INTERNASIONAL
Dr. Irma Suryahani, S.E., M.Si.
TEORI PERDAGANGAN KLASIK
C1A019002
Apabila suatu perusahaan memiliki 4 unsur tersebut maka akan mampu bersaing
secara internasional. Selain itu ada faktor penunjang lain seperti kesempatan dan
pemerintah yang akan menentukan permainan dalam persaingan jangka panjang
4
Model
5
Kondisi Faktor Produksi
Unsur pertama dari model ini adalah faktor-faktor produksi milik negara.
Konsisten dengan teori proporsi faktor (Heckscher-Ohlin), setiap negara
memiliki kelimpahan relatif dari anugerah faktor tertentu. Dalam model
diamondnya, Porter membedakan antara faktor dasar dan faktor lanjutan.
Faktor dasar adalah seperti tanah, iklim, sumber daya alam atau demografi,
sedangkan faktor maju berhubungan dengan yang lebih canggih, termasuk stok
sumber pengetahuan nasional (misalnya pengetahuan ilmiah, teknis atau
pasar), infrastruktur transportasi dan komunikasi atau yang canggih dan tenaga
kerja terampil (Rugman / Collinson 2012, p. 303).
6
Dalam model diamond, faktor-faktor lanjutan dianggap sebagai yang paling
signifikan untuk keunggulan kompetitif. Faktor-faktor ini dapat diciptakan
melalui pelatihan, penelitian dan inovasi dan dengan demikian merupakan
produk investasi oleh individu, perusahaan, atau pemerintah.
Asumsi dasarnya adalah suatu negara harus terus meningkatkan atau
menyesuaikan kondisi faktornya. Faktor dasar memberi negara keuntungan awal
yang selanjutnya dapat diperkuat dengan berinvestasi pada faktor-faktor
lanjutan.
Di sisi lain, kerugian pada faktor-faktor dasar berarti bahwa negara-negara
perlu berinvestasi pada faktor-faktor lanjutan (Porter 1990b). Dengan
demikian, pembenahan faktor-faktor kemajuan suatu bangsa, seperti sistem
atau prasarana pendidikan, dianggap sebagai sarana untuk meningkatkan
keunggulan kompetitif suatu bangsa.
7
Kondisi Permintaan
Kondisi permintaan mengacu pada sifat dan ukuran permintaan domestik untuk
produk dan layanan industri. Ciri utamanya di sini adalah kekuatan dan
kecanggihan permintaan konsumen dalam negeri. Porter (1990b, hlm. 79-80)
berpendapat bahwa perusahaan paling sensitif terhadap kebutuhan pelanggan
terdekat mereka.
Jadi, permintaan pasar dalam negeri sangat penting dalam membentuk atribut
produk perusahaan. Semakin canggih dan menuntut pelanggan lokal mereka,
semakin banyak tekanan yang diciptakan untuk inovasi, efisiensi dan
peningkatan kualitas produk. Oleh karena itu, diasumsikan bahwa dengan
meningkatnya kecanggihan konsumen di pasar dalam negeri dan akibatnya,
dengan meningkatnya tekanan pada penjual lokal, keunggulan kompetitif
mereka akan meningkat (Hill 2013, hlm. 198-199).
8
Sementara sifat permintaan pasar dalam negeri terutama berkaitan dengan
tekanan untuk meningkatkan kinerja perusahaan lokal, ukuran pasar dalam
negeri adalah penting, karena memungkinkan perusahaan mencapai skala
ekonomi dan merasakan keuntungan kurva. Ini bahkan lebih penting ketika
skala ekonomi membatasi jumlah lokasi produksi. Dalam hal ini, besarnya
pasarnya merupakan penentu penting daya tarik negara sebagai lokasi
potensial. Selain itu, bukti empiris menunjukkan bahwa perusahaan yang efisien
sering kali dipaksa untuk mencari peluang internasional pada tahap-tahap
ketika pasar awal (besar) mereka menjadi jenuh. Pasar dalam negeri mereka
memberi perusahaan-perusahaan ini keunggulan skala yang dapat digunakan di
pasar global (Hollensen 2014, hlm. 103-104)
9
Industri terkait dan pendukung
Kehadiran lingkungan bisnis yang terdiri dari pemasok terkait, pesaing, dan
perusahaan pelengkap dianggap sangat mendukung industri untuk membangun
keunggulan kompetitif. Konsentrasi (geografis) perusahaan, pemasok dan
perusahaan pendukung di lokasi tertentu diberi label cluster industri (Porter
2000, hlm. 254).
10
Strategi, structur, dan pesaing
Elemen diamond ini berkaitan dengan teori internasionalisasi berbasis
perusahaan yang berfokus pada tindakan perusahaan individu. Konteks nasional
dan keadaan nasional sangat mempengaruhi bagaimana perusahaan dibuat,
diatur dan dikelola dan sifat persaingan dalam negeri (Porter 1990b, p. 81).
11
Persaingan dalam negeri memengaruhi kemampuan perusahaan untuk bersaing
di pasar global. Kehadiran pesaing lokal tidak hanya secara otomatis
meniadakan keuntungan yang datang dari anugerah faktor suatu negara atau
karakteristik permintaan pasar dalam negeri, tetapi semakin tinggi tingkat
persaingan dalam negeri, dan semakin kuat saingan di pasar dalam negeri,
semakin banyak pula perusahaan yang terpaksa. menjadi lebih efisien dan
mengadopsi teknologi baru. Tekanan tinggi di pasar dalam negeri yang
kompetitif mengarah pada proses seleksi dan hanya menyisakan perusahaan
yang paling efisien sebagai penyintas. Pada saat yang sama, hal ini dikaitkan
dengan tekanan terus menerus pada perusahaan untuk berinovasi dan
meningkatkan (Griffin / Pustay 2013, hlm. 184-187).
12
Tekanan kompetitif tidak hanya bervariasi antar negara, tetapi praktik
manajerial, mode organisasi, tujuan perusahaan dan tujuan pencapaian individu
juga berbeda secara signifikan antar negara. Perbedaan ini menyebabkan
strategi internasional perusahaan yang berbeda. Selain itu, Porter berpendapat
bahwa sistem manajerial khusus diperlukan agar berhasil di setiap industri yang
beragam. Jadi, jika perusahaan suatu negara mengikuti sistem manajerial
tertentu, ini hanya dapat berhasil dalam industri selektif. Dengan demikian,
perbedaan tersebut juga memainkan peran penting dalam model diamond,
karena ideologi manajemen yang berbeda mempengaruhi kemampuan untuk
membangun keunggulan kompetitif nasional (Porter 1990b, hlm. 81-82).
13
Peluang dan Pemerintah
Seperti yang telah disebutkan, pandangan dasar yang mendasari model
diamond adalah bahwa keunggulan kompetitif dapat diciptakan. Oleh karena
itu, negara dapat mempengaruhi keunggulan kompetitif dengan secara
sistematis meningkatkan setiap elemen diamond. Dalam hubungan ini, penting
untuk dicatat bahwa intervensi pemerintah harus dipertimbangkan dalam
kaitannya dengan dampaknya terhadap aktivitas perusahaan domestik, karena
pandangan yang mendasari model diamond adalah bahwa "perusahaan, bukan
negara, bersaing di pasar internasional" (Porter 1990a, hal. 33).
14
Pemerintah dapat, misalnya, mengembangkan faktor pendukung baru dan
unggul, mempengaruhi sifat persaingan lokal, permintaan pasar dalam negeri
atau pengelompokan perusahaan dengan menggunakan langkah-langkah
seperti subsidi, investasi dalam sistem pendidikan, kebijakan moneter dan fiskal
(misalnya insentif pajak atau rendah pinjaman bunga), pengembangan dan
pemeliharaan infrastruktur yang kuat (misalnya TI, sistem komunikasi,
transportasi), peraturan antitrust atau penegakan standar produk dan
keselamatan. Namun, orang tidak boleh lupa bahwa tindakan pemerintah yang
disengaja seperti itu juga dapat menjadi bumerang dan mengarah pada
terciptanya industri dalam negeri yang “terlindung” yang tidak mampu bersaing
di pasar global (Rugman / Collinson 2012, hlm. 304).
15
Selain itu, peran peluang dalam membangun keunggulan kompetitif diakui
dalam model diamond. Namun, pengaruh kebetulan ini sangat berbahaya dan
tidak dapat diprediksi. Misalnya, peluang memengaruhi terciptanya ide baru
atau penemuan baru. Selain itu, perang, pergeseran signifikan di pasar
keuangan dunia, diskontinuitas dalam biaya input (misalnya guncangan harga
minyak) atau terobosan teknologi besar dapat berdampak signifikan pada
keunggulan kompetitif suatu negara.
16
Selain itu, peran peluang dalam membangun keunggulan kompetitif diakui
dalam model diamond. Namun, pengaruh kebetulan ini sangat berbahaya dan
tidak dapat diprediksi. Misalnya, peluang memengaruhi terciptanya ide baru
atau penemuan baru. Selain itu, perang, pergeseran signifikan di pasar
keuangan dunia, diskontinuitas dalam biaya input (misalnya guncangan harga
minyak) atau terobosan teknologi besar dapat berdampak signifikan pada
keunggulan kompetitif suatu negara.
17
Evaluasi model diamond
Masing-masing dari empat elemen model diamond memiliki pengaruh pada
keunggulan kompetitif negara dalam industri tertentu, dengan semua atribut
ini bergantung pada keadaan negara lain. Biasanya, kehadiran keempat
komponen diperlukan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif, dengan
kelemahan di salah satu faktor penentu yang membatasi potensi industri untuk
maju dan berkembang. Sementara diamond dianggap sebagai sistem yang
memperkuat diri sendiri, peran dua kekuatan tambahan juga penting:
pemerintahan dan peluang.
18
Perdebatan kontroversial berpusat pada peran MNC dalam model diamond.
Beberapa peneliti (misalnya Dunning 1993; Moon / Rugman / Verbeke 1998)
berpendapat bahwa aktivitas multinasional harus dimasukkan sebagai variabel
luar ketiga, karena MNCs dalam daya saing dipengaruhi oleh konfigurasi
diamond di selain negara asalnya dan ini di pada gilirannya mempengaruhi daya
saing negara asal.
“Oleh karena itu, model diamond asli Porter telah diperluas ke model diamond
ganda umum dimana aktivitas multinasional secara resmi dimasukkan ke dalam
model” (Moon / Rugman / Verbeke 1998, hlm. 137; lihat juga Moon /
Rugman / Verbeke 1995).
19
20
“Ukuran diamond global ditetapkan dalam jangka waktu yang dapat
diperkirakan, tetapi ukuran diamond domestik bervariasi sesuai dengan ukuran
negara dan daya saingnya. diamond garis putus-putus, di antara dua diamond
ini, merupakan diamond internasional yang mewakili daya saing bangsa yang
ditentukan baik oleh parameter domestik maupun internasional. Perbedaan
antara diamond internasional dan diamond domestik dengan demikian mewakili
aktivitas internasional atau multinasional. Kegiatan multinasional mencakup
baik investasi asing langsung keluar dan masuk (FDI) ”(Moon / Rugman /
Verbeke 1998, hal 138).
21
Kebijakan
Ekonomi
Internasional
Irma Suryahani SE, M, Si.
Tujuan
3
2. Kesejahteraan nasional (welfare)
Tujuan ini bertentangan dengan tujuan
autarki. Dengan mengadakan
perdagangan internasional, suatu negara
akan memperoleh keuntungan dari
adanya spesialisasi.
Untuk mendorong adanya perdagangan
internasional, maka halangan-halangan
dalam perdagangan internasional (tarif,
quota dsb) dihilangkan atau paling tidak
dikurangi. Hal ini berarti harus ada
perdagangan bebas
4
3. Proteksi
Tujuan ini adalah untuk melindungi
industri-industri nasional dari
persaingan barang impor. Hal ini dapat
dijalankan dengan tarif, quota dsb
5
4. Keseimbangan Neraca Pembayaran
Apabila suatu negara mempunyai
kelebihan cadangan valuta asing, maka
kebijakan pemerintah untuk mengadakan
stabilis ekonomi dalam negeri tidak
banyak menimbulkan problem dalam
neraca pembayaran internasionalnya.
Tetapi sangat sedikit negara yang
mempunyai posisi demikian, terutama
negara-negara yang sedang
berkembangposisi cadangan
6
4. Keseimbangan Neraca Pembayaran
Apabila suatu negara mempunyai
kelebihan cadangan valuta asing, maka
kebijakan pemerintah untuk mengadakan
stabilis ekonomi dalam negeri tidak
banyak menimbulkan problem dalam
neraca pembayaran internasionalnya.
Tetapi sangat sedikit negara yang
mempunyai posisi demikian, terutama
negara-negara yang sedang berkembang
posisi cadangan valuta asingnya lemah
sehingga memaksa pemerintah negara-
negara tersebut untuk mengambil
kebijakan ekonomi internasional untuk
menyeimbangkan neraca pembayaran
internasionalnya 7
Kebijakan ini umumnya berbentuk
pengawasan devisa (exchange control).
Pengawasan devisa tidak hanya
mengatur/mengawasi lalu lintas barang,
tetapi juga modal.
8
5. Pembangunan Ekonomi
Untuk mencapai tujuan ini pemerintah
dapat mengambil kebijakan dengan cara:
a. Perlindungan terhadap industri dalam
negeri (infant industries)
b. Mendorong ekspor dan mengurangi
impor
c. Meningkatkan pendapatan nasional
9
Kebijakan Internasional
1. Kebijakan Perdagangan
Internasional: Mencakup tindakan
terhadap neraca berjalan yang
berkaitan dengan transaksi ekspor
dan impor. Dengan perangkat tarif,
subsidi, perjanjian perdagangan
bilateral (bilateral trade
agreement), daerah perdagangan
bebas (Free Trade Area) dll.
10
Kebijakan Internasional
2. Kebijakan Pembayaran
Internasional:
Mencakup tindakan terhadap neraca
modal dengan melakukan
pengawasan atas pembayaran
internasional dengan perangkat
pengendalian lalu lintas devisa dan
modal jangka panjang.
11
Kebijakan Internasional
12
Perangkat kebijakan
1. Tarif
A) Bea export: Merupakan pajak/bea yang
dikenakan terhadap barang yang diangkut ke
negara lain. Jadi pajak ini dikenakan untuk
barang-barang yang keluar dari costum area
suatu negara yang memungut pajak.
B) Bea Transit: Merupakan pajak/bea yang
dikenakan terhadap barang yang melalui wilayah
suatu negara dengan ketentuan bahwa tujuan
akhir dari barang tersebut adalah negara lain
C) Bea Impor: Merupakan pajak/bea yang
dikenakan terhadap barang yang masuk dalam
costum area suatu negara dengan ketentuan
bahwa negara tersebut sebagai tujuan akhir.
13
Perangkat kebijakan
Alasan pengenaan tariff:
• Memperbaiki dasar tukar (terms of trade).
• Infant industri (melindungi perusahaan domestik)
• Melindungi tenaga kerja domestik (Employment)
• Menjadikan harga atau biaya barang impor sama
dengan barang domestik (anti dumping)
• Memperkecil defisit neraca pembayaran
(diversifikasi)
• Memperbaiki syarat-syarat perdagangan
• Mendorong kemapanan dan efisiensi domestik
14
2. Kuota
a) Kuota impor: Adalah pembatasan langsung atas
kwantitas atau jumlah barang impor,
b) Kuota ekspor: Adalah pembatasan langsung atas
kwantitas atau jumlah barang ekspor, dengan
tujuan antara lain :
1. Mencegah barang-barang penting berada di
tangan musuh.
2. Menjamin tersedianya barang di dalam negeri
dengan proporsi yang cukup.
3. Mengadakan pengawasan produksi serta
pengendalian harga guna mencapai stabilisasi
harga.
Quota ekspor biasanya dikenakan terhadap bahan
mentah yang merupakan barang perdagangan penting
dan dibawah suatu pengawasan badan internasional
(misalnya kopi dan timah). 15
c) Subsidi Ekspor: Bantuan pemerintah pada
perusahaan dan produsen untuk kepentingan
ekspor dengan tujuan mempermurah harga
ekspor guna melawan persaingan
16
KEBIJAKAN
PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
IRMA SURYAHANI SE, M.Si.
Kebijakan Perdagangan Bebas
kebijakan perdagangan yang menginginkan kebebasan
dalam perdagangan, sehingga tidak ada rintangan
yang menghalangi arus produk dari dan ke luar negeri.
Kebijakan perdagangan bebas berkembang
dengan berpedoman pada ajaran aliran klasik (liberal)
yang tidak menghendaki adanya rintangan-rintangan
(hambatan-hambatan) dalam arus
perdagangan internasional.
Faktor pendorong
• Dapat mendorong persaingan antar pengusaha, sehingga tercipta
produk yang berkualitas dan berteknologi tinggi.
• Dapat mendorong penghematan biaya, sehingga produksi dapat
dijalankan dengan biaya serendah-rendahnya dan dijual dengan
harga bersaing (efisiensi).
• Dapat menggerakkan perputaran modal, tenaga ahli dan investasi ke
berbagai negara sehingga dapat menumbuhkan perekonomian.
• Dapat meningkatkan perolehan laba sehingga memungkinkan para
pengusaha berinvestasi lebih luas.
• Dapat memperluas pilihan dan variasi bagi konsumen, sehingga
mereka lebih bebas dalam memilih berbagai produk yang diinginkan.
Kebijakan Perdagangan
Proteksionis
kebijakan perdagangan yang melindungi industri dalam
negeri dengan cara membuat berbagai rintangan
(hambatan) yang menghalangi arus produk dari dan ke
luar negeri.
Faktor Pendorong
• Perdagangan bebas hanya menguntungkan negara maju,
karena mereka memiliki modal yang kuat dan teknologi yang
maju. Selain itu, harga produk industri negara maju dinilai
terlalu mahal (tinggi) dibanding harga bahan-bahan mentah
yang dihasilkan negara berkembang.
• Untuk melindungi industri dalam negeri yang baru tumbuh.
Industri seperti ini tidak akan mampu bersaing dengan
industri negara lain yang sudah maju dan berpengalaman.
• Untuk membuka lapangan kerja. Dengan melakukan proteksi,
industriindustri di dalam negeri dapat tetap hidup dan dengan
demikian mampu membuka lapangan kerja bagi masyarakat.
• Untuk menyehatkan neraca pembayaran. Agar terhindar
dari defisit dalam neraca pembayaran, negara dapat
menggunakan kebijakan perdagangan proteksionis,
caranya dengan meningkatkan ekspor.
• Untuk meningkatkan penerimaan negara. Dengan
mengenakan tarif tertentu terhadap produk impor dan
ekspor, negara dapat meningkatkan penerimaan.
Kebijakan perdagangan proteksionis dapat dilakukan
suatu negara dengan membuat berbagai hambatan atau
rintangan. Hambatan-hambatan tersebut adalah:
Kuota Impor
kebijakan yang menetapkan batas jumlah barang yang
boleh diimpor, dengan tujuan melindungi produksi dalam
negeri. Dengan demikian, setelah mencapai jumlah
tertentu dalam suatu periode, pengimpor dilarang
menambah jumlah barang yang diimpor.
Kuota Ekspor
kebijakan menetapkan batas jumlah barang yang dapat
diekspor dengan tujuan menjamin persediaan barang
tersebut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Subsidi
kebijakan dengan cara memberikan subsidi (tunjangan)
kepada perusahaan yang memproduksi barang ekspor,
sehingga harga barang dari perusahaan tersebut bisa
bersaing dengan barang luar negeri. Dengan kata lain,
pemberian subsidi akan membuat harga jual barang
menjadi lebih murah dan mampu bersaing dengan harga
jual barang luar negeri.
Tarif impor
Tarif impor adalah kebijakan mengenakan tarif atau bea
terhadap barang yang diimpor agar harga barang impor
menjadi lebih mahal. Dengan demikian, perusahaan dalam
negeri yang menghasilkan barang sejenis bisa bersaing
dengan barang impor. Pada umumnya, tarif impor
dikenakan dalam bentuk persentase dari nilai barang yang
diimpor, misalnya 10% atau 20%. Untuk bahan-bahan
baku industri, suatu negara biasanya akan mengenakan
tarif impor yang rendah atau bahkan 0%. Tarif impor
dikenal dengan istilah pajak impor atau bea masuk.
Tarif Ekspor
Tarif ekspor adalah kebijakan mengenakan tarif atau bea
terhadap barang yang diekspor dengan tujuan untuk
merangsang ekspor. Dengan demikian, umumnya tarif
dapat dikenakan sangat rendah atau bahkan 0%. Istilah
lain dari tarif ekspor adalah pajak ekspor atau bea keluar.
Kebijakan tarif ekspor dan tarif impor, selain digunakan
sebagai alat proteksi, juga bermanfaat menambah
penerimaan negara, karena dengan adanya tarif, negara
akan menerima sejumlah uang
Premi
Premi adalah kebijakan berupa pemberian hadiah atau
penghargaan kepada perusahaan yang mampu
memproduksi barang dengan kualitas tinggi dan kuantitas
(jumlah) tertentu. Pemberian premi diharapkan bisa
memacu produsen dalam negeri untuk bersaing dalam
meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya.
Diskriminasi Harga
kebijakan melalui penetapan harga produk secara
berlainan untuk satu negara dengan negara lainnya.
Kebijakan ini dilakukan salah satunya dalam rangka
perang tarif.
Larangan Ekspor
Larangan ekspor adalah kebijakan melarang ekspor untuk
barangbarang tertentu dengan pertimbangan ekonomi,
politik dan sosial budaya. Dengan pertimbangan ekonomi,
suatu negara melarang mengekspor bahan-bahan baku
industri yang dibutuhkan di dalam negeri.
Larangan Impor
Larangan impor adalah kebijakan melarang impor untuk
barang-barang tertentu dengan beberapa alasan. Alasan-
alasan tersebut di antaranya adalah untuk melindungi
industri dalam negeri, untuk membalas kebijakan
perdagangan negara lain dan untuk menghemat devisa.
Dumping
Dumping adalah kebijakan menjual suatu barang di luar
negeri dengan harga yang lebih murah dibandingkanb
harga di dalam negeri. Tujuan kebijakan ini adalah
memperluas dan menguasai pasar. Dumping bisa
dilakukan bila terdapat aturan(hambatan) yang jelas dan
tegas sehingga konsumen di dalam negeri tidak bisa
membeli barang (yang didumping) dari luar negeri.