Anda di halaman 1dari 10

BAB 1 KONSEP ETIKA

Asshiddiqie menyatakan bahwa secara umum, etika atau ethics merupakan salah satu cabang
filsafat yang memperbincangkan tentang perilaku benar (right) dan baik (good). Etika
berkaitan dengan “doing the right things”, tidak sekadar “doing things right”. Konsep doing
the rights things memperhatikan adanya tanggung jawab sosial dalam setiap tindakannya.
Artinya, ada hak dan kepentingan pihak lain yang harus diperhitungkan saat memutuskan
untuk melakukan suatu tindakan

Etika dijabarkan dalam norma, prinsip moral, atau nilai yang diyakini sebagai kebenaran dan
dijadikan pedoman oleh seseorang dalam berperilaku dan melakukan perbuatan.

NORMA, PRINSIP, MORAL, DAN NILAI


Norma, prinsip moral, dan nilai adalah sesuatu yang diyakini sebagai suatu kebenaran,
kebaikan, dan kemuliaan dalam berperi-kehidupan. Etika berkaitan dengan pedoman perilaku
dalam publik. Etika bersumber pada norma, prinsip moral dan nilai. Masyarakat, organisasi,
profesi bahkan para filsuf di bidang tertentu, misalnya politik, ekonomi, dan hukum banyak
mengembagkan norma, prinsip moral, dan nilai yag seharusnya dianut oleh kelompok atau
bidang ilmu yang bersangkutan. Pada akhirnya norma, prinsip moral, dan nilai tersebut
dijabarkan dalam bentuk kode etik.

Asshiddiqie mengklasifikasika filsafat etika ke dalam 4 cabang etika berikut.

 Etika deskriptif
 Etika normatif
 Etika terapan
 Etika meta

Etika deskriptif berkenaan dengan perilaku benar dan baik sebagaimana yang dipikirkan
orang. Etika deskriptif mencakup berbagai kajian filsafat dan teori, misalnya ekonomi,
politik, dan hukum.

Etika normatif atau etika preskripsi merupakan perilaku yang dinilai sudah seharusnya
demikian. Etika normatif berhubungan dengan kepercayaan atau keyakinan. Etika terapan
berkenaan dengan pengetahuan tentang moral dan bagaimana perwujudannya dalam praktik.
Etika dalam bisnis dan profesi adalah salah satu dari perwujudan etika terapan. Etika meta
atau epistomologi moral berkaitan dengan hakikat pernyataan-pernyataan moral, terutama
mengenai konsep-konsep dan teori-teori etika yang terkait. Etika mea menjelaskan hakikat
pernyataan moral, terutama tentang konsep dan teorinya.
SUMBER ETIKA
Sumber etika dapat bermacam-macam. Paling tidak, terdapat dua hal tentang sumber etika
yang dapat dibahas, yaitu pihak-pihak dengan siapa seseorag dapat belajar etika dan ajaran-
ajaran yang dapat digunakan sebagai rujukan etika.

Individu adalah pelaku akhir dari norma, prinsip moral, atau nilai yang secara keseluruhan
disebut dengan etika. Tindakan etis dipengaruhi oleh pengertian dan emosi para pelakunya.
Karena adanya proses pembelajaran, tindakan etis juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Gambar 1.1 menunjukan interaksi antara individu dan pihak-pihak lain dalam kaitannya
dengan penerapan etika. Selain interaksi antara individu dan pihak-pihak lain dalam
kaitannya dengan penerapan etika. Selain interaksi berbagai pihak, gambar 1.1 juga
menunjukkan ajaran-ajaran yang dapat digunakan sebagai rujukan bagi seseorang dalam
berperilaku. Keserakahan dan ketakutan merupakan kendala yang berasal dari dalam diri
seseorang saat menerapkan etika. Kesempatan dan konsekuensi adalah kendala yang berasal
dari luar individu.

Keluarga merupakan sumber utama dan pertama dalam pembelajaran etika. Masyarakat
merupakan pihak kedua sebagai sumber pengetahuan etika. Masyarakat dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu kelompok kecil dimana seseorang dan keluarganya menjadi anggota dan
masyarakat secara luas.

Organisasi tempat seseorang berkecimpung dan mengembangkan karier merupaka sumber


ketiganya untuk mengenal dan menerapkan etika. Lingkungan juga termasuk sebagai pihak
tempat seseorang dapat belajar tentang etika.

Bisnis dan Profesi sebagai Sumber Etika


Salah satu konsep utama Adam Smith adalah sistem ekonomi pasar adalah adanya pembagian
kerja. Konsep ini meluas dan semakin banyak variasinya. Pembagian kerja menghasilkan
keahlian.

Pada dasarnya, perusahaan adalah organisasi bisnis yang mengikat orang-orang yang
mempunyai tujuan sama, yaitu menghasilan dan memasarkan suatu barang dan jasa tertentu.
Profesi adalah suatu organisasi keahlian dengan minat yang sama. Organisasi atau profesi itu
sendiri, sebagai satu kesatuan, merupakan pihak yang berperilaku dalam masyarakat. Perilaku
dijabarkan dalam tindakan. Sementara, tindakan adalah hasil dari pengambilan keputusan.
Tujuan menjadi dasar dari pengambilan keputusan dan tindakan.

Lingkungan sebagai Sumber Etika


Pada dasarnya, lingkungan mengatur dirinya sendiri melalui perputaran antar-makhluk agar
keseimbangang hidup dapat terjaga sepanjang waktu. Keseimbangan itu ternoda oleh
intervensi manusia. Upaya yang saat ini digencarkan adalah menjaga keseimbangan
lingkungan sehingga menjamin keberlanjutan kehidupan.

Upaya untuk menjaga keseimbangan dapat dilakukan dengan motivasi, teknologi, dan aturan
(regulasi). Teknologi yang dikembangkan melalui kemajuan ilmu pengetahuan berpengaruh
terhadap cara berproduksi dan memasarkan suatu produk. Awalnya, teknologi tersebut justru
berpengaruh negatif terhadap lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan hidup menjadi
perhatian masyarakat dan negara. Betuk perhatian tersebut terwujud dengan dikeluarkannya
suatu regulasi, terutama yang berkaitan dengan cara berproduksi. Tujuan dari regulasi
tersebut adalah untuk menjaga keseimbangan lingkungan dan mencegah kerusakan lebih
lanjut. Sementara, sebagai penjabaran dari tanggung jawab sosialnya, perusahaan mulai
berinisiatif untuk menjalankan kegiatan usaha dengan memperhatikan upaya keseimbangan
dan keberlanjutan lingkungan. Di antara upaya tersebut, yaitu dengan meciptakan teknologi
yang ramah lingkungan. Melalui program-program yang diselenggarakan, perusahaan juga
aktif memperbaiki ekosistem. Motivasi untk berusaha dengan teta memperhatikan kondisi
lingkungan merupakan dasar terbentuknya etika.

Negara sebagai Sumber Etika


Setiap negara didirikan atas dasar konstitusi sebagai sumber hukum. Etika diinspirasi dari
konstitusi, hukum, dan agama. Jika dicermati, konstitusi Indonesia sebetulnya juga sekaligus
seagai sumber perilaku. Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945 menyatakan, “bahwa
sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak seala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di
atas dunia harus diapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.
Kata “kemerdekaan” dalam kalimat tersebut dapat diartikan juga sebagai kebebasan.

Kata “penjajahan” tidak hanya diartikan sebagai penjajahan oleh negara terhadap negara lain.
Penjajahan juga dapat diinterpretasikan sebagai eksploitasi seseorang terhadap orang lain.
Eksploitasi inilah yang harus dibebaskan dalam kehidupan bernegara. Selain meningkatkan
kesejahteraan umum, perikemanusiaan dan perikeadilan juga sekaligus sebagai tujuan
bernegara. Perikemanusiaan berart memanusiakan orang-oranng yang menjadi warga negara.
Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, perikeadilan dapat diartikan sebagai alokasi sumber
daya yang tepat dengan mengusahakan agar seseorang memperoleh haknya.

Pancasila sebagai dasar negara dan pedoman hidup berbangsa dan bernegara sarat dengan
nilai-nilai keutamaan. Jika pedoman hidup tersebut menjadi dasar untuk bersikap,
berperilaku, dan berbuat dalam kehidupan bermasyarakat, nilai-nilai kesalehan, kemnusiaan,
nasionalisme, gotong-royong, dan keadilan sosial sudah akan terkandung dalam setiap hati
nurani rakyat Indonesia.

Agama sebagai Sumber Etika


Seperti terlihat dalam gambar 1.1, pengetahuan atau pengertian seseorang tentang etika dapat
diperoleh dari ajaran-ajaran agama, budaya, hukum, filsafa tentang etika, dan sistem ekonomi
yang dianut. Bagian ini akan membahas mengenai agama, hukum, dan etika terutama dalam
keterkaitannya satu sama lain.

Norma atau kaidah merupakan perkembanga dari nilai yang diidealkan sebagai kebaikan,
keluhuran, dan kemuliaan. Norma atau kaidah dapat dibedakan menjadi norma agama, norma
hukum, dan norma etika. Assiddiqie membagi norma atau kaidah menjadi 5 kategori
berdasarkan idealisme tentang baik dan buruk dalam Agama Islam. Berikut ini yang termasuk
dalam kelima kategori tersebut.

 Wajib (keharusan)
 Haram (larangan)
 Sunah (anjuran untuk melakukan atau anjuran positif)
 Makruh (anjuran untuk tidak melakukan atau anjuran negatif)
 Mubah (kebolehan)

Hazairin dalam assiddiqie menyatakan jika dikaitkan dengan kelima kaidah tersebut, norma
hukum hanya bersangkutan dengan 3 hal berikut.

 Kaidah kewajiban
 Kaidah larangan
 Kaidah kebolehan

Sementara, norma etika hanya mencakup kaidah anjuran positif, anjuran negatif, dan
kebolehan.

SISTEM EKONOMI
Sistem ekonomi adalah konsep pemikiran dasar yang dianut oleh suatu negara mengenai
bagaimana ekonomi suatu negara akan diatur. Dalam sistem ekonomi mana pun, pernyataan
tentang apa yang diatur adalah sama , yaitu sumber daya ekonomi yang dimiliki negara
tersebut. Tujuannya juga sama, yaitu kemakmuran, keadilan dan peningkatan martabat
kemanusiaan bagi warganya.
Perbedaan utama dalam sistem ekonomi terdapat dalam jawaban dari pernyataan mengenai
siapa dan bagaimana mengatur ekonomi. Dalam sistem ekonomi pasar, jawaban dari
pernyataan tentang siapa yang mengatur, yaitu pribadi-pribadi yang menjadi warga suatu
negara dan negara diperkenankan untuk melakukan intervensi dalam hal-hal tertentu.
Pengakuan atas hak kepemilikan pribadi merupakan sumber hukum untuk pengaturan
tersebut. Dalam sistem ekonomi pasar, pertanyaan tentang bagaimana mengatur
perekonomian dijawab dengan mekanisme pasar. Perekonomian diatur melalui mekanisme
pasar dengan tangan-tangan silumannya. Penerapan etika (dan juga hukum) menyangkut
masalah “siapa” dan “bagaimana” pengaturan dilakukan agar tujuan bernegara dapat dicapai.

Selain sistem ekonomi, sistem-sistem lain yang dianut oleh sutu negara, seperti sistem politik,
hukum, dan sosial juga merupakan sumber etika.

KESERAKAHAN DAN KETAKUTAN


Kendala yang dihadapi oleh seseorang dalam menerapkan etika adalah adanya sifat serakah
yang merupakan sifat dasar manusia. Keserakahan mendorong individu untuk melanggar
prinsip-prinsip moral yang seharusnya dianut. Keserakahan menimbulkan egoisme dimana
kepentingan pribadi yang berlebihan menjadi acuan utama dalam bertindak. Umumnya,
keserakahan berkaitan dengan hal-hal duniawi. Keinginan (nafsu) untuk memiliki atu
mnguasai sumber-sumber keserakahan tersebut mengakibatkan orang meninggalkan norma-
norma yang berlaku.

Ketakutan merupakan penyebab utama keserakahan. Rasa takut karena merasa tidak aman
atau rasa takut karena tidak adanya kepastian membuat seseorang berusaha melakukan segala
upaya untuk meraihnya. Kalimat “segala upaya” dapat meliputi hal-hal yang bertentangan
dengan nilai-nilai yang seharusnya dianut. Umumnya, ketakutan terhadap rasa aman atau
kepastian derkaitan dengan hal-hal negatif yang sudah atau akan terjadi.

KSEMPATAN DAN KONSEKUENSI


Kesempatan atau peluang dapat menjadi pemicu seseorang untuk melanggar etika.
Masyarakat yang permisif terhadap pelanggaran norma atau karena penyimpangan nilai yang
telah dilakukan oleh sebagian besar anggota kelompok yang bersangkutan merupakan
kesempatan bagi seseorang untuk ikut melanggar prinsip-prinsip moral yang berlaku.
Misalnya, jika korupsi telah dilakukan oleh sebagian besar orang, para pelakunya akan
beranggapan bahwa hal tersebut bukan lagi sebagai pelanggaran etika. Kesempatan juga
dapat berasal regulasi atau aturan yang di dalamnya masi memberikan celah bagi seseorang
untuk melakukan moral hazard. Kesempatan tergantung pada desain dan pelaksanaan aturan
atau regulasi.

Konsekuensi adalah akibat atau sanksi yang diberikan kepada seseorang jika ia ketahuan
melanggar etika. Konsekuensi dapat berupa probabilitas diketahuinya (tertangkapnya) suatu
pelangggaran. Jika probabilitas ketahuan ternyata rendah, orang akan cederung untuk
melanggar peraturan yang ada. Probabilitas ketahuan dipengaruhi oleh efektivitas pemaksaan
aturan. Selain itu, jika sanksi yang diberikan terhadap suatu pelanggaran berada pada level
ringan, hal ini juga akan mendorong seseorang untuk melakukan penyimpangan. Orang akan
menghitung biaya-manfaat dari pelanggaran etika tersebut. Konsekuensi pelanggaran etika
ditentukan oleh desain aturan dan daya paksa dalam pelaksanaannya.

SIKAP, PERILAKU, DAN PERBUATAN


Tujuan utama dari pembelajaran tentang norma, prinsip moral, dan etika adalah agar kaidah-
kaidah yang tercantum di dalamnya dapat direfleksikan dalam perbuatan seseorang di
masyarakat. Perbuatan-perbuatan seseorang menentukan penilain masyarakat (kelompok
sosial lain) tentang baik-buruk atau benar-salahnya perbuatan orang tersebut. Mengacu pada
model yang dikembangkan oleh Mc Shane dan Von Glinow yang dikutip oleh Wibowo dan
model Stephen P. Robbin da Timothy A. Judge hubunan antara elemen-elemen tersebut dapat
dinyatakan seperti dalam gambar 1.2.

Berdasarkan gambar 1.2, seseorang di masyarakat selalu dihadapkan pada peristiwa,


kejadian, keadaan, atau fenomena yang harus dihadapi dengan menggunakan kriteria norma,
prinsip moral, nilai, dan etika. Peristiwa, kejadian, keadaan, atau fenomena yang mendorong
munculnya kepentingan pribadi disebut dengan godaan. Godaan dalam bentuk kepentingan
pribadi memperoleh teman dalam diri seseorang yang disebut denggan keserakahan dan
ketakutan. Dari luar, godaan dibantu oleh kesempatan dan konsekuensi.

Godaan harus dihadapi oleh seseorang melalui sikap. Norma, prinsip moral, nilai, atau etika
yang tertanam dalam hati sanubari seseorang, merespons godaan melalui keyakinan dengan
proses kognitif. Mc shane dan Von Glinow mendefinisikan keyakinan sebagai persepsi atas
objek sikap yang diyakini sebagai kebenaran. Perasaan merupaka evaluasi terhadap suatu
objek sikap. Perasaan adalah hasil dari proses emosional. Intensi dalah motivasi untuk terikat
dalam perilaku menurut objek sikap.
Sikap oleh Kreitner dan Kinichi dalam Wibowo didefinisikan sebagai suatu kecenderungan
yang dipelajari untuk merespons secara konsisten dengan cara menyenangkan atau tidak
menyenangkan, berkenaan dengan suatu objek tertentu. Seperti terlihat dalam Gambar 1.2,
sikap ditentukan oleh 3 faktor, yaitu, keyakinan, persaan, dan intensi. Sikap akan
memengaruhi perilaku seseorang.

Pada dasarnya, perilaku merupakan bentuk pengubahan dari “kecenderungan” yang


tercantum dalam definisi sikap menjadi maksud dan harapan untuk bertindak dan bereaksi
terhadap suatu objek kalimat “maksud” dan “harapan” menunjukkan bahwa respons telah
berubah dari tahap “kecenderungan” menjadi tahap yang lebih tegas tentang posisi yang akan
diambil, yaitu tahap “bermaksud” atau “berharap”. Perilaku tercermin dalam karakter atau
watak seseorang. Perilaku mencerminkan kepribadian orang tersebut.

Walaupun posisi menjadi lebih tinggi, tetapi belum tentu perilaku akan betul-betul
dilaksanakan dalam bentuk perbuatan. Realisasi dilakukan melalui pengambilan keputusan
oleh diri orang itu sendiri. Pengambilan keputusan merupakan proses rasionalisasi dari
perilaku. Dalam proses rasionalisasi, banyak faktor lain yang dipertimbangkan, misalnya
faktor ekonomi, politik, dan lingkungan. Perbuatan dilakukan untuk merespons fenomena
atau objek yang dihadapi.

ETIKA BISNIS
Etika bisnis merupakan salah satu cabang dari etika terapan. Namun, etika bisnis tidak dapat
lepas dari konsep-konsep etika yang lain, seperti agama, budaya, dan filsafat-filsafat etika
yang mendasarinya. Assddiqie menyebutkan bahwa etika bisnis, pada dasarnya, mengatur
tetang batasan-batasan perusahaan dalam mencapai tujuan untuk mencari keuntungan.
Kaidah-kaidah dalam sistem ekonomi juga harus diperhatikan dalam pengembangan etika
bisnis karena bisnis merupakan bagian dari sistem ekonomi pasar. Kaidah utamanya, yaitu
bisnis harus dilakukan secara sah, tidak boleh merugikan orang lain, harus menghindari
kecurangan, dan menghindari penipuan. Kaidah tersebut sesuai dengan yang diajarkan oleh
Adam Smith, pencetus sistem ekonomi pasar.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 33 Tahun 2014 mengharuskan perrusahaan-
perusahaan yang tercatat di bursa dan perusahaan publik agar mempunyai kode etik yang
berlaku bagi anggota direksi, anggota komisaris, karyawan/pegawai, dan seluruh pendukung
organ perusahaan. Kode etik yang diwajibkan dalam peraturan tersebut paling tidak memuat
hal-hal berikut.

 Prinsip pelaksanaan tugas, yaitu iktikad baik, penuh tanggung jawab, dan kehati-
hatian
 Sikap jika terdapat benturan kepentingan

Pergeseran pengaturan kode etik dari ranah pribadi atau organisasi ke dalam bentuk regulasi
membawa konsekuensi pemaksaan karena adanya sanksi jika tidak dilaksanakan. Dalam
praktik bisnis, terdapat banyak persoalan etika yang dulunya merupakan masalah hati nurani,
kemudian diambil alih oleh pihak otoritas menjadi suatu regulasi. Etika bisnis (dan juga
profesi) berbeda dengan etika sosial atau agama. Etika bisnis sarat dengan benturan
kepentingan dan sifat oportunistis yang terkandung dalam diri seseorang. Skandal bisnis yang
banyak terjadi adalah akibat dari kedua hal ini. Regulasi merupakan salah satu cara untuk
mencegahnya.

ETIKA PROFESI
Dalam mengembangkan usahanya, seorang pengusaha akan selalu memerlukan 3 pihak yang
dipercaya untuk mendampinginya, yaitu bank, pengacara, dan akuntan publik. Ketiga pihak
inilah yang akan selalu dibawah oleh seorang pengusaha ke mana pun ia pergi. Oleh karena
itu, pengembangan bidang-bidang tersebut akan sejalan dengan pengembangan bisnis. Bank
diperlukan karena unsur pendanaan. Pengusaha akan memilih bank yang ia percaya untuk
mendanai usahanya. Pengacara dibawa karena nasihat hukum yang dia perlukan. Pengusaha
menginginkan agar dalam setiap tindakannya tidak terdapat pelanggaran hukum. Akuntan
publik diperluka untuk memberikan pernyataan tentang kewajaran atas pertanggungjawaban
keuangannya sehingga ia tidak disalahkan oleh para investor.

Terkait akuntan publik, fungsi yang diemban adalah fungsi kuasa. Posisi akuntan publik
sebetulnya adalah pemegang amanah dari pemegang saham dan stakeholder lain untuk
memastikan bahwa pertanggungjawaban keuangan perusahaan oleh manajemen telah
dilaksanakan dengan baik. Audit yang dilakukan akuntan publik terhadap laporan keuangan
perusahaan adalah untuk kepentingan pemegang saham dan stakeholder lain tersebut.

Sebagai pemegag amanah, akuntan publik harus dapat dipercaya oleh pemberi amanah, yaitu
pemegang saham dan stakeholder yang lain. Kepercayaa tersebut hanya dapat diperoleh jika
akuntan publik mempunyai dan melaksanakan aturan-aturan etika yang dapat meyakinkan
pemberi amanah bahwa pekerjaan (audit) yang mereka berikan akan dilaksanakan dengan
baik. Perancangan, pengawasan, dan pemantauan etika dilakukan oleh organisasi profesi
yang menaungi para akuntan publik. Etika profesi akuntan bukan sebuah aturan tersendiri.
Etika profesi berkaitan dengan konsep-konsep etika yang lain. Di Indonesia, organisasi
tersebut adalah Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Setiap akuntan publik harus
menjadi anggota IAPI dan harus mematuhi kode etik yang dikeluarkan oleh organisasi
tersebut. Sebagai organisasi regulasi mandiri, IAPI juga diberi kewenangan untuk mengadili
pelanggaran etika oleh anggota-anggotanya.

Seperti halnya etika bisnis, beberapa bagian dari etika profesi akuntan publik juga mulai
diambil alih oleh regulasi. Salah satu contohnya adalah pengaturan tentang syarat-syarat
independensi akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan historis perusahaan. Juga
pembatasan tentang jasa-jasa profesional lain yang dapat dikerjakan oleh akuntan publik
bersamaan denga audit umum laoran keuangan historis. Ketentuan tentang rotasi partner
penanggung jawab audit dan jangka waktu jeda yang diperlukan sebelum akuntan publik
dapat melakukan audit jika terjadi perpindahan partner atau pegawai kunci di antara kantor
akuntan publik dan perusahaan merupakan contoh lain.

ETIKA MURNI DAN ETIKA ORGANISASI


Etika murni berlaku bagi individu. Dasar pertimbangannya adalah norma, prinsip moral dan
nilai yang tertanam dalam hati nurani, sementara, etika organisasi adalah kode etik atau
pernyataan nilai yang dianut oleh organisasi.

Organisasi bisnis dan organisasi profesi termasuk dalam kategori ini. Etika organisasi
dijadikan sebagai pedoman berperilaku dan melakukan perbuatan bagi organisasi yang
bersangkutan yang pelaksanaannya akan dilakukan oleh individu-individu yang menjadi
anggotanya. Diharapkan adanya kekongruenan (kesesuaian) antara etika organisasi dan etika
murni yang dianut individu. Namun, kenyataannya tidak selalu demikian. Etika organisasi
merupakan bagian dari kontrak antara organisasi dan individu yang menjadi anggotanya.

Bisnis atau profesi dapat menjadi sumber etika bagi individu. Tentu saja, perilaku yang
diharapkan darinya adalah perilaku dalam kaitannya dengan pekerjaan yang dilakukan, yaitu
berbisnis atau berprofesi. Sebagai suatu entitas, bisnis atau profesi perlu mempunyai etika
tersendiri yang disebut dengan etika bisnis atau etika profesi. Etika yang berlaku untuk bisnis
atau profesi sebagai entitas dapat dikategorikan sebagai etika organisasi. Pelaksanaan etika
yang berlaku untuk individu dibimbing oleh hati nurani karena etika pada dasarnya adalah
kata hati. Etika untuk individu yan berasal dari hati nurani dapat dikategorikan sebagai etika
murni. Etika bisnis atau etika profesi dibuat utuk organisasi yang bersangkutan.

PENGENDALIAN DIRI
Aristoteles, dalam Hernoko, menyatakan bahwa keadilan adalah kebajikan yang utama.
Cisero, dalam buku yang sama, menyatakan bahwa orang dinilai orang baik atau buruk
berdasarkan tiga kebajikan moralnya, yaitu keadilan, pengendalian diri, dan sopan santun.
Pembahasa mengenai pengendalian diri biasanya akan cukup menarik karena perilaku dan
perbuatan etis, pada dasarnya, sangat dipengaruhi oleh kemampuan seseorang dalam
mengendalikan dirinya.

Pengendalian diri merupakan kunci dalam mengatasi persoalan etika. Terdapat dua perangkat
yang dapat digunaka sebagai pengendalian diri, yaitu kemampuan nalar dan kata hati nurani.
Kedua perangkat ini tentu saja tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Nalar berkemampuan
untuk menilai perilaku atau perbuatan yang benar atau salah. Nalar memerlukan rasionalitas
dan kriteria, misalnya regulasi atau kontrak. Dasar penilaiannya adalah untung-rugi atau
manfaat-mudarat bagi diri seseorang karea setiap orang berusaha untuk memaksimalkan
kesejahteraannya. Memaksimalkan kesejahteraan merupakan intensi mengapa motivsi
digerakkan.

Persoalan etika bermula dari pengendalian diri yang bertujuan untuk menjauhkan diri dari
keserakahan, mengatasi ketakutan, dan untuk tidak memanfaatkan kesempatan dan
konsekuensi. Persoalan etika adalah menjalani kehidupan seperti air mengalir di sungai, yang
pada akhirnya sampai pada tujuan yang diinginkan, yaitu laut. Persoalan etika adalah
menghindarkan kehidupan yang mengalir itu dari benturan-benturan dengan bebatuan dan
karang, walau kadang memang harus dihadapi. Air deras bukan sesuatu yang harus ditakuti.
Bahkan, air deras dapat mempercepat kita sampai di tujuan.
PERTANYAAN ESSAI
1. Coba anda jelaskan apa yang dimaksud dengan etika?
2. Jelaskan yang anda ketahui mengenai moralitas?
3. Apa saja contoh keutamaan dalam Teori keutamaan adalah?
4. Etika bisnis dapat dilaksanakan dalam tiga tahapan, sebutkan dan jelaskan tahapan
tersebut?
5. Beberapa prinsip etika diantaranya prinsip keujuran, jelaskan?
6. Jelaskan tentang prinsip saling menguntungkan?
7. Jelaskan tentang etika utilitarisme?
8. Jelaskan bentuk-bentuk permasalahan etika bisnis dewasa ini.Dan berikan jawaban
anda disertai dengan contohnya?
9. Apakah menurut anda jika suatu perusahaan mematuhi berbagai ketentuan dalam
bidang etika bisnis maka perolehan keuntungannya akan terjadi penurunan.Berikan
penjelasan anda disertai dengan contohnya?
10. Jelaskan mengapa suatu perusahaan harus menerapkan etika bisnis?

Anda mungkin juga menyukai