Anda di halaman 1dari 99

TEORI PERDAGANGAN

INTERNASIONAL
Dr. Irma Suryahani, S.E., M.Si.
TEORI PERDAGANGAN KLASIK

Teori untuk memecahkan masalah ekonomi dengan bantuan


penyelidikan kearah faktor permintaan dan penawaran yang
menentukan harga
Teori perdagangan klasik yang terkenal yaitu:
1. Adam Smith (Teori keunggulan absolut)
2. J.S. Mill (Teori keunggulan relatif)
1. TEORI MERKANTILISME

IDE POKOK MERKANTILISME


Kaum merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi
suatu negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan
melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sedikit mungkin impor.
Surplus ekspor yang dihasilkannya selanjutnya akan dibentuk
dalam aliran emas lantakan atau logam-logam mulia, khususnya
emas dan perak.
Semakin banyak emas dan perak yang dimiliki oleh suatu negara
maka semakin kaya dan kuatlah negara tersebut.
Dengan demikian, pemerintah harus menggunakan seluruh
kekuatannya untuk mendorong ekspor dan mengurangi serta
membatasi impor (khususnya impor barang-barang mewah).
Namun, oleh karena setiap negara tidak secara simultan dapat
menghasilkan surplus ekspor, juga karena jumlah emas dan perak
adalah tetap pada satu saat tertentu, maka sebuah negara hanya
dapat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan negara lain.
Tujuan utama kaum merkantilis adalah untuk memperoleh sebanyak
mungkin kekuasaan dan kekuatan negara.
Dengan memiliki banyak emas dan kekuasaan maka akan dapat
mempertahankan negara untuk lebih besar dan lebih baik sehingga
dapat melakukan konsolidasi kekuatan di negaranya, peningkatan
angkatan bersenjata memungkinkan sebuah negara untuk
menaklukkan lebih banyak koloni.
Selain itu, semakin banyak emas berarti semakin banyak uang
dalam sirkulasi dan semakin besar aktivitas bisnis.
Selanjutnya, dengan mendorong ekspor dan mengurangi impor,
pemerintah akan dapat mendorong output dan kesempatan kerja
nasional untuk pertumbuhan negaranya.
2. TEORI ADAM SMITH (KEUNGGULAN
ABSOLUT)
Ide pokok teori Adam Smith:
1. Logam mulia bukanlah ukuran kemakmuran suatu negara
2. Kemakmuran suatu negara dilihat dari GDP dan sumbangan
perdagangan internasional terhadap GDP
3. Perdagangan bebas akan meningkatkan perdagangan LN
serta GDP negara
4. Free trade akan meningkatkan persaingan sehingga
mendorong spesialisasi dan pembagian kerja internasional
berdasarkan keunggulan mutlak yang dimiliki tiap negara
2. TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT

Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan


adalah produksi hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi.
Adam Smith sependapat dengan doktrin merkantilis yang
menyatakan bahwa kekayaan suatu negara dicapai dari surplus
ekspor.
Kekayaan akan bertambah sesuai dengan skill, serta efisiensi
dengan tenaga kerja yang digunakan dan sesuai dengan
persentase penduduk yang melakukan pekerjaan tersebut.
Menurut Smith suatu negara akan mengekspor barang tertentu
karena negara tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya
yang secara mutlak lebih murah daripada negara lain, yaitu
karena memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang
tersebut.
Adapun keunggulan mutlak menurut Adam Smith merupakan
kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu barang dan
jasa per unit dengan menggunakan sumber daya yang lebih
sedikit dibanding kemampuan negara-negara lain.
Teori Absolute Advantage lebih mendasarkan pada
besaran/variabel riil bukan moneter sehingga sering dikenal
dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan
internasional.
Murni berarti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada
variabel riil seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan
banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan
barang.
Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi
nilai barang tersebut (Labor Theory of value).
Teori Absolute Advantage Adam Smith (1776) yang sederhana
menggunakan teori nilai tenaga kerja. Teori nilai kerja ini bersifat
sangat sederhana sebab menggunakan anggapan bahwa tenaga
kerja itu sifatnya homogeny serta merupakan satu-satunya faktor
produksi. Dalam kenyataannya tenaga kerja itu tidak homogen.
Dikatakan absolute advantage karena masing - masing negara
dapat menghasilkan satu macam barang dengan biaya yang
secara absolut lebih rendah dari negara lain
Kelebihan dari teori absolute advantage yaitu terjadinya
perdagangan bebas antara dua negara yang saling memiliki
keunggulan absolut yang berbeda, dimana terjadi interaksi
ekspor dan impor untuk meningkatkan kemakmuran negara.
Kelemahannya yaitu apabila hanya satu negara yang memiliki
keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan
terjadi karena tidak ada keuntungan (Salvatore dan Krugman,
2006; Gerber, 2011).
Belanda dan indonesia memproduksi dua macam barang, yaitu kain
dan tv dengan tenaga kerja merupakan satu-satunya input untuk
memproduksi kedua jenis barang tersebut.
Indonesia mampu memproduksi maksimum 90 yard kain per satu
orang pekerja dalam setahun kalau semua pekerja yang ada di
dalam negeri dipekerjakan di industri tekstil.
Dan mampu memproduksi maksimum 60 unit tv per satu orang
pekerja dalam setahun bila semua tenaga kerja digunakan untuk
memproduksi tv.
Rasio ini menunjukkan bahwa Indonesia lebih baik dalam
memproduksi kain daripada tv.Belanda hanya mampu
memproduksi sebanyak 50 yard kain dan 100 unit tv per satu
orang pekerja dalam setahun. Rasio ini menunjukkan bahwa
Belanda lebih baik dalam memproduksi tv daripada kain.
Harga jual tv di Indonesia lebih tinggi karena diproduksi lebih
lama sehingga memerlukan biaya produksi yang lebih tinggi
daripada kain. Sedangkan di Belanda, kain lebih mahal daripada
tv karena biaya produksi kain lebih besar daripada tv. Perbedaan
harga ini merupakan kondisi utama untuk terjadinya
perdagangan internasional. Bila harga dari jenis barang yang
sama tidak berbeda antarnegara maka tidak ada alasan untuk
melakukan perdagangan internasional karena masingmasing
negara tidak akan menikmati manfaat dari perdagangan
internasional.
Perbedaan rasio harga (biaya produksi) tersebut menunjukkan
bahwa Indonesia memiliki keunggulan absolut atas Belanda
dalam memproduksi kain atau Indonesia dapat memproduksi
kain dengan lebih efisien daripada Belanda, sedangkan Belanda
memiliki keunggulan absolut atas Indonesia dalam memproduksi
tv, atau Belanda dapat memproduksi tv lebih efisien
dibandingkan Indonesia.
2. Teori Pada teori keunggulan absolut terdapat
permasalahan bila antara dua negara
Keunggulan hanya satu negara saja yang mempunyai
Komparatif keunggulan absolut atas semua barang.
Maka, perdagangan tidak akan terjadi
karena bila dilakukan hanya akan
menguntungkan salah satu negara saja.
J.S. Mill beranggapan bahwa suatu negara akan
mengkhususkan diri pada ekspor barang
tertentu bila negara tersebut memiliki
keunggulan komparatif (keunggulan relatif)
terbesar, dan akan mengkhususkan mela- kukan
impor barang, bila negara tersebut memiliki
kerugian komparatif (kerugian relatif).
Atau dengan kata lain, suatu negara akan
melakukan ekspor barang, bila barang itu dapat
diproduksi dengan biaya lebih rendah, dan akan
melakukan impor barang, bila barang itu
diproduksi sendiri akan memerlukan biaya
produksi yang lebih besar.
David Ricardo mempunyai pemikiran yang senada, yaitu
perdagangan internasional antara dua negara akan terjadi
bila masing-masing memiliki biaya relatif yang terkecil
untuk jenis barang yang berbeda.

Teori keunggulan komparatif David Ricardo berdasarkan


atas beberapa asumsi, antara lain sebagaiberikut:
1. Perdagangan internasional hanya terjadi antardua
negara.
2. Perdagangan dilakukan secara sukarela (bebas).
3. Barang yang dipertukarkan hanya dua macam.
4. Tenaga kerja bersifat homogen satu negara.
5. Tenaga kerja bergerak bebas di dalam negeri,
tetapi tidak bebas dalam hubungan
antarnegara.
6. Biaya-biaya produksi dianggap tetap.
7. Kualitas barang adalah sama.
8. Biaya transportasi tidak ada (nol).
9. Teknologi tidak berubah.
Sebagai contoh perhatikan ilustrasi sebagai
berikut!
Berdasarkan efisiensi tenaga kerja, di Indonesia
untuk memproduksi 1 kemeja seorang pekerja
hanya membutuhkan 1 hari kerja, dan untuk
memproduksi 1 pasang sepatu diperlukan waktu
2 hari kerja. Di Filipina, untuk memproduksi 1
kemeja dan 1 pasang sepatu diperlukan masing-
masing 4 dan 3 hari kerja. Lihat tabel berikut ini!
Tabel di atas menunjukkan bahwa bila menurut
teori keunggulan absolut dari Adam Smith,
maka perdagangan internasional antara
Indonesia dan Filipina tidak akan terjadi karena
Indonesia memiliki keunggulan absolut atas
Filipina untuk kemeja dan sepatu. Ini berarti
hanya Indonesia yang bisa mengekspor. Jika
perdagangan internasional tetap dilaksanakan
maka hanya Indonesia yang akan memperoleh
manfaat dari perdagangan internasional (gains
from trade).
David Ricardo berpendapat bahwa
perdagangan internasional antara kedua negara
tetap dapat dilakukan dengan
memperhitungkan tingkat efisiensi tenaga kerja
relatif. Perhatikan tabel berikut!
Berdasarkan tabel di atas, tingkat efisiensi
tenaga kerja di Indonesia lebih tinggi
dibandingkan Filipina dalam produksi kemeja
daripada produksi sepatu. Ini berarti Indonesia
memiliki keunggulan komparatif dalam
produksi kemeja, sedangkan tenaga kerja
Filipina lebih efisien dibandingkan tenaga kerja
Indonesia dalam memproduksi sepatu.
Ini berarti, Filipina memiliki keunggulan
komparatif dalam produksi sepatu.
Berdasarkan perbandingan tersebut bila
dilakukan perdagangan internasional maka
Indonesia akan mengkhususkan pada ekspor
kemeja dan Filipina ekspor sepatu.
Jadi, berdasarkan hasil perhitungan di atas,
dapat disimpulkan bahwa walaupun Indonesia
memiliki keunggulan absolut dibandingkan
Filipina untuk kemeja dan sepatu, perdagangan
internasional tetap bisa dilakukan dan saling
menguntungkan keduanya, yaitu melalui
pengkhususan di masing-masing negara jika
ada perbedaan dalam tingkat efisiensi atau
produktivitas tenaga kerja.
Pada tabel tersebut dilihat jumlah waktu yang
digunakan tanpa memperhatikan perbandingan
dasar tukar domestik antara permadani dan
sutra di kedua negara, tampaknya India
memiliki keunggulan absolut atas permadani
dan sutra, mengingat Iran dapat menghasilkan
permadani dalam waktu 30 menit/meter,
sedangkan Bangladesh menggunakan waktu
yang lebih banyak 40 menit/meter, begitu pula
sutra, Iran hanya menggunakan waktu 24
menit/meter, sedangkan Bangladesh
menggunakan 50 menit/meter.
Dengan demikian berdasarkan teori keunggulan
absolut, perdagangan antara kedua negara
tidak akan terjadi, karena Iran memiliki
keunggulan absolut atas kedua jenis komoditi.
Berdasarkan pada teori keunggulan komparatif,
perdagangan antara Iran dan Bangladesh masih
tetap akan terjadi, karena secara komparatif
dimana Iran memiliki keunggulan atas sutra dan
Bangladesh memiliki keunggulan atas
permadani.
Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan dasar
tukar domestik masing-masing negara, yaitu
DTD di Iran adalah 1 meter sutra dapat ditukar
dengan 0,8 meter permadani, sementara di
Bangladesh 1 meter sutra dapat ditukar dengan
1,25 meter permadani.
Atau dengan kata lain bahwa di Iran harga sutra
lebih murah di banding harga permadani
(karena ongkos produksinya hanya 24/50 atau
48 % dari ongkos produksi sutra di Bangladesh,
TEORI
PERDAGANGAN
INTERNASIONAL:
TEORI MODERN
1. Teori Teori modern Hecksher-ohlin atau teori
H-O menyatakan bahwa perbedaan
Hecksher- dalam opportunity cost suatu negara
ohlin (H-O) dengan negara lain karena adanya
perbedaan dalam jumlah factor produksi
yang dimilikinya.
Suatu negara memiliki tenaga kerja lebih
banyak dari pada negara lain, sedang
Negara lain memiliki capital lebih banyak
dari pada negara tersebut sehingga
dapat menyebabkan terjadinya
pertukaran.
Teori ini menggunakan dua kurva, pertama
adalah kurva isocost yaitu kurva yang
menggabarkan total biaya produksi yang sama
dan kedua adalah kurva isoquant yaitu kurva
yang menggabarkan total kuantitas produk
yang sama.
Menurut teori ekonomi mikro kurva isocost
akan bersinggungan dengan kurva isoquant
pada suatu titik optimal. Jadi dengan biaya
tertentu akan diperoleh produk yang maksimal
atau dengan biaya minimal akan diperoleh
sejumlah produk tertentu.
Suatu negara, misalnya A, memiliki tenaga kerja yang besar dan relatif sedikit
kapital, maka untuk sejumlah pengeluaran uang tertentu akan memperoleh
jumlah tenaga kerja lebih banyak daripada kapital. Misalnya uang Rp 100,00 dapat
dibeli 20 unit tenaga atau 5 unit mesin, jadi 20 unit tenaga sama dengan 5 unit
mesin
Negara B lebih banyak memiliki capital/mesin dan relative sedikit tenaga.
Konsekuensinya di negara B pengeluaran Rp 100,00 akan memperoleh tenaga 10
unit atau 20 unit mesin. Harga 1 unit tenaga sama dengan 2 unit mesin sehingga
perbandingan harga tenaga dengan mesin adalah 1 : 2. Semua isocost untuk
berbagai alternative pengeluaran bagi negara B yang mempunyai harga
perbandingan/price ratio tenaga : capital 1 : 2 akan paralel.
Negara A akan lebih murah apabila memproduksi barang yang relative
menggunakan banyak tenaga dan sedikit capital (labor intensive), sedangkan
Negara B lebih murah apabila memproduksi barang yang relatif menggunakan
banyak capital dan sedikit tenaga kerja (capital intensive).
Isoquant Negara A terletak dekat sumbu vertical
(tenaga) menunjukkan bahwa barang X yang
dihasilkannya bersifat padat tenaga kerja (labor
intensive).
Hal ini dikarenakan Negara A lebih banyak
memiliki faktor produksi tenaga. Sedangkan
isoquant Negara B mendekati sumbu horizontal
(kapital) menunjukkan bahwa barang Y yang
dihasilkan bersifat padat modal (capital
intensive) karena negara B relative lebih banyak
memiliki kapital. Isocost dan isoquant negara A
dan negara B digabungkan bersama-sama
seperti pada Gambar di bawah.
Isocost yang menyinggung isoquant
menunjukkan ongkos terendah untuk
menghasilkan sejumlah tertentu barang yang
ditujukan oleh isoquant tersebut. Dalam
Gambar 4 dapat dilihat bahwa Negara A dapat
memproduksi 20 unit barang X pada ongkos Rp
200,00 dengan menggunakan 32 unit tenaga
dan 2 unit kapital/mesin.
Negara B untuk memproduksi barang X sebesar
20 unit akan mengeluarkan ongkos yang lebih
besar karena barang X tersebut bersifat padat
tenaga, sedangkan negara B relatif sedikit
memiliki factor produksi tenaga.
Sebaliknya untuk memproduksi barang Y sebanyak 50 unit
negara A mengeluarkan ongkos sebanyak Rp 300,00
dengan menggunakan 32 unit tenaga dan 8 unit
kapital/mesin, sedangkan Negara B untuk memproduksi
barang Y sebanyak 50 unit hanya mengeluarkan ongkos
sebanyak Rp 200,00 dengan menggunakan 8 unit tenaga
dan 20 unit kapital/mesin. Oleh karena itu negara A akan
berspesialisasi pada produksi barang X dan negara B pada
barang Y. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
proporsi factor-faktor produksi yang dimiliki oleh suatu
negara berbeda-beda, sehingga menimbulkan perbedaan
harga di berbagai negara.
Analisis teori H-O :
a. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau
proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.
b. Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masingmasing
negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang
dimilkinya.
c. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan
mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memilki faktor produksi
yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.
d. Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu
karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal
untuk memproduksinya
ADRISTI RAHMA KIRANA

C1A019002

TUGAS RESUME EKONOMI INTERNASIONAL

TEORI DIAMOND PORTER

1. Definisi (Teori Diamond atau keunggulan komparatif)


Kerangka kerja berbentuk berlian yang berfokus pada alasan industri tertentu dalam
negara tertentu kompetitif secara internasional, sedangkan yang lain mungkin tidak.
Selain itu, teori ini juga menjelaskan mengenai perusahaan tertentu di negara tertentu
mampu melakukan inovasi yang konsisten, sedangkan yang lain mungkin tidak.
2. Unsur model diamond
 kondisi faktor (factor condition),
 kondisi permintaan (demand condition),
 industri-industri yang berkaitan dan mendukung (related and supporting
industries),
 strategi, struktur, dan persaingan perusahaan (firm strategy, structure, and rivalry).

Apabila suatu perusahaan memiliki 4 unsur tersebut maka akan mampu bersaing
secara internasional. Selain itu ada faktor penunjang lain seperti kesempatan dan
pemerintah yang akan menentukan permainan dalam persaingan jangka panjang

3. Kondisi faktor produksi


 Faktor produksi adalah milik negara. (menurut Porter)
- Faktor dasar (tanah, iklim, SDA, SDM)
- Faktor lanjutan (faktor yang lebih canggih, seperti sumber pengetahuan
nasional). Faktor lanjutan ini dianggap yang paling signifikan dalam teori
kompetitif dan bisa ditumbuhkan melalui penelitian, pelatihan, dan inovasi.
- Negara akan memanfaatkan faktor dasar yang kemudian digunakan untuk
berinvestasi pada faktor lanjutan. Dengan demikian, kemajuan pada aspek
suatu negara dapat menciptakan keunggulan kompetitif.
4. Kondisi permintaan
- Mengacu pada permintaan domestik (kecanggihan permintaan konsumen
dalam negeri)
- Permintaan dalam negeri dianggap penting untuk membentuk atribut produk
perusahaan. Kecanggihan konsumen akan meningkatkan inovasi produsen
dan kinerja perusahaan lokal. Perusahaan yang mampu efisien akan memiliki
kekuatan untuk menembus pasar global sehingga keunggulan kompetitif
meningkat.
5. Industri terkait dan pendukung
- Pemasok Memberi dukungan dalam meningkatkan
- Pesaing keunggulan kompetitif
- Perusahaan pelengkap

6. Strategi, struktur, dan pesaing


Berkaitan dengan teori internasionalisasi berbasis perusahaan yang berfokus pada
tindakan perusahaan individu. Konteks nasional dan keadaan nasional sangat
mempengaruhi bagaimana perusahaan dibuat, diatur dan dikelola dan sifat persaingan
dalam negeri.
Persaingan yang ketat di dalam negeri akan mendorong suatu industri untuk lebih
inovatif agar efisien dalam memproduksi, yaitu dengan cara menggunakan teknologi
maju. Dengan demikian, kemampuan menembus pasar internasional akan tinggi.
Tekanan kompetitif tidak hanya bervariasi antar negara, tetapi praktik manajerial,
mode organisasi, tujuan perusahaan dan tujuan pencapaian individu juga berbeda
secara signifikan antar negara. Dengan demikian, perbedaan tersebut juga memainkan
peran penting dalam model diamond, karena ideologi manajemen yang berbeda
mempengaruhi kemampuan untuk membangun keunggulan kompetitif nasional.

7. Peluang dan Pemerintah


- keunggulan kompetitif dapat diciptakan. Oleh karena itu, negara dapat
mempengaruhi keunggulan kompetitif dengan secara sistematis meningkatkan
setiap elemen diamond.
- Dibutuhkan intervensi pemerintah namun tetap dipertimbangkan secara
matang karena perusahaan bukan negara yang bersaing di pasar internasional
- Contoh peran pemerintah : mengembangkan faktor pendukung baru dan
unggul, mempengaruhi sifat persaingan lokal, permintaan pasar dalam negeri
atau pengelompokan perusahaan dengan menggunakan langkah-langkah
seperti subsidi, investasi dalam sistem pendidikan, kebijakan moneter dan
fiskal (misalnya insentif pajak atau rendah pinjaman bunga), pengembangan
dan pemeliharaan infrastruktur yang kuat (misalnya TI, sistem komunikasi,
transportasi), peraturan antitrust atau penegakan standar produk dan
keselamatan.
- Peran pemerintah tidak boleh berlebihan agar perusahaan dapat mandiri dan
inovatif untuk bersaing di pasar internasional.
- Peran peluang : pengaruh kebetulan ini sangat berbahaya dan tidak dapat
diprediksi. Misalnya, peluang memengaruhi terciptanya ide baru atau
penemuan baru.
8. Evaluasi model diamond
- Kehadiran keempat komponen diperlukan untuk meningkatkan keunggulan
kompetitif, dengan kelemahan di salah satu faktor penentu yang membatasi
potensi industri untuk maju dan berkembang. Sementara diamond dianggap
sebagai sistem yang memperkuat diri sendiri, peran dua kekuatan tambahan
juga penting: pemerintahan dan peluang.
- Model diamond asli Porter telah diperluas ke model diamond ganda umum
dimana aktivitas multinasional secara resmi dimasukkan ke dalam model
- Kegiatan multinasional mencakup baik investasi asing langsung keluar dan
masuk
Teori Diamond Porter
Irma Suryahani, SE, M,Si.
Model Berlian Michael Porter
(juga dikenal sebagai Teori
Keunggulan Kompetitif) adalah
kerangka kerja berbentuk berlian
yang berfokus pada penjelasan
mengapa industri tertentu dalam
negara tertentu kompetitif secara
internasional, sedangkan yang lain
mungkin tidak. Dan mengapa
perusahaan tertentu di negara
tertentu mampu melakukan
inovasi yang konsisten, sedangkan
yang lain mungkin tidak?
2
4 unsur model diamond

Porter berpendapat bahwa kemampuan perusahaan mana pun untuk


bersaing di pasar internasional didasarkan pada serangkaian unsur:

(1)kondisi faktor (factor condition),


(2)kondisi permintaan (demand condition),
(3)industri-industri yang berkaitan dan mendukung (related and supporting
industries),
(4)strategi, struktur, dan persaingan perusahaan (firm strategy, structure, and
rivalry).
3
Selain itu juga terdapat determinan penunjang yakni faktor kesempatan (chance)
dan faktor pemerintah (government). Model tersebut akan menciptakan struktur
yang menentukan aturan persaingan di setiap sektor memainkan peran dalam
persaingan jangka panjang (Sun et al 2010).

4
Model

5
Kondisi Faktor Produksi
Unsur pertama dari model ini adalah faktor-faktor produksi milik negara.
Konsisten dengan teori proporsi faktor (Heckscher-Ohlin), setiap negara
memiliki kelimpahan relatif dari anugerah faktor tertentu. Dalam model
diamondnya, Porter membedakan antara faktor dasar dan faktor lanjutan.
Faktor dasar adalah seperti tanah, iklim, sumber daya alam atau demografi,
sedangkan faktor maju berhubungan dengan yang lebih canggih, termasuk stok
sumber pengetahuan nasional (misalnya pengetahuan ilmiah, teknis atau
pasar), infrastruktur transportasi dan komunikasi atau yang canggih dan tenaga
kerja terampil (Rugman / Collinson 2012, p. 303).

6
Dalam model diamond, faktor-faktor lanjutan dianggap sebagai yang paling
signifikan untuk keunggulan kompetitif. Faktor-faktor ini dapat diciptakan
melalui pelatihan, penelitian dan inovasi dan dengan demikian merupakan
produk investasi oleh individu, perusahaan, atau pemerintah.
Asumsi dasarnya adalah suatu negara harus terus meningkatkan atau
menyesuaikan kondisi faktornya. Faktor dasar memberi negara keuntungan awal
yang selanjutnya dapat diperkuat dengan berinvestasi pada faktor-faktor
lanjutan.
Di sisi lain, kerugian pada faktor-faktor dasar berarti bahwa negara-negara
perlu berinvestasi pada faktor-faktor lanjutan (Porter 1990b). Dengan
demikian, pembenahan faktor-faktor kemajuan suatu bangsa, seperti sistem
atau prasarana pendidikan, dianggap sebagai sarana untuk meningkatkan
keunggulan kompetitif suatu bangsa.
7
Kondisi Permintaan
Kondisi permintaan mengacu pada sifat dan ukuran permintaan domestik untuk
produk dan layanan industri. Ciri utamanya di sini adalah kekuatan dan
kecanggihan permintaan konsumen dalam negeri. Porter (1990b, hlm. 79-80)
berpendapat bahwa perusahaan paling sensitif terhadap kebutuhan pelanggan
terdekat mereka.
Jadi, permintaan pasar dalam negeri sangat penting dalam membentuk atribut
produk perusahaan. Semakin canggih dan menuntut pelanggan lokal mereka,
semakin banyak tekanan yang diciptakan untuk inovasi, efisiensi dan
peningkatan kualitas produk. Oleh karena itu, diasumsikan bahwa dengan
meningkatnya kecanggihan konsumen di pasar dalam negeri dan akibatnya,
dengan meningkatnya tekanan pada penjual lokal, keunggulan kompetitif
mereka akan meningkat (Hill 2013, hlm. 198-199).

8
Sementara sifat permintaan pasar dalam negeri terutama berkaitan dengan
tekanan untuk meningkatkan kinerja perusahaan lokal, ukuran pasar dalam
negeri adalah penting, karena memungkinkan perusahaan mencapai skala
ekonomi dan merasakan keuntungan kurva. Ini bahkan lebih penting ketika
skala ekonomi membatasi jumlah lokasi produksi. Dalam hal ini, besarnya
pasarnya merupakan penentu penting daya tarik negara sebagai lokasi
potensial. Selain itu, bukti empiris menunjukkan bahwa perusahaan yang efisien
sering kali dipaksa untuk mencari peluang internasional pada tahap-tahap
ketika pasar awal (besar) mereka menjadi jenuh. Pasar dalam negeri mereka
memberi perusahaan-perusahaan ini keunggulan skala yang dapat digunakan di
pasar global (Hollensen 2014, hlm. 103-104)

9
Industri terkait dan pendukung
Kehadiran lingkungan bisnis yang terdiri dari pemasok terkait, pesaing, dan
perusahaan pelengkap dianggap sangat mendukung industri untuk membangun
keunggulan kompetitif. Konsentrasi (geografis) perusahaan, pemasok dan
perusahaan pendukung di lokasi tertentu diberi label cluster industri (Porter
2000, hlm. 254).

10
Strategi, structur, dan pesaing
Elemen diamond ini berkaitan dengan teori internasionalisasi berbasis
perusahaan yang berfokus pada tindakan perusahaan individu. Konteks nasional
dan keadaan nasional sangat mempengaruhi bagaimana perusahaan dibuat,
diatur dan dikelola dan sifat persaingan dalam negeri (Porter 1990b, p. 81).

11
Persaingan dalam negeri memengaruhi kemampuan perusahaan untuk bersaing
di pasar global. Kehadiran pesaing lokal tidak hanya secara otomatis
meniadakan keuntungan yang datang dari anugerah faktor suatu negara atau
karakteristik permintaan pasar dalam negeri, tetapi semakin tinggi tingkat
persaingan dalam negeri, dan semakin kuat saingan di pasar dalam negeri,
semakin banyak pula perusahaan yang terpaksa. menjadi lebih efisien dan
mengadopsi teknologi baru. Tekanan tinggi di pasar dalam negeri yang
kompetitif mengarah pada proses seleksi dan hanya menyisakan perusahaan
yang paling efisien sebagai penyintas. Pada saat yang sama, hal ini dikaitkan
dengan tekanan terus menerus pada perusahaan untuk berinovasi dan
meningkatkan (Griffin / Pustay 2013, hlm. 184-187).

12
Tekanan kompetitif tidak hanya bervariasi antar negara, tetapi praktik
manajerial, mode organisasi, tujuan perusahaan dan tujuan pencapaian individu
juga berbeda secara signifikan antar negara. Perbedaan ini menyebabkan
strategi internasional perusahaan yang berbeda. Selain itu, Porter berpendapat
bahwa sistem manajerial khusus diperlukan agar berhasil di setiap industri yang
beragam. Jadi, jika perusahaan suatu negara mengikuti sistem manajerial
tertentu, ini hanya dapat berhasil dalam industri selektif. Dengan demikian,
perbedaan tersebut juga memainkan peran penting dalam model diamond,
karena ideologi manajemen yang berbeda mempengaruhi kemampuan untuk
membangun keunggulan kompetitif nasional (Porter 1990b, hlm. 81-82).

13
Peluang dan Pemerintah
Seperti yang telah disebutkan, pandangan dasar yang mendasari model
diamond adalah bahwa keunggulan kompetitif dapat diciptakan. Oleh karena
itu, negara dapat mempengaruhi keunggulan kompetitif dengan secara
sistematis meningkatkan setiap elemen diamond. Dalam hubungan ini, penting
untuk dicatat bahwa intervensi pemerintah harus dipertimbangkan dalam
kaitannya dengan dampaknya terhadap aktivitas perusahaan domestik, karena
pandangan yang mendasari model diamond adalah bahwa "perusahaan, bukan
negara, bersaing di pasar internasional" (Porter 1990a, hal. 33).

14
Pemerintah dapat, misalnya, mengembangkan faktor pendukung baru dan
unggul, mempengaruhi sifat persaingan lokal, permintaan pasar dalam negeri
atau pengelompokan perusahaan dengan menggunakan langkah-langkah
seperti subsidi, investasi dalam sistem pendidikan, kebijakan moneter dan fiskal
(misalnya insentif pajak atau rendah pinjaman bunga), pengembangan dan
pemeliharaan infrastruktur yang kuat (misalnya TI, sistem komunikasi,
transportasi), peraturan antitrust atau penegakan standar produk dan
keselamatan. Namun, orang tidak boleh lupa bahwa tindakan pemerintah yang
disengaja seperti itu juga dapat menjadi bumerang dan mengarah pada
terciptanya industri dalam negeri yang “terlindung” yang tidak mampu bersaing
di pasar global (Rugman / Collinson 2012, hlm. 304).

15
Selain itu, peran peluang dalam membangun keunggulan kompetitif diakui
dalam model diamond. Namun, pengaruh kebetulan ini sangat berbahaya dan
tidak dapat diprediksi. Misalnya, peluang memengaruhi terciptanya ide baru
atau penemuan baru. Selain itu, perang, pergeseran signifikan di pasar
keuangan dunia, diskontinuitas dalam biaya input (misalnya guncangan harga
minyak) atau terobosan teknologi besar dapat berdampak signifikan pada
keunggulan kompetitif suatu negara.

16
Selain itu, peran peluang dalam membangun keunggulan kompetitif diakui
dalam model diamond. Namun, pengaruh kebetulan ini sangat berbahaya dan
tidak dapat diprediksi. Misalnya, peluang memengaruhi terciptanya ide baru
atau penemuan baru. Selain itu, perang, pergeseran signifikan di pasar
keuangan dunia, diskontinuitas dalam biaya input (misalnya guncangan harga
minyak) atau terobosan teknologi besar dapat berdampak signifikan pada
keunggulan kompetitif suatu negara.

17
Evaluasi model diamond
Masing-masing dari empat elemen model diamond memiliki pengaruh pada
keunggulan kompetitif negara dalam industri tertentu, dengan semua atribut
ini bergantung pada keadaan negara lain. Biasanya, kehadiran keempat
komponen diperlukan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif, dengan
kelemahan di salah satu faktor penentu yang membatasi potensi industri untuk
maju dan berkembang. Sementara diamond dianggap sebagai sistem yang
memperkuat diri sendiri, peran dua kekuatan tambahan juga penting:
pemerintahan dan peluang.

18
Perdebatan kontroversial berpusat pada peran MNC dalam model diamond.
Beberapa peneliti (misalnya Dunning 1993; Moon / Rugman / Verbeke 1998)
berpendapat bahwa aktivitas multinasional harus dimasukkan sebagai variabel
luar ketiga, karena MNCs dalam daya saing dipengaruhi oleh konfigurasi
diamond di selain negara asalnya dan ini di pada gilirannya mempengaruhi daya
saing negara asal.
“Oleh karena itu, model diamond asli Porter telah diperluas ke model diamond
ganda umum dimana aktivitas multinasional secara resmi dimasukkan ke dalam
model” (Moon / Rugman / Verbeke 1998, hlm. 137; lihat juga Moon /
Rugman / Verbeke 1995).

19
20
“Ukuran diamond global ditetapkan dalam jangka waktu yang dapat
diperkirakan, tetapi ukuran diamond domestik bervariasi sesuai dengan ukuran
negara dan daya saingnya. diamond garis putus-putus, di antara dua diamond
ini, merupakan diamond internasional yang mewakili daya saing bangsa yang
ditentukan baik oleh parameter domestik maupun internasional. Perbedaan
antara diamond internasional dan diamond domestik dengan demikian mewakili
aktivitas internasional atau multinasional. Kegiatan multinasional mencakup
baik investasi asing langsung keluar dan masuk (FDI) ”(Moon / Rugman /
Verbeke 1998, hal 138).

21
Kebijakan
Ekonomi
Internasional
Irma Suryahani SE, M, Si.
Tujuan

Kebijakan ekonomi internasional


merupakan suatu tindakan/kebijakan
ekonomi pemerintah, yang secara
langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi komposisi, arah serta
bentuk perdagangan dan pembayaran
internasional.
Kebijakan ekonomi internasional
menjaga keseimbangan neraca
perdagangan dan menjaga kondisi
neraca pembayaran stabil terhadap
perubahan kas.
2
1. Autarki:
Tujuan ini sebenarnya bertentangan
dengan prinsip perdagangan
internasional.
Tujuan autarki bermaksud untuk
menghindari pengaruhpengaruh
negera lain, baik pengaruh ekonomi,
politik atau militer.

3
2. Kesejahteraan nasional (welfare)
Tujuan ini bertentangan dengan tujuan
autarki. Dengan mengadakan
perdagangan internasional, suatu negara
akan memperoleh keuntungan dari
adanya spesialisasi.
Untuk mendorong adanya perdagangan
internasional, maka halangan-halangan
dalam perdagangan internasional (tarif,
quota dsb) dihilangkan atau paling tidak
dikurangi. Hal ini berarti harus ada
perdagangan bebas
4
3. Proteksi
Tujuan ini adalah untuk melindungi
industri-industri nasional dari
persaingan barang impor. Hal ini dapat
dijalankan dengan tarif, quota dsb

5
4. Keseimbangan Neraca Pembayaran
Apabila suatu negara mempunyai
kelebihan cadangan valuta asing, maka
kebijakan pemerintah untuk mengadakan
stabilis ekonomi dalam negeri tidak
banyak menimbulkan problem dalam
neraca pembayaran internasionalnya.
Tetapi sangat sedikit negara yang
mempunyai posisi demikian, terutama
negara-negara yang sedang
berkembangposisi cadangan

6
4. Keseimbangan Neraca Pembayaran
Apabila suatu negara mempunyai
kelebihan cadangan valuta asing, maka
kebijakan pemerintah untuk mengadakan
stabilis ekonomi dalam negeri tidak
banyak menimbulkan problem dalam
neraca pembayaran internasionalnya.
Tetapi sangat sedikit negara yang
mempunyai posisi demikian, terutama
negara-negara yang sedang berkembang
posisi cadangan valuta asingnya lemah
sehingga memaksa pemerintah negara-
negara tersebut untuk mengambil
kebijakan ekonomi internasional untuk
menyeimbangkan neraca pembayaran
internasionalnya 7
Kebijakan ini umumnya berbentuk
pengawasan devisa (exchange control).
Pengawasan devisa tidak hanya
mengatur/mengawasi lalu lintas barang,
tetapi juga modal.

8
5. Pembangunan Ekonomi
Untuk mencapai tujuan ini pemerintah
dapat mengambil kebijakan dengan cara:
a. Perlindungan terhadap industri dalam
negeri (infant industries)
b. Mendorong ekspor dan mengurangi
impor
c. Meningkatkan pendapatan nasional

9
Kebijakan Internasional

1. Kebijakan Perdagangan
Internasional: Mencakup tindakan
terhadap neraca berjalan yang
berkaitan dengan transaksi ekspor
dan impor. Dengan perangkat tarif,
subsidi, perjanjian perdagangan
bilateral (bilateral trade
agreement), daerah perdagangan
bebas (Free Trade Area) dll.
10
Kebijakan Internasional

2. Kebijakan Pembayaran
Internasional:
Mencakup tindakan terhadap neraca
modal dengan melakukan
pengawasan atas pembayaran
internasional dengan perangkat
pengendalian lalu lintas devisa dan
modal jangka panjang.

11
Kebijakan Internasional

3. Kebijakan Bantuan Luar Negeri:


Mencakup tindakan pemerintah yang
berhubungan dengan bantuan
(grants), pinjaman (loans), bantuan
yang bertujuan untuk membantu
rehabilitasi dan pembangunan serta
bantuan militer terhadap negara lain.

12
Perangkat kebijakan
1. Tarif
A) Bea export: Merupakan pajak/bea yang
dikenakan terhadap barang yang diangkut ke
negara lain. Jadi pajak ini dikenakan untuk
barang-barang yang keluar dari costum area
suatu negara yang memungut pajak.
B) Bea Transit: Merupakan pajak/bea yang
dikenakan terhadap barang yang melalui wilayah
suatu negara dengan ketentuan bahwa tujuan
akhir dari barang tersebut adalah negara lain
C) Bea Impor: Merupakan pajak/bea yang
dikenakan terhadap barang yang masuk dalam
costum area suatu negara dengan ketentuan
bahwa negara tersebut sebagai tujuan akhir.
13
Perangkat kebijakan
Alasan pengenaan tariff:
• Memperbaiki dasar tukar (terms of trade).
• Infant industri (melindungi perusahaan domestik)
• Melindungi tenaga kerja domestik (Employment)
• Menjadikan harga atau biaya barang impor sama
dengan barang domestik (anti dumping)
• Memperkecil defisit neraca pembayaran
(diversifikasi)
• Memperbaiki syarat-syarat perdagangan
• Mendorong kemapanan dan efisiensi domestik

14
2. Kuota
a) Kuota impor: Adalah pembatasan langsung atas
kwantitas atau jumlah barang impor,
b) Kuota ekspor: Adalah pembatasan langsung atas
kwantitas atau jumlah barang ekspor, dengan
tujuan antara lain :
1. Mencegah barang-barang penting berada di
tangan musuh.
2. Menjamin tersedianya barang di dalam negeri
dengan proporsi yang cukup.
3. Mengadakan pengawasan produksi serta
pengendalian harga guna mencapai stabilisasi
harga.
Quota ekspor biasanya dikenakan terhadap bahan
mentah yang merupakan barang perdagangan penting
dan dibawah suatu pengawasan badan internasional
(misalnya kopi dan timah). 15
c) Subsidi Ekspor: Bantuan pemerintah pada
perusahaan dan produsen untuk kepentingan
ekspor dengan tujuan mempermurah harga
ekspor guna melawan persaingan

16
KEBIJAKAN
PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
IRMA SURYAHANI SE, M.Si.
Kebijakan Perdagangan Bebas
kebijakan perdagangan yang menginginkan kebebasan
dalam perdagangan, sehingga tidak ada rintangan
yang menghalangi arus produk dari dan ke luar negeri.
Kebijakan perdagangan bebas berkembang
dengan berpedoman pada ajaran aliran klasik (liberal)
yang tidak menghendaki adanya rintangan-rintangan
(hambatan-hambatan) dalam arus
perdagangan internasional.
Faktor pendorong
• Dapat mendorong persaingan antar pengusaha, sehingga tercipta
produk yang berkualitas dan berteknologi tinggi.
• Dapat mendorong penghematan biaya, sehingga produksi dapat
dijalankan dengan biaya serendah-rendahnya dan dijual dengan
harga bersaing (efisiensi).
• Dapat menggerakkan perputaran modal, tenaga ahli dan investasi ke
berbagai negara sehingga dapat menumbuhkan perekonomian.
• Dapat meningkatkan perolehan laba sehingga memungkinkan para
pengusaha berinvestasi lebih luas.
• Dapat memperluas pilihan dan variasi bagi konsumen, sehingga
mereka lebih bebas dalam memilih berbagai produk yang diinginkan.
Kebijakan Perdagangan
Proteksionis
kebijakan perdagangan yang melindungi industri dalam
negeri dengan cara membuat berbagai rintangan
(hambatan) yang menghalangi arus produk dari dan ke
luar negeri.
Faktor Pendorong
• Perdagangan bebas hanya menguntungkan negara maju,
karena mereka memiliki modal yang kuat dan teknologi yang
maju. Selain itu, harga produk industri negara maju dinilai
terlalu mahal (tinggi) dibanding harga bahan-bahan mentah
yang dihasilkan negara berkembang.
• Untuk melindungi industri dalam negeri yang baru tumbuh.
Industri seperti ini tidak akan mampu bersaing dengan
industri negara lain yang sudah maju dan berpengalaman.
• Untuk membuka lapangan kerja. Dengan melakukan proteksi,
industriindustri di dalam negeri dapat tetap hidup dan dengan
demikian mampu membuka lapangan kerja bagi masyarakat.
• Untuk menyehatkan neraca pembayaran. Agar terhindar
dari defisit dalam neraca pembayaran, negara dapat
menggunakan kebijakan perdagangan proteksionis,
caranya dengan meningkatkan ekspor.
• Untuk meningkatkan penerimaan negara. Dengan
mengenakan tarif tertentu terhadap produk impor dan
ekspor, negara dapat meningkatkan penerimaan.
Kebijakan perdagangan proteksionis dapat dilakukan
suatu negara dengan membuat berbagai hambatan atau
rintangan. Hambatan-hambatan tersebut adalah:
Kuota Impor
kebijakan yang menetapkan batas jumlah barang yang
boleh diimpor, dengan tujuan melindungi produksi dalam
negeri. Dengan demikian, setelah mencapai jumlah
tertentu dalam suatu periode, pengimpor dilarang
menambah jumlah barang yang diimpor.
Kuota Ekspor
kebijakan menetapkan batas jumlah barang yang dapat
diekspor dengan tujuan menjamin persediaan barang
tersebut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Subsidi
kebijakan dengan cara memberikan subsidi (tunjangan)
kepada perusahaan yang memproduksi barang ekspor,
sehingga harga barang dari perusahaan tersebut bisa
bersaing dengan barang luar negeri. Dengan kata lain,
pemberian subsidi akan membuat harga jual barang
menjadi lebih murah dan mampu bersaing dengan harga
jual barang luar negeri.
Tarif impor
Tarif impor adalah kebijakan mengenakan tarif atau bea
terhadap barang yang diimpor agar harga barang impor
menjadi lebih mahal. Dengan demikian, perusahaan dalam
negeri yang menghasilkan barang sejenis bisa bersaing
dengan barang impor. Pada umumnya, tarif impor
dikenakan dalam bentuk persentase dari nilai barang yang
diimpor, misalnya 10% atau 20%. Untuk bahan-bahan
baku industri, suatu negara biasanya akan mengenakan
tarif impor yang rendah atau bahkan 0%. Tarif impor
dikenal dengan istilah pajak impor atau bea masuk.
Tarif Ekspor
Tarif ekspor adalah kebijakan mengenakan tarif atau bea
terhadap barang yang diekspor dengan tujuan untuk
merangsang ekspor. Dengan demikian, umumnya tarif
dapat dikenakan sangat rendah atau bahkan 0%. Istilah
lain dari tarif ekspor adalah pajak ekspor atau bea keluar.
Kebijakan tarif ekspor dan tarif impor, selain digunakan
sebagai alat proteksi, juga bermanfaat menambah
penerimaan negara, karena dengan adanya tarif, negara
akan menerima sejumlah uang
Premi
Premi adalah kebijakan berupa pemberian hadiah atau
penghargaan kepada perusahaan yang mampu
memproduksi barang dengan kualitas tinggi dan kuantitas
(jumlah) tertentu. Pemberian premi diharapkan bisa
memacu produsen dalam negeri untuk bersaing dalam
meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya.
Diskriminasi Harga
kebijakan melalui penetapan harga produk secara
berlainan untuk satu negara dengan negara lainnya.
Kebijakan ini dilakukan salah satunya dalam rangka
perang tarif.
Larangan Ekspor
Larangan ekspor adalah kebijakan melarang ekspor untuk
barangbarang tertentu dengan pertimbangan ekonomi,
politik dan sosial budaya. Dengan pertimbangan ekonomi,
suatu negara melarang mengekspor bahan-bahan baku
industri yang dibutuhkan di dalam negeri.
Larangan Impor
Larangan impor adalah kebijakan melarang impor untuk
barang-barang tertentu dengan beberapa alasan. Alasan-
alasan tersebut di antaranya adalah untuk melindungi
industri dalam negeri, untuk membalas kebijakan
perdagangan negara lain dan untuk menghemat devisa.
Dumping
Dumping adalah kebijakan menjual suatu barang di luar
negeri dengan harga yang lebih murah dibandingkanb
harga di dalam negeri. Tujuan kebijakan ini adalah
memperluas dan menguasai pasar. Dumping bisa
dilakukan bila terdapat aturan(hambatan) yang jelas dan
tegas sehingga konsumen di dalam negeri tidak bisa
membeli barang (yang didumping) dari luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai