Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

COVER................................................................................1
KATA PENGANTAR........................................................2
DAFTAR ISI.......................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................................
1. Hari I : AFRIKA.............................................................................................................
1.1 Kambing Gunung (Ammotragus lervia).............................................................4
1.2 Elland (Tavorotragus oriyx)...............................................................................
2. Hari II : AFRIKA...............................
2.1 Hippo (Hipopotamus amphibicus).....................................................................
2.2 Onta Atas ..........................................................................
2.3 Lechwee ( Kobus lechve konfuensis )...............................................................
2.4 Maraboo............................................................
3. Hari III : AFRIKA............................................
3.1. Jerapah (Giraffa camelopardalis).................................................................14
3.2. Ostrich (Struthio camelus)....................................................................................16
3.3. Oryx (Oryx dammah)............................................................................17
3.4. Watusi (Watusi watusi).........................................................................................18
3.5. Sable Antelope (Hippotragus niger).................................................................20
4. Hari IV : RANSUM......................................................................................................23
5. Hari V :GAJAH..........................................................28

PEMBAHASAN
1. HARI 1 ( KAWASAN AFRIKA )
1.1. KAMBING GUNUNG (Ammotragus lervia)

Kambing gunung Morfologi anatomi yang teramati yaitu termasuk dalam


kelompok ruminant, memiliki 2 tanduk. Apabila cuaca dingin maka kambing gunung
akan keluar rambut rambut seperti kapas dan rambut tersebut dapat rontok dengan
sendiriya. Memiliki masa gestasi selama 6 bulan
Pada pagi hari biasanya kambing gunung yang diatas atau dikandang pamer
akan makan dan pada siang hari tidur atau duduk diatas batu batu yang menyerupai
tebing. Pada kambing gunung yang ada dikandang mereka lebih sering makan
daripada duduk dan bermalasan. Dan apabila ada manusia atau apapun yang tidak
biasa dengan mereka, maka mereka akan lari menghindar.
Kebiasaan dari kambing gunung secara umum yaitu lari lari dan meloncat di
batu batu atau tebing, selain itu suka menggosok gosokkan tanduknya di tembok
atau di kayu sehingga tanduknya bisa keropos dan patah. Dan suka berguling
guling di air untuk mandi atau membersihkan tubuhnya, sehingga setiap pagi hari
lantai dialiri air agar kambing bias berguling guling. Namun secara individu
terdapat kebiasaan kebiasaan yang menciri sehingga dapat dibedakan dengan
invidu lain. Apabila, kambing gunung tersebut berperilaku diluar dari kebiasaannya
maka dapat disimpulkan bahwa kambing tersebut terserang penyakit.
Pakan kambing gunung diberikan sehari 3 kali. Pada pagi hari, kambing
gunung diberi makan pellet atau konsentrat dan ditambah dengan rumput gajah.
Pada siang hari, diberi pakan rumput gajah dan jumlahnya lebih sedikit daripada
jumlah pakan pada pagi hari. Pada sore hari, pemberian pakan lebih bervariasi yaitu
rumput gajah, wortel, kacang panjang, pisang, dan kecambah, selain itu pemberian
pakan pada sore hari jumlahnya lebih banyak karena untuk persediaan hingga
keesokan harinya. Sebelum diberi makan untuk sore hari, sisa sisa pakan pagi dan
siang hari dibersihkan dan dibuang karena sudah tidak segar dan kambing gunung

tidak mau memakannya. Selain pakan tersebut kambing gunung juga diberi garam
blok dan feed additive seperti : vitamin E, minyak ikan, kalsium, dll.
Perawatan kambing gunung yaitu dengan pembersihan kandang setiap pagi
dan sore , pemberian makan dan minum, pada pagi hari diberi aliran air untuk
berguling guling atau mandi, sedangkan yang dikandang atau yang tidak
dikeluarkan badannya disemprot dengan air agar bersih. Dan dilakukan pembersihan
kuku setiap 1 bulan sekali,. Untuk hewan yang sakit atau melahirkan juga dirawat
dikandang dengan perawatan yang khusus seperti treatment obat. Untuk hewan yang
diberi obat secara topical dan injeksi, maka kambing tersebut harus dihandling, bila
hanya satu orang bisa dengan tali lasso dan dijepit dikandang, namun apabila lebih
dari satu orang dapat dihandling dengan memegang tanduk dan badannya
dihimpitkan ke tembok.

Di taman Safari terdapat 3 kandang besar dan 3 kandang kecil untuk kambing
gunung. Perkandangan dipisahkan berdasarkan jenis kelamin, dan antara jantan yang
sering bertengkar. 1 kandang kecil digunakan untuk induk dan anak yang baru lahir.
2 kandang besar digunakan untuk jantan masih masing 3 ekor. Dan yang lain
masuk ke kandang besar dan pintunya dibuka agar bisa leluasa ke kandang bebas
disampingnya. Sedangkan 2 kandang kecil lain digunakan apabila ada yang
melahirkan atau sakit. Kandang tersebut diberi enrichment berupa kayu kayu dan
tembok kasar untuk menggosok gosokkan tanduknya. Sedangkan untuk kandang
pamer jantan satu dan semua betina, hanya satu jantan karena untuk menghindari
kambing gunung berlarian dan meloncat loncat atau berebut mengawini. Jadi saat
1 jantan dikandang pamer, jantan lainnya di kandang bebas dibawah, bila ada yang
biasa bertengkar yang 1 dikandangkan.
Penyakit yang biasa menyerang kambing gunung adalah luka luka karena
bertengkar atau kena kandang biasanya diobati dengan menyemprotkan betadine
pada lukanya. Rambut rontok karena gatal dan digosok gosok penangannannya
dengan memberikan vitamin E. penyakit lainnya yaitu penyakit kuku, diare, dan
3

pincang. Sedangkan pemberian obat cacing dilakukan tiap 3 bulan sekali, dan
pengambilan sampel feses untuk peeriksaaan rutin tiap 1 bulan sekali. Pemberian
feed additive atau obat berbentuk kapsul atau kaplet dengan memasukkan ke pisang
dan diberikan ke hewan.
1.2. ELLAND ( Tavoratragus oriyx)

Elland merupakan golongan dari antelope besar, di TSI terdapat sekitar 25


ekor, 5 jantan dewasa, 4 jantan remaja, 2 jantan anakan, dan 14 betina. Elland
termasuk ruminansia yang mempunyai tanduk, tanduk dari elland unik karena
tanduknya yang melintir, tubuhnya besar berwarna coklat, terdapat rambut diujung
ekornya. Unit elland dapat mencapai 40 tahun, masa gestasinya selama 8 bulan.
Behavior dari elland yaitu berlarian, lompat, tidur - tiduran, menyerang dan
mengejar bila diganggu. bersama kelompoknya karena merupakan hewan yang
hidup berkelompok. Namun apabila sakit maka akan berperilaku diluar
kebiasaannya seperti menyendiri dari kelompok, bermalas - malasan, dan dijauhi
temannya. Induk elland akan menyerang siapapun yang mendekati dan menganggu
anaknya. Untuk handling elland secara manual hanya bisa pada elland muda, untuk
yang tua dilakukan pembiusan.
Di TSI II elland diberi pakan rumput giling pada pagi hari diletakkan di
palungan Lokasi, siang diberi ubi cacah yang disebar dijalan lokasi, sedangkan sore
hari diberi wortel cacah yang juga disebar dilokasi. Elland di TSI II tidak
dikandangkan, jadi sehari - hari dilepas dilokasi. Perawatan elland yaitu pemberian
pakan dan feed suplemen, pembersihan lokasi sekitar palungan, dihindarkan dari
zebra karena dapat menggigit dan menendang anak elland, dihindarkan dari pohon
dengan cara memberi kawat pada pohon agar elland tidak bisa menggosok 4

gosokkan tanduk ke pohon dan meminimalisir cedera akibat kayu yang masuk ke
mata.
Penyakit yang biasa diderita oleh elland antara lain, luka - luka, penyakit kuku,
diare, pincang, katarak dan gatal - gatal sehingga bulu rontok. Untuk luka - luka
diobati dengan arcamox, katarak diobati dengan matovit, interdoxin dan pretnison.
Dan untuk induk pasca partus diberi moloco, sedangkan untuk induk yang bunting
diberi novacal untuk menambah kalsium.
2. HARI 2 ( KAWASAN AFRIKA )
2.1. HIPPO (Hipopotamis amphibious)

Di Taman Safari Indonesia II terdapat 8 ekor kuda nil, 4 ekor betina Dan 4
ekor jantan. Hippo termasuk dalam golongan herbivora, bertubuh besar, memiliki 2
telinga, mulutnya lebar an dapat membuka hingga 180, sehingga dapat memakan
atau menggigit makhluk atau benda yang lebih besar, memiliki gigi yang besar dan
tajam. Perbedaan antara jantan betina yaitu hippo betina defekasi di air, sedangkan
jantan defekasi di sembarang tmpat. Hippo mengambil makanan dengan mulut
bukan dengan lidah. Masa gestasi hipo sekitar 6 bulan, sedangkan masa sapihnya 2
bulan, baby hippo mulai belajar makan sekitar umur 1 bulan. Umur maksimum
hippo sekitar 20 tahun, dan dapat dikawinkan bila telah berumur 4 - 5 tahun.
Behavior dari hippo bermacam - macan, antara lain berkubang di air, menjadi agresif
bila diganggu ( contohnya bila diganggu saat makan ), sering berkelahi bila jantan
dengan jantan bergabung, dapat tidur di darat maupun di air, bila tidur di darat maka
hippo akan tidur dan menggoyang - goyangkan badannya. Selain itu, apabila
didekati keeper hippo akan membuka mulut lebar - lebar karena hippo ingin dalam
mulutnya disemprot.

Di TSI II hippo pada pagi hari diberi makan pellet atau konsentrat dan rumput
yang digiling, pemberian pakan ini dilakukan di kandang. Pada siang hari, hippo di
kandang tidak diberi makan, yang diberi makan hanya hippo di kandang pamer
berupa rumput giling. Pada sore hari hippo diberi makan rumput giling, ditambah
makanan variasi berupa wortel, kacang panjang, dan pisang. Pemberian pakan pada
hippo harus ditumpuk jadi satu untuk mempermudah hippo untuk makan, karena
hippo sulit untuk mengambil makanan yang menempel dilantai. Feed suplemen
diberikan saat nafsu makan turun. Pada pagi hari 3 hippo (slamet, yuni, dan yoga)
dikeluarkan ke kandang pamer, kemudian kandang dibersihkan lantainya dari
kotoran dan sisa makanan, dan disemprot dengan air, sambil menyemprot hippo
yang membuka mulutnya, sekitar kandang juga dibersihkan kemudian memberi
makan pagi pada hippo. Pada sore hari bila pengunjung sudah habis, maka hippo
dimasukkan ke kandang. Namun sebelum itu telah disiapkan pakan di kandang.

TSI II memiliki kandang hippo sebanyak 4 inhibit dan 1 kandang exhibit. 1


kandang inhibit digunakan untuk hippo yang baru melahirkan dan anaknya (Ayu
dan Fika). 1 kandang untuk 3 ekor, 2 betina dan 1 jantan (slamet,yuni, dan yoga). 2
kandang untuk 2 jantan dewasa (harjak dan Alosay), dan kadang exhibit digunakan
oleh jantan dewasa lain ( tole ). Di dalam kandang diberi enrichment berupa kolam
untuk berkubang. Kolam di dalam kandang inhibit dikuras dan dibersihkan setiap 1
minggu sekali, sedangkan kolam di kandang exhibit setiap 2 minggu sekali. Dan
kolam besar di kandang pamer dikuras setiap 1 bulan sekali. Kolam dikuras agar
tetap bersih sehingga satwa Tidak mudah terserang penyakit. Penyakit yang biasa
menyerang hippo antara lain, kembung, radang usus, dan nafsu makan turun. Hal ini
dapat dikarenakan makan pakan yang tidak sesuai . Pebgobatannya dengan
penambahan suplemen, pemberian antibiotik dan lain - lain.

2.2. ONTA ATAS

Taman Safari Indonesia II terdapat onta punuk satu yang berjumlah 12 ekor, 7
ekor jantan dan 2 ekor betina dewasa serta 3 ekor betina remaja. Onta termasuk
hewan herbivora yang memiliki lambung tunggal, onta dapat bertahan lama tanpa
mengkonsumsi air karena air yang mereka minum akan disimpan di punuknya
sebagai cadangan. Tinggi onta diukur dari kaki hingga punuk bisa mencapai 2 meter
dan berat mencapai 500 kg. Betina memiliki 4 buah ambing. Masa gestasi onta
sekitar 11 bulan dan sekali partus onta hanya melahirkan 1 anak. Umur onta dapat
mencapai 25 sampai 30 tahun.
Behavior onta seperti herbivora pada umumnya seperti berjalan - jalan,
bermain dan bertengkar satu sama lain serta tidur di pasir. Ketika estrus pada jantan
akan keluar kelenjar seperti kelenjar ludah dan mengembang, mengeluarkan banyak
air liur, selain itu juga onta mengeluarkan suara khas. Onta di TSI II diberi makan 3
kali sehari yaitu pagi,siang dan sore hari. Pagi diberi pakan pellet di kandang, siang
diberi pakan rumput giling di palungan sekitar lokasi, sore harinya di beri pakan
rumput giling di kandang. Pada hari Rabu dan Sabtu diberi tambahan wortel pada
ransumnya. Untuk betina dalam masa laktasi di dalam ransumnya ditambahkan
kacang panjang.
Perawatan onta pada pagi hari yaitu pembersihan kandang dari sisa pakan dan
kotorannya. Kemudian onta dimandikan dengan menggosok tubuhnya agar bersih
dari jamur dan parasit. Setelah onta dimandikan onta akan dikeluarkan ke tempatnya
masing - masing, yaitu 6 ekor di lokasi dan 3 ekor di rekreasi. Sisa 3 ekor onta tetap
dikandangkan karena sudah tua, dan berpenyakit sehingga tidak kayak pamer. Di
TSI II terdapat 6 kandang onta,4 jantan dewasa menempati kandang sendiri - sendiri

karena bila digabung akan berkelahi. Satu kandang diisi 2 ekor dan satu kandang
berisi 3 ekor. Untuk onta rekreasi memiliki kandang tersendiri.
Penyakit yang biasa menyerang onta di TSI II, antara lain diare, gatal dan
tumor. Gatal dapat terjadi pada luka akibat bertengkar, dapat diobati dengan sarex
dan limoxin. Untuk onta yang menderita tumor tetap dikandangkan, karena tidak
layak untuk dipamerkan.
2.3. LECHWEE ( Kobus lechve konfuensis )

Di Taman Safari Indonesia II terdapat 69 ekor lechwee, yang jantan dan


betinanya belum diketahui secara pasti jumlahnya. Lechwee termasuk dalam
golongan ruminansia, berkaki empat, dan berwarna coklat. Hewan ini hidup secara
berkelompok dan memiliki pemimpin. Perbedaan antara jantan dan betina yaitu pada
jantan memiliki tanduk. Lechwee merupakan hewan yang mudah sekali stress,
sehingga apabila akan dikirim ke tempat lain harus dikarantina dulu secara intensif.
Lechwee di TSI II tidak dikandangkan, namun dibiarkan hidup lepas di lokasi.
Sehingga tidak ada perawatan yang khusus, kecuali bila sedang sakit. Pakan untuk
lechwee diberikan tiap pagi, siang, dan sore. Pagi hari diberi konsentrat atau pellet
dijalan sekitar lokasi, siang hari lechwee makan rumput lapang, dan sore hari diberi
rumput giling yang diletakkan dipalungan sekitar lokasi.Penyakit yang biasa diderita
luka - luka dan cacingan, karena tidak dikandangkan atau dilepas dilokasi.
2.4. MARABOO

Taman safari Indonesi II Memiliki 7 ekor bangau tong - tong atau maraboo
yang dibagi menjadi 2 wilayah, 3 ekor berada ditengah rawa, dan 4 ekor diluar rawa
yang semuanya belum diketahui secara pasti jenis kelaminnya. Morfologi dari
maraboo yaitu termasuk dalam marine bird, bersayap hitam dan berbadan putih.
Memiliki paruh dan kaki yang panjang, dan terdapat semacam rambut berwarna
kuning diatas kepalanya, disekitar mata terdapat warna hitam yang melingkari.
Maraboo dapat menghasilkan sekitar 2 butir telur dalam sekali bertelur, dia membuat
sarang diatas pohon yang Tidak tinggi.
Maraboo biasanya berjalan - jalan untuk mencari makanan, dan terbang rendah
untuk berpindah tempat. Namun, maraboo tidak dapat berenang, sehingga yang
didalam rawa tidak dapat keluar rawa karena untuk terbang juga sulit dengan adanya
pin atau nametag di sayapnya. Maraboo di TSI II diberi pakan setiap siang hari
dengan ikan mujair, ditaruh di tempat makan di rawa untuk yang didalam rawa, dan
ditaruh dipinggir rawa untuk maraboo diluar rawa dan pelikan. Maraboo merupakan
hewan lepas, jadi perawatannya hanya dengan memberi makan dan membersihkan
lokasi. Perawatan khusus tidak ada, hanya memantau adanya yang sakit atau tidak.
Penyakit yang biasa menyerang maraboo yaitu cacingan.

3. HARI 3 ( KAWASAN AFRIKA )


3.6. JERAPAH (Giraffa camelopardalis)

Jerapah di Taman Safari berjumlah 5 ekor, 2 jantan dan 3 betina yang dapat
dibedakan berdasarkan alat kelamin dan ukuran tubuh. Tinggi jerapah dapat
mencapai 5 meter dengan berat 800 1300 kg. memilik masa gestasi selama 14 15
bulan. Memiliki leher dan kaki yang panjang, 3 tanduk, pada ujung ekor terdapat
rambut. Berwarna coklat berpola atau bercorak kotak kotak dengan garis pemisah
berwarna putih, setiap individu memiliki corak yang berbeda sehingga dapat
dibedakan satu sama lain.
Behavior jerapah secara umum adalah berjalan jalan, makan dan tidur.
Secara spesifik behavior jerapah yaitu, takut air , menendang dengan kaki depan
maupun kaki belakang, sehingga harus berhati hati bila dekat dengan jerapah. Dan
bisa mengibaskan kepala dan leher untuk menyerang. Apabila jerapah sakit maka
perilakunya akan berubah menjadi diam dan bila sudah parah akan menundukkan
kepalanya. Perilaku saat sedang birahi pada jantan yaitu sangat agresif, dan
mencium vulva betina, pada betina perilaku saat birahi adalah menggosok
gosokkan dirinya ke jantan. Jerapah juga dapat hidup tanpa air dalam waktu yang
lama karena memiliki kemampuan untuk menyimpan air.
Pada pagi hari jerapah di Taman Safari diberi makan konsentrat atau pellet
didalam kandang sebelum dikeluarkan ke kandang pamer. Menjelang siang hari
diberi dedaunan seperti daun nangka, apokat, dan daun kaliandra di kandang pamer.
Sedangkan pada sore hari diberi makan rumput gajah yang tidak digiling, kacang
panjang, wortel dan buncis. Kemudian diberi pakan tambahan berupa bawang
Bombay setiap seminggu 2 kali. Untuk pemberian feed suplemen hanya dilakukan
saat nafsu makan jerapah turun.

10

Untuk menjaga kesehatannya, kandang dibersihkan oleh keeper tiap pagi


setelah jerapah dikeluarkan ke lokasi dan tiap sore sebelum jerapah dikandangkan.
Jerapah dimandikan jika tubuhnya sudah sangat kotor. Selain itu jerapah juga
diberikan vitamin berupa feed additive dan obat anti cacing tiap 3 bulan sekali.
Taman safari Indonesia II memiliki 5 kandang indoor, terdiri dari 4 kandang kecil
dan 1 kandang besar. 1 kandang kecil hanya digunakan jika ada jerapah yang
melahirkan. Kandang besar berisi 3 jerapah, terdiri dari induk betina, pejantan dan
anaknya. 2 kandang kecil masing - masing diisi 1 jerapah baru.
Penyakit yang paling sering menyerang jerapah adalah abcess pada daerah atas
kaki dan TBC, namun TBC tidak pernah terjadi di Taman Safari Indonesia II. Abcess
diobati dengan antibiotik per oral dengan mencampur obat dan pakannya.
3.7. OSTRICH (Struthio camelus)

Ostrich di TSI II berjumlah 13 ekor, terdiri dari 10 pejantan dan 3 betina.


Ostrich merupakan kelompok burung besar yang tidak bisa terbang, namun dapat
berlari dengan kecepatan mencapai 40 km/jam. Ciri pejantannya adalah memiliki
11

bulu berwarna hitam dan paruh serta kakinya berwarna merah, sedangkan betina
memiliki bulu berwarna abu - abu kusam dan paruh serta kaki juga berwarna abu abu, memiliki leher dan kaki panjang, tingginya mencapai 2,5 meter dan berat badan
mencapai 80 - 150kg. Umur ostrich dapat mencapai 30 tahun. Tiap 2 hari sekali
ostrich dapat bertelur dengan berat telur mencapai 1,5 kg. Masa inkubasi telur 60
hari. Ostrich di dalam kandang akan memandikan dirinya dengan debu atau tanah
pada paddock. Apabila ostrich sedang birahi mereka selalu mondar mandir dan akan
jantan akan menari dengan gerakan yang khas untuk menarik perhatian betina.
Pada pagi hari ostrich di TSI II diberi pakan pelet, siang hari diberi pisang dan
jagung, sore harinya diberikan campuran sawi, tahu, kecambah dan pisang.
Perawatan Kandang dibersihkan setiap pagi dan lantainya diberi karbol kemudian
disikat hingga bersih untuk membunuh kuman dan menghilangkan lumut serta bau.
Sebelum kandang dibersihkan ostrich harus dikeluarkan terlebih dahulu. Terdapat 4
kandang indoor, tetapi yang difungsikan hanya 1 kandang untuk tempat 3 ekor
ostrich yang mengalami sakit mata. Ketiga ostrich sakit tersebut akan terlalu
beresiko pada pengunjung atau ostrich lain jika dilepas ke lokasi. Selain itu juga
terdapat paddock didepan kandang, sehingga pada sore hari ostrich di lokasi
dimasukkan ke paddock. Penyakit yang sering muncul pada ostrich adalah jamur
pada kakinya atau aspergilosis dan luka pada daerah mata akibat berkelahi satu sama
lain. Obat diberikan rutin per oral dengan mencampur bersama pakannya.
3.8. ORYX (Oryx dammah)

Di Taman Safari Indonesia II terdapat 3 ekor oryx, yang terdiri dari 2 jantan
dan 1 ekor betina. Oryx termasuk golongan ruminan dengan berat badan kurang
lebih 150 kg . morfologi oryx yaitu memiliki tanduk, didaerah kepala depan
berwarna putih, leher sampai pangkal leher berwana coklat, badan dan kaki
12

berwarna putih, pantat dan ekor berwarna coklat, terdapat rambut di ujung ekornya,
berkuku belah. Masa gestasi oryx adalah sekitar 8-9 bulan, dan umurnya bisa
mencapai sekitar 30 tahun. Kebutuhan satu ekor oryx sekitar 7501 kkal. Cara makan
orix dengan merenggut pakan menggunakan bibirnya. Apabila sedang birahi oryx
menjadi sangat agresif dan dapat menyerang manusia, tanda - tanda lainnya adalah
jantan mengendus vulva betina.di TSI II pagi dan siang hari oryx diberi makan
rumput gajah, sedangkan sore diberi pakan rumput gajah ditambah wortel, kacang
panjang, dan ubi yang di cacah. Makanan variasi dicacah agar memudahkan untuk
makan. Pakan pelet tidak diberikan karena dapat mengakibatkan myasisnya kambuh.
Pemberian feed suplemen hanya dilakukan saat nafsu makan turun.
Pagi hari oryx dikeluarkan dari kandang, kemudian kandang dibersihkan
dengan cara disapu dan diberi desinfektan, disikat hingga bersih. Oryx yang sakit
dikeluarkan ke paddock dan kandang oryx sakit sakit juga dibersihkan. Selanjutnya
oryx diberi pakan dan yang sakit diobati. Terdapat 3 kandang istirahat, masing masing diisi 1 ekor, setiap kandang terdapat tempat makan dan minum masing masing. Serta terdapat paddock untuk tempat oryx yang tidak dilepas ke lokasi atau
tempat oryx yang sakit. Penyakit yang biasa menyerang oryx adalah myasis,
pengobatan dilakukan secara per oral dengan memberikan obat armofit, arcamox,
dan senzon. Secara injeksi diberikan marbocyl, serta topical dengan menyemprotkan
betadine dan gusanex.
3.9. WATTUSI (Watusi watusi)
Wattusi di TSI II sebanyak 25 ekor,jantan 11 ekor dan 14 ekor betina. Hewan
ini merupakan hewan ruminansia seperti sapi. Namun watusi memiliki tanduk yang
semakin tua akan semakin panjang dan besar. Hewan ini hidup dengan cara
berkelompok dan memiliki pemimpin, memiliki warna tubuh coklat tua dengan
tanduk berwarna putih. Umurnya dapat mencapai 30 - 40 tahun, dengan masa gestasi
selama 9 bulan. Dan 3 bulan setelah melahirkan sudah mau untuk kawin lagi. Anak
wattusi disapih pada umur 6 - 10 bulan.

13

Wattusi hidup Berkelompok dengan satu pemimpin, biasanya anggota


kelompok akan mengikuti pemimpinnya. Namun, apabila sakit maka akan menjauh
dari kelompoknya. Wattusi memiliki behavior yang aneh yaitu menggali tanah
dengan kakinya dan menggosok - gosokkan tubuhnya ke pohon, biasanya sampai
pohonnya roboh. Apabila birahi maka betina akan mengeluarkan lendir dari vulva
dan vulvanya berwarna merah. Sedangkan jantan bila birahi cenderung suka
menyerang manusia.
Pakan wattusi di TSI II diberikan setiap pagi, siang, dan sore hari. Pagi hari
diberi pellet di kandang, kemudian siang hari diberi rumput giling di palungan yang
terdapat di lokasi, sore hari diberi rumput giling lagi di kandang. Satu kelompok
wattusi tersebut dapat menghabiskan pellet sekitar 50 kg dalam sehari.
Wattusi pada pagi hari dilepas dilokasi dan sore hari dimasukkan ke kandang,
perawatannya sama seperti sapi secara umum. Tidak ada perawatan yang khusus,
hanya diberi makan dan minum. Dan memantau apakah ada yang sakit atau tidak. Di
TSI II sistem perkadangan wattusi adalah kandang terbuka, seperti paddock yang
memiliki tempat makan dan tempat minum. Penyakit yang biasa menyerang wattusi
adalah penyakit kulit, seperti kadas
3.10.

SABLE ANTELOPE (Hippotragus niger)


Di Taman Safari Indonesia II terdapat 3 ekor sable antelope dengan jenis

kelamin betina, 1 ekor jantan sudah mati dikarenakan adanya obstruksi makanan
yang disebabkan oleh pemberian rumput yang telah digiling. Morfologi anatomi dari
sable antelope mirip dengan kuda karena memiliki rambut di atas vertebrae dan
leher, namun hewan tersebut juga memiliki ciri khusus yaitu memiliki Perut dan
pantat berwarna putih, bertanduk 2, wajahnya berwarna putih dengan warna coklat
ditengah wajah. Hewan ini umurnya dapat mencapai 50 tahun. Masa gestasinya 6
14

bulan, dan masa sapih sekitar 4 bulan. 3 bulan setelah melahirkan indukan mau
untuk dikawin lagi. Untuk membedakan antara jantan dan betina dapat dilihat dari
warna rambutnya, jantan memiliki rambut hitam pekat, sedangkan betina memiliki
warna coklat. Sable antelope bukan merupakan hewan dengan perilaku yang khusus
atau spesifik, behaviornya sama dengan hewan lain seperti makan, berjalan - jalan,
lari - lari disekitar lokasi, biasanya dilokasi jerapah. Apabila akan kawin maka jantan
akan suka menyerang pada manusia.

Pakan dari sable antelope di TSI II diberikan tiga kali dalam sehari yaitu pada
pagi,siang, dan sore hari. Pada pagi hari diberi pellet di kandang, kemudian siang
hari diberi rumput gajah yang masih utuh di lokasi, sore harinya diberi makanan
variasi, yaitu wortel, kacang panjang, dan pisang yang dicacah agar memudahkan
hewan tersebut untuk makan. Apabila pakan dimakan atau diambil, maka nafsu
makan hewan tersebut akan menurun. Pemberian feed suplemen dilakukan apabila
nafsu makan hewan tersebut menurun.
Perawatan sable antelope sama dengan perawatan hewan lain, seperti
pembersihan kandang dengan desinfektan, pengeluaran hewan ke lokasi, pemberian
pakan secara rutin, pemberian obat cacing setiap 3 bulan sekali, dan pengobatan
hewan yang sakit. Sistem kandang untuk sable antelope yaitu secara indoor, dengan
tempat pakan dan minum didalamnya didepan kandang indoor terdapat paddock
namun saat ini digunakan untuk lechwee yang dikarantina. Kandang sable berada
dalam satu kawasan dengan kandang wattusi. Maka sable antelope harus
dimasukkan terlebih dahulu sebelum memasukkan wattusi. 3 ekor sable antelope
tersebut dimasukkan dalam satu ruang kandang berukuran sekitar 3 x 3 meter.

15

Penyakit yang pernah diderita sable antelope di TSI II adalah obstuksi saluran
pencernaan akibat tingginya serat kasar dari rumput yang digiling, dalam pencernaan
tidak dapat dicerna dan membentuk bolus sehingga menyebabkan obstruksi. Namun
secara umum penyakit yang menyerang sable antelope bermacam - macam antara
lain, diare dan myasis.
4. HARI 4 ( RANSUM )

Dapur ransum satwa Taman Safari Indonesia II merupakan pusat atau sentral
dari semua pakan atau ransum satwa. Disini merupakan tempat menyimpan bahan pakan
dan menyusun ransum untuk semua satwa di TSI II. Bahan pakan antara lain rumput
gajah, DOC, ulat hongkong, kroto, daging ayam, daging kangguru, pellet, pur, dog
food, roti, ubi, pisang, wortel, sawi, kangkung, kacang panjang, tahu, kecambah, ikan
kembung, ikan mujair, pepaya, apel, tomat, salak, jambu biji, jeruk, dan biji - bijian yang
semuanya memiliki kualitas baik. Bahan pakan tersebut dikirim ke TSI II dari berbagai
tempat seperti DOC dari charoen pokphand jaya setiap 2 minggu sekali sekitar 20 - 40
dus, daging ayam dari wonokoyo setiap hari , daging kangguru dari Australia, buah sayur
biji - bijian tahu ikan mujair dari KUD setempat dikirimkan setiap hari sesuai permintaan
TSI II, ikan kembung dikirim dari batang - jawa tengah setiap 3 - 4 bulan sekali, dog
food dengan merk dagang alpo, sedangkan pellet ada dua merk dagang yaitu guyofeed
dan fringa.

16

Kegiatan di dapur ransum pada pagi hari yaitu mengecek dan menimbang
barang yang datang, menyiapkan ransum yang akan dikirim ke kawasan - kawasan dalam
karung sesuai dengan kebutuhannya. Siang hari mencacah ubi untuk besok, memotong
wortel dan bawang bombay untuk membuat sup besoknya. Sup digunakan untuk pakan
anjing dibuat tidak menggunakan bumbu, untuk meningkatkan nafsu makan, dalam sup
digunakan 5 ekor ayam. Khusus untuk gajah, rumput gajah yang digunakan adalah
rumput yang ditanam sendiri oleh TSI II karena rumput gajah yang dibeli dari KUD
terlalu muda sehingga gajah sering mengalami kembung. Untuk pengiriman pakan ke
lokasi satwa dilakukan 4 kali, 2 kali di pagi hari yaitu pemberian pellet untuk hewan
lepas dan pengiriman rumput ke kandang, siang hari pengiriman rumput dan makanan
variasi ke kandang serta menebar ubi di jalan untuk hewan lepas, dan memberi rumput
ke palungan hewan, sedangkan sore hari untuk pengiriman rumput ke kandang.

17

Selain pakan pokok hewan juga diberi enrichment food yang berbeda tiap
spesiesnya. Enrichment food untuk beruang coklat yaitu dog food, pepaya, ikan lele, dan
Jus buah. Untuk harimau , harimau putih, macan tutul, cheetah dan singa adalah daging,
rusa dan nilgay yaitu ubi jalar dan wortel, dan untuk beruang madu yaitu dog food, jus
buah, daging, ikan lele, gula. Untuk beruang himalaya yaitu dog food, ikan lele, dan
daging, sedangkan untuk elland yaitu wortel, ubi dan daun - daunan. Untuk gajah yaitu
wortel, ubi, ranting daun, gula merah, pelepah kelapa, untuk ostrich yaitu jagung pipilan,
taoge, dan pisang. Untuk landak yaitu jagung, ubi jalar, dan pellet, untuk orang utan yaitu
jus buah, gula merah, kelapa, dan kacang kulit, sedangkan untuk simpanse yaitu jus buah
dan gula. Untuk waterbuck dan lechwee yaitu ubi jalar dan wortel, sedangkan untuk
jerapah yaitu daun - daunan dan bawang bombay. Daun - daunan untuk jerapah antara
lain daun nangka, daun apukat, dan daun kaliandra.
HARI 5 : GAJAH (Elephas maximus sumatranus)

Taman Safari Indonesia II memiliki gajah sebanyak 26 ekor, terdiri dari 6 ekor
jantan dan 20 ekor betina. Gajah termasuk dalam golongan herbivore, dan dapat
mencapai berat 4 5 ton. Morfologi dari gajah yaitu memiliki telinga lebar sebagai
thermoregulasi, mempunyai belalai yang digunakan untuk mengambil pakan, menggali,
bernafas, penciuman dan dalam belalai ini selalu berlendir, apabila tidak berlendir berarti
gajah tersebut sedang sakit. Selain itu juga memiliki leher yang pendek, memiliki ekor
dan ujungnya terdapat rambut, tubuhnya besar berwarna abu abu, memiliki kulit tebal
dan berkerut yang mempunyai rambut, serta berpori pori besar. Memiliki kaki empat,
dengan jumlah kuku kaki depan sebanyak 10 dan kaki belakang 8. Umur dari gajah dapat
mencapai 80 tahun, masa gestasinya selama 22 24 bulan, dan selama hidupnya gajah
18

maksimal dapat beranak sebanyak 7 kali. Anak gajah mulai disapih umur 4 6 tahun,
mulai belajar memakan rumput sekitar umur 2 tahun, dan indukan sudah mau kawin lagi
setelah 5 tahun melahirkan. Berat anak gajah yang baru lahir sekitar 100 kg. Gajah jantan
mulai dewasa kelamin atau bisa dikawinkan sekitar umur 25 - 30 tahun,sedangkan betina
sekitar umur 18 tahun. Gajah membutuhkan air sebanyak 150 200 liter per hari per
ekor,dan dapat menghasilkan urine sebanyak 5 l /ekskresi. Pada gajah jantan terdapat
gading yang dapat tumbuh besar dan panjang, sedangkan pada gajah betina juga tumbuh
gading kecil dan arah pertumbuhannya ke bawah sehingga gading mudah patah, gajah
mulai tumbuh gading sekitar umur 1 tahun. Siklus estrus gajah setiap 4 bulan sekali.
Gajah hanya memiliki gigi geraham yang beratnya mencapai 4 kg dan mengalami
pergantian gigi sebanyak 6 kali dalam hidupnya. Sekali defekasi gajah mengeluarkan
sekitar 8 butir bolus atau kotoran yang masing masing beratnya mencapai 2 kg. bila
dalam kondisi normal feses berwarna hijau atau kuning, dan pecah setelah keluar. Daya
penciuman gajah mencapai 1 mil untuk mendeteksi bahaya atau kawannya, dan telapak
kaki gajah tidak keras karena untuk mengetahui getaran bumi, atau adanya bencana.
Semua gajah di TSI II ditanami microchip daerah atas telinga sebelah kiri. Dan untuk
pengambilan darah gajah di telinga dan sebaiknya pada siang hari karena pembuluh
darah akan terlihat. Gajah tidak memiliki kelenjar air mata sehingga air matanya akan
terus keluar dengan sendirinya dan tidak bisa untuk ditahan.
Behavior dari gajah bermacam macam antara lain, mandi lumpur untuk
melindungi dari sengatan matahari, untuk penyamaran bila dihabitatnya, dan untuk
menghindari lalat. Kemudian senang bermain main terutama yang kecil,
menyemprotkan tanah dan sisa pakan ke tubuhnya untuk mengusir lalat dan melindungi
dari lalat, mengibaskan ekor dan belalainya untuk mengusir lalat, menggosok gosokkan
tubuh ke kayu, mengibaskan telinga untuk thermoregulasi, pada siang hari atau cuaca
panas semakin sering, jantan lebih agresif. Gajah tidur dengan cara rebahan atau berdiri
dan belalainya menempel ditanah, karena gajah hidup berkelompok maka bila waktunya
tidur, jantan dalam kelompok atau betina yang berkuasa tidak tidur untuk menjaga
kawanannya. dalam satu kelompok gajah dapat terdiri dari 30 40 ekor gajah, dan
dipimpin oleh gajah betina, karena betina lebih pintar untuk mencari makan. Gajah
bersifat merusak, serakah dan rakus. Selain itu, gajah juga suka menggoyang
goyangkan tubuhnya untuk memacu jantung mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Gajah
juga suka berkelahi, baik jantan dengan jantan mauoun betina dengan betina, awal akan
bertarung terlihat kepala dan belalai saling beradu, namun apabila salah satu tidak berani
19

maka tidak terjadi perkelahian. Apabila hujan turun maka gaja akan berlari lari dan
berkelahi satu sama lain., namun bila sakit dia akan menyendiri dan menjauh dari
kelompoknya. Apabila stress telinga da leher gajah akan mengeras, dan matanya melotot.
Gajah dapat menahan kelahiran bila merasa keadaan sekitarnya tidak aman. Tanda estrus
gajah betina akan keluar lender dari vulva, dan gajah jantan akan keluar sifat liarnya, dan
keluar cairan minyak dari lubang didepan telinga, lubang tersebut juga bengkak sebelum
atau sesudah keluar minyak. Biasanya sebelum dikawinkan dites terlebih dahulu, betina
dideteksi dengan gajah jantan, jantan dites dengan betina dengan perbandingan 1 jantan 6
betina, pada awal usia kawin sperma gajah dites untuk melihat apakah dia siap
dikawinkan. Gajah dikawinkan selama 1 minggu kemudian libur 1 minggu 10 hari
kemudian dikawinkan lagi.
Pakan untuk gajah di TSI II pada pagi hari yaitu pellet sekitar 5 kg / ekor dan
rumput. Pada siang hari diberi rumput dan makanan tambahan berupa ubi dan pelepah
kelapa atau ranting, wortel, pisang , pada sore hari diberi rumput. Pakan ditambah
dengan gula merah untuk menambah nafsu makan dan menjaga stamina. Perawatan
untuk gajah yaitu pagi hari pembersihan kotoran di kandang, disikat dan disemprot,
kemudian gajah dimandikan pada pagi dan sore hari, penimbangan dilakukan setiap satu
bulan sekali untuk melihat perkembangan berat badan dan mendeteksi terserangnya
penyakit. Gajah diberi obat cacing setiap 6 bulan sekali. Berat badan dapat diukur
dengan timbangan digital, lingkar dada dan rumus.
Kandang gajah terdapat 4 kotak besar dan 2 kotak kecil, 1 kotak untuk kandang
perawatan ( sakit dan melahirkan), 1 kotak untuk perawatan induk dan anak. 1 kandang
atau satu kotak diisi sekitar 6 -7 ekor dilihat ukurannya, 1 kandang terdapat 1 jantan
dewasa. Kandang diberi enrichment berupa kayu, sedangkan lokasi diberi enrichment
kayu, kolam air, dan kolam lumpur. Kolam air setiap 2 bulan sekali dikuras. Untuk
kandang memiliki persyaratan yaitu lantai miring, atap tidak bocor, dan bebas predator.
Penyakit yang diderita biasanya gondong, abses, kutil, katarak. Kembung, dan
cacingan. Pengobatan gondong dengan didekatkan ke air, abses berisi nanah dioperasi
dan abses berisi daging bisa dihilangkan sendiri dengan menggosok gosok
tubuh,cacingan diberi obat mounil sebanyak 6 butir. Pemberian vitamin untuk yang sakit
dilakukan setiap hari, untuk gajah normal setiap 2 -3 hari sekali.

20

Anda mungkin juga menyukai