OLEH :
SRI WAHYUNI
NIM : 20.04.034
A. Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah ditemukannya bakteri pada urine di
kandung kemih yang umumnya steril. (Arif mansjoer, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang
saluran kemih, terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu
organisme (Corwin, 2001 : 480)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah berkembangnya mikroorganisme di
dalam saluran kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri,
virus/mikroorganisme lain.
WOC ISK
Kontaminasi fecal,
pemakaian kateter Obstruksi aliran
Distensi kantong kemih Nyeri
kemih proksimal
yg berlebihan
Naiknya bakteri
ke VU Penimbunan cairan Penurunan resistensi
pelvis & ureter terhadap invasi bakteri
Infeksi
ISK
Infeksi sal
kemih
Frekuensi berkemih
meningkat
Perubahan pola
eleminasi urin
3. masalah keperawatan
1) Nyeri
2) Hipertermi
3) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4) Intoleransi aktivitas
5) Perubahan pola eliminasi urin
6) Kurang pengetahuan
7) Ansietas
8) Resiko infeksi
4. masalah kolaborasi
1) Gagal ginjal akut
2) Ensefalopati hipertensif
3) Gagal jantung, edema paru, retinopati hipertensif
5. pemeriksaan diagnostik
1. Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting
adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB
sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan
patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis
b. Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin
dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter
dianggap sebagai Kriteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit
(tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif:
maka pasien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess
positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal
menjadi nitrit.
b. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS)
retritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal,
klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
c. Tes-tes tambahan :
Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah
infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu,
massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate.
Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.
6. Terapi
Tatalaksana umum : atasi demam, muntah, dehidrasi dan lain-lain.
Pasien dilanjutkan banyak minum dan jangan membiasakan menahan
kencing untuk mengatasi disuria dapat diberikan fenazopiridin (pyriduin) 7-
10 mg/kg BB hari. Faktor predisposisi dicari dan dihilangkan. Tatalaksana
khusus ditujukan terhadap 3 hal, yaitu pengobatan infeksi akut, pengobatan
dan pencegahan infeksi berulang serta deteksi dan koreksi bedah terhadap
kelamin anatamis saluran kemih.
1) Pengobatan infeksi akut : pada keadaan berat/demam tinggi dan keadaan
umum lemah segera berikan antibiotik tanpa menunggu hasil biakan urin
dan uji resistensi kuman. Obat pilihan pertama adalah ampisilin,
katrimoksazol, sulfisoksazol asam nalidiksat, nitrofurantoin dan
sefaleksin. Sebagai pilihan kedua adalah aminoshikosida (gentamisin,
amikasin, dan lain-lain), sefatoksin, karbenisilin, doksisiklin dan lain-
lain, Tx diberikan selama 7 hari.
2) Pengobatan dan penegahan infeksi berulang : 30-50% akan mengalami
infeksi berulang dan sekitar 50% diantaranya tanpa gejala. Maka, perlu
dilakukan biakan ulang pada minggu pertama sesudah selesai
pengobatan fase akut, kemudian 1 bulan, 3 bulan dan seterusnya setiap 3
bulan selama 2 tahun. Setiap infeksi berulang harus diobati seperti
pengobatan ada fase akut. Bila relaps/infeksi terjadi lebih dari 2 kali,
pengobatan dilanjutkan dengan terapi profiloksis menggunakan obat
antiseptis saluran kemih yaitu nitrofurantorin, kotrimoksazol, sefaleksi
atau asam mandelamin. Umumnya diberikan ¼ dosis normal, satu kali
sehari pada malam hari selama 3 bulan. Bisa ISK disertai dengan
kalainan anatomis, pemberian obat disesuaikan dengan hasil uji
resistensi dan Tx profilaksis dilanjutkan selama 6 bulan, bila perlu
sampai 2 tahun.
3) Koreksi bedah : bila pada pemeriksaan radiologis ditemukan obstruksi,
perlu dilakukan koreksi bedah. Penanganan terhadap refluks tergantung
dari stadium. Refluks stadium I sampai III bisanya akan menghilang
dengan pengobatan terhadap infeksi pada stadium IV dan V perlu
dilakukan koreksi bedah dengan reimplantasi ureter pada kandung kemih
(ureteruneosistostomi). Pada pionefrosis atau pielonefritis atsopik
kronik, nefrektami kadang-kadang perlu dilakukan.
7. Kebutuhan cairan
B. Intervensi Keperawatan
5. Kurang pengetahuan Tujuan : Pengetahuan meningkat 1) Berikan waktu kepada pasien untuk
KH :Menyatakan mengerti tentang menanyakan apa yang tidak di ketahui
kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana tentang penyakitnya
pengobatan, dan tindakan perawatan diri 2) Kaji ulang proses penyakit dan harapan
preventif yang akan dating
3) Berikan informasi tentang: sumber
infeksi, tindakan untuk mencegah
penyebaran, jelaskan pemberian
antibiotik, pemeriksaan diagnostik:
tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag
dibutuhkan sebelum pemeriksaan,
perawatan sesudah pemeriksaan
4) Anjurkan pasien untuk menggunakan
obat yang diberikan, minum sebanyak
kurang lebih delapan gelas per hari.
5) Berikan kesempatan kepada pasien untuk
mengekspresikan perasaan dan masalah
tentang rencana pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi:
3. Jakrta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Cet.1. Jakarta : Media Aesculapius
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart.
Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
STIKES PANAKKUKANG
Tanggal Pengkajian :
I. DATA UMUM
1. Identitas Pasien
Nama : An.S
Tempat Tanggal Lahir : Lambau, 15 Juli 2011
Umur : 6 tahun 10 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ayah/Ibu : Mazni/Fitri
Pekerjaan Ayah : Petani
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Baso Koto Tinggi
Suku Bangsa : Minang
Agama : Islam
1. Keluhan Utama
Klien datang kerumah sakit dengan keluhan urin tidak keluar sejak 1 hari yang lalu,
dan nafsu makan dan minum menurun sejak 1 hari yang lalu, tidak BAB dan BAK
sejak 1 hari yang lalu
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan susah buang air kecil, dan klien mengatakan sakit saat Buang Air
Kecil, ibu klien mengatakan klien juga susah Buang Air Besar, klien juga mengatakan
perut terasa nyeri, ibu klien mengatakan klien susah makan, klien juga mengeluh
kerongkongan terasa sakit saat menelan, klien juga mengatakan badannya terasa
lemah dan letih, ibu klien mengatakan selama sakit klien tidak ada dimandikan, ibu
klien mengatakan klien susah tidur.
Pengakjian nyeri :
P : Nyeri timbul saat kencing keluar
Q : Seperti di tusuk-tusuk.
R : Nyeri pada daerah perut di kuadran ke IV sebelah kanan bawah
S : Skala 5-6
T : ± 30 detik sampai 1 menit
c. Riwayat Sosial.
5. Lingkungan rumah
bersih dan tidak ramai karna jauh dari jalan raya.
III. Data Biologis
NO AKTIVITAS SEHAT SAKIT
1 Makanan
Menu Nasi ,lauk pauk + sayuran MLPG
2 Minuman
Jumlah 3-5 gelas/ hari 2-3 gelas/ hari
3 eliminasi
BAB
Frekuensi 1x sehari 1x sehari
BAK
Frekuensi 4-5 x sehari 2-3 x sehari
5 Personal hygiene
Tanda Vital
Suhu : 36,4 0C
Nadi : 86 x/m
Pernafasan : 22 x/m
TD : 110/70 mmhg
1. Kepala
a) Rambut
Inspeksi :
rambut berwarna hitam dan ikal, kepala tampak kotor,tidak ada ketombe, tidak ada
kutu.
Palpasi :
tidak ada terdapat pembengkakan pada kepala.
b) Mata
Pupil : isokor
Scelera : tidak ikterik
Konjungtiva : tidak Anemis
Gangguan penglihatan :Tidak ada gangguan penglihatan
c) Hidung
Bentuk : simetris kiri dan kanan
Sekresi : tidak ada sekresi.
Gangguan penciuman : tidak ada gannguan penciuman.
a) Paru-paru
b) Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : ictus cordis teraba pada ics ke v
Perkus : tidak ada pembengkakan pada jantung.
Auskultasi : tidak terdengar suara tambahan.
c) Abdomen
Inspeksi : tidak ada bekas luka, tidak ada lesi.
Auskultasi : bising usus normal 12x/i, vasikuler
Palpasi : nyeri pada saat di tekan
Perkusi : timpani
d) Punggung
Tidak ada lesi, tidak ada luka bekas operasi.
e) Ekstermitas
Atas : tampak terpasang infus outsu D5 % 10 tts/m
Bawah : tampak terpasang kateter
f) Genetalia
Genetalia tampak kotor, terpasang kateter.
2. LABORATORIUM
DO:
- Klien tampak tidak
menghabiskan makannya
hanya dengan porsi 2 sendok
makan saja
- Klien tampak susah
menelan karena tenggorokan
sakit
- Klien tampak lemah dan
lesu.
- Berat Badan: 19 kg
- Tinggi Badan: 110 cm
2. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi intake berhubungan dengan tidak adekuat.