Disusun Oleh:
Nama : Nova Syafni, M. Farm, Apt
NIP : 198404182019032015
Jabatan : Dosen Asisten Ahli
Instansi : Universitas Andalas
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
ISOLASI α-MANGOSTIN DARI KULIT BUAH MANGGIS
(Garcinia mangostana L)
Tujuan
Setelah melakukan praktikum objek ini, mahasiswa dapat mengetahui tahapan metoda
pemisahan dalam mengisolasi senyawa metabolit sekunder, khususnya α-mangostin, dari kulit
buah manggis dan cara mengidentifikasi senyawa hasil isolasi.
Capaian pembelajaran
a. Memahami proses ekstraksi, isolasi dengan menggunakan kolom kromatografi.
b. Memahami cara mengidentifikasi senyawa hasil isolasi.
Pendahuluan
Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah tumbuhan tropis yang berupa pohon dan
termasuk dalam famili Guttiferae. Manggis tersebar luas di daerah Asia Tenggara, Indonesia
khususnya Sumatera Barat memiliki beberapa daerah yang terkenal sebagai penghasil manggis
diantaranya Kabupaten Limapuluh Kota, Agam, Sijunjung, Solok Selatan dan Pesisir Selatan.
Buah manggis dikenal sebagai queen of fruits karena rasa, tekstur, dan aroma buahnya yang
unik, namun 75% dari bagian buah manggis adalah pericarp (kulit buah) yang tidak
dimanfaatkan. Selain memiliki nilai ekonomi yang tinggi manggis juga digunakan sebagai obat
tradisional. Penggunaan tradisional yang dilaporkan yaitu untuk mengobati diare, disentri,
kolera, infeksi kulit, luka, sakit perut, dan demam.
Kulit buah manggis kaya dengan metabolit sekunder golongan xanthone, terutama
isoprenilated xanthone. Xanthone termasuk ke dalam senyawa golongan polyphenol dan
memiliki struktur hampir mirip dengan flavonoid. Proses biosinthesis xanthone di alam melalui
jalur shikimat dan asetat. Berdasarkan senyawa xanthone yang disiolasi dari bahan alam, maka
xanthone dapat diklasifikasikan atas simple xanthones, xanthone glycosides, prenylated
xanthones, xanthonolignoids, bisxanthones, dan miscellaneous xanthones. Senyawa xanthone
yang utama pada kulit buah manggis adalah α-mangostin. Selain itu juga terdapat senyawa
metabolit sekunder yang lain diantaranya: mangosenone F, β-mangostin, γ-mangostin, gartanin,
isogarcinol, garcinoxanthone A-G, 3-isomangostin, smeathxanthone, mangostenone D, garcinone
E, 9-hydroxycalabaxanthone, garciniafuran, garcinon C dan D, mangostanaxanthone III dan IV,
aromadendrin-8-C-β-D-glucopyranoside, maclurin-6-O-β-D-glucopyranoside, epicatechin.
Beberapa hasil penelitian melaporkan aktivitas α-mangostin sebagai berikut: menghambat
aktivitas α-glucosidase (IC50 1.5 μM), anticholinesterase (IC50 1.31μM), antimicroba,
antiinflamasi, antioksidan, anti proliferasi, antineoplastik, menginduksi apoptosis, antiviral (virus
demam berdarah), antiobesias. Sebagai anti kanker, α-mangostin telah diujikan pada beberapa sel
kanker yaitu sel kanker payudara, paru-paru, usus besar (colon), prostat, gastric, pankreas,
melanoma, colorectal, dan hati (hepatic cancer cells). Selain itu α-mangostin juga dapat
diaplikasikan sebagai kosmetik yang memiliki efek sebagai anti-aging, anti keriput, pengobatan
jerawat, menjaga kelembutan dan melindungi kulit.
Gambar 1. Skema tahapan isolasi α-mangosten dari kulit buah manggis. A. Pohon manggis dengan bagian dari
daun dan buahnya; B. Kulit buah manggis sebagai objek praktikum; C. Serbuk kulit buah manggis kering yang telah
digrinder; D. Kolom silika kromatografi dengan preadsorpsi ekstrak kulit buah manggis; E. Vial hasil kolom
kromatografi; F. KLT ekstrak kulit buah manggis dan α-mangostin terpurifikasi; G. Struktur senyawa α-mangostin.
Pada praktikum ini akan dilakukan isolasi senyawa utama pada kulit buah manggis, α-
mangostin, dengan menggunakan metoda kromatografi. Kromatografi merupakan salah satu
metoda pemisahan yang dilakukan dalam mengisolasi senyawa bahan alam dari ekstrak yang
kompleks. Proses ektraksi dilakukan dengan metoda maserasi, dimana simplisia kulit buah
manggis direndam menggunakan pelarut organik (misalnya etil asetat) selama beberapa hari (2-3
hari) dan berulang-ulang (bisa dilakukan 2-3 kali). Pada kesempatan ini, silika gel digunakan
sebagai fase diam dan fase gerak menggunakan campuran pelarut organik. Proses pemisahan
senyawa dilakukan berdasarkan tingkat kepolaran senyawa yang terdapat pada ekstrak.
Campuran pelarut n-heksan dan etil asetat digunakan sebagai eluen (fase gerak), maka senyawa
yang bersifat non polar akan terpisah terlebih dahulu kemudian diikuti dengan senyawa semi
polar. Jika kepolaran eluen ditingkatkan maka senyawa polar akan ikut terelusi. Hasil pemisahan
dengan menggunakan kolom kromatografi kemudian dikoleksi (ditampung dengan vial). Untuk
menentukan senyawa target isolasi telah diperoleh atau masih di dalam kolom maka dapat
dimonitor dengan menggunakan KLT.
Metoda
Alat: Kolom kromatografi, silika gel, KLT/TLC plate (plate kromatografi lapis tipis/thin layer
chromatography), TLC chamber, vial, Erlenmeyer 1L / botol 500 mL untuk ektraksi, Erlenmeyer
1L untuk menampung maserat, labu rotary, corong, rotary evaporator, penotol (micro capillary).
Bahan: simplisia kulit buah manggis, etil asetat, n-heksan, kertas saring.
Cara kerja
1. Timbang 50 g simplisia kulit buah manggis yang telah dihaluskan, masukkan dalam
Erlenmeyer/botol untuk ekstraksi.
2. Masukkan 500 mL etil asetat, kemudian aduk secara perlahan selama 30 menit kemudian
tutup Erlenmeyer/botol dan simpan di tempat yang tidak terpapar cahaya matahari langsung.
Lakukan maserasi selama 3 hari dan aduk selama 30 menit setiap harinya.
3. Setelah 3 hari ekstraksi, saring dan pisahkan maserat dengan sampel. Lakukan maserasi
kedua dengan 500 mL etil asetat. Lakukan proses ekstraksi sama seperti tahap pertama.
4. Saring ekstraksi yang kedua, kemudian gabung maserat pertama dan kedua. Setelah itu,
uapkan pelarut dengan menggunakan rotary evaporator sampai kental (semua pelarut
menguap). Timbang ekstrak.
5. Lakukan persiapan pembuatan preadsorpsi untuk silika gel kolom kromatografi; silika gel
yang dibutuhkan untuk preadsorpsi yaitu 1-2 x berat ekstrak. Proses pembuatan
preadsorbsi: larutkan ekstrak dengan dengan etil asetat atau metanol sampai semua ekstrak
terlarut dengan sempurna kemudian tambahkan silika gel, uapkan dengan rotary evaporator.
6. Persiapan untuk kolom kromatografi: bersihkan kolom kromatografi kemudian bagian yang
dekat dengan kran ditutup dengan kapas dari dalam kolom dan timbang silika gel 20 x berat
preadsorpsi.
7. Pembuatan bubur silika: silika gel yang telah ditimbang kemudian campur dengan pelarut n-
heksan sampai semua silika terendam dengan baik, aduk, kemudian tuang ke dalam kolom
kromatografi yang telah disiapkan. Setelah semua bubur silika masuk ke dalam kolom,
kolom di diamkan sekitar 15 menit agar silika gel memadat dengan baik dan pastikan
permukaannya rata.
8. Memasukkan preadsorbsi ke kolom: saat memasukkan preadsorbsi lapisi kolom terlebih
dahulu dengan pelarut n-heksan sekitar 5-7 cm di atas permukaan kolom kromatografi (bisa
disesuaikan dengan jumlah preadsorbsi yang digunakan), kemudian tuang preadsorbsi secara
perlahan ke dalam kolom kromatografi. Pastikan preadsorbsi tidak lengket didinding kolom.
9. Elusi kolom dengan menggunakan n-heksan:etil asetat = 3:2, hasil kolom ditampung dengan
menggunakan vial. Lakukan elusi sampai semua α-mangostin terisolasi dengan baik.
10. Cek KLT hasil koleksi kolom kromatografi menggunakan eluan n-heksan:etil asetat = 3:2.
11. Hasil koleksi yang mengandung α-mangostin digabung dan diuapkan, bisa diuapkan secara
natural atau menggunakan rotary evaporator.
12. Senyawa α-mangostin yang diperoleh kemudian ditimbang dan hitung rendemennya.
Daftar Pustaka
1. Anonim, Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta,
2010.
2. Bergs, D., Merz, J., Delp, A., Joehnck, M., Martin, G., and Schembecker, G. 2013. A
research procedure for the selection of solvents for natural plant extraction in the early
stages of process development. Chemical Engineering Technology. 36, 1739-1748.
3. Chen, G., Li, Y., Wang, W., and Deng, L. 2018. Bioactivity and pharmaceutical properties
of α-mangostin from mangosteen fruit: a review. Expert Opinion on Therapeutic Patents.
28, 415-427.
4. Genovese, S., Fiorito, S., Taddeo, V. A., and Epifano, F. 2016. Recent developments in the
pharmacology of prenylated xanthones. Drug Discovery Today. 21, 1814-1819.
5. Negi, J. S., Bisht, V. K., Singh, P., Rawat, M. S. M., and Joshi, G. P. 2013. Naturally
occurring xanthones: chemistry and biology. Journal of Applied Chemistry.
https://doi.org/10.1155/2013/621459
6. Ovalle-Magallanes, B., Eugenio-Pérez, D,, and José-Chaverri. 2017. Medicinal properties of
mangosteen (Garcinia mangostana L.): A comprehensive update. Food and Chemical
Toxicology. 109, 102-122.
7. Pan-In, P., Wongsomboon, A., Kokpol, C., Chaichanawongsaroj, N., and
Wanichwecharungruang, S. 2015. Depositing α-mangostin nanoparticles to sebaceous gland
area for acne treatment. Journal of Pharmaceutical Sciences. 129, 226-232.
8. Raks, V., Al-Soud, H., and Buszewski. 2018. Isolation, separation, and preconcentration of
biologically active compounds from plant matrices by extraction techniques.
Chromatographia. 81, 189-202.
9. Tarasuk, M., Songprakhon, P., Chimma, P., Sratongno, P., Na-Bangchang, K., and
Yenchitsomanus, P-T. 2017. Alpha-mangostin inhibits both dengue virus production and
cytokine/chemokine expression. Virus Research. 240, 180-189.
10. Zhang, Q-W., Lin, L-G., and Ye, W-C. 2018. Techniques for extraction and isolation of
natural products: a comprehensive review. Chinese Medicine. 13,
Design Praktikum Kimia Bahan Alam Farmasi
Objek Praktikum : Isolasi α-mangostin dari kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.)
Jumlah pertemuan : 2 kali (2 minggu)
Waktu 1x pertemuan : 170 menit
Minggu kedua