Anda di halaman 1dari 2

TUGAS AGAMA

NAMA : Nabila Aulya Rahmi


NIM : 2043012
PRODI : D3 Teknik Informatika
MATA KULIAH : Pendidikan Agama Islam
DOSEN PENGAMPU : Fahrul Anam, M. Ag.

Jawab pertanyaan berikut:


1. Apa hakikat ekonomi Islam itu?
2. Betulkah ekonomi Islam dijamin tidak ada riba, bagaimana argumentasinya?
3. Berdasarkan teori ekonomi Islam, apakah jual beli kredit termasuk riba, jelaskan!
Jawab
1. Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi islam sebagai suatu ilmu yang memepelajari perilaku manusia
dalam usaha umtuk memenuhi kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas dalam lingkup
syari’ah. Muhammad Abdul Mannan (1986) mendefinisikan bahwa ekonomi islam adalah ilmu social yang
memepelajari masalah masalah ekonomi masyarakat dalam perspektif nilai-nilai islam. Khan (1994) bahwa
ekonomi Islam adalah suatu upaya yang memusatkan perhatian pada studi tentang kesejahteraan manusia yang
dicapai dengan mengorganisir sumber daya di bumi atas dasar kerjasama dan partisipasi. Pada hakikatnya,
ekonomi Islam adalah metamorfosa nilai-nilai Islam dalam ekonomi dan dimaksudkan untuk menepis
anggapan bahwa Islam adalah agama yang hanya mengatur persoalan ubudiyah atau komunikasi vertikal
antara manusia (makhluk) dengan Allah (khaliq) nya.
2. Ekonomi Islam melarang riba, baik nasī’ah maupun fadl; juga menetapkan pinjaman untuk membantu
orang-orang yang membutuhkan tanpa tambahan (bunga) dari uang pokoknya. Di baitulmal (kas negara
daulah islāmiyah), masyarakat dapat memperoleh pinjaman bagi mereka yang membutuhkan, termasuk para
petani, tanpa ada unsur riba sedikitpun di dalamnya. Islam mencapai pro-poor growth melalui dua jalur utama:
pelarangan riba dan mendorong kegiatan sektor riil. Pelarangan riba secara efektif akan mengendalikan inflasi
sehingga daya beli masyarakat terjaga dan stabilitas perekonomian tercipta.
3. Jual beli secara kredit atau secara mengangsur dengan harga lebih tinggi dari harga tunai itu diperkenankan.
Sebab, itu bagian dari jual beli dan sebagaimana keputusan lembaga Fiqih Islam OKI Nomor 51 tentang jual
beli kredit dan Fatwa DSN MUI tentang Jual Beli Nomor 110/DSN-MUI/IX/2017 tentang jual beli. Transaksi
ini adalah jual beli secara angsur (bai' at-taqsith), bukan utang piutang (al-qard wal iqtiradh). Walaupun
transaksi ini melahirkan kewajiban/utang di sisi pembeli, transaksi ini bukan utang piutang murni karena ada
perbedaan antara jual beli kredit (bai' at-taqsith) dengan utang piutang (al-qard wal iqtiradh).
Jual beli secara kredit adalah pertukaran antara uang (tsaman) dan barang (sil'ah). Layaknya jual beli di
swalayan, jual beli kendaraan, dan properti. Sedangkan, utang piutang (al-qard wal iqtiradh) itu transaksi
antara uang dan uang, pinjam uang yang dibayar dengan uang pula, sebagaimana as-Samarkandi: “Pinjaman
dengan dirham dan dinar itu termasuk qardh.”
jual beli secara kredit ini bukan riba dan margin atas jual beli secara kredit itu diperkenankan. Sebab, jual beli
secara kredit dalam bahasan ini bukan jual beli uang dengan uang atau utang piutang (qardh), melainkan jual
beli uang dengan barang (komoditas).
1

1
2018. Intiqad: Jurnal Agama dan Pendidikan Islam. This is an open acces article under the CC-BY-SA lisence
(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).

Anda mungkin juga menyukai