Anda di halaman 1dari 3

INDEPENDENSI BANK INDONESIA DI PERSIMPANGAN JALAN

Oleh Bambang Murdadi (2013)


Kata kunci: Bank Sentral, Bank Indonesia, independensi, koordinasi.

Latar Belakang
Jurnal ini memiliki latar belakang berdasarkan UU No 23 tahun 1994 diubah dengan UU No 3
tahun 2004 tentang Bank Indonesia yang mengikuti system Bank Sentral seperti di negara-
negara lain.

Tujuan Penulisan Jurnal


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kefektivitasan tugas Bank Indonesia dalam
moneter, pembayaran dan perbankan dalam menyandang gelar independen sejak tahun 1995.

Hasil Penelitian
Dalam jurnal ini disebutkan bahwa
Bank sentral umumnya memiliki tiga tujuan dan fungsi:
1) Memelihara stabilitas harga, tugas pokok pada regim moneter dalam operasi mata
uang, standa emas, penetapan nilai tukar atau target inflasi..
2) Memelihara stabilitas system keuangan dan pengembangan keuangan.
3) Mendukung kebutuhan anggatan pemerintah, pencegahan penyalahgunaan
keuangan negara, mencegah penyalahgunaan pajak bank.

Sejarah (Independensi) Bank Indonesia


Berawal dari De Javashe Bank (DJB), Ratu Inggris mengutus Sir Thomas Stamford Raffles
untuk memerintah Hindia Timur, walau tidak lama, diserahkan kembali kepada Belanda.
Dengan membawa ketentuan dan pedoman:
1) Mengeluarkan uang kertas,
2) Memperdagangkan valuta asing,
3) Menjalankan fungsi sebagai bank umum.

Pada periode 1922 sampai dengan 1953, telah berkembang menjadi 16 kantor cabang, dan
landasan opersional yang menghasilkan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia 1 Juli 1953,
dengan tugas meliputi:
1) Mengatur nilai satuan-uang Indonesia.
2) Menyelenggarakan peredaran uang di Indonesia.
3) Mengajukan perkembangan sehat dari urusan kredit dan urusan Bank di Republik
Indonesia.
4) Melakukan pengawasan terhadap urusan kredit.

Independensi (dalam arti yang terbatas) Bank Indonesia mulai goyah sejak dikerluarkannya
Penpres No. 6/1960, ditambah regrouping Kabinet Kerja II melalui Keputusan Presiden No.
94/1962, yang menghasilkan bidang keuangan dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri (Wampa)
yang meliputi urusan pendapatan, pembiayaan, dan pengawasan, urusan anggaran negara,
serta urusan bank sentral.

Pada tanggal 30 Juli 1965, keluar Penpres No. 17 tahun 1965 berdiri Bank Negara Indonesia
(BNI), bank tunggal ini mengantarkan jasa-jasa bank dengan segala cara ke pelosok-pelosok.

Krisis ekonomi yang berawal dari krisis nilai tukar mata uang sekitar Juli 1997 mendorong
lahirnya UU No 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, barulah pertama kali secara eksplisit
(tertulis) bahwa Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independent, namun hingga 13
tahun kemudian, independensi Bank Indonesia dari sisi kewenangan hingga kegiatan
operasionalnya masih sering diganggu independensinya. Dalam jurnal ini dikatakan bahwa
independensi Bank Indonesia diterapkan agak terlambat, merupakan suatu kebiasan bagi
bangsa kita yang terlambat dalam pengadopsi suatu system.

Pentingnya Independensi Bagi Bank Sentral


Independensi Bank Indonesia diharapkan akan lebih menjamin stabilitas moneter yang
merupakan prasyarat untuk tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Beberapa
literatur mengenai independensi bank sentral:
1) Independensi di bidang hukum, bank sentral seharusnya mempunyai akuntabilitas
melalui Menteri dalam pemerintahan hingga langsung ke legislative.
2) Independensi tujuan/goal, mempunyai hak untuk menentukan kebijakan inflasi
control, jumlah uang yang beredar atau menjaga tingkat nilai tukar mata uang.
3) Independensi manajemen, mempunyai kewenangan untuk menjalankan operasinya,
mengangkat staff, menyusun anggaran dan lain-lain.
Independensi Bank Indonesia yang Semakin “Menciut” tercermin dari pasal-pasal yang
termuat dalam UU OJK maupun UU Mata Uang. Setelah OJK terbentuk dan tugas
pengaturan dan pengawasan bank diambil alih oleh OJK, maka salah satu pilar tugas Bank
Indonesia menjadi “patah”, namun sebaliknya tugas dalam pengelolaan moneter
sesungguhnya menjadi semakin berat karena salah satu pilar yaitu pengelolaan moneter
menjadi terpelihara karena sudah di luar wewenang Bank Indonesia.

Independensi Versus “Koordinasi” dalam UU tahun 1999, UU No 7 tahun 2021 dan UU No


21 tahun 2011 dimana secara eksplisit dicantumkan kata koodinasi dan independent,
sedangkan UU No 23 1999 yang diubah dengan UU No 3/2004 hubungannya dengan
pemerintah disebut sebagai “konsultasi”. Di dalam UU Mata Uang disebutkan banyak kata
koordinasi. Sejauh mana, sedalam dan sedangkal apa sifat koordinasi yang dimaksud
memang sulit diukur dalam prakteknya.

Kesimpulan
Pada jurnal ini dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1) Independensi Bank Indonesia sebagai otoritas moneter semakin terkurangi,
2) Independensi Bank Indonesia sangat diperlukan sebagai prasyarat terciptanya
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,
3) Pembuatan UU jangan sampai terkooptasi oleh kepentingan politik, melainkan untuk
kepentingan nasional,
4) Stigma independensi yang dikonotasikan “bukan pemerintah” justru terlihat menjadi
ajang wewenang karena posisinya yang strategis.

Anda mungkin juga menyukai