Kasuari Gelambir-ganda atau dalam nama ilmiahnya Casuarius casuarius adalah salah
satu burung dari tiga spesies Kasuari. Burung Kasuari mempunyai kaki yang besar dan
kuat dengan tiga buah jari pada masing-masing kakinya. Jari-jari kaki burung ini sangat
berbahaya karena diperlengkapi dengan cakar yang sangat tajam. Seperti umumnya
spesies burung-burung yang berukuran besar, burung Kasuari Gelambir-ganda tidak dapat
terbang. Burung Kasuari biasanya hidup sendiri, berpasangan hanya pada waktu musim
berbiak. Anak burung dierami dan dibesarkan oleh burung jantan.
Penangkapan liar dan hilangnya habitat hutan mengancam keberadaan spesies ini. Kasuari
Gelambir-ganda dievaluasikan sebagai rentan (vulnerable, VU) di dalam IUCN Red List.
Kakatua-kecil Jambul-kuning atau dalam nama ilmiahnya Cacatua sulphurea adalah burung
berukuran sedang, dengan panjang sekitar 35 cm, dari marga Cacatua.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk
perdagangan, serta daerah dan populasi dimana burung ini ditemukan sangat terbatas,
kakatua-kecil jambul-kuning dievaluasikan sebagai kritis di dalam IUCN Red List. Spesies
ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.
Gosong Maluku yang dalam nama ilmiahnya Eulipoa wallacei adalah sejenis burung
gosong berukuran kecil, dengan panjang sekitar 31cm, dan merupakan satu-satunya
spesies di dalam genus tunggal Eulipoa.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan yang terus berlanjut, keamanan yang tidak stabil
di Maluku yang menghambat usaha perlindungan spesies serta populasi yang terus
menyusut dan daerah dimana burung ini ditemukan sangat terbatas, Gosong Maluku
dievaluasikan sebagai rentan (vulnerable, VU) di dalam IUCN Red List.
Bangau Tongtong, Leptoptilos javanicus, adalah spesies burung dari familia bangau atau
Ciconiidae. Tersebar di selatan Asia mulai dari India timur sampai pulau Jawa.
Tingginya sekitar 110-120 cm, berat 5 kg dan rentang sayap 210 cm. Spesies ini adalah
yang terkecil dalam genus Leptoptilos. Bagian atas tubuhnya dan sayapnya berwarna
hitam, namun perut dan bagian bawah ekor berwarna putih. Kepala dan lehernya botak.
Paruhnya berwarna pucat, pancang dan tebal. Burung muda warnanya lebih kusam
daripada burung dewasa. Status konservasi burung ini menurut IUCN adalah rentan
(vulnerable, VU).
Mentok Rimba atau dalam nama ilmiahnya Cairina scutulata adalah sejenis burung dari
keluarga bebek (suku Anatidae). Spesies ini termasuk salah satu burung air yang paling
langka dan terancam punah di dunia. Pada masa lalu, Mentok Rimba hidup tersebar luas
mulai dari India timur laut, Bangladesh, Asia Tenggara, Sumatra hingga Jawa. Pada tahun
2002 populasinya di seluruh dunia tinggal lagi 800 ekor; dengan sekitar 200 ekor menyebar
di Laos, Thailand, Vietnam dan Kamboja, sekitar 150 ekor di Sumatra, terutama di Taman
Nasional Way Kambas, dan 450 ekor di India, Bangladesh dan Myanmar.Jenis unggas ini
masuk dalam daftar IUCN red list sebagai fauna yang terancam punah (endangered, EN).
Jalak bali (Leucopsar rothschildi) adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang,
dengan panjang lebih kurang 25cm, dari suku Sturnidae. Jalak Bali merupakan burung
endemik pulau Bali dan dinobatkan sebagai lambang fauna provinsi Bali. Jalak bali dinilai
statusnya sebagai kritis di dalam IUCN Red List serta didaftarkan dalam CITES Appendix I.
Burung
Menurut Konservasi International, sebanyak 771 spesies unggas terdapat di paparan Sunda. Sebanyak
146 spesies merupakan endemik daerah ini. Pulau Jawa dan Bali memiliki paling sedikit 20 spesies
endemik, termasuk Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dan Cerek Jawa (Charadrius javanicus).
Berdasarkan data dari Burung Indonesia, jumlah jenis burung di Indonesia sebanyak 1598 jenis . Dengan
ini membawa Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara yang memiliki jumlah jenis burung
terbanyak se-Asia. Sejak tahun 2007, Burung Indonesia secara berkala memantau status keterancaman
dari burung-burung terancam punah yang berada di Indonesia berdasarkan data dari BirdLife
International. Tahun 2007-2009 terjadi penurunan status keterancaman burung secara berturut-turut
mulai dari 119 jenis (2007), 118 jenis (2008), dan 117 jenis (2009).
UNGGAS / POULTRY
Daging merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh manusia.
Daging dapat diperoleh dari berbagai jenis hewan. Salah satu hewan penghasil daging yang akan dibahas adalah
unggas.
Unggas adalah bangsa burung yang tubuhnya ditutupi oleh bulu. Bangsa burung ini ada yang dipelihara dan ada
Jenis-jenis Unggas
Ayam
Kalkun
Burung merpati
Itik
Angsa
AYAM
Ayam dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar yaitu : ayam hutan, ayam kampung dan ayam negeri.
a) Ayam hutan
untuk dikonsumsi / makan tetapi untuk dipelihara sebagai hobi. Dagingnya enak
Ayam kampung disebut juga buras (bukan ras). Ayam ini mempunyai banyak
varietas. Ayam kampug dulunya berasal dari ayam hutan yang kemudian dijinakan
Ayam negeri berasal juga ayam import. Ayam negeri umumnya berbulu tebal, mempunyai warna homogen yaitu
putih, merah atau hitam. Daging ayam negeri umumya lembek , lunak banyak mengandung air lemak dibandingkan
dengan ayam kampung (lokal). Hal ini disebabkan karena pada waktu pemiliharannya banyak diberikan obat, ayam
dikurung dikandang dan tidak banyak bergerak. Ayam ras dibedakan lagi menjadi ayam petelur dan ayam dikurung
Ayam muda sekali (spring chicken) dipotong pada umur 4-6 minggu.
Ayam tua (jantan = cock, hen = betina dipotong pada umur diatas 8 bulan
Ciri-Cirinya :
Lemak Kandungan
1 Muda
Sekali Sangat
Lunak Rendah Tinggi Ringan Hid. Yang cepat dalam pengolahannya & tidak menggunakan cairan
berlemak Agak
3 Setengah
tua Agak
KALKUN
Tidak lazim di dapur Indonesia oleh sebab itu kalkun tidak banyak dijual. Kalkun mempunyai cirri-ciri besar dari ayam
negeri mempunyai berat lebih kurang 6-8 kg/ekor. Dagingnya jauh lebih keras dibandingkan dengan ayam negeri.
Biasanya panggang. Di Amerika pada saat paskah sering dihidangkan kalkun ini.
BURUNG MERPATI
Dijual dalam keadaan hidup, biasanya yang sering diolah adalah yang berumur 4-6
Kedua jenis unggas ini dijual di pasar dalam keadaan hidup. Bebek dan mentok di Indonesia biasa diolah untuk
hidangan tertentu saja misalnya hidangan dari daerah Aceh, Madura, SumBar, dan kel-sel. Sedangkan untuk
masakan asing, biasanya diolah di dapur Cina dan Perancis. Daging itik biasanya lebih keras dibandingkan dengan
ANGSA
Masyarakat Indonesia jarang memlihara angsa. Daging angsa tidak lazim dihidangkan di restoran Indonesia. Daging
ini hanya diolah di dapur asing saja. Masakan yang terkenal adalah hati angsa yang dikenal dengan PATE
Burung belibis
Burung ayam-ayam
Burung kuntul
Burung blokek
Burung-burung ini biasanya dijual dipinggiran jalan/kaki lima yang sudah dalam keadaan digoreng.
berbau segar
Indonesia adalah negara yang mempunyai kekayaan plasma nutfah yang cukup besar. Dari
36 plasma nutfah 80% sudah hampir punah. klo hal ini dibiarkan berlanjut dan tidak ada
penangan khusus maka dikawatirkan 80% plasma nutfah tadi benar-benar akan punah.
Pemerintah harus serius melindungi keberagaman plasma nutfah unggas lokal Indonesia.
Kalau tidak dilindungi dengan serius, klaim negara asing atas plasma nutfah unggas lokal
tinggal menunggu waktu. plasma nutfah unggas lokal Indonesia sangat banyak dan
beberapa di antaranya sudah mulai sulit ditemui. Dua jenis plasma nutfah unggas lokal
yang teridentifikasi punah adalah ayam ciparage dan jantur asal Jawa Barat. Ayam sentul
dengan plasma nutfah murni berasal dari Ciamis, Jabar, kini populasinya tak lebih dari
200 ekor. Begitu pun ayam kedu putih asal Magelang dan sekitarnya populasinya tinggal
300 ekor. Sementara itu, ayam tukong asal Kalimantan bahkan sudah sulit ditemukan.
Banyak plasma nutfah unggas lokal yang juga harus dimurnikan lagi. Menteri Pertanian
Anton Apriantono mengatakan, pihaknya sudah mulai menginventaris koleksi plasma
nutfah. Departemen Pertanian juga sudah melakukan ratifikasi perjanjian plasma nuftah
dengan beberapa negara.
10 Burung Asli Indonesia yang Terancam Punah
Posted by Muhammad Ridwan on Saturday, August 4, 2012
Burung adalah mahluk mekanis dengan segala keindahannya, yang memiliki peranan penting dalam
ekosistem, mereka membantu penyebaran dan menyuburkan tanaman, sehingga bumi menjadi hijau.
Secara ilmiah burung digolongkan dalam hewan kelas aves yang terdapat sekitar belasan ribu spesies
di seluruh dunia. Di Indonesia terdapat sedikitnya 1.500 jenis burung. Dari jumlah tersebut tidak sedikit
yang terdaftar dalam kategori terancam punah (Critically endangered). Saat ini Kita akan Membahas
10 diantaranya, berikut burung asli indonesia yang sangat terancam punah :
Celepuk Siau adalah salah satu burung hantu dari jenis Strigidae. Burung ini merupakan burung yang
hampir punah, burung Celepuk Siau yang mempunyai nama ilmiah Otus Siaoensis ini berhabitat di
daerah Pulau Siau, Sulawesi Utara.
Elang Flores (Spizaetus floris) merupakan salah satu jenis raptor (burung pemangsa) endemik yang
dipunyai Indonesia. Sayangnya elang flores yang merupakan burung pemangsa endemik flores (Nusa
Tenggara) ini kini menjadi raptor yang paling terancam punah lantaran populasinya diperkirakan tidak
melebihi 250 ekor sehingga masuk dalam daftar merah (IUCN Redlist) sebagai hewa yang sangat
terancam punah (Kritis). Ciri-ciri. Burung elang flores mempunyai ukuran tubuh yang sedang, dengan
tubuh dewasa berukuran sekitar 55 cm. pada bagian kepala berbulu putih dan terkadang mempunyai
garis-garis berwarna coklat pada bagian mahkota.Elang flores merupakan raptor (burung pemangsa)
endemik Nusa Tenggara yang hanya dapat ditemukan di pulau Flores, Sumbawa, Lombok, Satonda,
Paloe, Komodo, dan Rinca.
Gagak Banggaiatau Corvus unicolor, adalah anggota dari gagak dari famili Banggai di Indonesia. Gagak
ini terdaftar sebagai Spesies Kritis oleh IUCN dan pernah dianggap punah, namun akhirnya ditemukan
kembali pada survei di Pulau Peleng pada 2007/2008. Gagak Banggai merupakan gagak yang
berukuran sedang dengan panjang 39 cm dan benar-benar hitam dengan iris mata yang gelap dan
ekor pendek. Penurunan populasi gagak Banggai disebabkan karena hilangnya habitat dan degradasi
seperti pertanian dan ekstrasi.
Perkici Buru (Charmosyna toxopei) dikenal sebagai burung endemik Pulau Buru. Dikenal pula, bahwa
burung yang berparuh bengkok itu langka. Dan hanya ada di Pulau Buru. Burung perkici buru
ditemukan pada tahun 1921 oleh seorang penjelajah berkebangsaan Belanda, yaitu Hendrik Cornelis
Siebers. Dengan catatan, bahwa Hendrik Cornelis Siebers bukanlah seorang ahli burung, tetapi ahli
serangga. Ukuran badan burung perkici buru adalah 16 cm. Burung ini berwarna hijau atau
kuning.Mahkota depan berwana biru. Pada yang jenis betina,mahkotanya lebih jelas. Pangkal ekornya
pada bagian bawah berwarna merah. Burung ini bersuara ti-ti-ti-ti-ti sangat melengking.
Kehilangan sesuatau yang tidak mungkin kita dapatkan kembali memang sangat
menyedihkan. Karenanya frase “patut diduga kuat” perlu ditambahkan saat membuat daftar
jenis-jenis burung yang telah punah di Indonesia. Prasangka baik ini diharapkan akan
membangkitkan optimisme untuk melakukan usaha pencarian yang lebih serius dan lebih
keras lagi. Meskipun kadang beberapa jenis burung yang telah puluhan tahun tidak pernah
dijumpai ternyata dapat dijumpai secara tidak sengaja, seperti yang terjadi dengan Tokhtor
sumatra (Carpococcyx viridis).
Kepunahan memang akhir. Suatu jenis burung dikatakan punah bila tidak ada lagi individu
jenis burung tersebut yang masih hidup di muka bumi. Pertanyaan besarnya adalah siapa
yang memiliki hak untuk mengatakan suatu jenis burung sudah atau belum punah. Sebagai
sesama makhluk penghuni muka bumi, kita memiliki hak yang sama untuk menyatakan dan
menyangkal pernyataan bahwa suatu jenis burung telah dan atau belum punah. Agar
pernyataan dan sanggahan ini tidak menjadi debat yang berkepanjangan kita perlu membuat
kesepatakan bersama tentang kriteria kepunahan.
IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources), sebuah
lembaga internasional yang beranggotakan para pemerhati dan peneliti bidang
keanekaragaman hayati dan ekosistem telah membuat kriteria kepunahan. Dalam konteks
burung, kriteria kepunahan IUCN dapat diterjemahkan sebagai berikut: Suatu jenis burung
dapat dikatakan punah jika tidak ada lagi keraguan yang sahih atau sanggahan yang
dilengkapi dengan bukti kuat terhadap fakta yang mengatakan bahwa individu terakhir dari
suatu jenis burung telah mati atau musnah dari muka bumi ini.
IUCN juga membuat kriteria tentang kepunahan di alam, artinya suatu jenis burung dapat
dikatakan punah di alam jika individu yang tersisa hanya hidup di sangkar, atau di
penangkaran, atau hanya individu yang lepas di luar areal persebaran alaminya. Suatu jenis
burung dapat dikatakan punah di alam setelah dilakukan survey dengan metode yang tepat.
Survey minimal dilakukan selama satu siklus hidup jenis burung tersebut pada habitat-habitat
yang sesuai di daerah persebaran alaminya.
Pada akhir tahun 2011, IUCN mempublikasikan 136 jenis burung yang secara global telah
dinyatakan punah dan punah di alam. Kita patut bersyukur karena tidak satu jenis-pun dari
Indonesia yang masuk dalam daftar tersebut. Satu-satunya jenis yang pernah masuk daftar
jenis burung yang telah punah, yaitu Trulek jawa (Vanellus macropterus), sejak tahun 2000
diturunkan statusnya menjadi kritis (Critically endangered). Meski demikian, jika kita
menggunakan kriteria IUCN untuk mencaritahu kepunahan secara lokal di Indonesia maka
kita akan menemukan jenis-jenis dan anak jenis atau ras yang telah punah di alam. Berikut
adalah beberapa jenis burung yang patut diduga kuat telah punah di alam di beberapa
wilayah Indonesia.
A. Jenis-jenis dan anak jenis (ras) yang patut diduga kuat telah punah dan punah di
alam pulau Jawa dan Bali.
Burung jantan yang ditangkap 10 Jun 1925 di air terjun Rampoa, selatan pegunungan
Serayu, (7°30'LS, 109°30'LT), Jawa tengah. @atas seijin Universitas Amsterdam
C. Jenis-jenis dan anak jenis (ras) yang patut diduga kuat telah punah di alam di wilayah
Pulau Kalimantan dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
D. Jenis-jenis dan anak jenis (ras) yang patut diduga kuat telah punah di alam di
wilayah Pulau Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
2. Nuri talaud (ras pulau Sangihe, Siau dan Ruang) Eos histrio histrio*
Populasi terbesar yang masih tersisa dari jenis ini adalah ras Eos histrio talautensis yang
masih bisa ditemukan di pulau Karakelang, kepulauan Talaud. Perburuan dan perdagangan
membuka kemungkinan besar adanya burung-burung dari ras Eos histrio talautensis yang
terlepas di luar daerah persebaran alaminya yaitu di kepulauan Talaud. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya kawin silang atau hibrid sehingga ras Eos histrio histrio dan Eos
histrio challengeri dapat menjadi punah.
3. Udang-merah Sulawesi (ras kepulauan Sangihe dan Talaud), Ceyx fallax sangirensis*
Ras kepulauan Sangihe ini telah mendekati kepunahan atau bahkan mungkin telah punah.
Teramati terakhir tahun 1997, dan tidak pernah teramati kembali pada tahun-tahun
sesudahnya sampai dengan saat ini. Sementara saudara satu spesiesnya Ceyx fallax fallax
yang terdapat di Pulau sulawesi dan tepi pantai pulau Lambeh masih dapat dijumpai dengan
relatif mudah.
Sumber:
*http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_extinct_birds
**Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan