Anda di halaman 1dari 6

TUGAS UTS

MATA KULIAH PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

Nama : Muhammad Hasan Ilyasa


NIM : 19620088
Kelas : D

Review / Deskripsi dan Analisis tentang Keberadaan dan Perkembangan


Provinsi Konservasi Papua Barat

Provinsi Papua Barat telah enam tahun menjadi “Provinsi Konservasi”


semenjak ditetapkan sebagai daerah khusus konservasi pada 19 Oktober 2015.
Provinsi Konservasi merupakan inisiatif Gubernur Papua Barat, Abraham O.
Atururi yang dimaksudkan untuk melindungi dan mengelola sumber daya alam
secara berkelanjutan sebagai dasar pembangunan yang salah satu tujuannya adalah
untuk kesejahteraan masyarakat Papua Barat (Syuhada, 2015). Hal ini karena
Papua Barat menduduki posisi nomor 2 termiskin di antara 34 provinsi di
Indonesia, padahal Papua Barat memiliki sumber daya alam yang melimpah salah
satunya yaitu kekayaan flora terbesar di dunia (Hafsyah, 2020).
Penetapan provinsi Papua Barat sebagai daerah konservasi juga mengacu
pada UU No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
menjelaskan bahwa pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan
pengendalian lingkungan hidup. Pembangunan dengan konsep konservasi dalam
perspektif sosial budaya wajib hukumnya mengacu pada pemenuhan kebutuhan
generasi sekarang tanpa mengorbankan hak hidup generasi yang akan datang
(Warami, 2020).
Provinsi Papua Barat merupakan rumah bagi 870.000 orang dan 80%
penduduk Papua bergantung pada alam untuk penghidupan mereka. Sumber
pendapatan daerahnya juga sebagian besar diperoleh dari pemanfaatan sumber
daya alam. Oleh karena itu dengan ditetapkannya Provinsi Papua Barat sebagai
Provinsi konservasi nantinya juga akan membantu meningkatkan kesejahteraan
warga dengan tetap mempertahankan kelestarian dan keanekargaman hayatinya.
Pengelolaan Provinsi konservasi menggunakan prinsip blue economy (economy
biru) yang sasarannya menjaga keseimbangan antara kelestarian ekosistem dan
pertumbuhan ekonomi. Upaya pemerintah dalam menjaga kelestarian namun
perekonomian masyarakat juga meningkat salah satunya yaitu adalah menyusun
peraturan daerah khusus Provinsi Pembangunan Berkelanjutan atau disebut
Perdasus Konservasi, yang berfungsi melindungi dan mengelola sumber daya
alam secara berkelanjutan sebagai modal dasar pembangunan untuk kesejahteraan
masyarakat. Hal ini dijadikan dasar untuk pengembangan kebijakan pembangunan
secara bijaksana dan berkelanjutan di Provinsi Papua Barat sebagai daerah
konservasi (Marit, 2015).
Tahapan Papua Barat menjadi provinsi melewati proses yang panjang
diawali pada tahun 2014 Vice President Conservation International untuk
Indonesia atau biasa disebut CI Ketut Sarjana Putra, mempresentasikan program
kerja CI dalam membangun Kawasan Konservasi Perairan di areal Bentang Laut
Kepala Burung kepada Pemerintah Provinsi Papua Barat. Dengan dukungan dari
Pemprov, CI lalu memimpin sebuah Kelompok Kerja untuk menyusun rancangan
peraturan, mensosialisasikan konsep provinsi konservasi kepada masyarakat yang
rata rata masyarakatnya masih kental dengan kearifan suku yang masih
memegang teguh adat istiadatnya serta mensosialisasikan kepada pemangku
kepentingan lainnya, salah satunya yaitu dewan adat papua, hingga Perdasus yang
pengesahannya merupakan satu langkah awal dalam mewujudkan Provinsi
Konservasi (Vulpas, 2019).
Sebagai perwujudan provinsi konservasi pemerintah provinsi Papua Barat
membentuk Pokja Provinsi Konservasi. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur Papua Barat Nomor 522.5/123/6/2015 tentang Pembentukan Kelompok
Kerja Provinsi Konservasi Papua Barat, yang berfungsi sebagai pengelola dan
perancang yang nantinya bertugas melakukan mentoring serta inventarisasi di
wilayah konservasi. Adapun anggota dari kelompok kerja ini terdiri dari
Pemerintah Provinsi Papua Barat, Majelis Rakyat Papua Barat, DPRD Provinsi
Papua Barat, Universitas Negeri Papua, dan NGO yaitu WWF Indonesia,
Conservation International (CI), dan The Nature Conservacy (TNC) (Syuhada,
2015).
Salah satu pelaksanaan inventarisasi dan mentoring yang dilakukan oleh
pokja Provinsi Konservasi Papua Barat adalah, Kegiatan yang dilakukan oleh
WWF Indonesia yaitu dilakukannya perlindungan spesies penyu belimbing dan
hiu paus. Berikutnya pemantauan dan pengelolaan sumber daya alam yang
berkelanjutan berdasarkan kearifan lokal, pendidikan lingkungan hidup, serta
advokasi kebijakan di tingkat kabupaten dan provinsi terkait Rencana Tata Ruang
dan Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Stategis (Syuhada, 2015).
Upaya yang terus dilakukan hingga saat ini adalah komitmen untuk
melindungi dan mempertahankan kawasan hutan sebesar 43,98 % (KSA/ KPA
dan HL), dari total luas hutan Papua Barat sebesar 9.703.611,38 Ha, bahkan
mengusahakan meningkatkan penanaman dan penghijauan kembali kawasan
gundul. Sedangkan hutan produksi yang dapat diolah adalah sebesar 56,02%.
Selanjutnya, Pemerintah berkomitmen memfasilitasi berbagai mitra kerja
pemerintah menghimpun dan meningkatkan data kawasan hutan konservasi luas
lahan dari sekitar 26 kawasan hutan Konservasi Daratan dan Pesisir di Papua
Barat, seluas 1.733.830 hektar atau 24 % dari luas daratan Provinsi Papua Barat.
Kawasan ini termasuk Taman Nasional Teluk Cenderawasih (Jonni, 2020)
Upaya berikutnya demi memaksimalkan program provinsi konservasi
yautu mengefektifkan perlindungan areal lahan gambut yang terdapat dalam hutan
seluas 974.217 Ha, dengan karbon tersimpan sebesar 318,11 juta ton C. Dan,
memperjuangkan penambahan luas kawasan hutan yang harus dijaga atau
dilindungi dengan mengalokasikan sebesar 1,02 % bahkan 2 % dari hutan
Produksi (HP) ataupun dari hutan produksi terbatas (HPT) yang didalamnya
terdapat lahan gambut (Suraji, et al, 2015).
Bentuk pengelolaan sumber daya alam secara terintegrasi di Papua Barat
sebagai Provinsi Konservasi dapat ditunjukkan melalui diterapkannya fungsi-
fungsi wilayah menjadi wisata yang berbasis ekowisata atau wisata alam.
Ekowisata merupakan bentuk kegiatan wisata dengan menerapkan prinsip-prinsip
kelestarian lingkungan. Kegiatan ekowisata ini bertujuan menyumbang kegiatan
konservasi alam dan budaya, menggerakkan masyarakat lokal dalam perencanaan,
pengembangan, dan pengelolaan wisata dengan maksud memberikan sumbangan
positif terhadap pertumbuhan ekonomi yang nantinya akan menunjang
kesejahteraan masyarakat di daerah konservasi (Nurpriyanto, 2014).
Perkembangan Provinsi Konservasi Papua Barat saat ini telah banyak
berkembang sejak awal mula perancanangannya pada tahun 2014 silam. Pada
tahun 2020 telah dilaksanakan inventarisasi pada 800 hektar kawasan konservasi
Papua Barat dan mendapatkan hasil yang baik dengan diperoleh data inventarisasi
bahwa bertambahnya jenis burung sebagai spesies kunci dan (Surya et al., 2020).
Hal tersebut menunjukan bahwa kondisi Provinsi Papua Barat semakin baik
hingga saat ini yang ditunjukkan tetap terjaganya ekosistem yang di wilayah
konservasi tanpa terjadi kerusakan ataupun kepunahan spesies.
DAFTAR PUSTAKA

Hafsyah, Siti Sadida. 2020. Tantangan Provinsi Konservasi Papua Barat. Forest
Digest:https://www.forestdigest.com/detail/798/antara-provinsi-
konservasi-hutan-papua-dan-uu-cipta-kerja. Diakses pada tanggal 28
September 2021

Jonni Marwa ,et al. “Daya Dukung Bioekologi Hutan dan Lahan di Kabupaten
Manokwari, Provinsi Papua Barat”. Jurnal Sylva Lestari, Vol. 8, no. 2,
Mei 2020. Hlm 198.

Marit, L. E. & Hugo Warami. (2015). “Noken Papua: Sumber Industri Kreatif
Komunitas Di Tanah Papua” dalam Prosiding Seminar Internasional Daya
Literasi dan Industri Kreatif: Digitalitas.

Nurpriyanto, Iga dan Hadi Warsito. “Kajian Pengembangan Ekowisata Anyeri


Pulau Rumberpon Taman Nasional Teluk Cenderawasih”. Indonesian
Forest Rehabilitation Journal. Vol. 2, No.2. September 2014. Hlm 80.

Suraji, et al. 2015. Profil Kawasan Konservasi Provinsi Papua-Papua Barat,


Jakarta: Direktorat Konservasi dan Jenis Ikan.hlm 1

Surya, Y., Bayuaji, S., Komara, W Y., Rudiono., Budiyanto, R., Manyasa, I W G.,
Wahluyo, D., Fitriana, N., Muslich, M., Wilianto, E., Jihad., Candradewi,
DS., Ranggawardana, F. 2020. Inventarisasi Dan Verifikasi Kawasan
dengan Nilai Kehati Tinggi Di Luar KSA, KPA, dan TB. Direktorat Bina
Pengelolaan Ekosistem Esensial. Jakarta.

Syuhada, Imam dan Adhiani Kumalasari. 2015. Deklarasi Papua Barat sebagai
Provinsi Konservasi. WWF-Indonesia. Siaran Pers https:// d 2d2t b15k
qhejt.cloudfront.net/downloads/_siaran_pers__deklarasi_papua_barat_seb
agai_provinsi_konservasi.pdf . Diakses pada tanggal 28 September 2021

Vulpas, Susan. 2019. Papua Barat, Provinsi Konservasi Pertama Dunia! oleh
Susie Vulpas. https://birdsheadseascape.com/regional/papuabarat-provinsi-
konservasi-pertama-dunia-oleh-susie-vulpas/. Diakses pada tanggal 28
September 2021.

Warami, H. (2020). Papua Barat Sebagai Provinsi Konservasi. Malaysian Journal


of Social Sciences and Humanities (MJSSH), 5(11), 197-204.

Anda mungkin juga menyukai