Anda di halaman 1dari 6

Tugas Mandiri

Mata Kuliah Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

NAMA : Mila Amalia


NIM : 1908110002
Kelas : 5A/Tadris Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Dr. Indrya Mulyaningsih, M.Pd.

Rangkuman Materi Pertemuan Ketiga

A. Pembatasan Masalah
Rumusan masalah atau problem formulation adalah salah satu hal mendasar
dalam tahapan pembuatan suatu penelitian. Dalam penulisan suatu karya ilmiah, rumusan
masalah akan mempermudah penulis dalam menentukan hal-hal apa saja yang akan
dibahas secara sistematis.
"Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya
melalui pengumpulan data bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini berdasarkan
penelitian menurut tingkat eksplanasi" (Sugiyono, 2011).
Menurut Moelong (2014: 92-93) perumusan masalah dengan menentukan fokus
mempunyai dua tujuan, yajtu membatasi masalah penelitian, dan sebagaikriteria inklusif
ekslusif ketika pengumpulan data. Rumusan masalah akan berpengaruh pada hasil
penelitian, sskaligus akan menentukan bagaimana proses dan hasil penelitian tersebut
akan dilaksanakan. Rumusan masalah yang terlalu luas akan menimbulkan luasnya kajian
yang akan di buat. Selain tu rumusan masalah yang terlalu lebar akan menyusahkan
peneliti dalam mengumpulakan data karena akan memperbesar dan memperluas usaha
peneliti untuk mendapatkannya.

B. Model Perumusan Masalah


Model rumusan masalah dikelompokan menjadi tiga bentuk yaitu bentuk masalah
deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
1. Rumusan Masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah rumusan masalah yang berkaitan dengan pertanyaan
terhadap keberadaan variabel mandiri. Dalam bentuk rumusan masalah seperti ini peneliti
tidak membandingkan suatu variabel dengan sampel lain, melainkan mencari hubungan
antar variabel.
Contoh: Bagaimana tanggapan masyarakat mengenai aturan baru yang ditetapkan
pemerintah?
2. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat
membandingkan variabel satu atau lebih. Bentuk rumusan masalah komparatif sangat
berbeda dengan rumusan masalah deskriptif.
Contoh: Adakah perbedaan tanggapan antara masyarakat kampung A dan kampung B
3. Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bertujuan mencari
hubungan antara dua variabel atau lebih.

C. Analisis Perumusan Masalah


Menurut Sumadi dalam Mantra (2014), dalam pembuatan rumusan masalah tidak
terdapat aturan umum, tetapi ada baiknya jika diterapkan sebagai berikut:
1. Perumusan masalah dibuat dalam bentuk kalimat pertanyaan.
2. Perumusan masalah dibuat padat dan jelas.
3. Perumusan masalah mempunyai dua atau lebih variabel.
4. Perumusan masalah yang dibuat kiranya dapat menjadi acuan dalam mengumpulkan data
guna menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah tersebut.

D. Pengertian Teori
Teori menurut Moleong (2002: 58) yaitu aturan   yang menjelaskan proposisi atau
seperangkat proposisi yang berkaitan dengan beberapa fenomena alamiah. Menurut
Snelbecker  dalam Meleong (2002: 34)
“mendefinisikan teori sebagai seperangkat proposisi yang terintergrasi secara
sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan tertentuyang dapat dihubungkan secara logis satu
dengan lainnya dengan data dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai wahana
untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati.”
Menurut Marx dan Goodson dalam Moleong (2002: 35) yang menyatakan bahwa
“teori ialah aturan menjelaskan proposisi atau seperangkat proposisi yang berkaitan
dengan beberapa fenomena alamiah dan terdiri atas representasi simbolik dari (1)
hubungan-hubungan yang dapat diamati di antara kejadian-kejadian (yang diukur), (2)
mekanisme atau struktur yang diduga mendasari hubungan-hubungan demikian, dan (3)
hubungan-hubungan yang disimpulkan serta mekanisme dasar yang dimaksudkan untuk
data dan yang diamati tanpa adanya manifestasi hubungan empiris apapun secara
langsung.”
Sesuai dengan pengertian teori tersebut, proposisi adalah hubungan dua konsep
atau lebih yang masih abstrak. Konsep adalah abtraksi fenomena yang dirumuskan
berdasarkan ciri khusus dari fenomena itu dari hasil observasi (Kasiram, 2010:317).

E. Fungsi Teori
Menurut Snelbecker dalam Moleong “Fungsi teori adalah meramalkan dan
menjelaskan perilaku, menemukan teori lainnya, untuk aplikasi plaktis, memberikan
perspektif bagi usaha jarigan data, membimbing dan menyajikan gaya penelitian
(Moleong, 2002:58).”
Singarimbun dan Effendi (1989:37), teori berfungsi menjelaskan secara sistematis
suatu fenomena dengan cara menentukan hubungan antarkonsep. Selain itu, teori juga
menerangkan fenomena tertentu dengan cara menetukan konsep mana yang berhubungan
dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungan tersebut.
Sedangkan Sevilla, Consuelo G., dkk. (1993:30) menyebutkan fungsi teori, yaitu
“(1) sebagai suatu kerangka konsepsi penelitian dan memberikan alasan perlunya
penyelidikan, (2) melalui teori kita dapat menyusun pertanyaan-pertanyaan yang terinci
sebagai pokok masalah penyelidikan, dan (3) untuk menampilkan hubungan antara
variabel-variabel yang telah diselidiki.”
Melalui teori, (1) peneliti mendapatkan masukan dalam memaknai persoalan dan (2)
teori juga dipakai sebagai informasi pembanding atau tambahan untuk melihat gejala
yang diteliti secara lebih utuh (Tamsa, 2011).
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka fungsi teori adalah (1) meramalkan,
menjelaskan, dan menemukan teori lain, (2) memberikan perspektif jaringan, (3)
memberikan alasan perlunya penelitian, (4) menyusun pertanyaan sebagai pokok
masalah, (5) menampilkan hubungan antarvariabel, konsep, dan menerangkan
fenomena sebagai masukan dalam mengambil persoalan dan informasi pembanding.

F. Unsur Teori
Menurut Kasiram, 2010:327, unsur pokok suatu teori yaitu proposisi, klasifikasi,
konsep, dan variabel. Proposisi merupakan pola hubungan antarkonsep atau
antarklasifikasi atau antarvariabel, seperti hubungan antarpenjual dan pembeli. Proposisi
biasanya berbentuk hipotesis atau tesis. Konsep merupakan nama yang diberikan pada
sebuah gejala atau benda dengan ciri-ciri tertentu, seperti pendidik, alat pendidikan,
produsen, konsumen, sikap, minat, dst. Klasifikasi yaitu pengelompokan aspek atau
bagian atau unsur dari teori, seperti intra-ekstra kurikuler, pedagang-produsen, benda
padat-cair, gas, dst. Variabel yaitu fariasi dari suatu konsep, klasifikasi, proposisi, atau
gejala yang di dalamnya terdiri dari beberapa ragam fariasi atau jenis, seperti variabel
guru tetap dan guru tidak tetap, dsb.
Berdasarkan uraian di atas, unsur-unsur teori dapat disederhanakan menjadi (1)
kategori konseptual dan kawasan konseptual dan (2) hipotesis atau hubungan generasi di
antara kategori dan kawasannya serta integrasi. Aspek merupakan unsur suatu kategori,
sedangkan kategori adalah unsur konseptual suatu teori. Hipotesis dicapai melalui
analisis perbandingan antarkelompok. Sedangkan analisis perbandingan antarkelompok
menghasilkan kategori dan mempercepat adanya hubungan antarkelompok. Unsur teori
ke tiga yaitu integrasi. Instegrasi merupakan gabungan hipotesis dan kategori konseptual
sehingga diperoleh hipotesis yang lebih khusus (Moleong, 2002:38).

G. Formulasi Teori
Menurut Glaser dan Strauss (1980:31), untuk keperluan penelitian kualitatif
dikenal dengan teori dari-dasar, penyajian suatu teori dapat dilaksanankan dalam dua
bentuk yaitu (a) penyajian dalam bentuk seperangkat proposisi atau secara proposisional
dan (b) dalam bentuk diskusi teoritis yang memanfaatkan kategori konseptual dan
kawasannya.

H. Penyusunan Teori
Berdasarkan jenis teori, penyusunan teori dalam penelitian kualitatif dibedakan
menjadi dua, yaitu penyusunan teori substantif dan penyusunan teori formal. Penyusunan
teori substantif dilakukan melalui usaha menemukan kategori dengan kawasannya
dengan kata lain mencari hubungan logis untuk dirumuskan dalam hipotesis dengan
memanfaatkan integrasi antara kategori dengan kawasannya. Dalam penyusunannya,
teori substantif menggunakan metode analisis komparatif (Moleong, 2002:59). Sebagai
contoh judul penelitian dengan teori substrantif yaitu, “Risiko Keuangan Bank
Pengkreditan Rakyat Konvensional dan Bank Pengkreditan Rakyat Syariah” atau
“Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Menggunakan Metode Konvensional dan
Economic Value”.
Pada teori formal, penyusunan teori dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Penyusunan teori formal tidak langsung dilakukan melalui teori substantif
terlebih dahulu. Dalam Moleong (2002:43) menyebutkan bahwa peyusunan teori formal
secara tidak langsung ada dua jenis, yaitu teori formal satu bidang dan teori formal dua
bidang atau bidang ganda.
Pada penyusunan teori formal satu bidang, cara penulisan berasal dari teori
substantif atau berasal dari satu bidang substantif. Dalam penulisan teori formal satu
bidang ini, peneliti melakukannya dengan jalan menghapus kata-kata substantif, frasa,
atau kata-kata sifat. Misalnya: (1) aspek temporer dari kematian sebagai jaminan status
tak terjadwal, ditulis menjadi aspek temporer sebagai jaminan status tak terjadwal; kata
dari kematian dapat dihilangkan karena memiliki (2) bagaimana cara dokter dan perawat
memberikan perhatian secara medis pada pasien yang menghadapi maut dari segi nilai
sosial pasien, menjadi bagaimana pelayanan profesional terbagi dilihat dari segi nilai
sosial menurut klien.
Penyusunan teori formal bidang ganda dilakukan melalui penarikan kategori inti
dengan kawasannya lalu menyusun teori yang sudah siap dan relevan. Untuk menyusun
teori formal bidang ganda ini perlu digunakan logika sebagaimana digunakan dalam teori
substantif. Logika ini memberikan petunjuk efektif untuk memilih kelompok ganda dari
satu bidang substantif. Selain itu, logika juga memberikan petunjuk dalam memperoleh
banyak data dari berbagai jenis bidang substantif (maleong, 2002:44).  

I. Verifikasi Teori
Pembentukan teori dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan melalui verifikasi
terhadap suatu teori yang berlaku atau terhadap teori baru yang baru muncul dari data.
Verifikasi tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara implisit dan eksplisit yang
dilakukan secara berkesinam bungan semenjak data lapangan mulai masuk. Verifikasi
implisit memiliki peranan penting dalam membimbing peneliti ke arah (1) pembentukan
uniformitas dan universalitas pokok, (2) variasi strategi dari teori kepada konsidi yang
berbeda, (3) modifikasi teori dari dasar (Moleong, 2002:46—47). Melalui verifikasi suatu
teori, peneliti mungkin juga akan menemukan teori baru. Namun pada dasarnya, fokus
utama ahanya pada pengujian suatu teori.

Anda mungkin juga menyukai