Latar Belakang
Jurnal ini memiliki latar belakang berdasarkan UU No 23 tahun 1994 diubah dengan UU No 3
tahun 2004 tentang Bank Indonesia yang mengikuti system Bank Sentral seperti di negara-
negara lain.
Hasil Penelitian
Dalam jurnal ini disebutkan bahwa
Bank sentral umumnya memiliki tiga tujuan dan fungsi:
1) Memelihara stabilitas harga, tugas pokok pada regim moneter dalam operasi mata
uang, standa emas, penetapan nilai tukar atau target inflasi..
2) Memelihara stabilitas system keuangan dan pengembangan keuangan.
3) Mendukung kebutuhan anggatan pemerintah, pencegahan penyalahgunaan
keuangan negara, mencegah penyalahgunaan pajak bank.
Pada periode 1922 sampai dengan 1953, telah berkembang menjadi 16 kantor cabang, dan
landasan opersional yang menghasilkan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia 1 Juli 1953,
dengan tugas meliputi:
1) Mengatur nilai satuan-uang Indonesia.
2) Menyelenggarakan peredaran uang di Indonesia.
3) Mengajukan perkembangan sehat dari urusan kredit dan urusan Bank di Republik
Indonesia.
4) Melakukan pengawasan terhadap urusan kredit.
Independensi (dalam arti yang terbatas) Bank Indonesia mulai goyah sejak dikerluarkannya
Penpres No. 6/1960, ditambah regrouping Kabinet Kerja II melalui Keputusan Presiden No.
94/1962, yang menghasilkan bidang keuangan dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri (Wampa)
yang meliputi urusan pendapatan, pembiayaan, dan pengawasan, urusan anggaran negara,
serta urusan bank sentral.
Pada tanggal 30 Juli 1965, keluar Penpres No. 17 tahun 1965 berdiri Bank Negara Indonesia
(BNI), bank tunggal ini mengantarkan jasa-jasa bank dengan segala cara ke pelosok-pelosok.
Krisis ekonomi yang berawal dari krisis nilai tukar mata uang sekitar Juli 1997 mendorong
lahirnya UU No 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, barulah pertama kali secara eksplisit
(tertulis) bahwa Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independent, namun hingga 13
tahun kemudian, independensi Bank Indonesia dari sisi kewenangan hingga kegiatan
operasionalnya masih sering diganggu independensinya. Dalam jurnal ini dikatakan bahwa
independensi Bank Indonesia diterapkan agak terlambat, merupakan suatu kebiasan bagi
bangsa kita yang terlambat dalam pengadopsi suatu system.
Kesimpulan
Pada jurnal ini dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1) Independensi Bank Indonesia sebagai otoritas moneter semakin terkurangi,
2) Independensi Bank Indonesia sangat diperlukan sebagai prasyarat terciptanya
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,
3) Pembuatan UU jangan sampai terkooptasi oleh kepentingan politik, melainkan untuk
kepentingan nasional,
4) Stigma independensi yang dikonotasikan “bukan pemerintah” justru terlihat menjadi
ajang wewenang karena posisinya yang strategis.