Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan yakni keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Rumah
sakit yang ialah salah satu dari masukana kesehatan, ialah tumpuan pelayanan
kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
penyembuhan dan pemulihan bagi pasien (Depkes RI, 2004). diberikut akan dibahas
terkena Makalah tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). 

BAB II
PEMBAHASAN
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

A. Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Instalasi Farmasi Rumah Sakit yakni suatu bagian/unit/divisi atau akomodasi dirumah
sakit, kawasan penyelenggaraan tiruana acara pekerjaan kefarmasian yang ditujukan
untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar dan Amalia, 2004). Instalasi Farmasi
Rumah Sakit dikepalai oleh seorang apoteker dan dimenolong oleh beberapa orang
apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
dan ialah kawasan atau akomodasi penyelenggaraan yang bertanggung tanggapan
atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian (Siregar dan Amalia, 2004).

B. Tugas dan Fungsi  Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan


Farmasi di Rumah Sakit, kiprah pokok farmasi Rumah Sakit yakni sebagai diberikut:

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal


b. Menyelenggarakan acara pelayanan farmasi profesional berdasarkan mekanisme
kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
d. Memdiberi pelayanan berkarakter melalui analisa, dan penilaian untuk meningkatkan
mutu pelayanan farmasi
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
f. Menyelenggarakan pendidikan dan petes di bidang farmasi
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium
rumah sakit.

Fungsi farmasi rumah sakit yang tertera pada Kepmenkes No.


1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit yakni
sebagai diberikut:

a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi


b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

C. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Menurut Kepmenkes Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar Pelayanan


Farmasi di Rumah Sakit. Struktur organisasi minimal di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
yaitu :

a. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit


b. Administrasi Farmasi
c. Pengelolaan perbekalan farmasi
d. Pelayanan farmasi klinik
e. Manajemen mutu
BACA JUGA

 Contoh Makalah Kesehatan Wacana Ancaman Merokok


 Contoh Makalah Kesehatan - Sistem Dan Pelayanan Kesehatan Di
Indonesia
 Contoh Makalah Rekam Medis
D. Pengelolaan Pembekalan Farmasi

Menurut Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004, fungsi pelayanan farmasi rumah


sakit sebagai pengelola perbekalan farmasi dimulai dari pemilihan, perencanaan,
pengadaan, produksi, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian, pengendalian,
penghapusan, manajemen dan pelaporan serta penilaian yang diharapkan bagi acara
pelayanan.

    1. Pemilihan
Merupakan proses acara semenjak dari meninjau dilema kesehatan yang terjadi di
rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, memilih kriteria pemilihan
dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi hingga menjaga dan
memperbaharui standar obat.

   2.Perencanaan 
Merupakan proses acara dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi
yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat
dengan memakai metode yang sanggup dipertanggung jawabankan dan dasar-dasar
perencanaan yang sudah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi
metode konsumsi dan epidemiologi diubahsuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman perencanaan berdasarkan DOEN, formularium rumah sakit, standar terapi
rumah sakit, ketentuan setempat yang berlaku, data catatan medik, anggaran yang
tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa persediaan,data pemakaian periode
yang lalu, dan planning pengembangan.

   3.Pengadaan
Merupakan acara untuk merealisasikan kebutuhan yang sudah direncanakan dan
disetujui, melalui pembelian secara tender (oleh panitia pembelian barang farmasi) dan
secara pribadi dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan, melalui
produksi/pembuatan sediaan farmasi (produksi steril dan produksi non steril), dan
melalui sumbangan/droping/hibah.

   4. Produksi
Merupakan acara menciptakan, mengubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan
farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah
sakit. Kriteria obat yang diproduksi yakni sediaan farmasi dengan formula khusus,
sediaan farmasi dengan harga murah, sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih
kecil, sedian farmasi yang tidak tersedia dipamasukan, sediaan farmasi untuk
penelitian, sediaan nutrisi parenteral, rekonstruksi sediaan obat kanker.

   5. Penerimaan
Merupakan acara untuk mendapatkan perbekalan farmasi yang sudah diadakan sesuai
dengan hukum kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinasi atau
sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi yaitu pabrik harus
memiliki akta analisa, barang harus bersumber dari agen utama, harus memiliki
material safety data sheet (MSDS), khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus
memiliki certificate of origin, dan expire date minimal 2 tahun.

   6. Penyimpanan
Merupakan acara pengaturan perbekalan farmasi berdasarkan persyaratan yang
diputuskan berdasarkan bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan kestabilannya, simpel
tidaknya meledak/terbakar, dan tahan/tidaknya terhadap cahaya, disertai dengan
sistem isu yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

   7. Pendistribusian
Merupakan acara mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan
individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk
menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas dasar kegampangan
untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan:

      a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada


      b. Metode sentralisasi atau desentralisasi
      c. Sistem floor stock, resep individu, dispensing takaran unit atau kombinasi

BAB III
PENUTUP

Apapun dan bagaimanapun, Rumah Sakit ialah kawasan yang sempurna orang -orang
yang mengalami gangguan kesehatan, baik jiwa, fisik dan lainnya. walaupun ada sistem
perawatan rumah yang dilakukan oleh sebahagian orang, namun tetap saja tidak
terbaik kalau dibandingkan dengan sistem perawatan yang sudah dilakukan di setiap
Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA

 Depkes RI. (1999). Keputusan MenKes RI Nomor 1333/MENKES/SK/XII/1999


tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.
 Depkes RI. (2009). UU RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta:
Depkes RI.
 Adikoesoemo, Manajemen rumah sakit Jakarta : pustaka Sinar Harapan, 2003
 Greef, Judith A., komunikasi kesehatan dan perubahan perilaku. Djokjakarta:
Gadjah Mada University Press., 1996
 Notoatmojo, Soekidjo, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta, 1997
 Muninjaya, Gde AA, Manajemen Kesehatan,ed.2. Jakarta : EGC, 2004
 Abdul Kadir, Pengenalan Sistem Informasi, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2003
 Andri Kristanto, Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasinya, Penerbit Gava
Media, Yogyakarta, 2003.
 Jogiyanto H.M., Akt., Ph.D., Analisis Analisis dan Desain Sistem Informasi,
Penerbit Andi, Yogyakarta, 2005.
 Witarto, Memahami Sistem Informasi, Penerbit Informatika, 2004.
 Siregar, C.J.P., dan Amalia, L., Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan.
Jakarta: Penerbitan Buku Kedokteran EGC, 2004

Anda mungkin juga menyukai