu pada kejujuran, integritas, dan

kepercayaan diri dari seorang sumber pesan.

b. Expertise (keahlian), mengacu pada pengetahuan, pengalaman atau keahlian

yang dimiliki endorser yang dihubungkan dengan merek yang didukung.

Seorang endorser dapat lebih diterima jika menguasai atau ahli

mengenai produk yang akan didukungnya.

c. Attractiveness (daya tarik fisik), mengacu pada diri yang dianggap

sebagai hal yang menarik untuk dilihat dalam kaitannya dengan konsep

kelompok tertentu dengan daya tarik fisik.

d. Respect (kualitas dihargai), adalah kualitas yang dihargai atau digemari

sebagai akibat dari kualitas pencapaian personal. Endorser dipilih karena

mampu mewakili dari suatu produk yang didukungnya. Sehingga akan

cenderung mempengaruhi minat konsumen terhadap suatu produk.

e. Similarity (kesamaan dengan audience yang dituju), mengacu pada kesamaan

antar endorser dan audience dalam hal umur, jenis kelamin, etnis, status sosial,

dan sebagainya.

Penggunaan selebriti sebagai bintang iklan diyakini memiliki daya tarik

tersendiri. Selain memiliki keuntungan publisitas dan kekuatan memperoleh


23

perhatian dari konsumen, selebriti juga memiliki kekuatan untuk dijadikan

sebagai alat untuk membujuk, merayu, serta mempengaruhi konsumen sasaran,

yaitu dengan ketenaran yang dimilikinya. Dengan memanfaatkan ketenaran

tersebut diharapkan dapat menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian

terhadap produk yang diiklankannya.

Pemasang iklan harus sangat hati-hati dalam melakukan pemilihan endorser

(Belch dan Belch, 2004) berikut indicator dari iconic endorser, yaitu:

1. Source credibility, menggambarkan persepsi konsumen terhadap keahlian,

pengetahuan dan pengalaman yang relevan yang dimiliki oleh seorang endorser

mengenai merek produk yang diiklankan serta kepercayaan konsumen terhadap

endorser untuk memberikan informasi yang tidak biasa dan objektif.

2. Source attractiveness, endorser dengan tampilan fisik yang baik dan/ atau karakter

non-fisik yang menarik dapat menunjang iklan dan dapat menimbulkan minat

auidens untuk menyimak iklan.

3. Source power, adalah kharisma yang dipancarkan oleh narasumber sehingga dapat

mempengaruhi pemikiran, sikap, atau tingkah laku konsumen karena pernyataan

atau pesan endorser tersebut.

Iconic endorser berasal dari kata iconic dan endorser, dimana iconic adalah ciri

khas, dan endorser adalah pendukung iklan atau yang dikenal sebagai bintang iklan

yang di pakai dalam kegiatan promosi. Jadi iconic endorser adalah bintang iklan yang
24

mewakili ciri khas dari suatu merek tertentu, strategi ini banyak digunakan oleh

perusahaan – perusahaan besar sebagai strategi marketing agar jika pelanggan melihat

artis idolanya maka akan selalu teringat merek yang di iklankan oleh artis idolanya

dan akan menarik banyak pelanggan untuk mencoba produk yang diiklankan.

2.1.4 Citra Merek

Merek (brand) adalah nama atau simbol yang bersifat membedakan (seperti

logo, cap, atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari

seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu (Aaker, 1997) Merek

merupakan hal yang sangat penting baik bagi konsumen maupun bagi produsen.

Merek membantu meyakinkan konsumen bahwa mereka akan mendapatkan kualitas

yang konsisten ketika mereka membeli produk tersebut. Menurut Mowen dan Minor

(1998), suatu merek tertentu dapat dibeli karena kenyamanan, ketersediaan, atau

harga. Bila salah satu dari faktor ini berubah, maka para konsumen dengan cepat

mungkin beralih ke merek lainnya. Menurut Sutisna (2003) dalam Anwar (2007)

bahwa sikap positif terhadap merek tertentu akan memungkinkan konsumen

melakukan pembelian terhadap merek itu, sebaliknya sikap negatif akan menghalangi

konsumen dalam melakukan pembelian. Merek mempunyai beberapa peran utama

dalam area pemasaran. Kotler (2004) secara lebih spesifik menjelaskan peran merek

terutama dalam aktivitas pemasaran, yaitu:

1. Merek mampu membantu konsumen untuk mengidentifikasi produk yang mungkin

memberikan benefit pada mereka.


25

2. Merek memberikan informasi kepada konsumen tentang kualitas produk.

3. Konsumen yang selalu membeli produk dengan merek yang sama akan mendapat

fitur, benefit, dan kualitas yang sama tiap kali mereka membeli merek tersebut.

4. Merek bisa memberikan proteksi pada keunikan suatu fitur yang mungkin akan

ditiru oleh perusahaan lain.

5. Merek akan membantu penjual untuk melakukan segmentasi pasar.

Menurut Aaker (1997) ada tiga nilai yang dijanjikan oleh sebuah merek, yaitu :

nilai fungsional, nilai emosional, dan nilai ekspresi diri. Nilai fungsional merupakan

nilai yang diperoleh dari atribut produk yang memberikan kegunaan (utility)

fungsional kepada konsumen. Nilai ini berkaitan langsung dengan fungsi yang

diberikan oleh produk atau layanan kepada konsumen. Kinerja merek menunjukan

seberapa baik peringkat merek menurut penilaian penilaian konsumen. Semakin baik

kinerja merek maka semakin tinggi kepuasan yang dirasakan oleh konsumen (Griffin,

2005). Kepuasan merek diartikan sebagai hasil pengalaman langsung konsumen

terhadap kinerja merek. Kepuasan merek mengindikasikan untuk niat menggunakan

suatu merek dan menunjukan pengetahuan konsumen tentang merek semakin baik

dan kemudian berpengaruh terhadap evaluasi pasca konsumsi dan keputusan lanjutan

(Griffin, 2005).

Pengertian brand image menurut Tjiptono (2005) adalah deskripsi tentang

asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Citra merek itu sendiri
26

memiliki arti kepada suatu pencitraan yang sama terhadap sebuah merek. Brand

image yang efektif dapat mencerminkan tiga hal (Kotler,2000) :

1. Membangun karakter produk dan memberikan value proposition.

2. Menyampaikan karakter produk secara unik sehingga berbeda dengan para

pesaingnya.

3. Memberi kekuatan emosional dari kekuatan rasional.

Menurut Keller (1998) setiap produk yang terjual dipasaran memiiki citra

tersendiri di mata konsumennya yang sengaja diciptakan oleh pemasar untuk

membedakannya dari para pesaing.Citra merek dianggap sebagai jenis asunsi yang

muncul dalam benak konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu. Asumsi

tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu

yang dikaitkan dengan suatu merek, sama halnya ketika seseorang berpikir tentang

orang lain. Menurut Kotler (2001) yang mengintrepetasi adalah konsumen dan yang

di inrepetasikan adalah informasi. Informasi citra dapat dilihat dari logo atau simbol

yang digunakan oleh perusahaan untuk mewakili produknya. Dimana simbol dan logo

ini bukan hanya sebagai pembeda dari pesain sejenis namun juga dapat merefleksikan

mutu dan visi misi perusahaan tersebut.

Menurut Keller (1993) dalam Erna Ferrinadewi (2008) Citra merek adalah

persepsi tentang merek yang merupakan refleksi memori konsumen akan asosiasinya

pada merek tersebut. Sutisna (2001: 83) mengatakan bahwa konsumen dengan citra
27

positif terhadap suatu merek, lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian.

menurut penelitian Ike-Elechi Ogba, dkk (2009) menyimpulkan bahwa konsumen

dalam memilih produk didasarkan pada citra merek yang telah tertanam dibenaknya,

sehingga konsumen tersebut akan memiliki komitmen dalam memilih produk atau

merek dalam setiap pembelian.

Loyalitas merek atau loyalitas pelanggan sebenarnya merupakan dua istilah

yang hampir mirip maknanya, sehingga sering disebut dengan loyalitas merek saja.

Loyalitas pelangan itu dalam jangka panjang selalu menjadi tujuan bagi perencanaan

pasar strategis (Kotler, 1997). Menurut Schiffman dan kanuk (1994), loyalitas merek

merupakan suatu pilihan yang konsisten atau pembelian merek yang sama yang

dilakukan oleh konsumen atas suatu produk tertentu. Loyalitas merek merupakan satu

ukuran keterkaitan konsumen kepada sebuah merek (Aaker, 1997). Sedangkan

(Ferrel, 2002) memahami loyalitas merek sebagai suatu perilaku positif terhadap

suatu merek yang mendorong konsumen untuk secara konsisten membeli merek

tersebut ketika mereka membutuhkan kategori produk tersebut. Ketiga defenisi

tersebut mencerminkan bagaimana seorang pelanggan mungkin tidak akan beralih ke

merek lain jika merek tersebut membuat suatu perubahan, baik dalam harga atau

dalam unsur-unsur produk.

Adapun indikator-indikator yang membentuk citra merek menurut Biel (dalam

Tanoni,2012 ) sebagai berikut:


28

1. Citra Korporant Citra yang ada dalam perusahaan itu sendiri. Perusahaan sebagai

organisasi berusaha membangun imagenya dengan tujuan tak lain ingin agar nama

perusahaan ini bagus, sehingga akan mempengaruhi segala hal mengenai apa yang

dilakukan oleh perusahaan tersebut.

2. Citra Produk / Konsumen Citra konsumen terhadap suatu produk yang dapat

berdampak positif maupun negatif yang berkaitan dengan

kebutuhan,keinginan,dan harapan konsumen. Image dari produk dapat mendukung

terciptanya sebuah brand image atau citra dari merek tersebut.

3. Citra Pemakai Dapat dibentuk langsung dari pengalaman dan kontak dengan

penggunaan merek tersebut. Manfaat adalah nilai pribadi konsumen yang

diletakkan terhadap atribut dari produk atau layanan yaitu apa yang konsumen

pikir akan mereka dapatkan dari produk atau layanan tersebut.

2.3 Hubungan Antar Variabel Dan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh cita rasa terhadap keputusan Perpindahan merek

Perusahaan Wings Corporation yang mengusung mie bermerek Sedaap

berusaha untuk mencocokkan rasa mie yang diciptakan agar sesuai dengan

keinginan konsumen. Faktor penentu keberhasilan usaha kuliner terletak

pada kualitas makanan yang disajikan. Wood dan Harger (2006) dalamS. Fiani

(2012) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi kualitas makanan antara

lain warna, penampilan, porsi, bentuk, temperatur, tekstur, aroma, tingkat


29

kematangan, dan rasa. Rasa sendiri memiliki arti rangsangan yang diterima

lidah yang terdiri dari manis, pedas, asin, dan pahit. Perpaduan yang seimbang

pada empat dasar ini akan menghasilkan rasa yang dapat diterima. Penelitian ini

didukung oleh Penelitian Sri Iziati Wahyuni Nasution (2019) menyatakan bahwa

variabel cita rasa berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian minuman

merek Good Kedai di Medan Night Market kemudian penelitian ini juga sejalan

dengan dua penelitian lain yaitu, penelitian Yoga Nazmudin (2019) menyatakan

bahwa variabel citarasa berpengaruh signifikan terhadap minat beli Kue Balok

Babakan dan penelitian Nurul Hikmah (2018) menyatakan bahwa variabel cita rasa

berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian singkong keju The Gili’s di

Kota Mataram.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

H1 : Cita rasa berpengaruh positif terhadap keputusan perpindahan merek

2.3.2 Pengaruh iconic endorser terhadap keputusan perpindahan merek

Sebuah perusahaan yang mengiklankan produknya dengan menggunakan

dukungan selebritis mencoba mencocokkan image produk dan image

perusahaan, karakteristik pasar sasaran dengan kepribadian ataupun fisik seorang

selebritis. Image selebritis bagi seorang konsumen dilihat dari kecocokan dan

kemampuan selebritis untuk menarik perhatian. Penggunaan selebriti sebagai


30

bintang iklan diyakini memiliki daya tarik tersendiri. Selain memiliki keuntungan

publisitas dan kekuatan memperoleh perhatian dari konsumen, selebriti juga memiliki

kekuatan untuk dijadikan sebagai alat untuk membujuk, merayu,serta mempengaruhi

konsumen sasaran, yaitu dengan ketenaran yang dimilikinya. Dengan memanfaatkan

ketenaran tersebut diharapkan dapat menarik minat konsumen untuk melakukan

pembelian terhadap produk yang diiklankannya (Belch & Belch 2004 ). Penelitian ini

didukung oleh Penelitian Ita Velinasari (2014) menyatakan bahwa Celebrity

Endorser berpengaruh signifikan Terhadap Brand Switching dan sejalan oleh dua

penelitian lain yaitu, Penelitian Wibawanto (2012) menyatakan bahwa Celebrity

Endorser berpengaruh signifikan Terhadap Keputusan Perpindahan Merek Ponsel

Samsung Ke Ponsel Cina dan penelitian Ridiet Akbar Wibawanto (2012) menyatakan

bahwa celebrity endorser berpengaruh signifikan terhadap keputusan berpindah

merek (studi kasus pada siswa siswi SMA Ibu Kartini Kota Semarang)

Berdasarkan beberapa uraian tersebut, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

H2 :Iconic endorser berpengaruh positif terhadap keputusan perpindahan

merek

2.3.3 Pengaruh citra merek terhadap keputusan perpindahan merek

Menurut Peter dan Olson 1994 (dalam Rangkuti 2009: 20-21) bahwa dalam

pengambilan keputusan pembelian, jika konsumen dihadapkan pada pilihan seperti


31

nama merek, harga, serta berbagai atribut produk lainnya, ia akan cenderung memilih

nama merek terlebih dahulu setelah itu memikirkan harga, ini karena citra merek

yang terbentuk dibenak konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu

cenderung memiliki konsistensi dalam pembelian produk yg diinginkan. Lebih lanjut

menurut Xuemei Bian dan Luiz Moutinho (2011) menyebutkan bahwa dimensi brand

image yang dihasilkan oleh konsumen memiliki pengaruh terhadap keinginan

konsumen untuk membeli dan pada akhirnya menghasilkan keputusan pembelian.

Penelitian ini didukung oleh Penelitian Inka Nuromavita (2016) menyatakan bahwa

citra merek berpengaruh signifikan terhadap perpindahan merek sepeda motor

Yamaha ke Honda. Dan sejalan dengan dua penelitian lain yaitu, penelitian Arinita

Febrianti Wahyudi (2014) menyatakan bahwa citra merek berpengaruh signifikan

terhadap perpindahan merek (studi kasus pada konsumen produk lipstick Wardah di

wilayan perkotaan Jember), dan penelitian Abdurrahman Fikri (2013) menyatakan

bahwa citra merek berpengaruh signifikan terhadap perpindahan merek produk

smartphone Samsung Galaxy Series.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

H3 : Citra merek berpengaruh positif terhadap keputusan perpindahan merek


32

2.4 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1
Cita rasa (X1)
Menurut
(Wahidah
2010)
a. Rasa
b. Tekstur
c. Aroma

Iconic endorser (X2)


Menurut (Blench dan Blench 2004) Perpindahan merek (Y)
a. Kredebilitas endorser a. Ketidakpuasan konsumen
(Hoyer dan Ridgway)
b. Daya Tarik endorser
b. Ingin merasakan sensasi
c. Kharisma endorser yang berbeda (Van Trijp,
hoyer, dan Inman)
c. Membandingkan
33

Citra merek (X3)


Menurut (Biel dalam Tanomi 2012)
a. Citra perusahaan
b. Citra produk
c. Citra pemakai

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian asosiatif yaitu suatu

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.

Bentuk hubungan antara variabel pada penelitian ini, yaitu hubungan kausal.

Hubungan kausal adalah hubungan sebab akibat (Sugiyono,2007:12). Adapun tujuan

digunakannya penelitian asosiatif dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh cita rasa, iconic endorser, dan citra merek terhadap keputusan
34

perpindahan merek mie Instan di kalangan mahasiswa. Hubungan antara

variabel berpengaruh (independent variabel) cita rasa, iconic endorser, dan citra

merek dengan variabel terpengaruh (dependent variabel) yaitu keputusan

perpindahan merek.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Mataram, dengan pertimbangan karena

mahasiswa yang berasal dari luar kota Mataram yang mengkonsumsi mie instan.

3.3 Populasi, Sampel, Dan Teknik Pengambilan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi merupakan jumlah dari keseluruhan objek yang karakteristiknya

hendak diduga (Djarwanto dan Pangestu, 2006:107). Berdasarkan pengertian

tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa di

Kota Mataram yang melakukan perpindahan merek mie instan secara dinamis.

3.3.2. Sampel

Menurut Ferdinand (2014:171), sampel adalah subset dari populasi, terdiri

dari beberapa anggota populasi. Subset ini diambil karena dalam banyak kasus tidak

memungkinkan untuk meneliti seluruh anggota populasi, oleh karena itu dibentuk

sebuah perwakilan yang disebut sampel. Dengan meneliti sampel, peneliti sampel,
35

peneliti dapat menarik kesimpulan yang dapat digenerasilasi untuk seluruh

populasinya. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 responden.

Pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi. Menurut

Ferdinand (2014:173), jumlah sampel adalah 5-10 dikali jumlah indicator yang akan

dianalisis. Bila indicator variabel berjumlah 12 maka jumlah sampel

minimumnya adalah 12 x 5 = 60. Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah sebesar 60 responden.

Sampel dalam penelitian ini menggunakan mahasiswa di Kota Mataram yang

melakukan perpindahan merek mie instan secara dinamis.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang elemen populasi dipilih atas

dasar availabilitasnya (misalnya karena mereka memang dengan sukarela menjadi

responden) atau karena pertimbangan pribadi peneliti bahwa mereka dapat mewakili

populasi (Ferdinand, 2014:176).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik sampling Accidental. Menurut Sugiyono pada buku Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R&D tahun 2009, Accidental Sampling adalah teknik
36

penentuan sampel berdasarkan kebetulan, sehingga peneliti bisa mengambil sampel

pada siapa saja yang ditemui tanpa perencanaan sebelumnya.

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Angket, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya (Sugiyono,2011:142).

2. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan

pengutipan dari dokumen yang ada di objek penelitian.

3. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan terhadap

fenomena yang terjadi.

3.4.2 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Kuesioner. Kuesioner adalah berisi tentang pernyataan yang terkait dengan

permasalahan yang diteliti.

3.5 Jenis dan Sumber Data

3.5.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :


37

1. Data Kuantitatif, yaitu data yang menggunakan angka-angka sebagai hasil

pengukuran, dan penjumlahan. Data kuantitatif mengenai banyak konsumen

(mahasiswa) yang melakukan perpindahan merek mie instan.

2. Data Kualitatif, yaitu data dalam bentuk keterangan atau kalimat, dan tidak

dapat dijelaskan dalam bentuk angka (besarnya tidak dapat diukur) dalam hal

ini tergantung konsumen (mahasiswa).

3.5.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dan bersumber dari

responden melalui hasil pengisian kuesioner dari responden yang berkaitan

dengan variabel-variabel penelitian.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari bahan bacaan maupun literatur

yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.6 Identifkasi Variabel

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, variabel-variabel yang

teridentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Cita rasa (X1).

2. Iconic endorser (X2).

3. Citra merek (X3).

4. Keputusan perpindahan merek (Y).


38

3.7 Klasifikasi Variabel

Klasifikasi dalam penelitian ini antara lain adalah :

1. Variabel terikat (Dependent Variabel) merupakan suatu variabel yang

dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya

adalah Keputusan Perpindahan Merek (Y).

2. Variabel bebas (Independent Variabel) atau variabel X yaitu variabel yang

mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Cita

rasa (X1), Iconic Endorser (X2), dan Citra Merek (X3).

3.8 Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pengumpulan data, maka

variabel-vaiabel dalam penelitian ini perlu didefinisikan. Berikut definisi

operasioanal tersebut.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

No Definisi operasional variabel Indikor variabel


.
1 Cita rasa (X1) Indikator variabel cita rasa:
Cita rasa mie instan merupakan
suatu cara pemilihan ciri mie 1. Rasa.
instan yang harus dibedakan dari 2. Tekstur.
rasa (taste) mie instan tersebut, 3. Aroma.
dimana cita rasa mie instan
dapat mempengaruhi Mahasiswa
dalam melakukan perpindahan
merek Mie instan.
2 Iconic Endorser (X2) Indikator variabel iconic endorser:
Iconic endorser mie instan dapat
menarik perhatian konsumen 1. Kredibilitas endorser.
39

atas pesan iklan yang 2. Daya Tarik endorser.


dibawanya, Iconic endorser 3. Kharisma endorser.
dapat menarik perhatian dan
mempengaruhi konsumen
dalam melakukan perpindahan
merek mie instan.
3 Variabel Citra merek (X3) Indikator variabel citra merek :
Setiap produk mie instan yang
terjual dipasaran memiiki citra 1. Citra perusahaan.
tersendiri di mata konsumennya 2. Citra produk mie instan.
yang sengaja diciptakan oleh 3. Citra pemakai.
pemasar untuk membedakannya
citra merek mie instan satu
dengan produk mie instan
pesaing. Masing – masing
konsumen memiliki presepsi
tentang suatu merek mie instan
yang berbeda beda, sehingga
citra merek berpengaruh dalam
terjadinya perilaku perpindahan
merek mie instan.

4 Keputusan perpindahan merek Indikator variabel perpindahan merek


(Y) :
Perpindahan merek mie instan 1. Harga mie instan
diartikan sebagai kondisi 2. Kualitas produk.
dimana seorang konsumen atau 3. Tingkat kepuasan konsumen.
sekelompok konsumen 4. Variasi produk.
mengubah kesetiaan mereka dari 5. Membandingkan merek.
produk mie instan lama ke
produk mie instan merek yang
baru.

3.9 Prosedur Analisis Data

Untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan dan mengunji

kebenaran dari hipotesis yang telah diajukan, maka akan dilakukan analisis
40

secara kuantitatif untuk mengetahui pengaruh Cita rasa, Iconic Endorser, dan

citra merek terhadap keputusan perpindahan merek mie instan di kalangan

mahasiswa.

3.9.1 Skala Pengukuran Variabel

Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan alat bantu Skala Likert.

Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap, atau

pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena

sosial, berdasarkan definisi operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti.

Skala ini merupakan suatu skala psikometrik yang biasa diaplikasikan dalam

angket dan paling sering digunakan untuk riset yang berupa survei, termasuk

dalam penelitian survei deskriptif.

Alternatif jawaban menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari

sangat positif sampai sangat negatif, yang dibuat menjadi 5 (lima) jawaban.

Adapun skor dari poin penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Skor 5 untuk jawaban Sangat Baik (SB).

b) Skor 4 untuk jawaban Baik (B).

c) Skor 3 untuk jawaban Normal (N).

d) Skor 2 untuk jawaban Kurang Baik (KB).

e) Skor 1 untuk jawaban Tidak Baik (TB).

Hasil pengumpulan data dari keempat variabel yang dikaji, lebih lanjut

dilakukan analisis deskripsi untuk memudahkan pembahasan dan penafsiran data


41

tersebut maka peneliti melakukan pengelompokkan data dalam bentuk interval

skor dengan mengkonfirmasi skala likert kedalam skala kategori masing-masing

variabel sesuai dengan sifat variabel,

Skor Tertinggi−Skor Terenda h 5−1


Interval= = =0 ,8
Jumla h Kelas 5

Kategori
No Keputusan
Interval Iconic
. Cita rasa Citra Merek perpindahan
Endorser
(X1) (X3) merek
(X2)
(Y)
1. ≥ 4,21 Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
2. 3,41-4,20 Baik Baik Baik Baik
3. 2,61– Netral Netral Netral Netral
3,40
4. 1,81– Kurang Baik Kurang Baik Kurang Kurang Baik
2,60 Baik
5. ≤ 1,80 Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik

Table 3.2 Tabel Interval kelas dan skala kategori variabel

3.9.2 Uji Instrumen

1. Uji Validitas
42

Validalitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu

instrument. Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur (Sugiyono, 2017:121). Uji validitas berguna untuk mengetahui

apabila ada pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang harus dibuang atau diganti

karena dianggap tidak relevan (Ghozali,2005:41).

Menurut Umar (2000:190), uji validitas dapat dilakukan dengan jalan

menyerahkan instrument untuk dinilai dan diisi oleh responden minimal 30

responden. Uji validitas dilakukan dengan teknik korelasi yaitu mengkorelasikan

skor item dengan total variabel tersebut dengan menggunakan teknik korelasi

Product Moment, dengan rumus sebagai berikut :

rxy = n ∑ XY −¿ ¿

(Sudjana, 2005: 72)

Keterangan:

Rxy= Korelasi product moment

n = Jumlah sampel

X = Skor disetiap item pertanyaan

Y = Total skor dari semua item pertanyaan

Dengan kriteria pengujian apabila r hitung > r Tabel dengan α = 0,05 maka

alat ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila r hitung < r Tabel maka

alat ukur tersebut adalah tidak valid.

2. Uji Reliabilitas
43

Menurut Umar (2000:194) bahwa reabilitas adalah suatu angka indeks yang

menunjukan kosistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Uji

reabilitas mampu menunjukan sejauh mana instrument dapat dipercaya dan

diharapkan. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha

Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel apabila:

a. Hasil α ≥ 60% = reliabel

b. Hasil α ≤ 60% = tidak reliable

3.9.3 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas diperlukan karena untuk melakukan

pengujian-pengujian variabel lainnya dengan mengasumsikan bahwa nilai residual

mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak

valid dan statistik parametrik tidak dapat digunakan (Ghozali 2013: 110). Ada dua

cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan

analisis grafik dan uji statistik. Untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau

tidak dilakukan uji statistik Kolmogorov-Smirnov Test. Residual berdistribusi normal

jika memiliki nilai signifikansi >0,05 (Ghozali, 2011: 160-165).

2. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Menurut Imam Ghozali (2009) cara
44

medeteksi terhadap adanya Multikolinieritas dalam model regresi adalah sebagai

berikut :

1) Besarnya variabel Inflation Factor/VIF pedoman suatu model regresi yang bebas

Multikolineritas yaitu nilai VIF 10.

2) Besarnya Tolerance pedoman suatu model regresi yang bebas Multikolineritas

yaitu nilai Tolerance 0,1.

3. Uji Heteroskedastisitas

Model regresi yang baik adalah Homoskedastisitas tidak Heteroskedastisitas

cara untuk mendiktesikannya atau dengan cara melihat grafik perhitungan antara nilai

prediksi variabel tingkat (zpred) dengan residual (srecid), analisisnya:

1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang

teratur lebih gelombang menyebar kemudian menyempit maka grafik

mengindikasikan telah terjadi Heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik–titik yang menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.

3.9.4. Alat Analisis

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

yaitu suatu teknik yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel

independen terhadap variabel dependen. (Sugiyono, 2002) regresi linier berganda

digunakan karena terdapat dua veriabel atau lebih yaitu variabel bebas X dan variabel
45

terikat Y, lalu akan dihitung atau dicari nilai Y yang lain berdasarkan nilai X yang

sudah ada.

Analisis Regresi linier berganda yang bertujuan untuk menganalisa pengaruh

variabel Cita rasa, Iconic endorser, dan Citra merek, terhadap Keputusan perpindahan

merek. Secara umum model regresi berganda dirumuskan sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Dimana :

α = Konstanta

β1 = Koefisien regresi dari X1

β2 = Koefisien regresi dari X2

β3 = Koefisien regresi dari X3

X1 = Cita rasa

X2 = Iconic endorser

X3 = Citra merek

Y = Keputusan Perpindahan Merek

e = Variabel Penggangu

Apabila pada saat pengujian atau pengolahan dalam menentukan hasil regresi

diperoleh konstanta negatif, konstanta negatif tidaklah menjadi persoalan dan bisa

diabaikan selama model regresi yang diuji sudah memenuhi asumsi klasik untuk

regresi ganda. Selain itu, selama nilai slope tidak nol maka tidak perlu

memperdulikan konstanta negatif. Konstanta negatif umumnya terjadi jika ada

rentang nilai 1-8, sedangkan Y memiliki rentang nilai 100-200. Karena dasarnya
46

regresi digunakan memprediksi Y berdasarkan nilai perubahan X, maka harusnya

yang menjadi perhatian adalah X nya (slope), bukan nilai konstanta. Dalam berbagai

kasus, intercept juga sering tidak masuk akan untuk diinterpretasi sehingga harus

diabaikan.

3.9.5. Uji Hipotesis

1. Uji t

Untuk menguji variabel yang berpengaruh antara X1, X2, dan X3 terhadap Y

secara individual (parsial) maka digunakan uji t. Adapun kriteria pengujian uji t

adalah sebagai berikut:

1. Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada pengaruh signifikan

variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.

2. Jika Sig > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima berarti tidak ada pengaruh

signifikan variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.

Uji koefisien korelasi parsial dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

Keterangan :

r p = Korelasi Parsial yang ditemukan


47

n = Jumlah Sampel

t = t hitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan t Tabel

Kurva daerah penerimaan dan penolakan H0

Gambar 3.1

2. Uji F

Uji statitis F dilakukan untuk menunjukan apakah semua variabel bebas

yaitu cita rasa (X1), iconic endorser (X2), dan citra merek (X3) mempunyai

pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat, yaitu keputusan

perpindahan merek (Y).

Perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

a. H0 : b1 = b2 = b3 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari

variabel bebas, yaitu cita rasa, iconic endorser, dan citra merek secara

simultan terhadap variabel terikat yaitu keputusan perpindahan merek (Y).


48

b. Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 > 0, artinya ada pengaruh positif yang signifikan dari

varibel bebas, yaitu cita rasa (X1), iconic endorser (X2), dan citra merek

(X3)

Kurva daerah penerimaan dan penolakan H0

Gambar 3.2

a. H0 ditolak dan Ha diterima, jika F hitung ≥ F tabel

b. H0 diterima dan Ha ditolak, jika F hitung ≤ F tabel

c. Pengujian keberartian koefisien regresi secara menyeluruh menggunakan Uji F

dengan derajat kebebasan (df) = n – k – 1, pada tingkat kepercayaan 95% dan α =

0,05. Apabila nilai F hitung lebih kecil dari tingkat kesalahan/eror (alpha) 0,05

(yang telah ditentukan) maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang

diestimasi layak. Sedangkan apabila nilai F hitung lebih besar dari tingkat

kesalahan 0,05 maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi tidak

layak.

3. Koefisien Determinasi (R2)


49

Koefisien determinan (R²) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketepatan

paling baik dalam analisis regresi, dimana hal yang ditunjukkan oleh besarnya

koefisiensi determinasi (R²) antara 0 (nol) dan 1 (satu). Koefisien determinasi (R²) nol

variabel independent sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Apabila koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa

variable independent berpengaruh terhadap varibel dependen. Selain itu koefisien

determinasi dipergunakan untuk mengetahui presentase perubahan variable terikat

(Y) yang disebabkan oleh variabel bebas (X).

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum mie instan

Mie instant merupakan salah satu produk makanan praktis yang banyak

beredar di pasaran dan digemari oleh semua kalangan. Mie instan, menjadi

makanan favorit para penduduk dunia terutama pada bagian Asia Tenggara.

Demikian juga bagi kalangan mahasiswa yang sebagian besar berdomisili jauh
50

dari orang tua, mahasiswa sangat suka mengkonsumsi mie instan ini karena

kepraktisannya. Di tengah maraknya bisnis mie instan dan persaingan antar mie

instan yang begitu tajam serta peluang pasar yang masih luas, banyak

perusahaan berusaha menciptakan produk mie instan dengan berbagai kelebihan

produk yang ditawarkan, untuk meraih pangsa pasar yang luas.

4.2. Deskripsi Karakteristik Responden.

Dalam kajian ini akan ditampilkan mengenai berbagai data tentang responden.

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 responden adalah

mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di kampus-kampus di Kota Mataram

yang sudah tahu, mengenal produk mie instan, dan pernah melakukan perpindahan

merek mie instan. Karakteristik Responden dalam penelitian ini meliputi jenis

kelamin, usia, asal universitas, jenjang pendidikan, smester, uang saku perbulan, dan

konsumsi mie instan perminggu. Adapun deskripsi dari penelitian dapat dijelaskan

dibawah ini.

4.2.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berikut adalah data responden mahasiswa yang yang pernah melakukan


perpindahan merek mie instan yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin
sebagai berikut:
Tabel 4.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Jumlah (orang) Presentase (%)
1 Laki-laki 39 65
2 Perempuan 21 35
Total 60 100
Sumber: Data primer diolah Juli 2021
51

Berdasarkan Tabel 4.1 , dapat diberi kesimpulan bahwa jumlah reponden laki-

laki lebih banyak dibandingkan dengan responden perempuan dengan

perbandingan (2:1), dimana dari data tersebut menunjukan bahwa reponden yang

berjenis kelamin laki-laki lebih dominan dalam melakukan perpindahan merek

mie instan, hal tersebut dapat dijelaskan karena responden yang berjenis kelamin

laki lebih rendah dalam keterlibatan pembelian produk mie instan, dimana dalam

proses memilih dan membeli produk mie instan laki-laki lebih mudah untuk

berpindah merek secara dinamis. Sedangkan responden perempuan memiliki

persentase perpindahan merek yang rendah dibanding dengan laki-laki, karena

perempuan memiliki tingkat keterlibatan yang tinggi dalam melakukan pembelian

suatu produk dan cenderung lebih konsisten dengan suatu merek.

4.2.2 Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


No Usia Jumlah (orang) Presentase (%)
1 <20 11 18,3
2 20-29 46 76,7
3 >29 3 5
Total 60 100
Sumber: Data primer diolah Juli 2021
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diberikan kesimpulan bahwa dari 60 responden

yang pernah melakukan perpindahan merek mie instan berdasarkan karakteristik

Usia, Usia 20-29 Tahun memiliki persentase tertinggi yakni sebesar 76,7 % dan

yang terendah adalah persentase Usia >29 Tahun yakni sebesar 5 %. Dengan

demikian dapat dijelaskan bahwa responden yang pernah melakukan perpindahan


52

merek adalah mahasiswa yang masih tergolong dalam usia yang muda. Dimana

pada usia 20-29 tahun adalah usia yang memiliki tingkat kestabilan emosi yang

masih dapat dikategorikan belum stabil, sehingga mudah untuk melakukan

perpindahan merek secara dinamis. sedangkan pada usia >29 tahun adalah usia

yang sudah memiliki tingkat kestabilan emosi yang baik, sehingga dalam memilih

produk sakan lebih teliti dan cukup sulit untuk terpengaruh dari produk-produk baru.

4.2.3 Responden Berdasarkan Asal Universitas

Tabel 4.3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Universitas


No Asal universitas Jumlah (orang) Presentase (%)
1 AMM 16 26,7
2 Universitas Bumigora 7 11,7
3 Universitas Mataram 36 60
4 Stah Gde Pudja Mataram 1 1,6
Total 60 100
Sumber: Data primer diolah Juli 2021
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diberikan kesimpulan bahwa dari 60 responden

yang pernah melakukan perpindahan merek mie instan berdasarkan karakteristik

Asal Universitas, Universitas Mataram memiliki persentase tertinggi yakni sebesar

60 % dan yang terendah adalah persentase Stah Gde Pudja Mataram yakni

sebesar 1,6 %. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa responden dominan

yang pernah melakukan perpindahan merek adalah mahasiswa yang menempuh

studi di Universitas Mataram. Dimana Universitas Mataram adalah Universitas

terbesar yang ada di Kota Mataram, karena Universitas Mataram adalah kampus

terbesar di Kota mataram sehingga memiliki mahasiswa yang lebih banyak


53

dibandingkan dengan kampus-kampus lainnya sehingga lebih banyak mahasiswa

yang melakukan perpindahan merek mie instan. Sedangkan Stah Gde Pudja Mataram

merupakan sekolah tingga Agama Hindu yang satu-satunya berada di Kota Mataram,

karena Agama Hindu merupakan Agama minoritas yang ada di Kota Mataram

sehingga mahasiswa Stah Gde Pudja Mataram memiliki mahasiswa yang sedikit jadi

mahasiswanya memiliki lebih sedikit persentase perpindahan merek mie instan.

4.2.4 Responden Berdasarkan Semester.

Tabel 4.4 : Karakteristik Responden Berdasarkan Smester


No Smester Jumlah (orang) Presentase (%)
1 1-3 14 23,3
2 3-6 17 28,3
3 6-8 27 45
4 >8 2 3,4
Total 60 100
Sumber: Data primer diolah Juli 2021

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diberikan kesimpulan bahwa dari 60 responden

yang pernah melakukan perpindahan merek mie instan berdasarkan karakteristik

Smester, Smester 6-8 memiliki persentase tertinggi yakni sebesar 45 % ,

sedangkan smester >8 memiliki presentase terrendah sebesar 3,4%. Dengan

demikian dapat dijelaskan bahwa responden dominan yang pernah melakukan

perpindahan merek adalah mahasiswa yang sedang menempuh studi pada smester 6-

8. Dimana smester 6-8 adalah smester yang sudah dikategorikan sebagai smester

atas, dimana mahasiswa smester atas sudah mulai disibukkan dengan adanya tugas
54

akhir sehingga mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir akan memiliki

waktu yang sedikit untuk makan, sehingga memilih makanan yang memiliki waktu

proses pembuatannya lebih singkat. Jadi responden yang dalam tahap smester 6-8

memiliki tingkat keputusan perpindahan merek mie instan yang tinggi dikarenakan

konsumsi mie instan yang tinggi juga. Sedangkan mahasiswa smester >8 adalah

mahasiswa yang masih dalam tahap menyusun tugas akhir yang masih belum bisa

terselesaikan di smester sebelumnya, idealnya mahasiswa lulus pada smester 8. Jadi

populasi mahasiswa yang berada pada smester >8 sudah cukup sedikit sehingga

sedikit juga mahasiswa yang melakukan perpindahan merek pada smester >8.

4.2.5 Responden Berdasarkan Uang Saku Perbulan.

Tabel 4.5 : Karakteristik Responden Berdasarkan Uang Saku Perbulan


No Uang saku perbulan Jumlah (orang) Presentase (%)
1 Rp.500.000 6 10
2 Rp.500.000-1.000.000 36 60
3 Rp.1.000.000-1.500.000 15 25
4 Rp.>1.500.000 3 5
Total 60 100
Sumber: Data primer diolah Juli 2021
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diberikan kesimpulan bahwa dari 60 responden

yang pernah melakukan perpindahan merek mie instan berdasarkan karakteristik

Uang saku perbulan, uang saku dengan jumlah Rp.500.000-Rp.1.000.000 memiliki

persentase tertinggi yakni sebesar 60 % Dengan demikian dapat dijelaskan

bahwa responden dominan yang pernah melakukan perpindahan merek adalah

mahasiswa yang memiliki uang saku perbulan sebesar Rp.500.000-1.000.000.


55

Dimana jumlah uang saku sebesar Rp.500.000-1.000.000 dapat dikategorikan sebagai

jumlah yang kecil bagi mahasiswa, karena mahasiswa memiliki banyak kebutuhan

yang harus dipenuhi dalam menempuh kuliah. Karena memiliki uang saku yang

tergolong kecil sehingga mahasiswa memilih untuk mengkonsumsi mie instan karena

memiliki harga yang terjangkau, karena banyak mengkonsumsi mie instan sehingga

memiliki tingkat keputusan perpindahan merek yang tinggi dengan harga yang sesuai

dengan uang saku yang dimiliki. Sedangkan persentase terendah ada pada responden

yang mendapatkan uang saku perbulan Rp.>1.500.000 yaitu sebesar 5%, jika

mahasiswa memiliki uang saku perbulan Rp.>1.500.000 maka kecenderungan

mahasiswa untuk mengkonsumsi mie instan sudah cukup rendah karena uang saku

mereka sudah cukup tinggi dan bisa mengkonsumsi makanan yang lebih fresh,

sehingga mahasiswa yang mendapatkan uang saku Rp.>1.500.000 perbulan memiliki

persentase yang rendah dalam melakukan perpindahan merek mie instan.

4.2.6 Responden Berdasarkan Konsumsi Mie Perminggu

Tabel 4.6 : Karakteristik Responden Berdasarkan Konsumsi Mie Perminggu.

No Konsumsi mie perminggu Jumlah (orang) Presentase (%)


1 1 kali 8 13,3
2 2-3 kali 16 26,7
3 3-5 kali 14 23,3
4 >5 kali 22 36,7
Total 60 100
Sumber: Data primer diolah Juli 2021
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diberikan kesimpulan bahwa dari 60 responden

yang pernah melakukan perpindahan merek mie instan berdasarkan karakteristik


56

konsumsi mie instan perminggu, frekuensi konsumsi mie instan sebanyak >5 kali

dalam seminggu memiliki persentase tertinggi yakni sebesar 36,7 % Dengan

demikian dapat dijelaskan bahwa responden dominan yang pernah melakukan

perpindahan merek adalah mahasiswa yang memiliki frekuensi mengkonsumsi mie

instan sebanyak lebih dari 5 kali. Dimana mahasiswa sangat tergantung oleh mie

instan, karena mahasisa didominasi oleh mahasiswa yang merantau kekota demi

menempuh pendidikan, yang jauh dari orang tua yang mengolahkan makanan. Karena

mengkonsumsi mie instang lebih dari 5 kali dalam seminggu dapat dikategorikan

sebagai frekuensi yang tinggi sehingga mahasiswa rentan untuk bosan dengan mie

instan yang merek atau rasanya itu-itu saja sehingga sangat mudah untuk melakukan

keputusan perpindahan merek mie instan. Sedangkan responden dengan frekuensi

konsumsi mie instan 1kali dalam seminggu merupakan presentase terrendah yaitu

sebesar 13,3%, hal ini bisa terjadi karena mahasiswa yang mengkonsumsi mie instan

1 kali dalam seminggu adalah mahasiswa yang cenderung tidak terlalu suka

mengkonsumsi mie instan sehingga cenderung memiliki keputusan perpindahan

merek yang rendah.

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Deskripsi Variabel Penelitian

Deskripsi variabel bertujuan untuk dapat melihat tanggapan dari responden

terhadap kuesioner yang disebar atas indikator yang digunakan pada penelitian.

Variabel Cita rasa (X1)


57

Dalam mengukur variabel Cita rasa digunakan 3 indikator yaitu rasa, tekstur,

dan aroma. Kemudian diuraikan menjadi 4 item pernyataan. Tanggapan responden

dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini :

Tabel 4. 7 : Deskripsi Variabel Cita rasa

No. 1 2 3 4 5
Pernyataan Rata-rata skor Kategori
Item
X1. Tingkat 0 5 12 26 17 3,91 Baik
1 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat varian
rasa.
X1. Tingkat 4 10 12 25 9 3,41 Baik
2 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat bumbu
mie.
X1. Tingkat 4 14 14 17 11 3,28 Netral
3 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat tekstur.
X1. Tingkat 2 12 17 19 10 3,36 Netral
4 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat aroma.
Rata-rata total 3,49 Baik
Sumber: Data primer diolah Juli 2021
58

Dari Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa rata-rata skor untuk item pernyataan

“Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat varian rasa.” memiliki

rata-rata skor 3,91 dengan kategori baik, terdapat 26 orang yang menyatakan bahwa

tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat varian rasa dengan

kategori baik, karena varian rasa mie instan yang banyak dan lengkap memang

membuat konsumen tergoda untuk mengkonsumsi mie instan, hal ini merupakan ciri

khas dari mie instan. Sedangkan 5 orang menyatakan bahwa tingkat rangsangan

untuk mengkonsumsi mie instan akibat varian rasa dengan kategori kurang baik, hal

ini terjadi karena ada sebagian kecil dari konsumen mie instan memang tidak terlalu

suka untuk mengkonsumsi mie instan kecuali memang keadaan yang memaksa untuk

mengkonsumsi mie instan karena tidak cukupnya waktu dalam mengolah makanan.

Pada item pernyataan “Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan

akibat bumbu mie.” memiliki rata – rata skor dengan kategori baik. Dari 60 orang

responden 25 orang menyatakan bahwa tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie

instan akibat bumbu mie dengan kategori baik, hal ini bisa terjadi karena bumbu mie

instan yang kaya rasa memang membuat konsumen tergoda untuk mengkonsumsi mie

instan, Sedangkan 4 orang diantaranya menyatakan kurang baik, hal ini bisa terjadi

karena ada beberapa orang yang memang tidak cocok terhadap bumbu mie instan

sehingga lebih memilih mengkonsumsi mie instan dengan mengolahnya dengan

meracik bumbu sendiri.


59

Untuk item pernyataan selanjutnya yaitu “Tingkat rangsangan untuk

mengkonsumsi mie instan akibat tekstur.” Dari 60 orang responden 17 orang

diantaranya menyatakan bahwa tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan

akibat tekstur dengan kategori baik, hal ini karena memang tekstur mie instan yang

kenyal dan mudah untuk di kunyah menyebabkan beberapa orang merasa cocok dan

tergoda untuk mengkonsumsi mie instan, sedangkan ada 4 orang diantaranya

menyatakan bahwa tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat tekstur

dengan kategori tidak baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa tekstur mie instan yang

kenyal dan sedikit lembek membuat beberapa orang tidak tertarik untuk

mengkonsumsi mie instan.

Untuk item pernyataan ke empat yaitu “Tingkat rangsangan untuk

mengkonsumsi mie instan akibat aroma.” Dari 60 responden 19 orang menyatakan

tertarik dengan rangsangan aroma mie instan, aroma mie instan yang sangat lezat

memang menciptakan suatu presepsi tersendiri bagi pecinta mie instan yang

menyebabkan tertarik untuk mengkonsumsi mie instan. Sedangkan 2 diantaranya

menyatakan tidak tertarik oleh rangsangan aroma mie instan, hal ini terjadi karena

beberapa orang merasa tidak cocok dengan aroma mie instan yang tajam.

Variabel iconic endorser (X2)

Dalam mengukur variabel iconic endorser digunakan 3 indikator yaitu

kredibilitas endorser, daya tarik endorser, dan kharisma endorser. Kemudian


60

diuraikan menjadi 3 item pernyataan. Tanggapan responden dapat dilihat pada Tabel

4.8 berikut ini :

Tabel 4. 8 : Deskripsi Variabel Iconic Endorser (X2)

No. 1 2 3 4 5
Pernyataan Rata-rata skor Kategori
Item
X2. Tingkat 3 9 8 22 18 3,71 Baik
1 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat melihat
kredebelitas
endorser mie
instan.
X2. Tingkat 3 10 8 27 12 3,58 Baik
2 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat melihat
daya Tarik
endorser.
X2. Tingkat 2 8 8 26 11 3,68 Baik
3 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat melihat
kharisma
endorser mie
instan.
Rata-rata total 3,65 Baik
Sumber: Data primer diolah Juli 2021

Dari data tabel 4.8 diketahui bahwa skor rata - rata untuk item pernyataan

“Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat melihat kredebelitas

endorser mie instan.” adalah baik. Dari 60 responden 22 diantaranya menyatakan


61

tertarik untuk mengkonsumsi mie instan karena rangsangan dari endorser yang

memiliki kredebelitas yang tinggi. Kredebelitas endorser yang tinggi ini dapat

memberikan citra produk yang positif dari sebuah iklan kepada konsumen sehingga

membuat konsumen merasa tertarik utnuk mengkonsumsi mie instan. Sedangkan 3

diantaranya menyatakan tidak tertarik untuk mengkonsumsi mie instan walaupun

kredebelitas dari seorang endorser yang mengiklankan produknya sudah tinggi, hal

ini terjadi karena ada beberapa orang yang tidak terlalu memperhatikan bintang iklan

dalam mengkonsumsi suatu produk, tetapi lebih memperhatikan faktor-faktor

pendukung lainnya.

Pada item pernyataan “Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan

akibat melihat daya Tarik endorser.” memiliki rata – rata skor dengan kategori baik.

Dari 60 orang responden 27 orang diantaranya menyatakan bahwa daya Tarik

endorser menyebabkan responden merasa tertarik untuk mengkonsumsi mie instan,

karena endorser memiliki daya Tarik yang kuat bagi konsumen terlebih jika endorser

yang menjadi bintang iklan merupakan artis idola konsumen. Sedangkan 3

diantaranya merasa tidak merasa tertarik oleh endorser hal ini bisa terjadi karena

endorser memang tidaklah hanya memiliki penggemar, tetapi juga memiliki haters

hal inilah yang menyebabkan beberapa orang tidak merasa tertarik oleh endorser dari

suatu iklan.

Untuk item pernyataan yang ketiga yaitu “Tingkat rangsangan untuk

mengkonsumsi mie instan akibat melihat kharisma endorser mie instan.”


62

mendapatkan rata rata skor dalam kategori tertarik. Dari 60 orang responden 26 orang

diantaranya menyatakan bahwa kharisma endorser membuatnya tertarik untuk

mengkonsumsi mie instan hal ini disebabkan karena kharisma yang terpancar dari

endorser memang memiliki nilai positif yang sangat kuat yang bisa membuat orang

tertarik dan mengkonsumsi produk yang diiklankan. Sedangkan 2 diantarnya merasa

tidak tertarik oleh charisma endorser, hal ini dikarenakan ada beberapa orang yang

memang tidak memperhatikan detail dari endorser, sehingga memang charisma

endorser dirasa tidak membuat mereka tertarik untuk mengkonsumsi mie instan.

Variabel citra merek (X3)

Dalam mengukur variabel citra merek digunakan 3 indikator yaitu citra

perusahaan, citra produk, dan citra pemakai. Kemudian diuraikan menjadi 4 item

pernyataan. Tanggapan responden dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini :

Tabel 4. 9 : Deskripsi Variabel Citra merek (X3)

No. 1 2 3 4 5
Pernyataan Rata-rata skor Kategori
Item
X3. Tingkat 5 12 14 20 9 3,26 Netral
1 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat
perusahaan
yang sudah go
Internasional
X3. Tingkat 6 14 15 19 6 3,08 Netral
2 rangsangan
untuk
63

mengkonsumsi
mie instan
akibat mie yang
sudah memiliki
standarisasi
halal.
X3. Tingkat 4 8 20 16 12 3,40 Baik
3 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat kemasan
mie instan yang
kekinian.
X3. Tingkat 4 16 15 18 7 3,10 Netral
4 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat sudah
pernah merasa
puas dengan
merek tersebut.
Rata-rata total 3,21 Netral
Sumber: Data primer diolah Juli 2021

Dari Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa rata-rata skor untuk item pernyataan

“Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat perusahaan yang sudah

go Internasional ” memiliki rata-rata skor dengan kategori netral. Dari 60 responden

20 diantaranya menyatakan bahwa mereka merasa yakin untuk mengkonsumsi mie

instan karena perusahaan yang sudah go internasional sudah memiliki merek yang

terkenal baik dalam skala nasional maupun internasional sehingga membuat

konsumen merasa yakin dengan sepenuhnya untuk mengkonsumsi mie instan yang

sudah memiliki merek yang sudah go internasional. Sedangkan 5 diantaranya


64

menyatakan tidak tertarik untuk mengkonsumsi mie instan meskipun telah memiliki

merek yang yang sudah go internasional, hal ini karena beberapa orang merasa sudah

go internasional atau tidak dari sebuah merek mie instan tidak mempengaruhinya

dalam melakukan keputusan pembelian suatu merek mie instan.

Pada item pernyataan “Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan

akibat mie yang sudah memiliki standarisasi halal.” memiliki rata – rata skor dengan

kategori netral. Dari 60 responden 19 diantaranya menyatakan bahwa mereka yakin

untuk mengkonsumsi mie instan jika mie instan tersebut telah terstandarisasi halal,

hal ini merupakan suatu kewajiban bagi umat yang beragam Muslin untuk selalu

mengkonsumsi makanan yang halal. Sedangkan 9 diantaranya menyatakan

standarisasi halal tidak membuatnya yakin untuk mengkonsumsi mie instan, karena

ada beberapa orang yang memang beragama non Muslim sehingga memang

standarisasi tidak akan mempengaruhinya dalam melakukan keputusan pembelian

produk mie instan.

Untuk item pernyataan selanjutnya yaitu “Tingkat rangsangan untuk

mengkonsumsi mie instan akibat kemasan mie instan yang kekinian.” memiliki rata

rata skor masuk dalam kategori baik. Dari 60 responden 20 diantaranya menyatakan

bahwa kemasan mie instan yang kekinian tidak mempengaruhinya dalam

mengkonsumsi mie instan, dan tidak mempengaruhinya dalam melakukan keputusan

pembelian mie instan. Sedangkan 4 diantaranya menyatakan bahwa tidak tertarik

untuk mengkonsumsi mie instan dengan kemasan yang kekinian, karena ada beberapa
65

orang khususnya orang dengan kategori dewasa-tua yang lebih menyukai kemasan

yang dari produk yang bersifat netral tidak terlalu modern.

Untuk item pernyataan ke empat yaitu “Tingkat rangsangan untuk

mengkonsumsi mie instan akibat sudah pernah merasa puas dengan merek tersebut”

mendapatkan rata-rata skor dengan kategori netral. Dari 60 orang responden 18

diantaranya menyatakan bahwa mereka yakin untuk mengkonsumsi mie instan jika

sudah pernah merasa puas dengan merek mie instan tersebut, hal ini dikarenakan,

sifat manusia yang akan nyaman dengan suatu merek jika mereka telah merasa puas

dengan suatu merek yang sudah pernah dikonsumsi. Sedangkan 4 diantaranya

menyatakan bahwa tidak yakin untuk mengkonsumsi mie instan meskipun telah

pernah puas dengan merek tersebut, hal ini karena ada beberapa orang yang telah

merasa puas dengan suatu merek tetapi mencari lagi merek baru untuk mencari rasa

kepuasan yang lebih dari pada merek sebelumnya.

Variabel keputusan perpindahan merek mie instan (Y)

Dalam mengukur variabel perpindahan merek digunakan 5 indikator yaitu

harga mie instan, kualitas produk, tingkat kepuasan konsumen, variasi produk, dan

membandingkan merek. Kemudian diuraikan menjadi 5 item pernyataan. Tanggapan

responden dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut ini :

Tabel 4.10 : Deskripsi Variabel Perpindahan merek (Y)


66

No. 1 2 3 4 5
Pernyataan Rata-rata skor Kategori
Item
Y.1. Tingkat 2 10 15 26 7 3,43 Baik
1 rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat
kecocokan
antara harga dan
rasa yang
dihasilkan.
Y1.2 Tingkat 0 20 13 18 9 3,26 Netral
rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat merasa
lebih puas di
bandingkan
dengan mie
instan merek
lama.
Y1.3 Bagaimana 5 7 11 23 14 3,56 Baik
tingkat
kepuasan anda
terhadap merek
mie instan
merek baru?
Y1.4 Tingkat 2 6 21 23 8 3,45 Baik
rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat mencari
variasi baru.
Y1.5 Tingkat 3 15 14 21 7 3,51 Baik
rangsangan
untuk
mengkonsumsi
mie instan
akibat
67

membandingka
n merek mie
instan merek
baru dengan
mie instan
merek lama.
Rata-rata total 3,44 Baik
Sumber: Data primer diolah Juli 2021

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat rata-rata skor dengan kategori baik pada

item “Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat kecocokan antara

harga dan rasa yang dihasilkan.”.dari 60 orang responden 26 orang diantaranya

menyatakan bahwa merasa tertarik untuk mengkonsumsi mie instan dengan harga

yang sesuai dengan cita rasa yang dihasilkan, hal ini bisa terjadi karena masalah

harga adalah masalah yang paling genting dan sensitif bagi konsumen, konsumen

akan rela untuk mengeluarkan uang demi mendapatkan rasa makanan yang sesuai

dengan keingannya. Sedangkan 2 diantaranya menyatakan tidak tertarik dengan

kesetaraan harga dan rasa mie instan, karena ada beberapa orang yang tidak

mempermasalahkan harga dari suatu produk makanan jika mereka sudah merasa puas

dengan rasa yang dihasilkan dari suatu produk makanan tersebut.

Untuk item “Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan merek baru

akibat merasa lebih puas di bandingkan dengan mie instan merek lama.” mendapat

tanggapan dengan kategori netral. Dari 60 orang responden 20 orang diantaranya

menyatakan tidak merasa tertarik untuk mengkonsumsi mie instan hanya karena lebih

puas dengan merek baru dibanding dengan merek lama, hal ini karena meskipun
68

sudah puas dengan merek baru tetapi perasaan rindu akan mie instan merek lama

akan membuat mereka untuk tertarik kembali mengkonsumsi mie instan merek lama.

Sedangkan 9 diantaranya menyatakan bahwa tertarik untuk mengkonsumsi mie instan

karena sudah merasa puas dengan mie instan merek baru. Hal ini terjadi karena

mereka sudah merasa mie instan merek lama sudah tidak cocok lagi dan lebih

memilih untuk meninggalkan mie instan merek lama yang sudah dirasa tidak cocok

lagi dan tetap mengkonsumsi mie instan merek baru.

Sedangkan item pernyataan bahwa “Bagaimana tingkat kepuasan anda

terhadap merek mie instan merek baru?”. Memiliki rata-rata nilai tanggapan

responden baik. Dari 60 orang responden 23 orang diantaranya menyatakan puas

dengan mie instan merek baru, hal ini karena mie instan merek baru sudah sesuai

dengan keinginan responden sehingga merasa puas dengan mie instan merek baru.

Sedangkan 5 diantaranya menyatakan tidak puas dengan mie instan merek baru, hal

ini terjadi karena responden merasa bahwa mie instan merek baru tidak sesuai dengan

keinginan dan harapannya sehingga merasa tidak puas dan lebih puas dengan mie

instan merek lama yang sudah biasa dikonsumsi.

Untuk item “Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat

mencari variasi baru.” mendapat tanggapan dengan kategori baik. Dari 60 responden

23 diantaranya menyatakan bahwa tertarik untuk mengkonsumsi mie instan karena

ingin mencari variasi baru, hal ini terjadi karena responden sudah merasa bosan

dengan mie instan merek lama sehingga ingin mencari variasi baru mie instan dengan
69

cara mengkonsumsi mie instan merek baru. Sedangkan 2 diantaranya menyatakan

tidak tertarik untuk mengkonsumsi mie instan karena mencari variasi baru, hal ini

biasa terjadi dibeberapa orang yang sudah merasa nyaman dengan mie instan merek

lama dan tidak ingin mencari variasi baru lagi yang masih dianggap belum tentu

memiliki kecocokan dengan mie instan merek baru.

Untuk item “Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat

membandingkan merek mie instan merek baru dengan mie instan merek lama.”

mendapat tanggapan dengan kategori baik. Dari 60 orang responden 21 orang

menyatakan bahwa tertarik untuk mengkonsumsi mie instan karena ingin

membandingkan mie instan merek baru dengan mie instan merek lama, hal ini karena

bagi beberapa orang yang ingin berpindah merek mereka akan membandingka

terlebih dahulu antara merek lama dengan merek baru sebelum menentukan

keputusan perpindahan merek. Sedangkan 3 diantaranya menyatakan tidak tertarik

untuk mengkonsumsi mie instan karena membandingkan merek, hal ini karena

beberapa orang tidak melakukan perbandingan merek sebelum melakukan keputusan

perpindahan merek, mereka hanya langsung berpindah-pindah tanpa harus berfikir

lebih dalam untuk membandingkannya terlebih dahulu.

4.4 Uji Instrumen

Uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner perlu dilakukan untuk menguji

kualitas instrumen yang digunakan. Oleh karena itu, instrumen atau alat ukur harus

memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai. Pengujian validitas dan reliabilitas
70

kuesioner dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 25.0. Adapun hasil

pengujian validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini sebagai berikut:

4.4.1 Uji Validitas

Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan teknik korelasi Pearson

Product Moment, dengan menggunakan Correlate Bivariate Pearson. Analisis ini

dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item. Item-item

pertanyaan yang berkorelasi menunjukkan item-item tersebut mampu memberikan

dukungan dalam mengungkap apa yang ingin diungkap.

Pengujian ini menggunakan uji dua sisi (Two-Tailed) dan jumlah sampel

sebanyak 60 responden. Sehingga, diperoleh r Tabel sebesar 0.2542 (Tabel r Pearson,

df = n-2). Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

a. Jika r hitung ≥ r Tabel, maka item-item pertanyaan yang digunakan dinyatakan

valid.

b. Jika r hitung < r Tabel, maka item-item pertanyaan yang digunakan dinyatakan

tidak valid.

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Cita Rasa (X1)

Item r hitung r tabel Keputusan

X1_1 .538** 0.2542 VALID


**
X1_2 .706 0.2542 VALID
**
X1_3 .770 0.2542 VALID
**
X1_4 .675 0.2542 VALID
Sumber: Data primer diolah Juli 2021
71

Berdasarkan tabel 4.6 nilai df=58 dan probabilitas sebesar 5% diketahui nilai
rtabel sebesar 0.2542. Adapun berdasarkan tabel di atas diketahui setiap item yang
mengukur variabel Cita Rasa (X1) valid atau akurat. Hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan nilai rhitung setiap item lebih besar dari rtabel (rhitung > rtabel).

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Iconic Endorser (X2)

Item r hitung r tabel Keputusan

X2_1 .917** 0.2542 VALID


**
X2_2 .906 0.2542 VALID
**
X2_3 .811 0.2542 VALID
Sumber: Data primer diolah Juli 2021

Berdasarkan tabel 4.7 nilai df=58 dan probabilitas sebesar 5% diketahui nilai
rtabel sebesar 0.2542. Adapun berdasarkan tabel di atas diketahui setiap item yang
mengukur variabel Iconic Endorser (X2) valid atau akurat. Hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan nilai rhitung setiap item lebih besar dari rtabel (rhitung > rtabel).

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Citra Merek (X3)

Item r hitung r tabel Keputusan

X3_1 .632** 0.2542 VALID


X3_2 .723** 0.2542 VALID
**
X3_3 .640 0.2542 VALID
**
X3_4 .739 0.2542 VALID
Sumber: Data primer diolah Juli 2021

Berdasarkan tabel 4.8 nilai df=58 dan probabilitas sebesar 5% diketahui nilai
rtabel sebesar 0.2542. Adapun berdasarkan tabel di atas diketahui setiap item yang
72

mengukur variabel Citra Merek (X3) valid atau akurat. Hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan nilai rhitung setiap item lebih besar dari rtabel (rhitung > rtabel).

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Keputusan Perpindahan Merek (Y)

Item r hitung r tabel Keputusan

Y1 .742** 0.2542 VALID

Y2 .738** 0.2542 VALID

Y3 .662** 0.2542 VALID


**
Y4 .658 0.2542 VALID
.801** 0.2542
Y5 VALID
Sumber: Data primer diolah Juli 2021

Berdasarkan tabel 4.9 nilai df=58 dan probabilitas sebesar 5% diketahui nilai
rtabel sebesar 0.2542. Adapun berdasarkan tabel di atas diketahui setiap item yang
mengukur variabel Keputusan Berganti Merek (Y) valid atau akurat. Hal tersebut
dapat dilihat berdasarkan nilai rhitung setiap item lebih besar dari rtabel (rhitung > rtabel).

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa

diperoleh nilai korelasi untuk keseluruhan item-item pernyataan yang digunakan

nilainya tidak kurang dari 0.2542 atau dengan kata lain nilainya lebih dari atau sama

dengan r Tabel. Sehingga, item-item pertanyaan yang digunakan pada penelitian ini

dinyatakan valid. Oleh karenanya, penelitian ini mempunyai ketepatan dan

kecermatan yang cukup sehingga penelitian ini dapat dilanjutkan ke tahap

selanjutnya.

4.4.2 Uji Realibilitas


73

Setelah melakukan uji validitas, berikutnya adalah melakukan uji reliabilitas.

Pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha

Cronbach’s, yaitu untuk mengetahui tingkat konsistensian item-item pertanyaan yang

digunakan pada penelitian ini, sehingga item pertanyaan tersebut dapat dihandalkan,

walaupun penelitian dilakukan berulang kali dengan item pertanyaan yang sama.

Pengujian pada penelitian ini dilakukan dengan Scale If Item Deleted. Kriteria

pengujiannya adalah sebagai berikut :

a. Jika nilai Alpha ≥ 60% atau 0,6, maka item-item pertanyaan yang digunakan

dinyatakan reliabel.

b. Jika r hitung < 60% atau 0,6, maka item-item pertanyaan yang digunakan

dinyatakan tidak reliabel.

Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas


Variabel α Batas Keputusan
Cita Rasa (X1) 0.608 0.6 Reliabel
Iconic Endorser (X2) 0.853 0.6 Reliabel
Citra Merek (X3) 0.619 0.6 Reliabel
Keputusan Berganti Merek (Y) 0.765 0.6 Reliabel
Sumber: Data primer diolah Juli 2021

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.10, dapat diketahui bahwa

diperoleh koefisien Croncbach Alpha untuk semua item pertanyaan yang digunakan

lebih dari atau sama dengan 0,6, sehingga item-item pertanyaan yang digunakan

dalam penelitian ini dinyatakan reliabel.

4.5 Analisis Data

4.5.1. Uji Asumsi Klasik


74

Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah residual atau error data

terdistribusi normal atau tidak. Idealnya pada model regresi residual atau error data

harus terdistribusi normal. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Uji

Kolmogorov-Smirnov dengan melihat nilai signifikansi. Apabila nilai Asymp. Sig >

0.05 maka dapat dikatakan residual atau error data terdistribusi normal. Apabila nilai

Asymp. Sig < 0.05 makan dapat dikatakan residual atau error data tidak terdistribusi

normal. Selain itu, uji normalitas juga dapat ditentukan dengan melihat grafik Normal

P-P Plot. Apabila titik-titik yang digambarkan sebagai data penelitian berada di

sekitar garis linear atau menempel pada garis linear maka dapat dikatakan residual

data terdistribusi normal. Berikut hasil Uji Normalitas menggunakan Uji

Kolmogorov-Smirnov dan grafik Normal P-P Plot dengan bantuan Software IBM

SPSS 25:Tabel

4.11 : Hasil Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual
N 60
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
75

Std. Deviation 3.60069015


Most Extreme Differences Absolute .100
Positive .100
Negative -.052
Test Statistic .100
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Data primer diolah Juli 2021

Berdasarkan hasil Uji Normalitas, diketahui nilai Asymp. Sig sebesar 0.200

yang artinya Asymp. Sig > 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data residual

sudah terdistribusi normal. Berikut grafik normal P-P Plot uji normalitas:

Gambar 4.1 Grafik P-plots


76

Sumber: Data primer diolah Juli 2021

Berdasarkan hasil grafik di atas, dapat terlihat titik-titik yang digambarkan

sebagai data penelitian menempel atau berada di sekitar garis linear. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa residual data terdistribusi normal.

Uji Multikolieneritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

korelasi yang kuat sesama variabel bebas. Jika terdapat masalah multikolinieritas

maka dapat diartikan bahwa variabel bebas memiliki korelasi. Cara untuk mendeteksi

ada tidaknya multikolinieritas adalah dengan cara melihat nilai tolerance dan VIF

(Variance Inflastion Factor). Jika nilai tolerance > 0.10 dan nilai VIF < 10, maka

tidak terjadi multikolinieritas atau bebas dari Multikolinieritas. Berikut hasil Uji

Multikolinearitas menggunakan menggunakan Software IBM SPSS 25:

Tabel 4.12 Uji Multikolieneritas

Coefficientsa
Standardiz
Unstandardized ed Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Toleranc
Model B Std. Error Beta t Sig. e VIF
1 (Constant) 15.563 3.032 5.133 .000
Cita Rasa .372 .170 .283 2.190 .033 .921 1.086
Iconic .225 .165 .172 1.368 .177 .971 1.030
Endorser
Citra Merek .321 .158 .263 2.033 .047 .918 1.089
a. Dependent Variable: Perpindahan Merek
Sumber: Data primer diolah Juli 2021
77

Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai tolerance berkisar antara 0.918-

0.971 yang artinya nilai tolerance > 0.01 dan nilai VIF berkisar antara 1.030-1.089

yang artinya nilai VIF < 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala

multikolinearitas pada model regresi.

Uji Heteroskedastitas

Asumsi penting dalam regresi linier adalah bahwa gangguan yang muncul

dalam model regresi korelasi adalah homoskedastitas yaitu semua gangguan

mempunyai variasi yang sama. Dalam regresi mungkin ditemui gejala

heteroskedasitas. Menurut Ghozali (2005) pengujian ini dilakukan dengan metode

grafik. Pengujian heteroskedastistas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada

grafik (Y prediksi dikurangi Y sesungguhnya) yang telah di-Standarized. Uji

heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat persebaran variansi residual atau error

data. Model regresi yang baik ialah tidak terjadi gejala heteroskedastisitas atau

idealnya model regresi memiliki variansi residual atau eror data yang sama antara

variabel independen (X) dan variabel dependennya (Y). Berikut hasil Uji

Heteroskedastisitas menggunakan Software IBM SPSS 25:

Gambar 4.2. Uji Heteroskedastisitas


78

Sumber: Data primer diolah Juli 2021

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat pola scatterplot berpencar dan tidak

tampak membentuk pola tertentu. Titik-titik terlihat menyebar di atas dan dibawah

angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat diindikasikan bahwa model regresi tidak

terkena heteroskedastisitas.

4.5.2 Analisis Regresi

Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel Cita rasa

(X1), Iconic endorser (X2), Citra merek (X3), terhadap Keputusan perpindahan

merek (Y) mie instan dikalangan mahasiswa di Kota Mataram. Proses analisis

berganda tersebut menggunakan bantuan program Software komputer yaitu SPSS.


79

Berikut output analisis regresi linier berganda dengan bantuan aplikasi SPSS. Berikut

hasil uji analisis regresi berganda menggunakan Software IBM SPSS 25:

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda Menggunakan SPSS

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .661 .542 1.121 .227
Cita Rasa .469 .135 .399 3.480 .001
Iconic Endorser .317 .129 .259 2.456 .017
Citra Merek .165 .134 .133 1.230 .223
a. Dependent Variable: Perpindahan Merek
Sumber: Data primer diolah Juli 2021

Berikut ialah persamaan model regresi yang terbentuk:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3

Y= 0.661 + 0.469X1 + 0.317X2 + 0.165X3

Persamaan tersebut menjelaskan:

1. Nilai konstanta pada model regresi sebesar 0.661 yang artinya apabila nilai setiap

variabel bebas (X) sama dengan nol atau konstan, maka nilai variabel

Perpindahan Merek (Y) sebesar 0.661.

2. Nilai koefisien regresi variabel Cita Rasa (X1) sebesar 0.469 yang artinya setiap

peningkatan sebesar 1 satuan pada variabel Cita Rasa (X1) maka akan terjadi

peningkatan sebesar 0.469 pada variabel Perpindahan Merek (Y). Sedangkan nilai

variabel lain (Iconic Endorser dan Citra Merek) dianggap tetap. Adapun nilai
80

koefisien regresi ialah positif yang mengindikasikan adanya hubungan satu arah.

Jadi dapat disimpulkan semakin tinggi Cita Rasa (X1) maka akan semakin tinggi

Keputusan Perpindahan Merek (Y).

3. Nilai koefisien regresi variabel Iconic Endorser (X2) sebesar 0.317 yang artinya

setiap peningkatan sebesar 1 satuan pada variabel Iconic Endorser (X2) maka

akan terjadi peningkatan sebesar 0.317 pada variabel Perpindahan Merek (Y).

Sedangkan nilai variabel lain (Cita Rasa dan Citra Merek) dianggap tetap.

Adapun nilai koefisien regresi ialah positif yang mengindikasikan adanya

hubungan satu arah. Jadi dapat disimpulkan semakin tinggi Iconic Endorser (X2)

maka akan semakin tinggi Keputusan Perpindahan Merek (Y).

4. Nilai koefisien regresi variabel Citra Merek (X3) sebesar 0.165 yang artinya

setiap peningkatan sebesar 1 satuan pada variabel Citra Merek (X3) maka akan

terjadi peningkatan sebesar 0.165 pada variabel Keputusan Perpindahan Merek

(Y). Sedangkan nilai variabel lain (Cita Rasa dan Iconic Endorser) dianggap

tetap. Adapun nilai koefisien regresi ialah positif yang mengindikasikan adanya

hubungan satu arah. Jadi dapat disimpulkan semakin tinggi Citra Merek (X3)

maka akan semakin tinggi Keputusan Perpindahan Merek (Y).

4.7. Uji Hipotesis

4.7.1. Uji T parsial

Uji T Parsial bertujuan untuk melakukan uji hipotesis penelitian, yaitu melihat

apakah setiap variabel independen (X) berpengaruh signifikan terhadap variabel


81

dependen (Y). Pengambilan keputusan Uji T ialah apabila nilai Sig. < 0.05 maka Ha

diterima dan Ho ditolak atau dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan

secara parsial. Sedangkan apabila nilai Sig > 0.05 maka Ha ditolak dan Ho diterma

atau dapat dikatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial. Berikut

hasil Uji T menggunakan bantuan Software IBM SPSS 25:

Tabel 4.14 Tabel Nilai T Hitung dan Signifikansi

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 15.563 3.032 5.133 .000
Cita Rasa .372 .170 .283 2.190 .033
Iconic Endorser .225 .165 .172 1.368 .177
Citra Merek .321 .158 .263 2.033 .047
a. Dependent Variable: Perpindahan Merek
Sumber: Data primer diolah Juli 2021

Berdasarkan tabel 4.14 hasil Uji T, diketahui:

1. Cita Rasa berpengaruh signifikan terhadap Perpindahan Merek. Hal tersebut

dapat dilihat berdasarkan nilai Sig. sebesar 0.033 yang artinya Sig. < 0.05

sehingga Ha diterima dan Ho ditolak.

2. Iconic Endorser tidak berpengaruh signifikan terhadap Perpindahan Merek. Hal

tersebut dapat dilihat berdasarkan nilai Sig. sebesar 0.177 yang artinya Sig. >

0.05 sehingga Ha ditolak dan Ho diterima.


82

3. Citra Merek berpengaruh signifikan terhadap Perpindahan Merek. Hal tersebut

dapat dilihat berdasarkan nilai Sig. sebesar 0.047 yang artinya Sig. < 0.05

sehingga Ha diterima dan Ho ditolak.

Uji F Simultan

Uji F Simultan bertujuan untuk melihat pengaruh seluruh variabel independen

(X) terhadap variabel Y secara bersama-sama (simultan). Pengambilan keputusannya

ialah apabila nilai Sig. < 0.05 maka Ha diterima dan Ho ditolak atau dapat dikatakan

seluruh variabel X berpengaruh signifikan terhadap variabel Y secara bersama-sama.

Namun, apabila nilai Sig. > 0.05 maka Ha ditolak dan Ho diterima atau dapat

dikatakan seluruh variabel X tidak berpengaruh signifikan terhadap varaibel Y secara

bersama-sama. Berikut hasil Uji F Simultan menggunakan Software SPSS 25:

Tabel 4.15 Uji F Simultan

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 123.917 3 41.306 3.024 .037b
Residual 764.933 56 13.660
Total 888.850 59
a. Dependent Variable: Perpindahan Merek
b. Predictors: (Constant), Citra Merek, Iconic Endorser, Cita Rasa
Sumber: Data primer diolah Juli 2021

Berdasarkan hasil Uji F, diketahui nilai Sig. sebesar 0.037 yang artinya Sig.

< 0.05 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa Cita

Rasa, Iconic Endorser, dan Citra Merek secara bersama-sama berpengaruh terhadap

Perpindahan Merek.
83

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate
a
1 .758 .574 .546 3.696
a. Predictors: (Constant), Citra Merek, Iconic Endorser, Cita Rasa

b. Dependent Variable: Perpindahan Merek


Uji Koefisien Determinasi bertujuan untuk mengetahui besaran persentase

variabel dependen (Y) yang dapat diprediksi atau dijelaskan oleh seluruh variabel

independen (X). Berikut hasil Uji Koefisien Determinasi menggunakan Software

IBM SPSS 25:

Tabel 4.16 Koefisien Determinasi

Sumber: Data Primer Diolah, 2021

Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai R Square (R 2) sebesar 0.574 atau 57.4%.

Nilai tersebut mengindikasikan bahwa sebesar 57.4% variabel Perpindahan Merek

(Y) yang dapat diprediksi atau dijelaskan oleh seluruh variabel independen (X).

Sedangkan sisanya sebesar 42.6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat

dalam penelitian.

4.8. Interpretasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap variabel-variabel yang ada

dalam penelitian ini terdapat beberapa hasil penelitian sebagai berikut:

Dari hasil pengujian bahwa Cita rasa memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap keputusan perpindahan merek mie instan di kalangan mahasiswa


84

di Kota Mataram. Pada variabel Cita rasa dapat tiga indikator yang dijadikan ukuran,

yaitu rasa, tekstur dan aroma. Dari hasil penelitian yang ada dapat kita katakan bahwa

rasa yang mie instan miliki rasa yang dapat memikat lidah konsumen, tekstur dari

produk yang enak untuk dinikmati dan aroma yang lezat.

Berdasarkan perhitungan regresi linier berganda yang dilakukan variabel

Iconic endorser memiliki nilai koefisien yang positif terhadap keputusan perpindahan

merek mie instan. Namun angka signifikansi yang ada di variabel Iconic endorser

tidak menunjukkan adanya signifikansi antara Iconic endorser terhadap keputusan

perpindahan merek mie instan di kalangan mahasiswa di kota Mataram. Dari hasil

penelitian yang dilakukan beberapa responden merasa tertarik dengan iklan mie

instan jika artisnya memiliki kredebelitas yang tinggi, kemudian responden juga

merasa tertarik dengan daya Tarik endorser dari iklan mie instan, dan responden juga

merasa tertarik dengan iklan mie instan karena kharisma yang dipancarkan oleh

endorser. Hal tersebut bisa mempengaruhi keputusan perpindahan merek mie instan,

karena kesuksesan endorser dalam sebuah iklan dapat mempengaruhi keputusan

perpindahan merek mie instan di kalangan mahasiwa di Kota Mataram.

Pada variabel Citra merek terdapat pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap keputusan perpindahan merek mie instan. Terdapat tiga indikator yang

dijadikan tolak ukur untuk variabel Citra merek, yaitu citra perusahaan, citra produk,

dan citra pemakai. Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa semakin

terkenal dan semakin baik citra perusahaan maka akan semakin menaikkan tingkat

keputusan perpindahan merek mie instan, semakin baik dan mengikuti perkembangan
85

jaman model kemasan dapat meningkatkan keputusan perpindahan merek mie

instan.Hasil positif dari hasil perhitungan regresi linier berganda menyatakan bahwa

Citra merek mie instan maka akan semakin tinggi keputusan perpindahan merek mie

instan.

4.9 Pembahasan

Dari hasil analisis sebelumnya diketahui bahwa variabel Cita Rasa, Iconic

Endorser dan Citra Merek memiliki tingkat kelayakan model yang tinggi dan setiap

variable-variabel yang digunakan pada penelitian ini mampu untuk menjelaskan

fenomena yang dianalisis, hal ini menunjukkan bahwa Cita Rasa, Iconic Endorser

dan Citra Merek dari produk mie instan dapat berpengaruh terhadap keputusan

perpindahan merek mie instan di kalangan mahasiswa di Kota Mataram. Kondisi ini

dapat ditunjukan dengan tingkat signifikan yang dihasilkan sebesar 0,037, yang

dimana Ha diterima dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yakni 0,037 < 0,05.

Tingkat pengaruh ini juga didukung dengan perolehan hasil uji koefisien yang cukup

tinggi yakni sebesar 57,46 %, hal ini menunjukan variabel-variabel independen pada

penelitian ini mampu memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi dependen. Karakteristik responden secara demografi yang

merupakan gambaran umum mengenai kepribadian responden dalam penelitian ini

menunjukan bahwa responden yang berjenis kelamin Laki-laki lebih dominan dari

responden yang berjenis kelamin Perempuan, kisaran usia responden berkisar dari 20-

29 tahun, dengan asal Universitas Mataram, dengan jenjang pendidikan S1 Smester 6-


86

8 dengan uang saku perbulan Rp.500.000-1.000.000 dan dengan frekuensi pembelian

mie instan >5 kali perminggu.

Hasil pengujian secara persial pada variabel Cita Rasa menunjukan bahwa

variabel Cita Rasa pada sebuah produk mie instan memberikan pengaruh yang

segnifikan dan positif terhadap keputusan perpindahan merek mie instan di kalangan

mahasiswa di Kota Mataram. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi cita rasa

pada produk mi instan maka semakin tinggi pula keputusan perpindahan merek pada

produk mie instan. Secara empirik hal ini dapat dibuktikan dengan uji hipotesis secara

parsial dimana variabel Cita Rasa memiliki signifikansi sebesar 0,033. Nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,033 < 0,05) menunjukkan bahwa Cita Rasa

berpengaruh signifikan terhadap keputusan perpindahan merek secara statistik. Cita

Rasa dapat menggambarkan rasa dari produk mie instan didalam benak konsumen.

Sedangkan hasil pengujian secara persial untuk variabel Iconic Endorser

menunjukan bahwa Iconic Endorser sebuah produk mie instan tidak berpengaruh

signifikan dan postif terhadap keputusan perpindahan merek mie instan di kalangan

mahasiswa di Kota Mataram. Hal ini menunjukan bahwa Semakin tinggi tingkat

kesuksesan Iconic Endorser dari iklan produk mie intan tidak berpengaruh terhadap

keputusan perpindahan merek mie instan. Secara empirik hal ini dibuktikan dengan

uji hipotesis secara pasial dimana variabel Iconic Endorser memiliki nilai signifikansi

sebesar 0,177. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yakni 0,177 > 0,05, hal ini
87

menunjukkan bahwa Iconic Endorser tidak berpengaruh terhadap keputusan

perpindahan merek mie instan secara statistic.

Hasil pengujian secara persial pada variabel Citra Merek menunjukan bahwa

variabel Citra Merek pada sebuah produk mie instan memberikan pengaruh yang

signifikan dan positif terhadap keputusan perpindahan merek mie di kalangan

mahasiswa di Kota Mataram. Hal ini menunjukan bahwa semakin baik sebuah Citra

Merek yang sebuah perusahan mie instan maka semakin tinggi keputusan

perpindahan merek mie instan. Secara empirik hal ini dapat dibuktikan dengan uji

hipotesis secara pasial dimana variabel Citra Merek memiliki nilai signifikansi

sebesar 0,047. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,047 < 0,05) menunjukkan

bahwa Citra Merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan perpindahan merek

mie instan secara statistik. Citra merek dapat menggambarkan keberadaan merek

didalam pikiran konsumen.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
88

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisa mengenai pengaruh Cita rasa,

Iconic endorser, dan Citra merek terhadap Keputusan perpindahan merek mie instan

dikalangan mahasiswa di Kota Mataram, peneliti mendapatkan jenis kelamin dari

responden didominasai oleh responden Mahasiswa yang berjenis kelamin Laki-laki

dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin Perempuan dengan

perbandingan (2 : 1) dengan sebaran usia responden didominasi oleh usia 20-29 tahun

dengan persentase 76,7% dari 60 responden. Dengan dengan asal Universitas

Mataram dengan persentase 60% dari data 60 responden dengan jenjang pendidikan

S1 dengan presentase 58% smester 6-8 dengan presentase 45%,dengan uang saku

sebesar Rp.500.000-1.000.000rupiah perbulan dengan persentase 60%, dan frekuensi

pembelian mie instan >5 kali dalam seminggu dengan persentase 36,7%. Kesimpulan

Hasil pengolahan data dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Penelitian ini membuktikan bahwa Cita rasa memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap keputusan perpindahan merek mie instan dikalangan

mahasiswa di Kota Mataram. Hal ini bermakna bahwa hasil Cita rasa ( rasa,

aroma, dan tekstur mie instan) yang di hasilkan oleh mie instan bisa menarik

mahasiswa untuk melakukan perpindahan merek mie instan. Secara empirik hal

ini dapat dibuktikan dengan uji hipotesis secara parsial dimana variabel Cita

Rasa memiliki nilai t hitung sebesar 2,190 dengan signifikansi sebesar 0,033.

Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,033 < 0,05) menunjukkan bahwa Cita
89

Rasa berpengaruh signifikan terhadap keputusan perpindahan merek secara

statistik.

2. Penelitian ini membuktikan bahwa Iconic endorser tidak berpengaruh yang

positif dan signifikan terhadap keputusan perpindahan merek mie instan

dikalangan mahasiswa di Kota Mataram. Hal ini bermakna bahwa kredebelitas

endorser, daya Tarik endorser, dan kharisma endorserter mie instan tidak dapat

mempengaruhi mahasiswa untuk melakukan keputusan perpindahan merek mie

instan. Secara empirik hal ini dibuktikan dengan uji hipotesis secara pasial

dimana variabel Iconic Endorser memiliki nilai signifikansi sebesar 0,177. Nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05 yakni 0,177 > 0,05.

3. Penelitian ini membuktikan bahwa Citra merek memiliki pengaruh yang positif

dan signifikan terhadap keputusan perpindahan merek mie instan dikalangan

mahasiswa di Kota Mataram. Hal ini bermakna bahwa Citra merek dari sebuah

merek mie instan dapat mempengaruhi mahasiswa dalam melakukan

perpindahan merek mie instan, dimana Citra Perusahaan, Citra produk, dan

Citra pemakasi dapat mempengaruhi mahasiswa untuk melakukan perpindahan

merek mie instan. Secara empirik hal ini dapat dibuktikan dengan uji hipotesis

secara pasial dimana variabel Citra Merek memiliki nilai signifikansi sebesar

0,047. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,047 < 0,05) menunjukkan

bahwa Citra Merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan perpindahan

merek mie instan secara statistik.

5.2 Saran
90

Berikut ini adalah saran-saran yang dapat diberikan oleh penulis kepada

industry mie instan pada penelitian ini diantaranya:

1. Produsen mie instan diharapkan untuk tetap menjaga dan meningkatkan kualitas

rasa mie instannya, karena sesuai dengan hasil pengumpulan rata – rata skor

kuesioner didapatkan bahwa kebanyakan responden merasa tergoda oleh rasa mie

instan, sehingga untuk mencegah konsumen berpindah merek mie instan sebagai

produsen mie instan yang inovatif, produsen harus tetap meningkatkan kualitas

serta memperbanyak varian rasa untuk mencegah konsumen merasa jenuh

dengan rasa mie instan yang sama.

2. Produsen mie instan sebaiknya menyeleksi artis sebagai iconic endorser harus

memiliki kriteria tingkat kredebelitas, charisma serta daya Tarik yang dihasilkan

sebelum melakukan pengiklanan, sesuai dengan hasil pengumpulan rata – rata

skor kuesioner didapatkan bahwa responden menyatakan pada variabel X2.2

Daya Tarik endorser dengan rata-rata skor yang rendah maka saya selaku penulis

menyarankan untuk menyeleksi lebih ketat dengan melakukan uji tes daya Tarik

dengan mengukur kepopuleran iconic endorser dengan menggunakan survei

untuk mengetahui apakan artis yang akan digunakan untuk menjadi iconic

endorser sudah memiliki kepopuleran yang cukup atau tidak.

3. Produsen mie instan harus meningkatkan standarisasi produk, serta memperketat

pengujian kualitas produk mie instan. Produk mie instan harus memiliki

standarisasi sesuai dengan aturan pemerintah Indonesia, harus memiliki izin


91

BPOM serta memiliki label Halal dari Majelis Ulama Indonesia. Sesuai dengan

hasil pengumpulan rata – rata skor kuesioner didaptkan responden menyatakan

bahwa pada indicator variabel X3.2 “saya merasa yakin untuk mengkonsumsi

mie instan dari perusahaan yang sudah memiliki standarisasi Halal”, memiliki

nilai rata – rata skor yang rendah, sehingga penulis menyarankan untuk

memperketat standarisasi sesuai dengan aturan Pemerintah Indonesia, yaitu

BPOM, dan Halal dari Majelis Ulama Indonesia.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengalami keterbatasan, yaitu sebagai berikut :

1. Factor – factor yang mempengaruhi keputusan perpindahan merek mie instan

dikalangan mahasiswa dalam penelitian ini hanya ada tiga variabel, yaitu cita

rasa, iconic endorser dan citra merek, sedangkan masih banyak faktor yang

mempengaruhi keputusan perpindahan merek mie instan, sesuai dengan hasil uji

adjusted R square mengindikasikan sebesar 54,6% variabel keputusan

perpindahan merek (Y) yang dapat diprediksi atau dijelaskan oleh seluruh

variabel (X), masih ada tersisa sebesar 46,4% yang dipengaruhi oleh variabel lain

yang tidak terdapat dalam penelitian ini.

2. Penelitian ini mengambil sampel dari responden yang sebelumnya pernah

melakukan perpindah merek mie instan. Pada saat membagikan kuesioner

melalui Google Form, penulis sering menjumpai responden yang tidak pernah
92

melakukan perpindahan merek mie instan, jadi responden tersebut tidak masuk

ke dalam kriteria yang bisa mengisi kuesioner.

3. Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan kuesioner yaitu terkadang

jawaban yang diberikan oleh sampel tidak menunjukkan keadaan yang

sesungguhnya.

4. Kesulitan mendapatkan responden yang bersedia untuk mengisi kuesioner yang

diberikan oleh peneliti.

Daftar Pustaka

Buku:
Kotler, Philip, and Keller, Kevin, Lane. 2006. Marketing Management, twelve
edition. New Jersey : Prentice Hall.
93

Kotler, Philip, dan Keller, K. 2009. Manajemen Pemasaran Jilid 1, Edisi


Ketiga Belas, Terjemahan Bob Sabran, MM. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip. 2004. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan,
implementasi dan Kontrol, Edisi Sebelas. Alih Bahasa, Hendra Teguh.
Jakarta: Penerbit PT. Prenhallindo.
Malhotra, Naresh K. 2009. Riset Pemasaran Pendekatan Terapan, Edisi
Keempat, Jilid 1, PT. Indeks, Jakarta.
Umar, Husein. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi
Baru. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung:
CV. Alfabeta.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Jurnal:
Abdulrahman, F. 2013. Analisis Pengaruh Citra Merek dan Harga Terhadap
Perpindahan Merek Produk Smartphone Samsung Galaxy Series.
Universitas Surabaya.
Agus, R. 2018. Gambaran Umum Mie sedap Kemasan Bag. Ponorogo.
94

Arnita, F. W. 2014. Pengaruh Harga Citra Merek dan Citra Pemakai


Terhadap Perpindahan Merek (Studi Kasus Pada Konsumen Produk
Lipstik Wardah di Wilayah Perkotaan Jember). Universitas Jember.
Arya, T. 2018. Pengaruh Cita Rasa, Harga Dan Kualitas Pelayanan
Terhadap Keputusan Pembelian. Balai Pustaka.
Astute, I. Y. 2014. Pengaruh Variabel Baura Pemasaran Terhadap Perilaku
Perpindahan Merek Mie Instan Merek Lain Ke Mie Instan Merek
Indomie Di Kota Kediri. Jurnal Cendikia.
Ayudia, L. 2018. Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap Minat Beli Mie
Sedaap Salatiga. Balai Pustaka.
Fiani, S. 2012. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Makanan. Universitas
Negeri Padang.
Imantoro, F. S. 2018. Pengaruh Citra Merek Iklan Dan Cita Rasa Terhadap
Keputusan Pembelian Mie Instan Merek Indomie. Junral Administrasi
Bisnis.
Inka. N. 2016. Pengaruh Citra Merek dan Harga Terhadap Perpindahan
Merek Sepeda Motor Yamaha ke Honda. Universitas Negeri Surabaya.
Kurniawan, N. M. 2018. Analisis Pengaruh Penggunaan Celebrity Endorser
Syahrini Terhadap Minat Beli Mie Sedaap Di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal Fokus.
Muhammad, M. 2014. Analisis Pengaruh Citarasa Dan Pelayanan Terhadap
Kepuasan Pelanggan Pada Rumah Makan Bebek Goreng H. Slamet
Cabang Kartosuro (Solo) di Pekanbaru. Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Pekanbaru Riau.
Nia, Y. 2019. Pengaruh Citarasa dan Lokasi Terhadap Minat Konsumen Kue
Balok Babakan. Universitas Islam Negeri Sultan Maulana
Hassanuddin Banten.
Nurul, H. 2018. Pengaruh Cita Rasa, Harga, Promosi dan Lokasi Terhadap
Keputusan Pembelian Singkong Keju The Gili’s di Kota Mataram.
Universitas Matram.
Putri, L. H. 2016. Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pembelian Ulang
Konsumen Terhadap Produk Naget Delicy. Universitas Muhamadiah
Malang.
95

Rahmawati, I. 2011. Analisis Pengaruh Ketidakpuasan Pasca Konsumsi,


Kebutuhan Mencari Variasi Dan Iklan Pesaing Terhadap Keputusan
Perpindahan Merek Dari Mie Sedaap Ke Mie Instan Lain. Universitas
Diponegoro.
Ridiet, A. W. 2012. Pengaruh Harga Selebriti Endorser dan Citra Merek
Terhadap Keputusan Berpindah Merek (Studi Kasus Pada Siswa Siswi
SMA Ibu Kartini Semarang). Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang.
Sri, I. W. 2019. Pengaruh Cita Rasa, Harga dan Promosi Terhadap
Pembelian Minuman Merek Good Kedai di Medan Night Market.
Universitas Islam Sumatra Utara.
Suroija, N. B. 2014. Analisis Pengaruh Produk Dan Iklan Terhadap
Keputusan Pembelian Mie Instan Merek Indomie. Universitas Gajah
Mada.
Teguh, W. 2012. Pengaruh Ketidakpuasan Konsumen, Harga, dan
Kebutuhan Mencari Variasi Terhadap Keputusan Perpindahan Merek
Indomie ke Mie Sedap di Wilayah Kecamatan Klirong. Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi (STIE) Putra Bangsa Kebumen.
Velinasari, I. 2014. Pengaruh Kebutuhan Mencari Variasi, Presepsi Harga
Dan Celebrity Endorser Terhadap Brand Switching. Universitas
Stikubank Semarang.
Velinasari. 2014. Pengaruh Merek, Negara Asal, Selebriti Endorser Terhadap
Keputusan Perpindahan Merek Ponsel Samsung ke Ponsel Cina.
Universitas Negeri Malang.
Yoga, N. 2019. Pengaruh Cita Rasa dan Harga Terhadap Minat Beli Kue
Balok Babakan. Universitas Mataram.

Website:

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/01/30/indofood-kuasai-71-
pasar-mi-instan-indonesia(Diakses pada 5 Maret 2021 Pukul 19.00
WITA)
96

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/11/12/kuartal-iii-2019-
penjualan-mi-instan-indofood-capai-rp-217-triliun# (Diakses pada 5
Maret 2021 Pukul 19.00 WITA)
https://en.wikipedia.org/wiki/Celebrity_branding(Diakses pada 5 Maret 2021
Pukul 19.00 WITA)
https://id.wikipedia.org/wiki/Indomie(Diakses pada 5 Maret 2021 Pukul 19.00
WITA)
https://www.idntimes.com/news/indonesia/zulfah-goenawan/siwon-jadi-
brand-ambassador-mie-sedaap/3 (Diakses pada 20 November 2020
Pukul 20.00 WITA)
https://www.liputan6.com/bisnis/read/580541/10-produk-terlaris-di-indonesia-
no1-mi-sedaap (Diakses pada 20 November 2020 Pukul 20.00 WITA)
97

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Kuesioner penelitian

Kepada Yth.

Saudara/Saudari Rekan Mahasiswa


98

Dengan hormat,

Saya Pande I Komang Taruna Wibawa, Mahasiswa Program Studi S1


Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram, saat ini tengah
mengadakan penelitian dalam rangka menyusun tugas akhir berupa skripsi. Untuk
memenuhi sebagian persyaratan dalam penyelesaian pendidikan. Sebagai bahan
penulisan skripsi kami melaksanakan penelitian dengan judul”

PENGARUH CITA RASA, ICONIC ENDORSER, DAN CITRA MEREK


TERHADAP KEPUTUSAN PERPINDAHAN MEREK MIE INSTAN DI
KALANGAN MAHASISWA DI KOTA MATARAM

Dengan ini mohon kiranya Saudara/Saudari untuk berkenan meluangkan


waktunya sejenak guna mengisi daftar pertanyaan kuesioner yang telah saya sediakan
di bawah ini. Bantuan yang Saudara/Saudari berikan akan sangat membantu prosoes
penyusunan Skripsi. Mohon di isi dengan sebenar-benarnya dan sejujur-jujurnya
tanpa dipengaruhi oleh siapapun, serta jawaban bersifat rahasia.

Atas kerja sama dan perhatiannya saya ucapkan terima kasih dan lebih
kurangnya materi maupun cara penyampaian kuesioner ini peneliti mohon maaf
sebesar-besarnya.

Hormat Peneliti,

Pande I Komang Taruna Wibawa


A. IDENTITAS RESPONDEN
 Nama :
 Jenis Kelamin :
( ) Laki-laki
99

( ) Perempuan
 Asal universitas :
 Jenjang pendidikan :
( ) D3
( ) S1
( ) S2
( ) S3
 Usia :
( ) < 20 tahun
( ) 20-29 tahun
( ) >29 tahun
 Smester :
( ) 1-3
( ) 3-6
( ) 6-8
( ) >8
 Uang saku perbulan :
( ) Rp. <500.000
( ) Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000
( ) > Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000
( ) >Rp. 1.500.000
 Frekuensi konsumsi mie instant perminggu :
a. 1 kali
b. 2 – 3 kali
c. 3 – 5 kali
d. > 5 kali
 Pernahkan saudara melakukan perpindah merek mie instan ?
( ) Pernah
100

( ) Tidak

Lembar daftar pertanyaan

Berikut ini adalah pertanyaan yang berkaitan dengan analisa pengaruh cita

rasa, citra merek,dan iconic endorser terhadap keputusan berpindah merek mie instan
101

di kalangan mahasiswa kota mataram. Anda bebas untuk memberikan jawaban yang

anda anggap sesuai dan mewakili diri anda.

Petunjuk pengisian daftar pertanyaan :

Berikan tanda ( √ ) pada alternative jawaban yang menurut anda tepat atas

pertanyaan – pertanyaan berikut ini :

Cita Rasa (X1)

1. Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat varian rasa.

a. Sangat tertarik

b. Tertarik

c. Netral

d. Kurang Tertarik

e. Tidak menggoda

2. Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat bumbu mie.

a. Sangat tertarik

b. tertarik

c. Netral

d. Kurang tertarik

e. Tidak tertarik
102

3. Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat tekstur.

a. Sangat cocok

b. cocok

c. Netral

d. Kurang cocok

e. Tidak cocok

4. Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat aroma.

a. Sangat tertarik

b. Tertarik

c. Netral

d. Kurang tertarik

e. Tidak tertarik

Iconic Endorser (X2)

1. Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat melihat

kredebelitas endorser mie instan.


103

a. Sangat tertarik

b. Tertarik

c. Netral

d. Kurang tertarik

e. Tidak tertarik

2. Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat melihat daya

Tarik endorser.

a. Sangat tertarik

b. Tertarik

c. Netral

d. Kurang tertarik

e. Tidak tertarik

3. Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat melihat

kharisma endorser mie instan.

a. Sangat tertarik

b. Tertarik
104

c. Netral

d. Kurang tertarik

e. Tidak tertarik

Citra Merek (X3)

1. Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat perusahaan yang

sudah go Internasional

a. Sangat yakin

b. Yakin

c. Netral

d. Kurang yakin

e. Tidak yakin

2. Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat mie yang sudah

memiliki standarisasi halal.

a. Sangat yakin

b. Yakin

c. Netral

d. Kurang yakin

e. Tidak yakin
105

3. Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat kemasan mie

instan yang kekinian.

a. Sangat tertarik

b. Tertarik

c. Netral

d. Kurang tertarik

e. Tidak tertarik

4. Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat sudah pernah

merasa puas dengan merek tersebut.

a. Sangat yakin

b. Yakin

c. Netral

d. Kurang yakin

e. Tidak yakin

Keputusan perpindahan merek mie instan (Y)

1. Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat kecocokan antara

harga dan rasa yang dihasilkan.

a. Sangat sesuai

b. Sesuai

c. Netral

d. Kurang sesuai
106

e. Tidak sesuai

2. Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat merasa lebih puas

di bandingkan dengan mie instan merek lama.

a. Sangat puas

b. Puas

c. Netral

d. Kurang puas

e. Tidak puas

3. Bagaimana tingkat kepuasan anda terhadap merek mie instan merek baru?

a. Sangat puas

b. Puas

c. Netral

d. Kurang puas

e. Tidak puas

4. Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat mencari variasi

baru.

a. Sangat sesuai
107

b. Sesuai

c. Netral

d. Kurang sesuai

e. Tidak sesuai

5. Tingkat rangsangan untuk mengkonsumsi mie instan akibat membandingkan

mie instan merek baru dengan mie instan merek lama.

a. Sangat sesuai

b. Sesuai

c. Netral

d. Kurang sesuai

e. Tidak sesuai
108

Lampiran 2. Identitas Responden

Frekuensi Pembelian
Jenis Asal Jenjang Uang Saku
No Nama Umur Smester Mie Instan Dalam
Kelamin Universitas Pendidikan Perbulan
seminggu
1. I gusti agung perempua Universitas 20-29 Rp 500.000 -
S1 6-8 3-5 kali
dena sari dewi n mataram Tahun 1.000.000
20-29 Rp 500.000 -
2. Adi cipta laki - laki AMM D3 3-6 3-5 kali
Tahun 1.000.000
Universitas 20-29
3. Adit pratama laki - laki D3 3-6 2-3 kali
bumigora Tahun Rp >1.500.000
perempua Universitas 20-29 Rp 1.000.000 -
4. AG Umaeroh S1 6-8 > 5 kali
n mataram Tahun 1.500.000
Almer Universitas 20-29 Rp 500.000 -
5. laki - laki S1 6-8 2-3 kali
Tradiansyah mataram Tahun 1.000.000
20-29
6. Bangkit fadilah laki - laki AMM D3 3-6 > 5 kali
Tahun Rp >1.500.000
Universitas 20-29 Rp 500.000 -
7. Gde Bimo laki - laki D3 3-6 2-3 kali
mataram Tahun 1.000.000
8. Chandra Asri laki - laki AMM D3 20-29 3-6 Rp 500.000 - 2-3 kali
109

Tahun 1.000.000
Universitas 20-29
9. lalu Danu laki - laki S1 6-8 > 5 kali
mataram Tahun Rp >1.500.000
STAH Gde
10 perempua 20-29
Desak Ayu Pudja S1 6-8 > 5 kali
. n Tahun
mataram Rp >1.500.000
11 Desak Putu perempua Universitas 20-29 Rp 1.000.000 -
S1 6-8 2-3 kali
. Marta Utami n Mataram Tahun 1.500.000
12 perempua 20-29 Rp 1.000.000 -
Diva Indah AMM D3 3-6 3-5 kali
. n Tahun 1.500.000
13 Gusti Ayu perempua Universitas 20-29
S1 6-8 1 kali
. Fanya n Mataram Tahun Rp >1.500.000
14 perempua Universitas 20-29
Fitri Novianti D3 3-6 2-3 kali
. n Mataram Tahun Rp >1.500.000
15 perempua Universitas 20-29 Rp 1.000.000 -
Gaura Valentina S1 3-6 > 5 kali
. n Mataram Tahun 1.500.000
16 perempua 20-29
Agung Mas AMM D3 3-6 > 5 kali
. n Tahun Rp >1.500.000
17 Desak Ayu perempua Bumigora S1 20-29 6-8 Rp 500.000 - 3-5 kali

1.000.000
110

. Adhia Lestari n Tahun


18 I Gusti Ayu perempua Universitas 20-29
S1 6-8 > 5 kali
. Fany n Mataram Tahun Rp >1.500.000
19 Gusti Ayu perempua Universitas 20-29 Rp 500.000 -
S1 6-8 > 5 kali
. Marcelia Y. n Mataram Tahun 1.000.000
20 I Gusti Ngurah 20-29 Rp 500.000 -
laki - laki AMM D3 3-6 3-5 kali
. Adhitya Tahun 1.000.000
21 I Gusti Yogi Universitas <20 Rp 500.000 -
laki - laki D3 3-6 2-3 kali
. Caisario Mataram Tahun 1.000.000
22 Kadek Universitas 20-29 Rp 500.000 -
laki - laki S1 6-8 2-3 kali
. Kertayasa Mataram Tahun 1.000.000
23 perempua Universitas 20-29
Ni Nyoman Sri S1 6-8 1 kali
. n Mataram Tahun Rp >1.500.000
24 Putu Gde 20-29 Rp 1.000.000 -
laki - laki AMN D3 3-6 2-3 kali
. Arimbawa Tahun 1.500.000
25 Universitas 20-29 Rp 500.000 -
I Wayan Erik laki - laki S1 3-6 3-5 kali
. Mataram Tahun 1.000.000
26 Universitas <20 Rp 1.000.000 -
Jodi Ahmad laki - laki S1 6-8 > 5 kali
. Mataram Tahun 1.500.000
27 Karina Wahyu laki - laki AMM D3 20-29 1-3 Rp < 500.000 1 kali
111

. Tahun
28 Universitas <20
Komang Ari laki - laki S1 1-3 1 kali
. Mataram Tahun Rp < 500.000
29 Komang Agus Universitas <20
laki - laki D3 1-3 1 kali
. Alit Putra Mataram Tahun Rp < 500.000
30 Komang Agus 20-29
laki - laki Bumigora D3 3-6 > 5 kali
. Tri Hartawan Tahun Rp < 500.000
31 <20 Rp 500.000 -
Krisna laki - laki AMM D3 1-3 1 kali
. Tahun 1.000.000
32 Universitas 20-29 Rp 500.000 -
Lani Herniwati laki - laki S1 1-3 > 5 kali
. Mataram Tahun 1.000.000
33 20-29 Rp 500.000 -
Lukman Hidayat laki - laki AMM D3 3-6 3-5 kali
. Tahun 1.000.000
34 Universitas 20-29
Made Agus laki - laki S1 3-6 2-3 kali
. Mataram Tahun Rp >1.500.000
35 <20 Rp 500.000 -
Made swastika laki - laki AMM D3 1-3 > 5 kali
. Tahun 1.000.000
36 perempua Universitas 20-29 Rp 500.000 -
Baiq Nina S1 6-8 3-5 kali
. n Mataram Tahun 1.000.000
37 Ninis perempua Universitas D3 20-29 6-8 Rp 500.000 - 1 kali
112

. n Mataram Tahun 1.000.000


38 20-29
Noval Avandi laki - laki AMM D3 1-3 > 5 kali
. Tahun Rp < 500.000
39 Muhamad Universitas 20-29
laki - laki S1 >8 > 5 kali
. Ramdhan Mataram Tahun Rp >1.500.000
40 Rangga Rizky 20-29 Rp 1.000.000 -
laki - laki Bumigora S1 >8 1 kali
. Pratama Tahun 1.500.000
41 Universitas >29
Rudi setiawan laki - laki S1 6-8 > 5 kali
. Mataram Tahun Rp >1.500.000
42 Sandika Dwi Universitas 20-29 Rp 500.000 -
laki - laki S1 1-3 2-3 kali
. Saputra Mataram Tahun 1.000.000
43 Universitas <20 Rp 500.000 -
Senjaya Putra laki - laki D3 1-3 > 5 kali
. Mataram Tahun 1.000.000
44 perempua Universitas 20-29 Rp 500.000 -
Siti maesyarah S1 6-8 3-5 kali
. n Mataram Tahun 1.000.000
45 perempua <20 Rp 1.000.000 -
Sintia AMM D3 1-3 3-5 kali
. n Tahun 1.500.000
46 Shelinda perempua <20 Rp 500.000 -
Baiq Indah D3 1-3 2-3 kali
. Kharanika n Tahun 1.000.000
47 Toni Kusuma laki - laki Universitas S1 20-29 1-3 Rp >1.500.000 2-3 kali
113

. Mataram Tahun
48 Baiq Vina perempua Universitas 20-29 Rp 500.000 -
S1 6-8 > 5 kali
. Shafira n Mataram Tahun 1.000.000
49 perempua Universitas 20-29
Vina silviana S1 6-8 > 5 kali
. n Mataram Tahun Rp >1.500.000
50 Universitas 20-29 Rp 1.000.000 -
Wahyu Aji laki - laki S1 6-8 3-5 kali
. Mataram Tahun 1.500.000
51 >29 Rp 500.000 -
Wayan Seger laki - laki Bumigora S1 6-8 > 5 kali
. Tahun 1.000.000
52 >29 Rp 500.000 -
Made Wiranta laki - laki AMM D3 6-8 2-3 kali
. Tahun 1.000.000
53 perempua Universitas 20-29 Rp 500.000 -
Yolanda S1 6-8 > 5 kali
. n Mataram Tahun 1.000.000
54 <20 Rp 1.000.000 -
Michael laki - laki Bumigora S1 6-8 > 5 kali
. Tahun 1.500.000
55 20-29 Rp 1.000.000 -
Michael Denise laki - laki Bumigora S1 6-8 > 5 kali
. Tahun 1.500.000
56 <20
Ade Shatya laki - laki AMM D3 6-8 > 5 kali
. Tahun Rp < 500.000
57 Gita Safira perempua Universitas S1 20-29 3-6 Rp 500.000 - 2-3 kali
114

. n Mataram Tahun 1.000.000


58 Universitas 20-29 Rp 1.000.000 -
Lalu Radea laki - laki S1 >8 3-5 kali
. Mataram Tahun 1.500.000
59 Universitas 20-29 Rp 500.000 -
Miqdad Basyir laki - laki D3 3-6 2-3 kali
. Mataram Tahun 1.000.000
60 20-29 Rp 500.000 -
Afwan Abrory laki - laki Bumigora D3 6-8 > 5 kali
. Tahun 1.000.000
115

Lampiran 3. Skor Jawaban Responden

Cita Rasa Iconic Endorser Citra Merek Perpindahan Merek


No.
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X2.1 X2.2 X2.3 X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5
1. 5 4 5 3 5 4 4 5 2 3 2 5 4 5 4 4
2. 4 3 3 4 5 5 4 2 4 3 4 4 5 3 3 4
3. 5 3 2 2 4 4 4 5 1 2 2 3 4 2 3 3
4. 5 5 4 5 5 5 4 4 4 3 4 3 2 5 1 2
5. 2 4 1 3 4 4 4 3 3 3 3 3 2 2 3 4
6. 4 4 5 5 4 4 4 2 3 3 3 4 3 1 3 3
7. 3 4 2 4 5 5 4 4 4 4 4 3 2 4 4 3
8. 4 3 3 1 4 4 4 3 3 2 2 3 3 2 3 2
9. 3 4 3 4 4 4 5 3 3 4 3 1 4 4 4 3
10. 4 4 1 2 4 4 4 3 3 1 3 3 2 3 4 3
11. 3 4 2 3 5 5 5 3 4 3 4 4 4 4 2 3
12. 4 5 2 2 4 5 4 2 3 3 3 4 2 4 2 2
13. 4 1 2 2 3 2 3 3 4 3 2 3 2 4 4 3
14. 2 2 4 3 3 4 3 5 3 3 3 4 3 4 4 4
15. 5 3 2 5 3 3 3 2 2 3 2 2 3 4 3 1
16. 2 5 3 3 4 3 4 2 4 3 4 4 3 3 3 4
17. 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 4 3 3 3 2
18. 4 1 1 3 3 3 4 1 2 2 2 4 4 4 3 4
19. 4 3 3 3 2 2 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4
20. 4 4 4 4 2 5 4 5 4 4 5 4 4 5 3 4
21. 4 4 3 4 2 2 1 4 5 3 3 4 4 3 4 3
22. 4 3 3 4 4 2 2 4 3 4 3 3 2 3 1 3
23. 5 4 4 3 2 4 1 5 5 3 4 3 2 2 3 4
116

24. 4 3 5 4 4 3 3 5 4 4 3 3 3 4 2 3
25. 4 4 4 3 3 2 2 4 4 4 3 4 3 4 3 2
26. 4 4 5 4 5 4 4 2 2 3 2 2 2 2 4 3
27. 5 4 5 4 4 4 4 2 4 3 4 3 3 4 4 4
28. 4 4 2 4 4 4 4 2 3 3 3 2 2 3 2 2
29. 4 4 3 4 4 4 4 1 2 2 2 2 5 4 2 2
30. 5 5 5 5 5 5 5 3 3 4 2 2 2 1 3 2
31. 4 4 1 4 4 4 4 2 1 5 1 4 2 2 3 2
32. 5 4 4 4 5 5 5 3 2 3 2 2 4 1 3 2
33. 4 3 4 4 4 4 4 5 2 3 2 4 3 2 5 3
34. 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4
35. 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5
36. 3 3 2 3 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4
37. 5 4 2 2 5 4 4 3 2 3 2 4 5 4 4 4
38. 3 1 2 3 5 4 4 3 2 4 4 5 4 5 4 4
39. 3 3 3 2 5 4 4 3 2 5 4 4 4 5 4 4
40. 3 2 2 3 4 3 4 3 5 2 2 4 4 4 4 4
41. 5 3 2 2 4 5 4 3 4 2 5 4 5 4 4 5
42. 3 2 3 1 5 4 4 5 2 5 5 4 4 5 5 4
43. 5 2 5 2 4 4 4 4 1 1 1 5 5 4 4 4
44. 3 2 2 3 5 4 5 2 3 5 2 4 4 4 4 4
45. 2 3 3 4 4 4 5 4 2 5 1 5 5 3 3 5
46. 3 2 3 3 1 1 2 1 1 1 1 5 4 4 4 5
47. 3 4 4 5 2 2 3 4 1 2 4 3 2 5 3 5
48. 4 1 2 2 1 1 4 1 2 4 4 2 2 3 3 2
49. 5 2 4 3 1 1 3 1 3 5 4 4 3 4 3 2
50. 4 4 4 5 2 2 3 2 4 2 2 3 2 1 3 2
51. 2 4 3 4 2 2 5 4 2 5 2 2 2 5 2 1
117

52. 4 2 4 5 4 4 2 4 1 1 4 3 2 3 4 3
53. 5 5 4 3 3 3 2 4 5 4 5 1 5 5 5 1
54. 4 4 5 2 2 2 2 4 4 5 2 2 2 3 3 2
55. 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 2 2 1 3 2
56. 4 4 5 4 3 3 4 4 5 4 5 3 2 4 3 3
57. 4 5 4 3 3 3 2 4 4 4 4 4 3 5 5 4
58. 4 4 5 5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 5 5
59. 5 2 4 3 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4
60. 5 5 4 2 4 4 5 4 4 5 3 4 4 5 4 5
118

Lampiran 4. Uji Validitas Variabel Cita Rasa

Correlations
X1_1 X1_2 X1_3 X1_4 Cita Rasa
X1_1 Pearson Correlation 1 .198 .346** .066 .538**
Sig. (2-tailed) .129 .007 .618 .000
N 60 60 60 60 60
* **
X1_2 Pearson Correlation .198 1 .319 .353 .706**
Sig. (2-tailed) .129 .013 .006 .000
N 60 60 60 60 60
** * **
X1_3 Pearson Correlation .346 .319 1 .358 .770**
Sig. (2-tailed) .007 .013 .005 .000
N 60 60 60 60 60
** **
X1_4 Pearson Correlation .066 .353 .358 1 .675**
Sig. (2-tailed) .618 .006 .005 .000
N 60 60 60 60 60
Cita Rasa Pearson Correlation .538** .706** .770** .675** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
119

Lampiran 5. Uji Validitas Variabel Iconic Endorser

Correlations
X2_1 X2_2 X2_3 Iconic Endorser
X2_1 Pearson Correlation 1 .796** .599** .917**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 60 60 60 60
** **
X2_2 Pearson Correlation .796 1 .577 .906**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 60 60 60 60
** **
X2_3 Pearson Correlation .599 .577 1 .811**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 60 60 60 60
** ** **
Iconic Endorser Pearson Correlation .917 .906 .811 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
120

Lampiran 6. Uji Validitas Variabel Citra Merek

Correlations
X3_1 X3_2 X3_3 X3_4 Citra Merek
X3_1 Pearson Correlation 1 .215 .230 .266* .632**
Sig. (2-tailed) .099 .078 .040 .000
N 60 60 60 60 60
* **
X3_2 Pearson Correlation .215 1 .264 .500 .723**
Sig. (2-tailed) .099 .041 .000 .000
N 60 60 60 60 60
* *
X3_3 Pearson Correlation .230 .264 1 .264 .640**
Sig. (2-tailed) .078 .041 .041 .000
N 60 60 60 60 60
* ** *
X3_4 Pearson Correlation .266 .500 .264 1 .739**
Sig. (2-tailed) .040 .000 .041 .000
N 60 60 60 60 60
Citra Merek Pearson Correlation .632** .723** .640** .739** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
121

Lampiran 7. Uji Validitas Variabel Keputusan Perpindahan Merek.

Correlations
Perpindahan
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Merek
** * * **
Y1 Pearson 1 .447 .307 .300 .646 .742**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .017 .020 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60
** ** ** **
Y2 Pearson .447 1 .372 .401 .439 .738**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .003 .001 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60
* ** * **
Y3 Pearson .307 .372 1 .271 .341 .662**
Correlation
Sig. (2-tailed) .017 .003 .036 .008 .000
N 60 60 60 60 60 60
Y4 Pearson .300* .401** .271* 1 .470** .658**
Correlation
Sig. (2-tailed) .020 .001 .036 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60
** ** ** **
Y5 Pearson .646 .439 .341 .470 1 .801**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .008 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60
** ** ** ** **
Perpindahan Pearson .742 .738 .662 .658 .801 1
Merek Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
122

Lampiran 8. Uji Reliabilitas Variabel Cita Rasa

Reliability Statistics Cita


Rasa (X1)
Cronbach's
Alpha N of Items
.608 4

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
X1_1 3.92 .907 60
X1_2 3.42 1.139 60
X1_3 3.28 1.209 60
X1_4 3.37 1.089 60

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
X1_1 10.07 6.640 .278 .609
X1_2 10.57 5.301 .412 .518
X1_3 10.70 4.722 .491 .450
X1_4 10.62 5.630 .377 .546
123

Lampiran 9. Uji Reliabilitas Variabel Iconic Endorser

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.853 3

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
X2_1 3.72 1.195 60
X2_2 3.58 1.139 60
X2_3 3.68 1.033 60

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
X2_1 7.27 3.724 .791 .730
X2_2 7.40 3.973 .776 .744
X2_3 7.30 4.892 .621 .886
124

Lampiran 10. Uji Reliabilitas Variabel Citra Merek

Reliability Statistics
Citra Merek (X3)
Cronbach's
Alpha N of Items
.619 4

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
X3_1 3.27 1.191 60
X3_2 3.08 1.169 60
X3_3 3.40 1.153 60
X3_4 3.10 1.145 60

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
X3_1 9.58 6.756 .316 .610
X3_2 9.77 6.114 .458 .504
X3_3 9.45 6.760 .340 .591
X3_4 9.75 6.055 .490 .481
125

Lampiran 11. Uji Reliabilitas Variabel Keputusan Perpindahan Merek

Reliability Statistics Keputusan


Perpindahan Merk (Y)
Cronbach's Alpha N of Items
.765 5

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Y1 3.43 1.015 60
Y2 3.27 1.087 60
Y3 3.57 1.212 60
Y4 3.45 .964 60
Y5 3.23 1.110 60

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
Y1 13.52 10.254 .582 .707
Y2 13.68 10.017 .562 .713
Y3 13.38 10.308 .422 .768
Y4 13.50 11.068 .478 .741
Y5 13.72 9.393 .652 .679

Anda mungkin juga menyukai