Anda di halaman 1dari 2

7 Harimau Alshad Ahmad Mati, Bagaimana Izin Pelihara Satwa Liar di Indonesia?

JawaPos.com- Publik dihebohkan dengan Cenora, anak harimau milik Alshad Ahmad yang mati
pada Senin (25/7). Content Creator yang terkenal dengan konten tentang binatang itu banyak
memelihara hewan liar yang dilindungi, salah satunya harimau.

Melansir akun Instagram pribadinya, @alshadahmad mengunggah foto yang memperlihatkan


momen-momen dirinya bersama Cenora ketika masih hidup.

“Cenora sayang.. Anak harimau yang cantik, baik, tenang, kalem, selalu bisa nemenin dan jagain
adiknya, selalu manja dan sayang banget ke papahnya,” ungkap Alshad.

Diketahui, selama memelihara harimau, sudah ada tujuh ekor harimau peliharaannya yang mati.
Hal tersebut diungkapkan Alshad pada kolom komentar dari unggahan di Instagramnya tersebut.

“Jikalau boleh bertanya, dari awal mulai memelihara harimau, sudah berapa ekor yang mati di
bawah pengawasan bro alshad?" tanya Tuan Tigabelas

"7, semua hasil breeding sendiri dari 1 indukan," ungkap Alshad.

Kematian anak harimau milik Alshad Ahmad yang terjadi kembali menuai pro dan kontra
warganet. Kolom komentarnya dibanjiri hujatan dan mengaitkan harimau yang mati karena
sering dijadikan konten.

“Habitatnya di alam liar, bukan di alam adsense,” ungkap @akudi****

“Asik, konten lagi nih, penjelasan penyebab kematian dijadiin konten, cuan lagi,” kata @iye***

Selain itu, banyak yang mempertanyakan izin Alshad memelihara satwa liar karena sudah
banyak anak harimau yang mati dalam kurun waktu berdekatan. Lantas bagaimana prosedur izin
memelihara satwa liar di rumah?

Melansir Website Indonesia pada Rabu (26/7) Masyarakat umum bisa membantu pemerintah
menjaga dan melestarikan keberadaan tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi. Tentu saja harus
memenuhi syarat yang sudah ditetapkan BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam).

Berikut syarat-syarat jika ingin memelihara atau memperjualbelikan hewan langka:

1. Hewan langka yang dimanfaatkan untuk peliharaan atau diperjualbelikan harus


didapatkan dari penangkaran, bukan dari alam.
2. Hewan langka yang boleh dimanfaatkan dari penangkaran merupakan kategori F2.
Kategori ini merupakan hewan generasi ketiga yang dihasilkan dari penangkaran. Dengan
kata lain, hanya cucu dari generasi pertama di tempat penangkaran yang bisa dipelihara
atau diperjualbelikan.

Nah, setelah mengetahui syarat-syarat tersebut, masyarakat umum yang ingin memelihara atau
memperjualbelikan hewan langka harus mengurus surat izinnya.

Cara membuat surat izin memelihara hewan langka adalah dengan mengajukan proposal izin
menangkarkan atau memelihara hewan ke BKSDA. Kemudian, menyerahkan salinan Kartu
Tanda Penduduk (KTP) untuk perseorangan dan akta notaris untuk badan usaha.
Selanjutnya, menyertakan Surat Bebas Gangguan Usaha dari kecamatan setempat, yang berisi
keterangan bahwa aktivitas penangkaran dan pemeliharaan hewan tidak mengganggu lingkaran
sekitar. Selain itu, juga memberikan bukti tertulis asal usul indukan hewan langka yang
dipelihara.

Selain itu, menyiapkan BAP kesiapan teknis, mencakup kandang tempat penangkaran atau
pemeliharaan hewan dilindungi, kesiapan pakan dalam memelihara hewan dilindungi,
perlengkapan memelihara hewan, serta telah mengantongi Surat Rekomendasi dari kepala
BKSDA setempat jika hewan berasal dari daerah lain.

Anda mungkin juga menyukai