Anda di halaman 1dari 26

Hewan yang hampir punah

Kasuari Gelambir-ganda atau dalam nama ilmiahnya Casuarius casuarius adalah salah
satu burung dari tiga spesies Kasuari. Burung Kasuari mempunyai kaki yang besar dan
kuat dengan tiga buah jari pada masing-masing kakinya. Jari-jari kaki burung ini sangat
berbahaya karena diperlengkapi dengan cakar yang sangat tajam. Seperti umumnya
spesies burung-burung yang berukuran besar, burung Kasuari Gelambir-ganda tidak dapat
terbang. Burung Kasuari biasanya hidup sendiri, berpasangan hanya pada waktu musim
berbiak. Anak burung dierami dan dibesarkan oleh burung jantan.

Penangkapan liar dan hilangnya habitat hutan mengancam keberadaan spesies ini. Kasuari
Gelambir-ganda dievaluasikan sebagai rentan (vulnerable, VU) di dalam IUCN Red List.
Kakatua-kecil Jambul-kuning atau dalam nama ilmiahnya Cacatua sulphurea adalah burung
berukuran sedang, dengan panjang sekitar 35 cm, dari marga Cacatua.

Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk
perdagangan, serta daerah dan populasi dimana burung ini ditemukan sangat terbatas,
kakatua-kecil jambul-kuning dievaluasikan sebagai kritis di dalam IUCN Red List. Spesies
ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.

Gosong Maluku yang dalam nama ilmiahnya Eulipoa wallacei adalah sejenis burung
gosong berukuran kecil, dengan panjang sekitar 31cm, dan merupakan satu-satunya
spesies di dalam genus tunggal Eulipoa.

Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan yang terus berlanjut, keamanan yang tidak stabil
di Maluku yang menghambat usaha perlindungan spesies serta populasi yang terus
menyusut dan daerah dimana burung ini ditemukan sangat terbatas, Gosong Maluku
dievaluasikan sebagai rentan (vulnerable, VU) di dalam IUCN Red List.
Bangau Tongtong, Leptoptilos javanicus, adalah spesies burung dari familia bangau atau
Ciconiidae. Tersebar di selatan Asia mulai dari India timur sampai pulau Jawa.

Tingginya sekitar 110-120 cm, berat 5 kg dan rentang sayap 210 cm. Spesies ini adalah
yang terkecil dalam genus Leptoptilos. Bagian atas tubuhnya dan sayapnya berwarna
hitam, namun perut dan bagian bawah ekor berwarna putih. Kepala dan lehernya botak.
Paruhnya berwarna pucat, pancang dan tebal. Burung muda warnanya lebih kusam
daripada burung dewasa. Status konservasi burung ini menurut IUCN adalah rentan
(vulnerable, VU).

Mentok Rimba atau dalam nama ilmiahnya Cairina scutulata adalah sejenis burung dari
keluarga bebek (suku Anatidae). Spesies ini termasuk salah satu burung air yang paling
langka dan terancam punah di dunia. Pada masa lalu, Mentok Rimba hidup tersebar luas
mulai dari India timur laut, Bangladesh, Asia Tenggara, Sumatra hingga Jawa. Pada tahun
2002 populasinya di seluruh dunia tinggal lagi 800 ekor; dengan sekitar 200 ekor menyebar
di Laos, Thailand, Vietnam dan Kamboja, sekitar 150 ekor di Sumatra, terutama di Taman
Nasional Way Kambas, dan 450 ekor di India, Bangladesh dan Myanmar.Jenis unggas ini
masuk dalam daftar IUCN red list sebagai fauna yang terancam punah (endangered, EN).
Jalak bali (Leucopsar rothschildi) adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang,
dengan panjang lebih kurang 25cm, dari suku Sturnidae. Jalak Bali merupakan burung
endemik pulau Bali dan dinobatkan sebagai lambang fauna provinsi Bali. Jalak bali dinilai
statusnya sebagai kritis di dalam IUCN Red List serta didaftarkan dalam CITES Appendix I.
Burung
Menurut Konservasi International, sebanyak 771 spesies unggas terdapat di paparan Sunda. Sebanyak
146 spesies merupakan endemik daerah ini. Pulau Jawa dan Bali memiliki paling sedikit 20 spesies
endemik, termasuk Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dan Cerek Jawa (Charadrius javanicus).
Berdasarkan data dari Burung Indonesia, jumlah jenis burung di Indonesia sebanyak 1598 jenis . Dengan
ini membawa Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara yang memiliki jumlah jenis burung
terbanyak se-Asia. Sejak tahun 2007, Burung Indonesia secara berkala memantau status keterancaman
dari burung-burung terancam punah yang berada di Indonesia berdasarkan data dari BirdLife
International. Tahun 2007-2009 terjadi penurunan status keterancaman burung secara berturut-turut
mulai dari 119 jenis (2007), 118 jenis (2008), dan 117 jenis (2009).
UNGGAS / POULTRY
Daging merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh manusia.

Daging dapat diperoleh dari berbagai jenis hewan. Salah satu hewan penghasil daging yang akan dibahas adalah

unggas.

Unggas adalah bangsa burung yang tubuhnya ditutupi oleh bulu. Bangsa burung ini ada yang dipelihara dan ada

yang hidup liar.

Jenis-jenis Unggas

Ayam

Kalkun

Burung merpati

Itik

Angsa

Macam-macam burung sawah

AYAM

Ayam dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar yaitu : ayam hutan, ayam kampung dan ayam negeri.

a) Ayam hutan

Merupakan ayam liar yang hidupnya dihutan-hutan. Orang memburunya bukan

untuk dikonsumsi / makan tetapi untuk dipelihara sebagai hobi. Dagingnya enak

seperti ayam kampug.

b) Ayam kampung (Buras)

Ayam kampung disebut juga buras (bukan ras). Ayam ini mempunyai banyak

varietas. Ayam kampug dulunya berasal dari ayam hutan yang kemudian dijinakan

dan dipelihara (Domestikasi)

c) Ayam Negeri (Ras)

Ayam negeri berasal juga ayam import. Ayam negeri umumnya berbulu tebal, mempunyai warna homogen yaitu

putih, merah atau hitam. Daging ayam negeri umumya lembek , lunak banyak mengandung air lemak dibandingkan

dengan ayam kampung (lokal). Hal ini disebabkan karena pada waktu pemiliharannya banyak diberikan obat, ayam

dikurung dikandang dan tidak banyak bergerak. Ayam ras dibedakan lagi menjadi ayam petelur dan ayam dikurung

dan ayam potong.


Ayam ras sebagai ayam potong dibedakan menjadi empat kelompok berdasarkan umurnya yaitu :

Ayam muda sekali (spring chicken) dipotong pada umur 4-6 minggu.

Ayam muda (broiler) dipotong pada umur 3-4 bulan

Ayam setengah tua (capon) dipotong pada umur 4-8 bulan

Ayam tua (jantan = cock, hen = betina dipotong pada umur diatas 8 bulan

Ciri-Cirinya :

No. Ayam Daging Kandungan

Lemak Kandungan

Air Timbangan Kegunaan

1 Muda

Sekali Sangat

Lunak Rendah Tinggi Ringan Hid. Yang cepat dalam pengolahannya & tidak menggunakan cairan

2 Muda Lunak Agak

berlemak Agak

rendah Lebih berat Hid. Yang dipanggang

3 Setengah

tua Agak

liat Banyak Relatif lebih

sedikit Berat Hid. Yang perlu air dalam pengolahannya

4 Ayam tua Lebih

liat Lebih tinggi Lebih

rendah Relatif Biasanya diolah untuk diambil kaldunya

KALKUN

Tidak lazim di dapur Indonesia oleh sebab itu kalkun tidak banyak dijual. Kalkun mempunyai cirri-ciri besar dari ayam

negeri mempunyai berat lebih kurang 6-8 kg/ekor. Dagingnya jauh lebih keras dibandingkan dengan ayam negeri.

Biasanya panggang. Di Amerika pada saat paskah sering dihidangkan kalkun ini.

BURUNG MERPATI
Dijual dalam keadaan hidup, biasanya yang sering diolah adalah yang berumur 4-6

ITIK (BEBEK) DAN NILAI (SERATI, MENTOK)

Kedua jenis unggas ini dijual di pasar dalam keadaan hidup. Bebek dan mentok di Indonesia biasa diolah untuk

hidangan tertentu saja misalnya hidangan dari daerah Aceh, Madura, SumBar, dan kel-sel. Sedangkan untuk

masakan asing, biasanya diolah di dapur Cina dan Perancis. Daging itik biasanya lebih keras dibandingkan dengan

daging ayam. Biasanya daging itik mempunyai rasa yang khas.

ANGSA

Masyarakat Indonesia jarang memlihara angsa. Daging angsa tidak lazim dihidangkan di restoran Indonesia. Daging

ini hanya diolah di dapur asing saja. Masakan yang terkenal adalah hati angsa yang dikenal dengan PATE

MACAM-MACAM BURUNG SAWAH

Banyak jenis burung sawah yang dikonsumsi di Indonesia, misalnya :

Burung belibis

Burung ayam-ayam

Burung kuntul

Burung blokek

Burung-burung ini biasanya dijual dipinggiran jalan/kaki lima yang sudah dalam keadaan digoreng.

CIRI- CIRI DAGING UNGGAS YANG BAIK

Daging berasal dari unggas yang masih muda

Tulang dada mudah ditekan / masih lentur

Bulu-bulu tidak dalam /jika membeli unggas hidup

Sisik pada kaki masih lunak

Keadaan fisik unggas utuh, tidak ada koreng atau luka

berbau segar

Warna kulit dan daging kemerahan

Khusus unggas air, selaput jari-jarinya mudah dirobek


sungguh mengenaskan, plasma nutfah unggas lokal terancam punah

Indonesia adalah negara yang mempunyai kekayaan plasma nutfah yang cukup besar. Dari
36 plasma nutfah 80% sudah hampir punah. klo hal ini dibiarkan berlanjut dan tidak ada
penangan khusus maka dikawatirkan 80% plasma nutfah tadi benar-benar akan punah.
Pemerintah harus serius melindungi keberagaman plasma nutfah unggas lokal Indonesia.
Kalau tidak dilindungi dengan serius, klaim negara asing atas plasma nutfah unggas lokal
tinggal menunggu waktu. plasma nutfah unggas lokal Indonesia sangat banyak dan
beberapa di antaranya sudah mulai sulit ditemui. Dua jenis plasma nutfah unggas lokal
yang teridentifikasi punah adalah ayam ciparage dan jantur asal Jawa Barat. Ayam sentul
dengan plasma nutfah murni berasal dari Ciamis, Jabar, kini populasinya tak lebih dari
200 ekor. Begitu pun ayam kedu putih asal Magelang dan sekitarnya populasinya tinggal
300 ekor. Sementara itu, ayam tukong asal Kalimantan bahkan sudah sulit ditemukan.
Banyak plasma nutfah unggas lokal yang juga harus dimurnikan lagi. Menteri Pertanian
Anton Apriantono mengatakan, pihaknya sudah mulai menginventaris koleksi plasma
nutfah. Departemen Pertanian juga sudah melakukan ratifikasi perjanjian plasma nuftah
dengan beberapa negara.
10 Burung Asli Indonesia yang Terancam Punah
Posted by Muhammad Ridwan on Saturday, August 4, 2012

Burung adalah mahluk mekanis dengan segala keindahannya, yang memiliki peranan penting dalam
ekosistem, mereka membantu penyebaran dan menyuburkan tanaman, sehingga bumi menjadi hijau.
Secara ilmiah burung digolongkan dalam hewan kelas aves yang terdapat sekitar belasan ribu spesies
di seluruh dunia. Di Indonesia terdapat sedikitnya 1.500 jenis burung. Dari jumlah tersebut tidak sedikit
yang terdaftar dalam kategori terancam punah (Critically endangered). Saat ini Kita akan Membahas
10 diantaranya, berikut burung asli indonesia yang sangat terancam punah :

1. Celepuk Siau (Otus siaoensis)

Celepuk Siau adalah salah satu burung hantu dari jenis Strigidae. Burung ini merupakan burung yang
hampir punah, burung Celepuk Siau yang mempunyai nama ilmiah Otus Siaoensis ini berhabitat di
daerah Pulau Siau, Sulawesi Utara.

2. Anis-bentet Sangihe (Colluricincla sanghirensis)


Anis-bentet Sangihe (Colluricincla sanghirensis) adalah spesies burung dari keluarga Colluricinclidae.
Anis-bentet Sangihe merupakan hewan endemik Indonesia. Anis-bentet Sangihe memiliki habitat di
kawasan Hutan pegunungan dengan iklim subtropik atau tropis lembap. Hewan ini termasuk hewan
yang terancam, karena kehilangan habitat.

3. Elang Flores (Spizaetus floris)

Elang Flores (Spizaetus floris) merupakan salah satu jenis raptor (burung pemangsa) endemik yang
dipunyai Indonesia. Sayangnya elang flores yang merupakan burung pemangsa endemik flores (Nusa
Tenggara) ini kini menjadi raptor yang paling terancam punah lantaran populasinya diperkirakan tidak
melebihi 250 ekor sehingga masuk dalam daftar merah (IUCN Redlist) sebagai hewa yang sangat
terancam punah (Kritis). Ciri-ciri. Burung elang flores mempunyai ukuran tubuh yang sedang, dengan
tubuh dewasa berukuran sekitar 55 cm. pada bagian kepala berbulu putih dan terkadang mempunyai
garis-garis berwarna coklat pada bagian mahkota.Elang flores merupakan raptor (burung pemangsa)
endemik Nusa Tenggara yang hanya dapat ditemukan di pulau Flores, Sumbawa, Lombok, Satonda,
Paloe, Komodo, dan Rinca.

4. Gagak Banggai (Corvus unicolor)

Gagak Banggaiatau Corvus unicolor, adalah anggota dari gagak dari famili Banggai di Indonesia. Gagak
ini terdaftar sebagai Spesies Kritis oleh IUCN dan pernah dianggap punah, namun akhirnya ditemukan
kembali pada survei di Pulau Peleng pada 2007/2008. Gagak Banggai merupakan gagak yang
berukuran sedang dengan panjang 39 cm dan benar-benar hitam dengan iris mata yang gelap dan
ekor pendek. Penurunan populasi gagak Banggai disebabkan karena hilangnya habitat dan degradasi
seperti pertanian dan ekstrasi.

5. Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)


Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) atau disebut juga Curik Bali adalah sejenis burung sedang dengan
panjang lebih kurang 25 cm. Burung pengicau berwarna putih ini merupakan satwa endemik Indonesia
yang hanya bisa ditemukan di Pulau Bali bagian barat. Burung ini juga merupakan satu-satunya satwa
endemik Pulau Bali yang masih tersisa setelah Harimau Bali dinyatakan punah. Sejak tahun 1991, satwa
yang masuk kategori “kritis” (Critically Endangered) dalam Redlist IUCN dan nyaris punah di habitat
aslinya ini dinobatkan sebagai fauna identitas (maskot) provinsi Bali. Kepunahan Jalak Bali di habitat
aslinya disebabkan oleh deforestasi (penggundulan hutan) dan perdagangan liar.

6. Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea)


Kakatua-kecil Jambul-kuning atau dalam nama ilmiahnya Cacatua sulphurea adalah burung berukuran
sedang, dengan panjang sekitar 35 cm, dari marga Cacatua. Burung ini hampir semua bulunya
berwarna putih. Di kepalanya terdapat jambul berwarna kuning yang dapat ditegakkan. Daerah
sebaran kakatua-kecil jambul-kuning adalah Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Bali, dan Timor, di
tempat yang masih terdapat hutan-hutan primer dan sekunder. Pakan unggas cerdas dan gemar
berkawanan ini terdiri dari biji-bijian, kacang, dan aneka buah-buahan. Burung betina menetaskan
antara dua sampai tiga telur dalam sarangnya di lubang pohon.

7. Merpati Hutan Perak (Columba argentina)


Merpati hutan perak adalah burung yang termasuk dalam burung yang berstatus kritis dalam IUCN,
merpati hutan perak Berukuran besar (40 cm), berwarna abu-abu pucat. Sayapnya berwarna hitam,
ekor dan tubuh bagian bawah keabuan. penyebaran merpati hutan perak meliputi Kep. Simeulue,
Mentawai (P.Sipura, Pagai utara),Kep.Riau (Karimun Besar, Batam, Bintan dan Kepulauan Lingga/Saya),
Kep. Anambas, Natuna utara dan Kep. Karimata di ujung barat Kalimantan.

8. Perkici Buru (Charmosyna toxopei)

Perkici Buru (Charmosyna toxopei) dikenal sebagai burung endemik Pulau Buru. Dikenal pula, bahwa
burung yang berparuh bengkok itu langka. Dan hanya ada di Pulau Buru. Burung perkici buru
ditemukan pada tahun 1921 oleh seorang penjelajah berkebangsaan Belanda, yaitu Hendrik Cornelis
Siebers. Dengan catatan, bahwa Hendrik Cornelis Siebers bukanlah seorang ahli burung, tetapi ahli
serangga. Ukuran badan burung perkici buru adalah 16 cm. Burung ini berwarna hijau atau
kuning.Mahkota depan berwana biru. Pada yang jenis betina,mahkotanya lebih jelas. Pangkal ekornya
pada bagian bawah berwarna merah. Burung ini bersuara ti-ti-ti-ti-ti sangat melengking.

9. Trulek Jawa (Vanellus macropterus)


Trulek Jawa (Vanellus macropterus) adalah salah satu burung langka yang hanya terdapat ( endemik )
di Jawa. Burung dari famili Charadriidae ini pada tahun 1994 pernah dinyatakan punah (Extinct) oleh
IUCN, namun sejak tahun 2000, statusnya direvisi menjadi Kritis . Meskipun begitu, hingga kini
keberadaan Burung Trulek Jawa ini masih misteri masih ada atau bahkan sudah punah. Hingga saat ini
yang dapat dijumpai dengan mudah hanyalah spesimennya (awetannya) saja yang disimpan di
Museum Zoologi, Cibinong. Ciri-ciri Trulek Jawa. Burung Trulek Jawa (Vanellus macropterus) berukuran
sedang, sekitar 28 cm. Bulunya berwarna coklat keabuan dengan kepala hitam. Beberapa daerah yang
diduga didiami burung endemik berstatus krisis ini antara lain Hutan Sawangan, Petungkriyono,
Pekalongan (Jawa Tengah); terakhir terlihat tahun 2001 oleh Tim Komunity Forestry Pekalongan. Hutan
Gunung Ungaran (Jawa Tengah).Merubetiri, Jember (Jawa Timur).

10. Tokhtor Sumatera (Carpococcyx viridis)


Tokhtor Sumatera (Carpococcyx viridis) adalah burung endemik Sumatera termasuk dalam 18 burung
paling langka di Indonesia Burung ini merupakan satu dari tiga spesies Tokhtor yang ada di dunia
selain Tokhtor Kalimantan (Carpococcyx radiceus) yang endemik Kalimantan dan Coral-billed Ground-
cuckoo (Carpococcyx renauldi) yang terdapat di Thailand dan Vietnam. Dulunya, Tokhtor Sumatera
dan Tokhtor Kalimantan dianggap sebagai satu spesies yang sama yang dinamai Tokhtor
Sunda. Burung Tokhtor Sumatera merupakan burung penghuni permukaan tanah dengan ukuran
tubuh yang besar mencapai 60 cm. Burung Tokhtor Sumatera hidup di permukaan tanah dan
memakan vertebrata kecil dan invertebrata besar. Burung endemik Sumatera yang sangat langka dan
terancam punah ini termasuk binatang pemalu
Burung Punah Di Indonesia
May09

2012 6 Comments Written by kutilang indonesia

Kehilangan sesuatau yang tidak mungkin kita dapatkan kembali memang sangat
menyedihkan. Karenanya frase “patut diduga kuat” perlu ditambahkan saat membuat daftar
jenis-jenis burung yang telah punah di Indonesia. Prasangka baik ini diharapkan akan
membangkitkan optimisme untuk melakukan usaha pencarian yang lebih serius dan lebih
keras lagi. Meskipun kadang beberapa jenis burung yang telah puluhan tahun tidak pernah
dijumpai ternyata dapat dijumpai secara tidak sengaja, seperti yang terjadi dengan Tokhtor
sumatra (Carpococcyx viridis).

Kepunahan memang akhir. Suatu jenis burung dikatakan punah bila tidak ada lagi individu
jenis burung tersebut yang masih hidup di muka bumi. Pertanyaan besarnya adalah siapa
yang memiliki hak untuk mengatakan suatu jenis burung sudah atau belum punah. Sebagai
sesama makhluk penghuni muka bumi, kita memiliki hak yang sama untuk menyatakan dan
menyangkal pernyataan bahwa suatu jenis burung telah dan atau belum punah. Agar
pernyataan dan sanggahan ini tidak menjadi debat yang berkepanjangan kita perlu membuat
kesepatakan bersama tentang kriteria kepunahan.

IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources), sebuah
lembaga internasional yang beranggotakan para pemerhati dan peneliti bidang
keanekaragaman hayati dan ekosistem telah membuat kriteria kepunahan. Dalam konteks
burung, kriteria kepunahan IUCN dapat diterjemahkan sebagai berikut: Suatu jenis burung
dapat dikatakan punah jika tidak ada lagi keraguan yang sahih atau sanggahan yang
dilengkapi dengan bukti kuat terhadap fakta yang mengatakan bahwa individu terakhir dari
suatu jenis burung telah mati atau musnah dari muka bumi ini.

IUCN juga membuat kriteria tentang kepunahan di alam, artinya suatu jenis burung dapat
dikatakan punah di alam jika individu yang tersisa hanya hidup di sangkar, atau di
penangkaran, atau hanya individu yang lepas di luar areal persebaran alaminya. Suatu jenis
burung dapat dikatakan punah di alam setelah dilakukan survey dengan metode yang tepat.
Survey minimal dilakukan selama satu siklus hidup jenis burung tersebut pada habitat-habitat
yang sesuai di daerah persebaran alaminya.

Pada akhir tahun 2011, IUCN mempublikasikan 136 jenis burung yang secara global telah
dinyatakan punah dan punah di alam. Kita patut bersyukur karena tidak satu jenis-pun dari
Indonesia yang masuk dalam daftar tersebut. Satu-satunya jenis yang pernah masuk daftar
jenis burung yang telah punah, yaitu Trulek jawa (Vanellus macropterus), sejak tahun 2000
diturunkan statusnya menjadi kritis (Critically endangered). Meski demikian, jika kita
menggunakan kriteria IUCN untuk mencaritahu kepunahan secara lokal di Indonesia maka
kita akan menemukan jenis-jenis dan anak jenis atau ras yang telah punah di alam. Berikut
adalah beberapa jenis burung yang patut diduga kuat telah punah di alam di beberapa
wilayah Indonesia.
A. Jenis-jenis dan anak jenis (ras) yang patut diduga kuat telah punah dan punah di
alam pulau Jawa dan Bali.

1. Trulek Jawa Vanellus macropterus*


Belum ada bukti kuat perjumpaan kembali dengan jenis ini di Pulau Jawa sejak tahun 1940.

Foto diambil dari koleksi pribadi orang Swiss

2. Raja-udang Kalung-biru (ras pulau Jawa), Alcedo euryzona euryzona*


Spesimen (selanjutnya kita sebut saja: awetan) ras pulau Jawa terakhir kali dibuat pada tahun
1937. Belum ada bukti kuat perjumpaan dengan ras ini di pulau Jawa sejak saat itu. Hanya
ada satu laporan perjumpaan yang tidak terkonfirmasi pada tahun 1950’an.

Burung jantan yang ditangkap 10 Jun 1925 di air terjun Rampoa, selatan pegunungan
Serayu, (7°30'LS, 109°30'LT), Jawa tengah. @atas seijin Universitas Amsterdam

3. Caladi batu (ras pulau Jawa), Meiglyptes tristis tristis*


Kelangkaan terjadi akibat perusakan habitat selama abad ke-19. Catatan perjumpaan
terakhir dengan jenis ini terjadi di tahun 1880, dan hampir dapat dipastikan telah punah pada
awal abad ke-20. Masih terdapat beberapa laporan perjumpaan di Taman Nasional Gunung
Halimun, namun belum terkonfirmasi dengan bukti yang cukup kuat.
Di tangkap di suatu tempat di Jawa sebelum tahun 1880 @atas seijin Universitas
Amsterdam

4. Cucak rawa, Pycnonotus zeylanicus**


Nash (1994) mencatat bahwa popularitas Cucak rawa sebagai burung peliharaan telah
mengakibatkan penangkapan secara besar-besaran sehingga mengakibatkan burung ini
punah di pulau Jawa. Masih terdapat beberapa laporan perjumpaan di pulau Jawa, namun
tidak disertai dengan bukti yang cukup kuat.
Burung jantan yang ditangkap 11 Jun 1914, di Bogor (06°34'LS, 106°46'LT), Jawa Barat

5. Mentok rimba , Cairina scutulata**


Kemungkinan besar telah punah di Pulau Jawa.

6. Celepuk merah, Otus rufescens rufescens**


Tidak pernah ada catatan perjumpaan dengan bukti yang kuat di Pulau jawa sejak awal abad
20.

7. Kambangan coklat, Aythya australis**


Tidak pernah ada catatan perjumpaan kembali sejak ditemukan pertama kali tahun 1937 di
Dataran Tinggi Hyang, Jawa Timur. Kemungkinan besar merupakan burung yang tersesat
(vagran) ke pulau Jawa.

8. Celepuk raja, Otus brooki**


Tidak pernah ada catatan perjumpaan kembali sejak ditemukan pertama kali tahun 1916 di
Dataran Tinggi Ijen, Jawa Timur.

9. Pijantung telinga-kuning, Arachnothera chrysogenys chrysogenys**


Tidak pernah ada catatan perjumpaan kembali di Jawa sejak tahun 1929. Meski demikian
burung ini masih dapat dijumpai di Sumatera dan daerah persebaran lainnya.
B. Jenis-jenis dan anak jenis (ras) yang patut diduga kuat telah punah di alam pulau
Sumatera dan Pulau-pulau kecil di sekitarnya.

1. Cucak gelambir-biru (ras Sumatra), Pycnonotus nieuwenhuisii inexspectatus*


Ras yang hanya diketahui dari satu awetan yang dibuat tahun 1937 dan tidak ada catatan
perjumpaan kembali di Sumatera setelah itu. Kemungkinan merupakan jenis hasil hibrid atau
kawin silang.

Buurng ditangkap 21 Maret 1937 di Lesten, Aceh, Sumatra utara. @OBI

2. Puyuh-gonggong kalung (ras Sumatra) Arborophila charltoni atjenensis** Sinonim:


Tropicoperdix charltonii atjenensis
Ras yang hanya diketahui dari satu awetan yang dibuat tahun 1939 dan tidak ada catatan
perjumpaan kembali di Sumatera setelah itu.
Ditangkap sekitar bulan Desember 1938 di Tanjung Karang/Kotabumi (5°LS, 105°LT),
Lampung, Sumatra @atas seijin Universitas Amsterdam

3. Sempidan aceh Lophura hoogerwerfi**


Hanya sekali ditemukan sejak tahun 1940’an.

4. Bubut teragop Centropus rectunguis**


Belum ada bukti kuat perjumpaan kembali dengan jenis ini di pulau Sumatera sejak tahun
1976.

5. Sikatan aceh Cyornis ruckii **


Belum ada bukti kuat perjumpaan kembali dengan jenis ini sejak pertama kali ditemukan
antara tahun 1917 – 1918.

C. Jenis-jenis dan anak jenis (ras) yang patut diduga kuat telah punah di alam di wilayah
Pulau Kalimantan dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.

1. Pelanduk Kalimantan Malacocincla perspicillata* Sinonim: Malacocincla perspicillatum


Hanya diketahui dari satu awetan yang dibuat di sekitar Martapura atau Banjarmasin,
Kalimantan selatan antara tahun 1843 sampai 1848. Belum ada catatan perjumpaan yang
meyakinkan sampai dengan saat ini. Burung ini mungkin sudah punah, namun belum tertutup
kemungkinan masih ada karena sedikitnya usaha pencarian terhadap jenis ini.

2. Tikusan kerdil (ras Kalimantan) Porzana pusilla mira*


Ras yang hanya diketahui dari satu awetan yang dibuat tahun 1912 dan tidak pernah
ditemukan kembali sesudah itu sehingga patut diduga kuat telah punah. Jenis ini memang
sangat sulit ditemukan di lapangan.

D. Jenis-jenis dan anak jenis (ras) yang patut diduga kuat telah punah di alam di
wilayah Pulau Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.

1. Celepuk siau, Otus siaoensis* Sinonim: Otus manadensis siaoensis


Hanya diketahui dari awetan yang dibuat tahun 1866. Burung endemik di Siau, Sulawesi
Utara, sebuah pulau vulkanik kecil. Mungkin belum punah karena beberapa catatan deskripsi
perjumpaan diketahui mirip dengan jenis ini. Meski demikian bukti yang lebih kuat diperlukan
untuk menyatakan bahwa jenis ini belum punah.

2. Nuri talaud (ras pulau Sangihe, Siau dan Ruang) Eos histrio histrio*
Populasi terbesar yang masih tersisa dari jenis ini adalah ras Eos histrio talautensis yang
masih bisa ditemukan di pulau Karakelang, kepulauan Talaud. Perburuan dan perdagangan
membuka kemungkinan besar adanya burung-burung dari ras Eos histrio talautensis yang
terlepas di luar daerah persebaran alaminya yaitu di kepulauan Talaud. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya kawin silang atau hibrid sehingga ras Eos histrio histrio dan Eos
histrio challengeri dapat menjadi punah.

3. Udang-merah Sulawesi (ras kepulauan Sangihe dan Talaud), Ceyx fallax sangirensis*
Ras kepulauan Sangihe ini telah mendekati kepunahan atau bahkan mungkin telah punah.
Teramati terakhir tahun 1997, dan tidak pernah teramati kembali pada tahun-tahun
sesudahnya sampai dengan saat ini. Sementara saudara satu spesiesnya Ceyx fallax fallax
yang terdapat di Pulau sulawesi dan tepi pantai pulau Lambeh masih dapat dijumpai dengan
relatif mudah.

4. Bubut ayam (ras pulau timor), Centropus phasianinus mui*


Ras yang hanya diketahui dari satu awetan yang dibuat tahun 1984 dan tidak pernah
ditemukan kembali sesudah itu. Masih sangat misterius karena memiliki perbedaan nyata
dengan lima ras yang lain, bahkan dimungkinkan sebagai jenis tersendiri.

Sumber:
*http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_extinct_birds
**Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan

Anda mungkin juga menyukai