Anda di halaman 1dari 70

 #460 (tanpa judul)

 
 #468 (tanpa judul)
 
 Downloads
 
 GALERI
 
 Tamu dan Diskusi
 
 Tentang Saya

Zulkarnaini Personal Blog


Trainer, Praktisi dan Pemerhati Pendidikan

TEKNIK PENYUSUNAN BAHAN AJAR


(pengantar sederhana)
Oleh Zulkarnaini*)
1. Tujuan
Setelah mengikuti kegiatan ini, peserta diharapkan mampu dan berhasil:

(1)     mengungkapkan keberadaan bahan ajar dalam pembelajaran;

(2)     mengungkapkan pengertian dan jenis bahan ajar;

(3)     mengungkapkan prinsip dan teknik (langkah-langkah) penyusunan bahan ajar;

(4)     menyusun bahan ajar yang dapat dimanfaatkannya dalam pembelajaran di kelas.

2. Uraian Materi
2.1 Keberadaan Bahan Ajar dalam Pembelajaran
Bahan ajar memiliki posisi amat penting dalam pembelajaran. Posisinya adalah sebagai
representasi (wakil) dari penjelasan guru di depan kelas. Keterangan-keterangan guru, uraian-
uraian yang harus disampaikan guru, dan informasi yang harus disajikan guru dihimpun di
dalam bahan ajar. Dengan demikian, guru akan dapat mengurangi kegiatannya menjelaskan
pelajaran. Di kelas, guru akan memiliki banyak waktu untuk membimbing siswa dalam belajar
atau membelajarkan siswa.

Pada sisi lain, bahan ajar berkedudukan sebagai alat atau sarana untuk mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Oleh karena itu, penyusunan bahan ajar hendaklah
berpedoman kepada standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), dan standar komepetnsi
lulusan (SKL). Bahan ajar yang disusun bukan mempedomani  SK, KD, dan SKL tentulah tidak
akan memberikan banyak manfaat kepada peserta didik.

Bahan ajar juga merupakan wujud pelayanan satuan pendidikan terhadap peserta didik.
Pelayanan individual dapat terjadi dengan bahan ajar. Peserta didik berhadapan dengan bahan
yang terdokumentasi. Ia berurusan dengan informasi yang konsisten (taat asas). Peserta yang
cepat belajar, akan dapat mengoptimalkan kemampuannya dengan mempelajari bahan ajar.
Peserta didik yang lambat belajar, akan dapat mempelajari bahan ajarnya berulang-ulang.
Dengan demikian, optimalisasi pelayanan belajar terhadap peserta didik dapat terjadi dengan
bahan ajar.

Jadi, keberadaan bahan ajar sekurang-kurangnya menempati tiga posisi penting. Ketiga posisi
itu adalah sebagai representasi sajian guru, sebagai sarana pencapaian standar kompetensi, 
kompetensi dasar,  standar kompetensi lulusan, dan sebagai pengoptimalan pelayanan terhadap
peserta didik.

2.2 Pengertian dan Jenis Bahan Ajar


Bahan ajar adalah materi yang harus dipelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar (Depdiknas, 2003). Materi pembelajaran (instructional
materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan
harus dipelajari oleh siswa untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Ada
beberapa jenis materi pelajaran. Jenis-jenis itu adalah fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan
sikap atau nilai.
Materi pembelajaran yang termasuk fakta misalnya nama-nama objek, peristiwa sejarah,
lambang, nama tempat, nama orang, dan sebagainya. Materi pembelajaran yang termasuk
konsep misalnya pengertian, definisi, ciri khusus, komponen, dan sebagainya. Materi
pembelajaran yang temasuk prinsip umpamanya dalil, rumus, adigium, postulat, teorema, atau
hubungan antarkonsep yang menggambarkan ”jika …, maka …”, seperti ”Jika logam dipanasi
maka akan memuai”, dan sebagainya. Materi pembelajaran yang berupa prosedur adalah
langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan tugas. Termasuk ke
dalamnya cara-cara yang digunakan untuk melakukan atau menghasilkan sesuatu. Sikap atau
nilai merupakan materi pembelajaran afektif seperti kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong,
semangat, minat belajar, dan sebagainya.
2.3 Prinsip dan Prosedur Penyusunan Bahan Ajar
Ada tiga prinsip yang diperlukan dalam penyusunan bahan ajar. Ketiga prinsip itu adalah
relevansi, konsitensi, dan kecukupan. Relevansi artinya keterkaitan atau berhubungan erat.
Konsistensi maksudnya ketaatazasan atau keajegan – tetap. Kecukupan maksudnya secara
kuantitatif materi tersebut memadai untuk dipelajari.

Prinsip relevansi atau keterkaitan atau berhubungan erat, maksudnya adalah materi
pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Jika kemampuan yang diharapkan oleh menghafalkan fakta, materi yang disajikan adalah
fakta. Kalau kompetensi dasar meminta kemampuan melakukan sesuatu, materi pelajarannya
adalah prosedur atau cara melakukan sesuatu. Begitulah seterusnya.

Prinsip konsistensi adalah ketaatazasan dalam penyusunan bahan ajar. Misalnya kompetensi
dasar meminta kemampuan siswa untuk menguasai tiga macam konsep, materi yang disajikan
juga tiga macam. Umpamanya kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa adalah menyusun
paragraf deduktif, materinya sekurang-kurangnya pengertian paragraf deduktif, cara menyusun
paragraf deduktif, dan cara merevisi paragraf deduktif. Artinya, apa yang diminta itulah yang
diberikan.

Prinsip kecukupan, artinya materi yang disajikan hendaknya cukup memadai untuk mencapai
kompetensi dasar. Materi tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Jika materi terlalu
sedikit, kemungkinan siswa tidak akan dapat mencapai kompetensi dasar dengan
memanfaatkan materi itu. Kalau materi terlalu banyak akan banyak menyita waktu untuk
mempelajarinya.

Ada beberapa prosedur yang harus diikuti dalam penyusunan bahan ajar. Prosedur itu meliputi:
(1) memahami  standar isi dan standar kompetensi lulusan, silabus, program semeter, dan
rencana pelaksanaan pembelajaran; (2) mengidentifikasi jenis materi pembelajaran
berdasarkan pemahaman terhadap poin (1); (3) melakuan pemetaan materi; (4) menetapkan
bentuk penyajian; (5) menyusun struktur (kerangka) penyajian; (6) membaca  buku sumber; (7)
mendraf (memburam) bahan ajar; (8) merevisi (menyunting) bahan ajar; (9) mengujicobakan
bahan ajar; dan (10) merevisi dan menulis akhir (finalisasi).

Memahami  standar isi (Permen 22/2006) berarti memahmai standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Hal ini telah dilakukan guru ketika menyusun silabus, program semester,
dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Memahami standar kompetensi lulusan (Permen
23/2006) juga telah dilakukan ketika menyusun silabus. Walaupun demikian, ketika
penyusunan bahan ajar dilakukan, dokumen-dokumen tersebut perlu perlu dihadirkan dan
dibaca kembali. Hal itu akan membantu penyusun bahan ajar dalam mengaplikasikan prinsip
relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Selain itu, penyusunan bahan ajar akan terpandu ke arah
yang jelas, sehingga bahan ajar yang dihasilkan benar-benar berfungsi.

Mengidentifikasi jenis materi dilakukan agar penyusun bahan ajar mengenal tepat jenis-jenis
materi yang akan disajikan. Hasil identifikasi itu kemudian dipetakan dan  diorganisasikan
sesuai dengan pendekatan yang dipilih (prosedural atau hierarkis). Pemetaan materi dilakukan
berdasarkan SK, KD, dan SKL. Tentu saja di dalamnya terdapat indikator pencapaian yang telah
dirumuskan pada saat menyusun silabus. Jika ketika menyusun silabus telah terpeta dengan
baik, pemetaan tidak diperlukan lagi. Penyusun bahan ajar tinggal mempedomani yang ada
pada silbus. Akan tetapi jika belum terpetakan dengan baik, perlu pemetaan ulang setelah
penyusunan silabus.

Langkah berikutnya yaitu menetapkan bentuk penyajian. Bentuk penyajian dapat dipilih sesuai
dengan kebutuhan. Bentuk-bentuk tersebut adalah seperti buku teks, modul, diktat, lembar
informasi, atau bahan ajar sederhana. Masing-masing bentuk penyajian ini dapat dilihat dari
berbagai sisi. Di antaranya dapat dilihat dari sisik kekompleksan struktur dan pekerjaannya.
Bentuk buku teks tentu lebih kompleks dibandingkan dengan yang lain. Begitu pula halnya
modul dengan yang lain. Yang paling kurang kompleksitasnya adalah bahan ajar sederhana.
Sesuai dengan namanya ”sederhana”, tentu wujudnya juga sederhana.

Jika bentuk penyajian sudah ditetapkan, penyusun bahan ajar menyusun struktur atau
kerangka penyajian. Kerangka-kerangka itu diisi dengan materi yang telah diatetapkan.
Kegiatan ini sudah termasuk mendraf (membahasakan, membuat ilustrasi, gambar) bahan ajar.
Draf itu kemudian direvisi. Hasil revisi diujicobakan, kemudian direvisi lagi, dan selanjutnya
ditulis akhir (finalisasi). Selanjutnya, guru telah dapat menggunakan bahan ajar tersebut untuk
membelajarkan siswanya.

3. Pertanyaan dan Tugas


3.1 Pertanyaan
(1)    Bagaimana keberadaan bahan ajar dalam pembelajaran? Jelaskanlah jawaban Anda secara
ringkas!
(2)    Apa yang dimaksud dengan bahan ajar? Apa sajakah jenis-jenis bahan ajar itu?
Jelaskanlah jawaban Anda secara ringkas!

(3)    Ungkapkanlah kembali prinsip-prinsip dan langkah-langkah penyusunan bahan ajar!

3.2 Tugas
Susunlah bahan ajar berdasarkan pemahaman Anda tentang standar kompetensi, kompetensi
dasar, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ada! Penyusunan bahan ajar
agar dilakukan secara individu. Satu bahan ajar seharusnya untuk satu pertemuan.

Padang, Juni 2009

Bahan ajar atau materi ajar adalah bahan atau materi yang harus dipelajari siswa dalam satu
keatuan waktu tertentu. Bahan ini dapat berupa konsep, teori, dan rumus-rumus keilmuan;
cara, tatacara, dan langkah-langkah untuk mengerjakan sesuatu; dan norma-norma, kaidah-
kaidah, atau nilai-nilai. Bahan ajar untuk pembelajaran koginitif (pengetahuan) akan berwujud
teori-teori atau konsep-konsep keilmuan. Bahan ajar untuk pembelajaran psikomotorik
(keterampilan) akan berwujud cara atau prosedur mengerjakan dan menyelesiakan sesuatu.
Sedangkan bahan ajar untuk pembelajaran afektif (sikap) akan berwujud nilai-nilai atau norma-
norma. Jadi, bahan ajar menyangkut dengan aspek yang harus dipelajari siswa dalam ranah
koginitif, psikomotorik, dan afektif.

Keberadaan bahan ajar dalam pembelajaran sangatlah penting. Bahan ajar m

Tentang iklan-iklan ini


Terkait
BAHAN AJAR MENULISdalam "Sastra dan Seni"
PENGUNJUNG "TEKNIK MENYUSUN BAHAN AJAR"dalam "Berita"
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) (informasi sederhana)dalam "Pengembangan Profesi"

36 KOMENTAR

by  ZULKARNA INID IRAN   on  JUNI 28, 2009     •    PERMALINK

P oste d in   K TS P

P os Se bel umny a

PENGAYAAN ATAU PENGANIAYAAN


P os Be ri kutnya

PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA YANG  BERMAKNA


Tinggalkan komentar

36 Komentar

1.

cecep
  /  Juli 13, 2009

kurang komplit pak !

o
zulkarnainidiran
  /  Juli 13, 2009

Bahan ajar ini memang kurang komplit, karena itu disebut pengantar sederhana

2.

lisna
  /  Agustus 1, 2009

thanks pa, Insya Allah bermanfaat infonya, karena kita mo coba bikin bahan ajar utk lokal (se
gugus..)dgn memberdayakan kkg..informasi lainnya ditunggu pa..

Balas

o
zulkarnainidiran
  /  Agustus 4, 2009

Yolah, Bu Lisna. Optimalkanlah kegiatan KKG di gugus. Upayakan setiap kegiatan


ada produknya. Selamat bekerja.


asliati (eli)
  /  Agustus 11, 2009

Pak, trima kasih untuk semuanya. Format analisis indikator yang Bapak
berikan ketika lokakarya di tiku, li kembangkan di MGMP dengan sedikit
penambahan kolom untuk indikator yang telah direvisi. Kawan-kawan sangat
senang bekerja dan ndak sabar menunggu kedatangan Bapak di MGMP.
Masih di Bandung, Pak? Jan lupo yo, Pak.tangal 15 Agustus kita ke Cacang,
trm ksh Pak.


zulkarnainidiran
  /  Agustus 16, 2009

Eli, saya benar-benar minta maaf. Saya sudah siapkan bahan untuk
pertemuan kita 15 Agustus di Cacang. Akan tetapi, saya ada kegiatan dan
Direktorat Bindiklat, Ditjen PMPTK pada hari yang sama. Kegiatan itu
berlangsung lima hari, Jumat sampai dengan Selasa 14 – 18 Agustus 2009.
Jika teman-teman masih menunggu, tentu kita cari jadwal lain. Insya-Allah
saya akan cari waktu yang pas untuk kegiatan di tiga sekolah ini.

Jika ada format yang dikembangkan, itu sangat bagus. Seyogianya teman-
teman tidak hanya mengembangkan yang ada tetapi juga membuat yang
baru. Misalnya untuk menyeleksi materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian, dan sebagainya. Format-format dan atau instrumen
yang berkaitan dengan itu, perlu dikembangkan di MGMP. Dengan demikian
eksistensi MGMP sebagai perkumpulan pendidik profesional akan terlihat.
Pada saatnya, MGMP benar-benar menghasilkan sesuatu untuk peningkatan
mutu pendidikan di satuan pendidikan. Begitulah, Li, ya.

3.

jo
  /  Agustus 23, 2009

pak maksih banyak atas infonya. salam kenal dari saya mahasiswa UM
4.

rudianto
  /  Oktober 12, 2009

tlng kerangkanya pak

o
zulkarnainidiran
  /  Oktober 16, 2009

Terima kasih, Anda mampir ke blog saya dan membaca teknik penyusunan bahan
ajar. Kerangkanya dapat dilihat pada contoh bahan ajar sederhana yang tersaji pada
blog ini. Kerangka bahan ajar itu fleksibel, lentur, sesuai kebutuhan. Sepertinya
belum ada yang baku. Bahan ajar sederhana yang saya sajikan, jika diamati Anda
akan temukan kerangkanya di situ. Terima kasih

5.

theodora
  /  Oktober 13, 2009

isinya bagus tapi tak pas dengan judu yang bilang teknik bahan ajarl.tak langsung
pada intinya.tks

6.

theodora
  /  Oktober 13, 2009

isinya bagus tapi tak pas dengan judul yang bilang teknik bahan ajar.tak langsung
pada intinya.tks

o
zulkarnainidiran
  /  Oktober 16, 2009
Terima kasih, Anda mampir ke blog saya. Nanti akan saya upayakan setiap tulisan
pas dengan judul.

7.

agusrida
  /  Februari 1, 2010

Pak, bahan ajar yang ditampilka sudah ida pakai sebagai contoh dalam kegiatan pelatihan. Ida
berharap ada contoh bahan ajar yang lain.Makasih. wasalam

o
zulkarnainidiran
  /  Februari 1, 2010

Yalah, silakan pakai selama beermanfaat. Contoh yang lain akan kita coba untuk
menulisnya. Akan tetapi, akan lebih bermakna bermanfaat jika contoh yang lain
ditulis oleh rekan-rekan dan blog ini siap untuk menampungnya. Makasi, Ida telah
mampir ke blog saya.

8.

agitara
  /  Februari 2, 2010

pak, tolong info tentang bahan pembelajaran cetak ya. thanks

o
zulkarnainidiran
  /  Februari 3, 2010

Bahan pembelajaran cetak yang dilegalisasi oleh pemerintah, dapat diunduh pada
situs pusat perbukuan, yaitu bahan cetak buku sekolah elektronik (BSE)
9.

Junaidi
  /  Mei 6, 2010

Ass. Pak, mohon diberikan contoh format buku ajar yang bisa mendapat bantuan dari DIKTI.
terimakasih

o
zulkarnainidiran
  /  Mei 6, 2010

Walalaikum salam, Pak Junaidi. Tidak ada format buku ajar yang baku. Variasinya
banyak. Hal itu ditentukan oleh kebutuhan dan ketentuan yang berlaku untuk suatu
institusi. Jika ada bantuan dari Dikti dalam penulisan buku ajar, tentu institusi
bersangkutan memiliki syarata dan kriteria tertentu pula. Saya belum memilikinya.
Jadi, mohon maaf Pak Jun, saya belum dapat memenuhi permintaan Pak Jun.
Terimakasih telah mampir di blog saya.

10.

Dasmaniar
  /  Mei 6, 2010

Ass ww! Pk. boleh tanya di luar bahan ajar, yaitu tentang team teaching . bagaimana
sesungguhanya pelaksanaan team teaching dalam proses belajar? Mohon penjelasan!

o
zulkarnainidiran
  /  Mei 9, 2010

Waalaikum salam wr wb. Tugas guru adalah memberikan pelayanan kepada peserta
didik dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru dapat melayani peserta didik yang
satu kelas itu lebih dari satu orang (dua, tiga, dst.) Pemberian layanan dalam satu
kelas pada satu kesatuan waktu oleh beberapa orang guru disebut pengajaran
bertim (team teaching). Caranya? Buat perencanaan (RPP) bersama, bagi tugas
dengn jelas di dalam kelas (siapa mengerjakan apa dan mempertanggungjawabkan
apa). Lakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
memotivasi (lihat: PP 19/2005 tentang SNP dan Permendiknas 41/2007 tentang
Standar Proses). Itu, ya sekedar jawaban. Terima kasih, Ibu mampir di blog saya.

11.

Aris
  /  Mei 7, 2011

terima kasi, paling tidak menjadi bahan bacaan.

12.

harliyanto
  /  September 27, 2011

maaf pak apa bapak punya contoh mahan ajar buat nelayan

o
zulkarnainidiran
  /  September 27, 2011

Belum ada Pak Anto, jika ada nanti saya muat di sini. Makasi, Pak Anto mampir di
blog saya. Salam

13.

Ummah
  /  Oktober 4, 2011

terima kasih pak,,, atas tulisannya ini,,, sangat membantu tgs MK saya ttg bahan ajar
o
zulkarnainidiran
  /  Oktober 5, 2011

makasi kembali

14.

Maz Moelyadi
  /  Mei 27, 2012

Dalam uraian mengenai prosedur penyusunan bahan ajar. Buku apa yang bpk pakai sebagai
referensi dan siapa pengaranganya? dimana saya bisa membelinya? Jika buku itu karangan bpk
bagaimana saya memesannya? mohon dibalas …. penting!

15.

Maz Moelyadi
  /  Mei 28, 2012

Dalam prosedur penyusunan bahan ajar, buku apa yang bapak gunakan sebagai referensinya?
apa nama judulnya dan bagaimana saya dapat membelinya? jika itu buku karangan bapak,
bagaimana saya memesannya? makasih……… mohon dijawab! pentinggg

16.

irene sri mulyanti


  /  April 25, 2013

TERIMA KASIH PAK! SANGAT MEMBANTU …

o
zulkarnainidiran
  /  April 26, 2013
Makasi kembali

17.

ardiyanto hasugian
  /  November 17, 2013

pak tolong lebih detilnya mengenai proses penyusunan bahan ajarnya pak. kalau bisa
penyusunan bahan ajar bahasa indoensia

o
zulkarnainidiran
  /  November 21, 2013

Pak Ardiyanto, detilnya tentang proses penyusunan bahan ajar biasanya melalui
workshop. Jika Bapak berada di daerah saya Sumatera Barat, saya bisa bantu.
Untuk contoh bahan ajar Bahasa Indonesia ada di blog ini, basisnya memang KBK
bukan KTSP. Bapak bisa lihat di blog ini contoh bahan ajar sederhana tentang
mennulis buku harian. Begitu, Pak Ardiyanto, ya.

18.

tari
  /  Juli 28, 2015

Pak, terima kasih share pengetahuannya. Bagaimana dengan buku ajar untuk BIPA? Apakah
Bapak ada contoh atau saran. Terima kasih

o
zulkarnainidiran
  /  Agustus 7, 2015

Terimakasih kembali, belum ada contoh untuk IPA yang saya buat. Saya guru
Bahasa Indonesia, jadi tidak kompeten menulis contoh bahan ajar untuk mata
pelajaran lain.
19.

jamaris am
  /  Februari 1, 2016

Minta izin download artikelnyo yo Mamak. Tarimo kasih banyak. Wassalam

1. erisrisnawati31"s Blog
2. PENYUSUNAN BAHAN PEMBELAJARAN | cancer55

Tinggalkan Balasan

S S R K J S M

« Feb   Jul »
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30  

Juni 2009
 TOTAL P ENGUNJU NG

o 271,659 Orang
 TENTA NG SA YA

 O NLINE VIEWER

 TULIS AN TERA TA S

o CONTOH BAHAN AJAR SEDERHANA oleh Zulkarnaini


o PEMBELAJARAN TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL
o POLA PELAKSANAAN PENDIDIKAN BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP
(LIFE SKILL EDUCATION)
o TEKNIK PENYUSUNAN BAHAN AJAR
o PROGRAM SUPERVISI AKADEMIK DAN MENEJERIAL
PENGAWASAN SEKOLAH
o PERANAN PENGAWAS SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN
MUTU PENDIDIKAN
o Tentang Saya
o Contoh Bahan Ajar B. Indonesia SMP
o GBPP BUDAYA ALAM MINANGKABAU SLTP
o SEKOLAH EKSKLUSIF, LAYU SEBELUM BERKEMBANG
 BLO GROLL

o Data Pokok Pendidikan

o M. Ihsan Weblog
o M. Ihsan Zul Personal Site
o Website Depdiknas
o Website Pendidikan
o Website UNP
o WordPress.com
o WordPress.org
 KO MENTAR TERBA RU

Cerita Anak di TEORI DAN APRESIASI SASTRA DAL…

indri oktavia di POLA PELAKSANAAN PENDIDIKAN BE…

jamaris am di TEKNIK PENYUSUNAN BAHAN A…

PENYUSUNAN BAHAN PEM…di TEKNIK PENYUSUNAN BAHAN A…

Salman Piliang di MELIHAT WAJAH SENDIRI

zulkarnainidiran di TEKNIK PENYUSUNAN BAHAN A…


tari di TEKNIK PENYUSUNAN BAHAN A…

zulkarnainidiran di PERANAN PENGAWAS SEKOLAH DALAM…

hisbul di PERANAN PENGAWAS SEKOLAH DALAM…

zulkarnainidiran di PROGRAM SUPERVISI AKADEMIK DAN…


 LINK TERTINGGI

o zulkarnainidiran.files.wo…

o zulkarnainidiran.files.wo…
o cancer55.wordpress.com/20…
o isaninside.net/2014/02/se…
 JENDELA

o #460 (tanpa judul)

o #468 (tanpa judul)


o Downloads
o GALERI
o Tamu dan Diskusi
o Tentang Saya
 JENIS TU LISA N

o Berita (11)

o Kegiatan (14)
o KTSP (10)
o Kurikulum (8)
o Opini (58)
o Pengembangan Profesi (12)
o Sastra dan Seni (3)
o Tulisan (19)
o Uncategorized (13)
 BLO G IND ONES IA
  TULIS AN IHSA N ZUL

o Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba
lagi nanti.
 IP & COUNTER

teaching-and-formation
  BLO G EDUKA SI

o Kuli Panggul Lulusan SD Ini Kantongi Ratusan Dolar Dari Google setiap
Bulan Oktober 12, 2016 Bursa Arsitektur

o Generasi Sulit Konsentrasi Juli 13, 2016 Bursa Arsitektur


o WiZiQ Indonesia - Kelas Online Juli 2, 2016 Bursa Arsitektur
o Sepeda Motor Google Bisa Jalan Sendiri April 4, 2016 Bursa Arsitektur
o Software matematika GeoGebraFebruari 28, 2016 Bursa Arsitektur

BUAT SITUS WEB ATAU BLOG GRATIS DI WORDPRESS.COM.


 Ikuti

 About
 TOS
 Contact
 Privacy Policy
 Daftar Isi


BERBAGI CERITA
Tokoh, Keyakinan, Inspirasi, Filosofi, Pendidikan, dan Soal-Soal
  Home
 Tokoh
 Keyakinan
 Filosofi
 Guru
 Materi
o
o
o
o
o
 Soal-Soal
o
o
o
o
Search... ?

Berbagi Cerita  Bahan Ajar  Pendidikan  Langkah-Langkah Pembuatan dan Penyusunan Bahan Ajar yang


Mudah Dipraktikkan

Langkah-Langkah Pembuatan dan


Penyusunan Bahan Ajar yang Mudah
Dipraktikkan
muttaqin granitic  7/01/2016  Bahan Ajar  Pendidikan 
Langkah-Langkah Pembuatan dan Penyusunan Bahan
Ajar yang Mudah Dipraktikkan
Salah satu kendala utama yang membuat para pendidik jarang membuat bahan ajar sendiri,
berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, di antaranya lebih disebabkan oleh tidak
dikuasainyacara pembuatan bahan ajar. Hal ini dikarenakan petunjuk atau panduan pembuatan
bahan ajar yang ada selama ini terkadang sulit dipahami dan susah untuk dipraktikkan oleh
pendidik. Maka dari itu, wajar jika para pendidik jarang ada yang bisa mengembangkan bahan ajar
sendiri.

Untuk mengubah dan memperbaiki kondisi tersebut, maka pada bagian ini akan disajikan
pembahasan tentang langkah-langkah penyusunan dan pembuatan bahan ajar yang mudah
dipraktikkan. Langkah-langkah pokok dalam penyusunan dan pembuatan bahan ajar terdiri dari
analisis kebutuhan belajar, menyusun peta bahan ajar, dan membuat bahan ajar berdasarkan
struktur masing-masing bentuk bahan ajar.

Langkah 1 : Melakukan Analisis Kebutuhan Bahan Ajar


Langkah pertama pembuatan bahan ajar adalah melakukan analisis kebutuhan bahan ajar.
Lantas, apakah yang dimaksud dengan analisis kebutuhan bahan ajar? Perlu kita pahami bersama
bahwa analisis kebutuhan belajar adalah suatu proses awal yang dilakukan untuk menyusun bahan
ajar. Dalam analisis kebutuhan bahan ajar, di dalamnya terdapat tiga tahap. Tahapan dalam analsis
kebutuhan bahan ajar terdiri dari: analisis terhadap kurikulum, analisis sumber belajar, dan
penentuan jenis serta judul bahan ajar. Keseluruhan proses tersebut menjadi bagian integral dari
suatu proses langkah-langkah pembuatan bahan ajar yang tidak bisa kita pisah-pisahkan. Berikut
penjelasan tahap-tahap dalam analisis kebutuhan bahan ajar.

1.    Tahap 1 : Menganalisis Kurikulum


Tahap pertama ini ditunjukkan untuk menentukan kompetensi-kompetensi yang memerlukan bahan
ajar. Dengan demikian, bahan ajar yang kita buat benar-benar diharapkan dapat menjadikan peserta
didik menguasai segala kompetensi yang ditentukan. Untuk mencapai hal tersebut, kita perlu
mempelajari lima hal sebagai berikut:
a.    Standar Kompetensi
Standar kompetensi yaitu kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang mendiskripsikan
penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dapat dicapai pada setiap
tingkatan. Standar kompetennsi terdiri dari beberapa kompetensi dasar sebagai acuan baku yang
wajib dipenuhi dan berlaku secara nasional. Dalam konteks pembuatan bahan ajar, maka tugas kita
adalah menentukan standar kompetensi yang ingin dipenuhi oleh peserta didik.

b.    Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata
pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi. Untuk pembuatan bahan
ajar, maka dalam hal ini kita mesti mengidentifikasikan kompetensi dasar-kompetensi dasar yang
diharapkan bisa dikuasai oleh peserta didik.

c.    Indikator Ketercapaian Hasil Belajar


Indikator yaitu rumusan kompetensi yang spesifik, yang dapat dijadikan sebagai acuan kriteria
penilaian dalam menentukan kompeten atau tidaknya peserta didik. Setelah menganalisis
kompetensi dasar, maka indikator adalah hal berikutnya yang mesti kita analisis. Sehingga, kita
dapat mengetahui kompetensi yang spesifik, yang nantinya dijadikan sebagai dasar pertimbangan
dalam menentukan bahan ajar yang tepat.

d.    Materi Pokok
Materi pokok adalah sejumlah informasi utama yang berisi pengetahuan, keterampilan, auan nilai
yang disusun sedemikian rupa oleh pendidik agar peserta didik menguasai kompetensi yang telah
ditetapkan. Materi pokok adalah objek analisis berikutnya yang harus kita telaah. Jadi setelah
menganalisis indikator, maka kita berlanjut pada analisis materi pokok. Materi pokok ini menjadi
salah satu acuan utama dalam menyusun isi bahan ajar.

e.    Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar adalah suatu aktivitas yang didesain oleh pendidik supaya dilakukan oleh para
peserta didik agar mereka menguasai kompetensi yang telah ditentukan melalui kegiatan
pembelajaran yang diselenggarakan. Jadi, pengalaman belajar haruslah disusun secara jelas dan
operasional, sehingga langsung bisa dipraktikkan dalam kegiatan pembelajaran.

Itulah lima komponen utama yang harus kita pahami sebelum kita melakukan analisis kurikulum.
Selanjutnya, dalam hubungannya dengan analisis kurikulum, analisis pengalaman belajar
ditunjukkan untuk mengidentifikasi bentuk serta bahan ajar yang tepat dan sesuai untuk aktivitas
pembelajaran yang dilakukan peserta didik. Kemudian, jika kita sudah sampai pada analisis
pengalaman belajar (yang akan dilakukan oleh peserta didik) tersebut.

Berdasarkan analisis kurikulum ini, maka kita dapat mengetahui jumlah bahan ajar yang harus
dibuat dan disiapkan dalam satu semester tertentu. Selain itu, kita dapat mengetahui dan
mengidentifikasi jenis bahan ajar yang relevan dan cocok untuk digunakan.

Kebutuhan bahan ajar dapat dilihat dari silabus mata pelajaran. Sedangkan jenis bahan ajar agar
dapat diturunkan dari pengalaman belajarnya. Semakin jelas pengalaman belajar diuraikan, maka
akan semakin mudah bagikita untuk menentukan jenis bahan ajarnya. Dan jika analisis dilakukan
terhadap seluruh standar kompetensi, maka akan diketahui pula banyaknya bahan ajar yang harus
disiapkan.

2.    Tahap 2 : Analisis Sumber Belajar


Setelah melakukan analisis kurikulum, langkah selanjutnya dalam menganalis kebutuhan belajar
adalah menganalisis sumber belajar. Apa dan bagaimana analisis sumber belajar itu dilakukan,
tidaklah susah. Yang penting kita harus memahami terlebih dahulu bahwa sumber belajar yang akan
digunakan sebagai bahan untuk penyusunan bahan ajar perlu dilakukan analisis. Andapun kriteria
analisis terhadap sumber belajar tersebut dilakukan berdasarkan kesesuaian, ketersediaan, dan
kemudahan dalam memanfaatkannya. Cara analisis sumber belajar adalah dengan
menginventarisasi ketersediaan sumber belajar yang dikaitkan dengan kebutuhan. Berikut ini
merupakan penjelasan kriteria dalam menganalsis sumber belajar.
a.    Kriteria Ketersediaan
Kriteria ketersediaan berkenaan dengan ada tidaknya sumber belajar di sekitar kita. Jadi kriteria
pertema ini mengacu pada pengadaan sumber belajar. Usahakan agar sumber belajar yang kita
gunakan prakti dan ekonomis, sehingga kita mudah untuk menyediakannya. Jika sumber belajar
tidak ada atau tempatnya jauh, maka sebaiknya jangan kita gunakan.

b.    Kriteria Kesesuaian
Kriteria kesusaian maksudnya adalah apakah sumber belaar itu sesuai atau tidak dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Jadi, hal utama yang dilakukan dalam kriteria kedua ini adalah
memahami kesesuaian sumber belajar yang dipilih dengan kompetensi yang mesti dicapai oleh
peserta didik. Jika sumber belajar tenyata dinilai membantu peserta didik untuk menguasai
kompetensi yang harus mereka kuasai, maka sumber belajar itu layak untuk digunakan. Namun, jika
tidak, sebaiknya jangan digunakan.

c.    Kriteria Kemudahan
Kriteria kemudahan maksudnya adalah mudah atau tidaknya sumber belajar itu disediakan maupun
digunakan. Jika sumber belajar itu membutuhkan persiapan, keahlian khusus, serta perangkat lain
yang rumit, sedangkan kita jelas-jelas belum mampu untuk menggunakannya, maka sebaiknya
jangan digunakan. Kita sebaiknya memilih sumber belajar yang mudah pengadaan maupun
pengoperasiannya. Dengan demikian, bahan ajar itu bisa benar-benar efektif membuat peserta didik
menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.

3.    Tahap 3 : Memilih dan Menentukan Bahan Ajar


Tahap ketiga dalam analisis kebutuhan bahan ajar adalah memilih dan menentukan bahan ajar.
Langkah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu kriteria bahwa bahan ajar harus menarik dan
dapat membantu peserta didik untuk mencapai kompetensi. Karena pertimbangan tersebut, maka
langkah-langkah yang hendaknya kita lakukan antara lain menentukan dan membuat bahan
ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan dengan kompetensi dasar yang akan diraih oleh
peserta didik, serta menetapkan jenis dan bentuk bahan ajar berdasarkan analsis kurikulum dan
analisis sumber bahan.

Berkaitan dengan pemilihan bahan ajar, ada tiga prinsip yang dapat dijadikan sebagai pedoman
dalam memilih dan menentukan bahan ajar, yaitu :
a.   Prinsip Relevasi
Arti dari prinsip relevansi yaitu bahan ajar yang dipilih sebaiknya ada hubungannya dengan
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
b.   Prinsip Konsistensi
Dalam prinsip konsistensi, bahan ajar yang dipilih harus mempunyai niai keajegan. Jadi, antara
kompetensi dasar yang mesti dikuasai peserta didik dengan bahan ajar yang telah disiapkan
mempunyai keselarasan dan kesamaan.
c.   Prinsip Kecukupan
Dalam prinsip kecukupan, ketika kita memilih bahan ajar, hendaknya dicari yang memadai untuk
membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.

Langkah 2 : Menyusun Peta Bahan Ajar


Setelah proses analisis kebutuhan bahan ajar selesai kita laksanakan, selanjutnya dalammembuat
dan menyusun bahan ajar kita akan mengetahui jumlah bahan ajar yang mesti kita siapkan dalam
satu semester tertentu. Maka, langkah yang perlu kita lakukan berikutnya adalah menyusun peta
kebutuhan bahan ajar. Hal ini penting kita lakukan mengingat peta bahan ajar mempunyai banyak
kegunaan. Menurut Diknas, paling tidak ada tiga kegunaan penyusunan peta kebutuhan bahan ajar.
Kegunaan dari penyusunan peta bahan ajar adalah:
a.    dapat mengetahui jumlah bahan ajar yang harus ditulis
b.    dapat mengetahui sekuensi atau urutan bahan ajar (urutan bahan ajar ini sangat diperlukan dalam
menentukan prioritas penulisan)
c.    dapat menentukan sifat bahan ajar

Berkaitan dengan sifat bahan ajar, penting bagi kita untuk memahami bahan ajar yang
bersifatdependent dan independent. Bahan ajar dependent adalah bahan ajar yang ada kaitannya
antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lainnya, sehingga dalam penulisannya harus
saling memperhatikan satu sama lain, apalagi jika masing-masing bahan ajar itu saling
mempersyaratkan. Sedangkan bahan ajar independent adalah bahan ajar yang berdiri sendiri atau
dalam penyusunannya tidak harus memperhatikan atau terikat dengan bahan ajar lainnya.
Jika peta kebutuhan bahan ajar telah kita buat, maka tahap berikutnya dalam menyusun bahan
ajar adalah menyusun bahan ajar menurut struktur bentuk bahan ajar masing-masing. Dengan
demikian, perlu kita pahami bahwa masing-masing bentuk bahan ajar memiliki struktur yang
berbeda-beda. Maka dari itu, kita juga harus memahami struktur dari berbagai bentuk bahan ajar
tersebut.

Langkah 3 : Membuat Struktur Bahan Ajar


Langkah ketiga dalam pembuatan bahan ajar adalah membuat struktur bahan ajar. Bahan ajar
terdiri dari atas susunan bagian-bagian yang kemudian dipadukan, sehingga menjadi sebuah
bangunan utuh yang layak disebut sebagai bahan ajar. Susunan atau bangunan atau bangunan
bahan ajar inilah yang dimaksud dengan struktur bahan ajar. Sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya bahwa masing-masing bentuk bahan ajar memiliki struktur berbeda. Oleh karena itu,
kita perlu memahami dan mengetahui masing-masing bentuk bahan ajar tersebut agar nisa
membuat berbagai bahan ajar yang baik. Namun, dari beraneka ragam struktur bahan ajar yang
ada, secara umum ada tujuh komponen dalam setiap bahan ajar, yaitu judul, petunjuk belajar,
kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan, tugas atau langkah kerja, dan
penilaian.

Demikian artikel kami tentang langkah-langkah pembuatan dan penyusunan bahan ajar yang mudah
dipraktikkan. Semoga artikel ini yang membahas tentang langkah-langkah pembuatan dan
penyusunan bahan ajar yang mudah dipraktikkan bermanfaat untuk para pembaca.

Pustaka : Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Kreatif karya Andi Prastowo
Artikel Lain Yang Juga Harus Dibaca
 KATEGORI DAN BENTUK SUMBER BELAJAR YANG HARUS KITA TAHU
 MEMBUAT BAHAN AJAR INOVATIF
 Ada 6 Unsur yang Harus Ada dalam Bahan Ajar
 Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan Metode Pembelajaran Modul Lengkap
 Pengertian, Faktor-Faktor, dan Efektivitas Hasil Belajar Siswa di Kelas
 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Modul Praktikum
 Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi Siswa dengan Menggunakan Modul Praktikum

 Twitter
 Facebook
 Google
 Tumblr
 Pinterest

NEXT
Soal Sejarah : UAS Genap Terbaru

PREVIOUS
ISI BAHAN AJAR ITU ADA 3 (TIGA), INI PENJELASANNYA

Silahkan berkomentar . . Emoticon

Terpopuler Bulan Ini


 MENERAPKAN SIKAP DAN PERILAKU KERJA PRESTATIF
 Perlawanan Rakyat Aceh Melawan Portugis dan VOC
 Perlawanan Sultan Agung (Mataram) Terhadap VOC
 ASPEK PRODUKSI DALAM PENGELOLAAN USAHA

 Dampak atau Pengaruh APBD terhadap Perekonomian

Artikel Tentang Pikiran

Aneh : Kemarin Ketika Kekeringan Minta Air, Setelah Air Dikasih Justru Dibuang

Kata - Kata Inspirasi

Mengapa Slogan Pendidikan Indonesia Tut Wuri Handayani ?

Inilah Hal yang Perlu Anda Lakukan Ketika Merasa Iri dengan Teman Kerja

Guru : Mengajar dengan Hati atau Dengan Logika

Tugas Guru : Menghasilkan Seseorang Bergaji Lebih Besar Dari Dirinya


Dampak Positif dan Negatif Sosial Media

Artikel Tentang Keyakinan

Tahukah Kamu Sepuluh Kalimat Panggilan Bumi kepada Manusia Setiap hari?

Ketika Iblis Tidak Jadi Bertobat Kepada Allah Swt

Fenomena Hijab di Indonesia

Kisah Nabi Isa as dapat Bicara Ketika Masih Bayi

Hari Kiamat

Bagaimana Abu Hurairah dapat Meriwayatkan Banyak Hadis ?


Ketika Mayat dapat Membaca Al Quran di dalam Kubur

Arsip Blog

             

Copyright © 2015 Berbagi Cerita All Right Reserved

Designed by Arlina Design

Semesta Mengajar
Blog yang dedikasikan untuk memberi informasi mengenai metode mengajar dan seputar dunia pendidikan

 HOME
 SEMESTA MANGAJAR
 DUNIA PENDIDIKAN
 DISCLAIMER
 PETA SITUS

Home » ADMINISTRASI KELAS » CARA - CARA MENYUSUN BAHAN AJAR DENGAN MUDAH

CARA - CARA MENYUSUN BAHAN AJAR DENGAN


MUDAH
RIZAL ARIYANTO
ADD COMMENT
ADMINISTRASI KELAS
JUMAT, 12 JUNI 2015
Sahabat guru dimana saja anda berada kali ini saya akan share langkah-langkah menyusun bahan ajar secara
sistematis, seperti yang telah kita ketahui bersama bahan ajar terbagi atas empat kategori yaitu:
 Bahan Cetak
 Bahan Ajar Audio
 Bahan Ajar Pandang Dengar ( Audio Visual)
 Bahan Ajar Multimedia Interaktif (Interactive teaching material)
Tapi untuk kali ini saya hanya akan membahas tentang bahan ajar cetak dulu untuk bahan ajar non cetak akan saya
bahas pada artikel berikutnya.

Penyusunan Bahan Ajar


1. Analisa kebutuhan bahan ajar anda, lakukan analisa terhadap SK dan KD yang membutuhkan bahan ajar,
jika memungkinkan susunlah analisis SK-KD untuk satu tahun atau sekurang-kurangnya satu semester. Siapkan
sumber belajar, jika fasilitas tersedia di lokasi anda mengajar lakukan pendataan sarana mana saja yang akan anda
pakai contohnya perpustakaan, lab sains atau lab bahasa. Setelah itu mulailah menentukan bahan ajar sesuai
kebutuhan KD serta sumber belajar yang dipilih.
2. Susunlah peta bahan ajar, dengan menentukan berapa banyak kebutuhan bahan ajar yang harus disiapkan
setelah kita melakukan analisa kebutuhan bahan ajar. Lalu mulailah membuat bahan ajar sesuai dengan banyaknya
bahan ajar yang di ajarkan, sebaiknya pilihlah bahan ajar yang paling prioritas contohnya bahan ajar yang sifatnya
berdiri sendiri dan tidak memiliki kaitan dengan bahan ajar yang lain.
3. Penyusunan bahan ajar cetak, sekarang kita masuk pada inti dari pembahasan kita yaitu membuat bahan
ajar cetak, bahan ajar cetak dapat berupa handout, buku, lembar kegiatan siswa, modul, brosur, wallchart,
foto/gambar. dan model/maket. Untuk menyusun bahan ajar cetak jangan lupa memberi judul yang sesuai dengan
inti dari KD dan Indikator, singkat, ada daftar isi, struktur kognitifnya juga harus jelas, ringkasan materi, serta tugas
siswa.
Berikut saya akan jabarkan secara per item cara - cara menyusun Bahan ajar cetak
 Handout, secara harfiah dapat bermakna buku penunjang yang dibagikan kepada siswa agar guru tidak
perlu repot-repot lagi menulis materi di papan tulis dan siswapun tidak perlu mencatat di buku, guru hanya tinggal
memajang materi yang telah di buat didepan kelas atau di tempel di papan tulis, berikut cara menyusunnya : 1.
tentukan judul yang sesuai dengan KD dan Indikator, 2.Berisikan referensi atau kutipan dari sumber lain,
3.Gunakan kalimat yang sederhana dan tidak terlalu panjang, 4.Revisi isi Handout sebelum diperbanyak.
 Buku, dalam hal ini buku dapat kita ambil dari hasil karya orang lain ataupun kita susun secara mandiri,
langkah-langkah yang dapat di lakukan oleh seorang guru dalam memilih atau menyusun buku : 1.
Pilihlah/tentukan judul yang sesuai dengan tuntutan KD dan Indikator, 2.Pilihlah/rancanglah outline buku
yang lengkap sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, 3. Kumpulkan buku referensi sebagai penunjang
atau pelengkap ,4.Pilihlah/tulislah buku yang menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa.
 Modul, perangkat pembelajaran yang dapat dipakai walaupun tanpa dibimbing oleh guru, biasanya, modul
yang baik adalh modul yang ditulis secara sistematis sehingga siswa dapat memahami kompetensinya dengan baik.
langkah-langkah menyusun modul : 1.Buatlah judul modul sesuai dengan KD dan Indikator, 2.Jika anda
membuat lebih dari satu modul berilah kode untuk mempermudah dalam pengelolaan contoh Digit pertama,
angka satu (1) IPA, (2) (IPS), (3) Bahasa. Kemudian digit kedua merupakan klasifikasi/kelompok utama
kajian atau aktivitas pada jurusan yang bersangkutan, contoh pada jurusan IPA, nomor 1 digit kedua
berarti Fisika, 2 Kimia, 3 Biologi dan seterusnya, 3. merumuskan Kompetensi yang harus dikuasai siswa saat
menyelesaikan modul tersebut, 4. Mencantumkan alat evaluasi atau penilaian, 5. Mencantumkan petunjuk
penggunaan modul, 6. Kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang, 7. berikan gambar pendukung agar
konsep dapat mudah dimengerti.
 Lembar kerja siswa(LKS), merupakan lembaran-lembaran yang harus di isi oleh siswa. Dalam menyiapkan
lembar kegiatan siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut : 1.Menentukan jumlah LKS yang harus
di tulis, 2.Tentukan judul yang sesuai dengan KD dan Indikator, 3.tentukan alat penilaianyang sesuai dangan
PAP(penilaian acuan patokan), 4.Dahului dengan penjelasan materi secara singkat, 5.Tugas-tugas harus di
tulis secara jelas untuk mengurang pertanyaan siswa yang berlebihan.
 Brosur, merupakan bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau
cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dapat dilipat tanpa dijilid. Dalam menyusun brosur jangan
lupa memeperhatikan langkah-langkah berikut: 1. Buatlah judul sesuai dengan materi pokok sesuaikan dengan
banyaknya materi, 2. KD materi yang dicapai harus sesuai dengan Standar ISI, 3.Kalimat harus jelas,
menarik dan mempunyai informasi pendukung seperti gambar atau foto, 4.Gunakan kalimat yang pendek
dalam satu paragraph, 5.Materi mempunyai hubungan dengan sumber belajar yang terkait.
 Leaflet, hampir serupa dengan brosur, bedanya hanya pada tampilan fisiknya saja, isi leafet sama dengan
brosur, biasanya di tampilkan dalam bentuk dua kolom kemudian dilipat
 Wallchart, merupakan bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu.
Contohnya siklus makhluk hidup, rantai makanan. Dalam membuatnya wallchart sebaiknya berisikan :1.Judul
materi yang sesuai dengan KD dan Indikator, 2.Memilki petunjuk penggunaan, 3.Gambar harus jelas,
padatn dan menarik, 4.Pemberian tugas yang berkaitan dapat di lakukan dalam bentuk LKS, selebaran ,
atau dibuku tugas.
 Foto/Gambar, sebaiknya disajikan sebelum siswa mengerjakan tugas, baik secara individu atau
berkelompok model bahan ajar ini kurang cocok untuk tugas pengamatan, Dalam menyiapkan gambar hal-hal yang
perlu diperhatikan antara lain : 1.Beri judul pada gambar sesuai dengan materi pokok, 2.Buat desai
foto/gambar dengan membuat storyboard(papan cerita), 3.Gambar harus jelas, padat, serta menarik
sebaiknya pilihlah yang berwarna, 4, Jika perlu sebelum diperbanyak editlah gambar/foto dan berikan
tulisan untuk menjelaskan isi gambar/foto.
 Model/maket, merupakan contoh benda yang hampir menyerupai benda aslinya tapi dalam ukuran atau
skala yang lebih kecil. tapi sebaiknya tetap di tunjang oleh bahan ajar tertulis seperti brosur, atau LKS. Berikut hal-
hal yang harus diperhatikan dalam membuat maket/model: 1.Berilah judul pada maket sesuai dengan KD dan
indikator, 2.Pilihlah bahan yang murah serta tidak berbahaya atau mengandung toxin, 3.Siapkan informasi
pendukung baik dalam bentul selebaran atau brosur untuk memperjelas materi, 4.Jika memungkinkan
sebaiknya maket dibuat oleh orang yang memilki keterampilan khusus, tetntu saja sesuaikan dengan budget
yang anda miliki, 5. Siapkan tugas dalam bentuk pertanyaan setelah anda menjelaskan materi.
Sahabat guru apa yang saya sajikan diatas harap dikondisikan dengan lokasi dimana anda mengajar yang jelas dalam
menyusun bahan ajar sebaiknya kita tidak terpaku hanya pada bentuk yang itu-itu saja , nah jika ada saran masukan
silahkan berikan komentar.

Terima Kasih
 0  1  0  0 Google +0
YOU MIGHT LIKE :

CARA - CARA MENYUSUN BAHAN AJAR DEN...

0 RESPONSE TO "CARA - CARA MENYUSUN BAHAN AJAR DENGAN MUDAH"

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

ENTRI POPULER


8 CARA MENATA RUANGAN KELAS YANG MENYENANGKAN
Sahabat guru dimana saja anda berada dalam kesempatan kali ini saya akan share 8 cara menata ruangan kelas yang menyenangkan, agar ...


10 CARA MENGHADAPI ANAK HYPERAKTIF DI KELAS
Salam sahabat guru di mana anda berada, kali ini saya akan share tips dan kiat meghadapi anak yang hyperaktif atau kinestetik. dala...


CARA - CARA MENYUSUN BAHAN AJAR DENGAN MUDAH
Sahabat guru dimana saja anda berada kali ini saya akan share langkah-langkah menyusun bahan ajar secara sistematis, seperti yang t...


10 CARA MENJADI GURU YANG DICINTAI ANAK DIDIK
Salam sahabat guru di manapun anda berada kali ini saya akan share 10 cara menjadi guru yang dicintai anak didik , di cintai dalam art...


8 CARA MENGATASI ANAK YANG SUKA MENGEJEK
Sahabat guru kali ini saya akan share bagaimana menghadapi salah satu perilaku negatif yang kerap kita dapati dalam situasi pembel...


10 CARA MENJADI GURU YANG MENYENANGKAN
Sahabat guru dimana saja anda berada pada kesempatan kali ini saya akan share 10 cara bagaimana menjadi guru yang menyenangkan , ...

5 CARA MUDAH DAN SEDERHANA MEMBUAT MIND MAP UNTUK ANAK
Sahabat pengajar di manapun anda, salam jumpa dari kami, ini adalah postingan perdana kami pada blog Semesta Mengajar, pada artikel kami y...


5 LANGKAH MELAKSANAKAN DISKUSI DI KELAS
Para sahabat pendidik di Indonesia kali ini kami akan memberikan 5 langkah melaksanakan diskusi di kelas , dan bagi anda yang sering mener...


10 CARA MENGURANGI LUPA DALAM BELAJAR
Salam sahabat guru di manapun anda berada kali ini saya akan share sedikit tips agar pelajaran yang anda sampaikan tidak mudah di lup...


CARA MUDAH MENDETEKSI GEJALA AUTISME PADA ANAK
  APA ITU AUTISME ? Autisme dikenal dengan istilah ASD ( Autism Spektrum Disorder ) merupakan gangguan perkembangan yang umum na...
LABEL
 ADMINISTRASI KELAS
 AUTISME
 MANAGEMEN KELAS
 METODE MENGAJAR
 PARENTING
 TIPS BELAJAR
 TIPS MENGAJAR
ARSIP BLOG
 ▼  2015 (10)
o ▼  Juni (10)
 8 CARA MENGATASI ANAK YANG SUKA MENGEJEK
 CARA MUDAH MENDETEKSI GEJALA AUTISME PADA ANAK
 5 LANGKAH MELAKSANAKAN DISKUSI DI KELAS
 10 CARA MENGHADAPI ANAK HYPERAKTIF DI KELAS
 10 CARA MENJADI GURU YANG DICINTAI ANAK DIDIK
 CARA - CARA MENYUSUN BAHAN AJAR DENGAN MUDAH
 8 CARA MENATA RUANGAN KELAS YANG MENYENANGKAN
 10 CARA MENJADI GURU YANG MENYENANGKAN
 10 CARA MENGURANGI LUPA DALAM BELAJAR
 5 CARA MUDAH DAN SEDERHANA MEMBUAT MIND MAP UNTUK ...

MENGENAI SAYA
Rizal Ariyanto 
Lihat profil lengkapku
Copyright 2013 Semesta Mengajar - Design by Mas Sugeng - Published by Evo Templates
Diberdayakan oleh Blogger.

Avisha.com
Mengerti........
 Home
 Karya Tulis Ilmiah
 Pendidikan dan Pelatihan
 Tutorial
 Software
 Gadgets
 Otomotif
FRIDAY, JUNE 12, 2015

BAHAN AJAR: PENYUSUNAN BAHAN AJAR BAGI GURU

A.      Deskripsi Singkat
Mata pendidikan dan pelatihan (mata diklat) ini menjelaskan tentang konsep dan jenis bahan
ajar, prinsip-prinsip penyusunan bahan ajar, dan pembuatan bahan ajar teks dan non teks
(computer based).
 B.     Indikator
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan tentang konsep
dan jenis bahan ajar, prinsip-prinsip penyusunan bahan ajar, dan mempraktekkan pembuatan
bahan ajar teks dan non teks (computer based).
C.     Pokok Bahasan
1.      Konsep dan Jenis Bahan Ajar
2.      Prinsip-Prinsip Penyusunan Bahan Ajar
3.      Pembuatan Bahan Ajar Teks
4.      Pembuatan Bahan Ajar Non Teks (Computer Based)
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Sebagai konsekuensi atas terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Pemerintah, dalam hal ini Menteri
Pendidikan Nasional, telah menerbitkan berbagai peraturan agar penyelenggaraan pendidikan
di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) paling tidak dapat memenuhi
standar minimal tertentu. Berbagai standar tersebut adalah: (1) standar isi, (2) standar
kompetensi lulusan, (3) standar proses, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)
standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8)
standar penilaian pendidikan.
Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan
mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang
antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi
pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan demikian, guru
diharapkan untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar.
Selain itu, pada lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, juga diatur tentang berbagai kompetensi yang
harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata
pelajaran. Bagi guru pada satuan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), baik
dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan
kemampuan guru dalam mengembangkan sumber belajar dan bahan ajar.
Oleh karena itu, di samping sebagai implementasi dari Permendiknas nomor 25 tahun
2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Mandikdasmen bahwa rincian
tugas Subdirektorat Pembelajaran - Dit. PSMA (yang antara lain disebutkan
bahwa melaksanakan penyiapan bahan penyusunan pedoman dan prosedur
pelaksanaan pembelajaran, termasuk penyusunan pedoman pelaksanaan kurikulum) dipandang
perlu menyusun panduan bagi guru SMA sehingga dapat dijadikan salah satu referensi dalam
pengembangan bahan ajar.

B. Tujuan
Penyusunan Panduan ini bertujuan :
1.      Menjelaskan pentingnya bahan ajar dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di MTs.
2.      Menjelaskan konsep dasar bahan ajar.
3.      Mengemukakan berbagai jenis bahan ajar.
4.      Menjelaskan langkah-langkah penyusunan bahan ajar.

C. Manfaat
Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan
disekolah.  Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan
siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar.  Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai
bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan.  Buku ini
disusun dengan harapan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan
pengembangan bahan ajar, seperti kepala sekolah, guru, pengawas sekolah menengah atas
maupun pembina pendidikan lainnya.  Bagi kepala sekolah buku ini dapat dijadikan bahan
pembinaan bagi guru yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar.
Kepala sekolah dalam kegiatannya sehari-hari juga memerlukan bahan ajar sebagai alat
bantu dalam melakukan promosi ataupun presentasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan
pengembangan sekolah.  
Bagi guru buku ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai rujukan dalam
mengembangkan bahan ajar.  Dengan mempelajari buku ini diharapkan para guru di sekolah
akan mendapatkan informasi tentang pengembangan bahan ajar yang pada gilirannya  para
guru dapat mengembangkan bahan ajar untuk membantu dirinya dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar.  Di samping itu diharapkan guru juga akan termotivasi untuk
mengembangkan bahan ajar yang beragam dan menarik sehingga akan menghasilkan satu
kegiatan belajar mengajar yang bermakna baik bagi guru maupun bagi peserta
didiknya.  Pengembangan bahan ajar adalah merupakan tanggung jawab guru sebagai
pengajar bagi peserta didik di sekolah. 
Bagi pengawas sekolah menengah atas atau para pembina pendidikan lainnya
keberadaan buku pedoman ini pasti bermanfaat.  Karena setiap pengawas harus mengetahui
berbagai hal yang dilakukan oleh guru, sehingga jika terdapat kesulitan yang dialami oleh guru,
pengawas dapat segera membantunya.  Dengan membaca buku pedoman ini pengawas akan
mendapatkan pemahaman dan masukan-masukan tentang bahan ajar yang dapat
dikembangkan oleh guru dalam meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar.   Dengan
demikian maka pengawas akan mendapatkan bekal dalam melaksanakan tugas kepengawasan
yaitu membina guru dalam mengembangkan bahan ajar.

D. Ruang Lingkup
Buku ini akan dikhususkan pada pembahsan tentang bahan ajar cetak sebagai salah
satu bentuk bahan ajar yang paling banyak digunakan. Pembahasan akan mencakup:
1.      Pentingnya bahan ajar dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah menengah
atas.
2.      Berbagai jenis bahan ajar cetak yang dapat dikembangkan.
3.      Langkah-langkah pengembangan bahan ajar.
4.      Contoh sistematika bahan ajar.

BAB  II
PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN BAHAN AJAR

A. Pengertian
Guna menghasilkan tamatan yang mempunyai  kemampuan sesuai standard
kompetensi lulusan, diperlukan pengembangan pembelajaran untuk setiap kompetensi secara
sistematis, terpadu, dan tuntas (mastery learning).
Pada pendidikan menengah umum, di samping buku-buku teks, juga dikenalkan adanya
lembar-lembar pembelajaran (instructional sheet) dengan nama yang bermacam-macam,
antara lain: lembar tugas (job sheet), lembar kerja (work sheet), lembar informasi (information
sheet) dan bahan ajar lainnya baik cetak maupun non-cetak. Semua bahan yang digunakan
untuk mendukung proses belajar itu disebut sebagai bahan ajar (teaching material).
Untuk pembelajaran yang bertujuan mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada
Kurikulum 2013 diperlukan kemampuan guru untuk dapat mengembangkan yang tepat. Dengan
pendekatan belajar tuntas (mastery learning) diharapkan siswa dapat menguasai kompetensi-
kompetensi secara utuh, sesuai dengan kecepatan belajarnya. Untuk itu bahan ajar hendaknya
disusun agar siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran mencapai  kompetensi.
Terdapat dua istilah yang sering digunakan untuk maksud yang sama namun
sebenarnya memiliki pengertian yang sedikit berbeda, yakni sumber belajar dan bahan ajar.
Untuk itu, maka berikut ini akan dijelaskan terlebih dahulu tentang pengertian sumber belajar
dan bahan ajar.
1. Pengertian Sumber Belajar
Sering kita dengar istilah sumber belajar (learning resource), orang juga banyak yang
telah memanfaatkan sumber belajar, namun umumnya yang diketahui hanya perpustakaan dan
buku sebagai sumber belajar. Padahal secara tidak terasa  apa yang mereka gunakan, orang,
dan benda tertentu adalah termasuk sumber belajar.  
Sumber belajar dalam website bced didefinisikan sebagai berikut: Learning resources
are defined as information, represented and stored in a variety of media and formats, that
assists student learning as defined by provincial or local curricula. This includes but is not
limited to, materials in print, video, and software formats, as well as combinations of these
formats intended for use by teachers and students.http://www.bced.gov.bc.ca/irp/appskill/
asleares.htm January 28, 1999.
Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam
berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari
kurikulum.  Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan, video, format perangkat
lunak atau kombinasi dari berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa ataupun guru.
Sadiman mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk belajar, yakni dapat berupa orang, benda, pesan, bahan, teknik, dan latar (Sadiman, Arief
S., Pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pembelajaran, makalah, 2004)
Menurut Association for Educational Communications and Technology(AECT, 1977),
sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik
secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan
tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran.
Dengan demikian maka  sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau
lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai
wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku. 
Dari pengertian tersebut maka sumber belajar dapat dikategorikan sebagai berikut:
a.   Tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat melakukan belajar atau
proses perubahan tingkah laku maka tempat itu dapat dikategorikan sebagai tempat belajar
yang berarti sumber belajar, misalnya perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat
pembuangan sampah, kolam ikan dan lain sebagainya.
b.      Benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi peserta
didik, maka benda itu dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya situs, candi, benda
peninggalan lainnya.
c.      Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu di mana peserta didik dapat belajar
sesuatu, maka yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya guru,
ahli geologi, polisi, dan ahli-ahli lainnya.
d.      Bahan yaitu segala sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman elektronik, dll yang dapat
digunakan untuk belajar.
e.      Buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik dapat
dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya buku pelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedi,
fiksi dan lain sebagainya.
f.        Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, peristiwa bencana, dan
peristiwa lainnya yang guru dapat menjadikan peristiwa atau fakta sebagai sumber belajar.
Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila sumber
belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat
memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika tidak maka tempat atau lingkungan alam
sekitar, benda, orang, dan atau buku hanya sekedar tempat, benda, orang atau buku yang tidak
ada artinya apa-apa.

2. Pengertian Bahan Ajar


Dari uraian tentang pengertian sumber belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan
ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Bahan ajar atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu teaching atau mengajar
dan material atau bahan.  
Menurut University of Wollongong NSW 2522, AUSTRALIA  pada website-
nya, WebPage last updated: August 1998, Teaching is defined as the process of creating and
sustaining an effective environment for learning.
Melaksanakan pembelajaran diartikan sebagai proses menciptakan
danmempertahankan suatu lingkungan belajar yang efektif.
Paul S. Ache lebih lanjut mengemukakan tentang material yaitu: Books can be
used as reference material, or they can be used as paper weights, but they cannot
teach (Buku dapat digunakan sebagai bahan rujukan, atau dapat digunakan sebagai
bahan tertulis yang berbobot).
Dalam website Dikmenjur dikemukakan pengertian bahwa, bahan ajar merupakan
seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis,
menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi
atau KD secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua
kompetensi secara utuh dan terpadu.
Lebih lanjut disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai:
a.      Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran,
sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.
b.      Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses
pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya
dipelajari/dikuasainya.
c.      Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Pendapat lain mengatakan sebagai berikut;
Definition of teaching material; They are the information, equipment and text for
instructors that are required for planning and review  upon training implementation. Text and
training equipment are included in the teaching material.( Anonim dalam Web-site)
Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktor untuk
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.  Bahan yang dimaksud bisa berupa
bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.   (NationalCenter for Vocational Education
Research Ltd/National Center for Competency Based Training).
Pengelompokan bahan  ajar menurut Faculté de Psychologie et des Sciences de
l’Education Université de Genève dalam website adalah sebagai berikut :
Integrated media-written, audiovisual, electronic, and interactive-appears in all their
programs under the name of Medienverbund or Mediamix (Feren Universitaet and Open
University respectively).  http:// tecfa. unige. ch/tecfa/general/ tecfapeople/peraya.html>http://
tecfa.unige. ch/tecfa/ general/ tecfa-people/ peraya.html, Faculté de Psychologie et des
Sciences de l’Education Université de Genève.
Media tulis, audio visual, elektronik, dan interaktif  terintegrasi  yang kemudian disebut
sebagai medienverbund (bahasa jerman yang berarti media terintegrasi) atau mediamix. 
Sedangkan Bernd Weidenmann, 1994 dalam buku Lernen mit
Bildmedienmengelompokkan menjadi tiga besar, pertama auditiv yang menyangkut radio
(Rundfunk), kaset (Tonkassette), piringan hitam (Schallplatte).  Kedua yaitu visual (visuell) yang
menyangkut Flipchart, gambar (Wandbild), film bisu (Stummfilm), video bisu (Stummvideo),
program komputer (Computer-Lernprogramm), bahan tertulis dengan dan tanpa gambar
(Lerntext, mit und ohne Abbildung).  Ketiga yaitu audio visual (audiovisuell) yang menyangkut
berbicara dengan gambar (Rede mit Bild), pertunjukan suara dan gambar (Tonbildschau),dan
film/video.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disarikan bahwa bahan ajar adalah merupakan
seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang
memungkinkan siswa untuk belajar.  
Sebuah bahan ajar paling tidak  mencakup antara lain :
a.      Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
b.      Kompetensi yang akan dicapai
c.      Content atau isi  materi pembelajaran
d.      Informasi pendukung
e.      Latihan-latihan
f.        Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
g.      Evaluasi
h.      Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi

B. Mengapa guru perlu mengembangkan Bahan Ajar?


Terdapat sejumlah alasan, mengapa guru perlu untuk mengembangkan bahan ajar,
yakni antara lain; ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum,  karakteristik sasaran, dan
tuntutan pemecahan masalah belajar. Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan
tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang akan kita kembangkan harus sesuai dengan
kurikulum. Pada kurikulum 2013, standar kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah,
namun bagaimana untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan diserahkan
sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga profesional. Dalam hal ini, guru dituntut
untuk mempunyai kemampuan mengembangkan bahan ajar sendiri. Untuk mendukung
kurikulum, sebuah bahan ajar bisa saja menempati posisi sebagai bahan ajar pokok ataupun
suplementer. Bahan ajar pokok adalah bahan ajar yang memenuhi tuntutan kurikulum.
Sedangkan bahan ajar suplementer adalah bahan ajar yang dimaksudkan untuk memperkaya,
menambah ataupun memperdalam isi kurikulum.
Apabila bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak ada ataupun sulit
diperoleh, maka membuat bahan belajar sendiri adalah suatu keputusan yang bijak. Untuk
mengembangkan bahan ajar, referensi dapat diperoleh dari berbagai sumber baik itu berupa
pengalaman ataupun pengetahauan sendiri, ataupun penggalian informasi dari narasumber
baik orang ahli ataupun teman sejawat. Demikian pula referensi dapat kita peroleh dari buku-
buku, media masa, internet, dll. Namun demikian, kalaupun bahan yang sesuai dengan
kurikulum cukup melimpah bukan berarti kita tidak perlu mengembangkan bahan sendiri. Bagi
siswa, seringkali bahan yang terlalu banyak membuat mereka bingung, untuk itu maka guru
perlu membuat bahan ajar untuk menjadi pedoman bagi siswa.
Pertimbangan lain adalah karakteristik sasaran. Bahan ajar yang dikembangkan orang
lain seringkali tidak cocok untuk siswa kita. Ada sejumlah alasan ketidakcocokan, misalnya,
lingkungan sosial, geografis, budaya, dll. Untuk itu, maka bahan ajar yang dikembangkan
sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik sasaran. Selain lingkungan sosial, budaya, dan
geografis, karakteristik sasaran juga mencakup tahapan perkembangan siswa, kemampuan
awal yang telah dikuasai, minat, latar belakang keluarga dll. Untuk itu, maka bahan ajar yang
dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran.
Selanjutnya, pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan
masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Terdapat sejumlah materi pembelajaran yang
seringkali siswa sulit untuk memahaminya ataupun guru sulit untuk menjelaskannya. Kesulitan
tersebut dapat saja terjadi karena materi tersebut abstrak, rumit, asing, dsb. Untuk mengatasi
kesulitan ini maka perlu dikembangkan bahan ajar yang tepat. Apabila materi pembelajaran
yang akan disampaikan bersifat abstrak, maka bahan ajar harus mampu membantu siswa
menggambarkan sesuatu yang abstrak tersebut, misalnya dengan penggunaan gambar, foto,
bagan, skema, dll. Demikian pula materi yang rumit, harus dapat dijelaskan dengan cara yang
sederhana, sesuai dengan tingkat berfikir siswa, sehingga menjadi lebih mudah dipahami.

C. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar


     1. Tujuan
Bahan ajar disusun dengan tujuan:
a. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan
kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau
lingkungan sosial siswa.
b.    Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang
terkadang sulit diperoleh.
c.      Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
2.      Manfaat
Ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru mengembangkan
bahan ajar sendiri, yakni antara lain; pertama, diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan
kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa,kedua, tidak lagi tergantung kepada
buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh,ketiga, bahan ajar menjadi labih kaya karena
dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi, keempat, menambah khasanah
pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar, kelima, bahan ajar akan mampu
membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa karena siswa
akan merasa lebih percaya kepada gurunya.
Di samping itu, guru juga dapat memperoleh manfaat lain, misalnya tulisan tersebut
dapat diajukan untuk menambah angka kredit ataupun dikumpulkan menjadi buku dan
diterbitkan.
Dengan tersedianya bahan ajar yang bervariasi, maka siswa akan mendapatkan
manfaat yaitu, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.  Siswa akan lebih banyak
mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan
terhadap kehadiran guru.  Siswa juga akan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap
kompetensi yang harus dikuasainya.

D. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar


Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsisp-prinsip pembelajaran. Di
antara prinsip pembelajaran tersebut adalah:
Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami
yang abstrak,
Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai
dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka.
Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang
pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk
berbicara tentang berbagai jenis pasar lainnya.
Pengulangan akan memperkuat pemahaman
Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu
konsep. Dalam prinsip ini kita sering mendengar pepatah yang mengatakan bahwa 5 x 2 lebih
baik daripada 2 x 5. Artinya, walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang,
akan lebih berbekas pada ingatan siswa. Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar
harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan.
Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa
Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang sekedarnya atas
hasil kerja siswa. Padahal respond yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi
penguatan pada diri siswa. Perkataan seorang guru seperti ’ya benar’ atau ‚’ya kamu pintar’
atau,’itu benar, namun akan lebih baik kalau begini...’ akan menimbulkan kepercayaan diri pada
siswa bahwa ia telah menjawab atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond
negatif akan mematahkan semangat siswa. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik yang
positif terhadap hasil kerja siswa.
Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar
Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar.
Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan
dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar. Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara
lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi
contoh, ataupun menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dll.
Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai
ketinggian tertentu.
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk mencapai
suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan antara. Ibarat anak
tangga, semakin lebar anak tangga semakin sulit kita melangkah, namun juga anak tangga
yang terlalu kecil terlampau mudah melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak
tangga tujuan pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam bahan ajar,
anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator kompetensi.
Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan
Ibarat menempuh perjalanan jauh, untuk mencapai kota yang dituju, sepanjang
perjalanan kita akan melewati kota-kota lain. Kita akan senang apabila pemandu perjalanan kita
memberitahukan setiap kota yang dilewati, sehingga kita menjadi tahu sudah sampai di mana
dan berapa jauh lagi kita akan berjalan. Demikian pula dalam proses pembelajaran, guru ibarat
pemandu perjalanan. Pemandu perjalanan yang baik, akan memberitahukan kota tujuan akhir
yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, kota-kota apa saja yang akan dilewati, dan
memberitahukan pula sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi perjalanan. Dengan
demikian, semua peserta dapat mencapai kota tujuan dengan selamat. Dalam pembelajaran,
setiap anak akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri, namun mereka
semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu yang berbeda-beda. Inilah
sebagian dari prinsip belajar tuntas.

E. Jenis Bahan Ajar


Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat
kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja
siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dengar (audio) seperti
kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio
visual) seperti  video compact disk, film. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching
material)  seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia
pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Selanjutnya pada buku pedoman ini hanya akan dibahas tentang bahan ajar cetak.
Untuk bahan ajar non-cetak akan dibahas pada buku pedoman tersendiri.
     1. Bahan Ajar Cetak (Printed)
Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk.  Jika bahan ajar cetak tersusun
secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang
dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, 1994 yaitu:
1.      Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi seorang guru
untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari
2.      Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit
3.      Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah
4.      Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu
5.      Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja
6.      Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti
menandai, mencatat, membuat sketsa
7.      Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar
8.      Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri
Kita mengenal berbagai jenis bahan ajar cetak, antara lain hand out, buku, modul,
poster, brosur, dan leaflet.
a.      Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya
pengetahuan peserta didik.  Menurut kamus Oxford hal 389,handout is prepared statement
given. Handout adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara.
Handout biasanya diambilkan dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan
materi yang diajarkan/ KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.  Saat
ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara download dari
internet, atau menyadur dari sebuah buku. 
b.      Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari
pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara misalnya: hasil
penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi
seseorang yang disebut sebagai fiksi.   Menurut kamus oxford hal 94, buku diartikan sebagai:
Book  is number of sheet of paper, either printed or blank, fastened  together in a cover. Buku
adalah sejumlah lembaran kertas baik cetakan maupun kosong yang dijilid dan diberi kulit. Buku
sebagai bahan ajar merupakan  buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis
terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.
Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan
mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangan-
keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide
penulisannya.  Buku pelajaran berisi tentang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh
peserta didik untuk belajar, buku fiksi akan berisi tentang fikiran-fikiran fiksi si penulis, dan
seterusnya.
c.      Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar
secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang:
1.       Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
2.       Kompetensi yang akan dicapai
3.       Content atau isi materi
4.       Informasi pendukung
5.       Latihan-latihan
6.       Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
7.       Evaluasi
8.       Balikan terhadap hasil evaluasi
Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah
menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta didik yang
memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih KD
dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian maka modul harus
menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan menggunakan
bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi.
d.      Lembar kegiatan siswa
Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik.  Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-
langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar
kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya.  Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata
pembelajaran apa saja.  Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh
peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang
terkait dengan materi tugasnya.   Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat
berupa  teoritis dan atau tugas-tugas praktis.   Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah
artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk dipresentasikan.  Sedangkan tugas praktis
dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survey tentang harga cabe
dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat.  Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah bagi
guru, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan belajar secara
mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis. 
Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang
berkaitan dengan tercapai/ tidaknya sebuah KD dikuasai oleh peserta didik.
e.      Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara
bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau
selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau
organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996).   Dengan
demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur
diturunkan dari KD yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan
ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak
terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu KD saja.  Ilustrasi dalam sebuah
brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.
f.        Leaflet
A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster’s New World,
1996) Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan/dijahit.  Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi
dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah
dipahami.  Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring
peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD. 
g.      Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau  grafik yang
bermakna menunjukkan posisi tertentu.  Agar wallchartterlihat lebih menarik bagi siswa maupun
guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang
baik. Wallchartbiasanya masuk dalam kategori alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun
dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar.  Karena didesain sebagai bahan ajar, maka
wallchart harus memenuhi kriteria sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan
tentang KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik, diajarkan untuk berapa
lama, dan bagaimana cara menggunakannya. Sebagai  contoh wallchart tentang siklus makhluk
hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya.
h.      Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar
sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat
sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya
menguasai satu atau lebih KD. 
Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedienmenggambarkan bahwa
melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca atau mendengar.
Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang diingat 20%, dan dari
melihat yang diingat 30%.  Foto/gambar yang didesain secara baik dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan
bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes.
Sebuah gambar yang bermakna paling tidak memiliki kriteria sebagai berikut:
1.      Gambar harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh dengan informasi/data.
Sehingga gambar tidak hanya sekedar gambar yang tidak mengandung arti atau tidak ada yang
dapat dipelajari.
2.      Gambar bermakna dan dapat dimengerti. Sehingga, si pembaca gambar benar-benar
mengerti, tidak salah pengertian.
3.      Lengkap, rasional untuk digunakan dalam proses pembelajaran, bahannya diambil dari sumber
yang benar. Sehingga jangan sampai gambar miskin informasi yang berakibat penggunanya
tidak belajar apa-apa.

BAB  III
PEMBUATAN BAHAN AJAR TEKS

A. Analisis Kebutuhan Bahan Ajar


Untuk mendapatkan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus
dikuasai oleh peserta didik, diperlukan analisis terhadap SK-KD, analisis sumber belajar, dan
penentuan jenis serta judul bahan ajar. Analisis dimaksud dijelaskan sebagai berikut:
      1.  Analisis SK-KD
Analisis SK-KD dilakukan untuk menentukan kompetensi-kompetensi mana yang
memerlukan bahan ajar. Dari hasil analisis ini akan dapat diketahui berapa banyak bahan ajar
yang harus disiapkan dalam satu semester tertentu dan jenis bahan ajar mana yang dipilih.
Berikut diberikan contoh analisis SK-KD untuk menentukan jenis bahan ajar.
Contoh: Analisis SK-KD

Mata Pembelajaran                 :  Kimia
Kalas                                       :  X
Semester                                :  2
ensi               :  Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran dan terapannya

Materi Kegiatan Jenis


Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran Pembelajaran B. Ajar
·   Merancang ·   Larutan ·   Menyusun Buku,
·   Menguji daya percobaan uji elektrolit dan rancangan LKS
hantar listrik elektrolit non elektrolit percobaan untuk
·  Menyimpulkanciri ·   Ciri-ciri mengidentifikasi
berbagai larutan -ciri hantaran arus elektrolit dan larutan elektrolit dan
untuk membedakan lsitrik dalam non elektrolit non elektrolit
berbagai larutan ·    ...........dst ·   Diskusi informasi
larutan elektrolit berdasarkan hasil tentang hasil
pengamatan rancangan
dan non elektrolit LKS
percobaan.
·   Melakukan
percobaan daya
hantar listrik untuk
menentukan ciri-
ciri larutan yg bersifat
elektrolit dan non
elektrolit
Kebutuhan bahan ajar dapat dilihat dari analisis di atas, jenis bahan ajar dapat
diturunkan dari pengalaman belajarnya. Semakin jelas pengalaman belajar diuraikan akan
semakin mudah guru menentukan jenis bahan ajarnya. Jika analisis dilakukan terhadap seluruh
SK, maka akan diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus disiapkan oleh guru.
2. Analisis Sumber Belajar
Sumber belajar yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan bahan ajar perlu
dilakukan analisis.  Analisis dilakukan terhadap ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan
dalam memanfaatkannya. Caranya adalah menginventarisasi ketersediaan sumber belajar yang
dikaitkan dengan kebutuhan.
3. Pemilihan dan Penentuan Bahan Ajar
Pemilihan dan penentuan bahan ajar dimaksudkan untuk memenuhi salah satu kriteria
bahwa bahan ajar harus menarik, dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi.
Sehingga bahan ajar dibuat sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan dengan KD yang akan
diraih oleh peserta didik.  Jenis dan bentuk bahan ajar ditetapkan atas dasar analisis kurikulum
dan analisis sumber bahan sebelumnya.
     4. Penyusunan Peta Bahan Ajar
Peta kebutuhan bahan ajar disusun setelah diketahui berapa banyak bahan ajar yang
harus disiapkan melalui analisis kebutuhan bahan ajar. Peta Kebutuhan bahan ajar sangat
diperlukan guna mengetahui jumlah bahan ajar yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan
bahan ajarnya seperti apa.  Sekuensi bahan ajar ini sangat diperlukan dalam menentukan
prioritas penulisan. Di samping itu peta dapat digunakan untuk menentukan sifat bahan ajar,
apakah dependen (tergantung) atau independen (berdiri sendiri). Bahan ajar dependen adalah
bahan ajar yang ada kaitannya antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain,
sehingga dalam penulisannya harus saling memperhatikan satu sama lain, apalagi kalau saling
mempersyaratkan.  Sedangkan bahan ajar independen adalah bahan ajar yang berdiri sendiri
atau dalam penyusunannya tidak harus memperhatikan atau terikat dengan bahan ajar yang
lain. 

 6. Struktur Bahan Ajar


Dalam penyusunan bahan ajar terdapat perbedaan dalam strukturnya antara bahan ajar
yang satu dengan bahan ajar yang lain. Guna mengetahui perbedaan-perbedaan dimaksud
dapat dilihat pada matrik berikut ini:
Bahan Ajar Cetak (Printed)

No Wc F/G Mo/
Komponen Ht Bu Ml LKS Bro Lf
. h b M
1. Judul √ √ √ √ √ √ √ √ √
2. Petunjuk belajar - √ √ - - - - -
3. KD/MP - √ √ √ √ √ ** ** **
4. Informasi pendukung √ √ √ √ √ ** ** **
5. Latihan - √ √ - - - - - -
6. Tugas/langkah kerja - √ √ - - - ** **
7. Penilaian - √ √ √ √ √ ** ** **
Ht: handout, Bu:Buku, Ml:Modul, LKS:Lembar Kegiatan Siswa, Bro:Brosur, Lf:Leaflet,
Wch:Wallchart, F/Gb:Foto/ Gambar, Mo/M: Model/Maket
   7. Penyusunan Bahan Ajar Cetak
Bahan ajar dapat berupa handout, buku, lembar kegiatan siswa (LKS), modul, brosur
atau leaflet, Wallchart, Foto/Gambar, Model/Maket. Dalam menyusun bahan yang perlu
diperhatikan adalah bahwa judul atau materi yang disajikan harus berintikan KD atau materi
pokok yang harus dicapai oleh peserta didik, di samping itu menurut Steffen-Peter Ballstaedt
bahan ajar cetak harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1.      Susunan tampilan, yang menyangkut: Urutan yang mudah, judul yang singkat, terdapat daftar
isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan tugas pembaca.
2.  Bahasa yang mudah, menyangkut: mengalirnya kosa kata, jelasnya kalimat, jelasnya hubungan
kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang.
3.  Menguji pemahaman, yang menyangkut: menilai melalui orangnya, check list untuk pemahaman.
4.    Stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca untuk berfikir,
menguji stimulan.
5.    Kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata (huruf yang digunakan tidak
terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks terstruktur, mudah dibaca.
6.  Materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian, lembar kerja (work sheet).
      a. Handout
Istilah handout memang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Handout
biasanya merupakan bahan ajar tertulis yang diharapkan dapat mendukung bahan ajar lainnya
atau penjelasan dari guru. Steffen-Peter Ballstaedt mengemukakan dua fungsi dari handout
yaitu:
·    Guna membantu pendengar agar tidak perlu mencatat.
·    Sebagai pendamping penjelasan si penceramah/guru.
Sebuah handout harus memuat paling tidak:
·    Menuntun pembicara secara teratur dan jelas
·    Berpusat pada pengetahuan hasil dan pernyataan padat.
·    Grafik dan tabel yang sulit digambar oleh pendengar dapat dengan mudah didapat.
Sesuai dengan yang telah dijelaskan di atas bahwa handout disusun atas dasar KD yang
harus dicapai oleh peserta didik.  Dengan demikian maka handout harus diturunkan dari
kurikulum.  Handout biasanya merupakan bahan tertulis tambahan yang dapat memperkaya
peserta didik dalam belajar untuk mencapai kompetensinya.
Langkah-langkah menyusun handout adalah sebagai berikut:
·         Melakukan analisis kurikulum
·         Menentukan judul handout, sesuaikan dengan KD dan materi pokok yang akan dicapai.
·         Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan.  Upayakan referensi terkini dan relevan
dengan materi pokoknya.
·         Menulis handout, dalam menulis upayakan agar kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang,
untuk siswa SMA diperkirakan jumlah kata per kalimatnya tidak lebih dari 25 kata dan dalam
satu paragraf usahakan jumlah kalimatnya antara 3 – 7 kalimat saja.
·         Mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang, bila perlu dibaca orang lain terlebih
dahulu untuk mendapatkan masukan.
·         Memperbaiki handout sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan.
·         Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi handout misalnya buku,
majalah, internet, jurnal hasil penelitian.
b. Buku
Sebuah buku biasanya akan berisi tentang sesuatu yang menjadi buah pikiran dari
seorang pengarangnya.  Jika seorang guru menyiapkan sebuah buku yang digunakan sebagai
bahan ajar maka buah pikirannya harus diturunkan dari KD yang tertuang dalam kurikulum,
sehingga buku akan memberi makna sebagai bahan ajar bagi peserta didik yang
mempelajarinya.
Sebuah buku akan dimulai dari latar belakang penulisan, definisi/ pengertian dari judul
yang dikemukakan, penjelasan ruang lingkup pembahasan dalam buku, hukum atau aturan-
aturan yang dibahas, contoh-contoh yang diperlukan, hasil penelitian, data dan interpretasinya,
berbagai argumen yang sesuai untuk disajikan.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam menulis buku adalah
sebagai berikut:
·         Mempelajari kurikulum dengan cara menganalisisnya
·         Menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai dengan SK yang akan disediakan bukunya.
·         Merancang outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk
mencapai suatu kompetensi.
·         Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan, upayakan untuk menggunakan referensi
terkini dan relevan dengan bahan kajiannya.
·         Menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan
usia dan pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat yang
tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu paragraf  3 – 7 kalimat.
·         Mengevaluasi/mengedit hasil tulisan dengan cara membaca ulang.  Jika ada kekurangan
segera dilakukan penambahan.
·         Memperbaiki tulisan
·     Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah,
internet, jurnal hasil penelitian.
      c. Modul
Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga
penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator/guru. Dengan demikian maka
sebuah modul harus dapat dijadikan sebuah bahan ajar sebagai pengganti fungsi guru.  Kalau
guru memiliki fungsi menjelaskan sesuatu maka modul harus mampu menjelaskan sesuatu
dengan bahasa yang mudah diterima peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan
usianya.
·         Penulisan bahan ajar modul
Dalam menulis bahan ajar khususnya modul terdapat beberapa tahapan yang harus
dilalui, yaitu:
-     Analisis SK dan KD
Analisis dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan
ajar.  Dalam menentukan materi dianalisis dengan cara melihat inti dari materi yang akan
diajarkan, kemudian kompetesi yang harus dimiliki oleh siswa dan hasil belajar kritis yang harus
dimiliki oleh siswa (critical learning outcomes) itu seperti apa.
-     Menentukan judul-judul modul
Judul modul ditentukan atas dasar KD-KD atau materi pembelajaran yang terdapat
dalam silabus. Satu kompetensi dapat dijadikan sebagai judul modul apabila kompetensi itu
tidak terlalu besar, sedangkan besarnya kompetensi dapat dideteksi antara lain dengan cara
apabila diuraikan ke dalam materi pokok mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu
telah dapat dijadikan sebagai satu judul modul. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4
MP, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul modul.
-     Pemberian kode modul
Kode modul sangat diperlukan guna memudahkan dalam pengelolaan modul. Biasanya
kode modul merupakan angka-angka yang diberi makna, misalnya digit pertama, angka satu (1)
berarti IPA, (2) : IPS. (3) : Bahasa. Kemudian digit kedua merupakan klasifikasi/kelompok
utama kajian atau aktivitas atau spesialisasi pada jurusan yang bersangkutan. Misalnya jurusan
IPA, nomor 1 digit kedua berarti Fisika, 2 Kimia, 3 Biologi dan seterusnya.
-     Penulisan Modul
Penulisan modul dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
-   Perumusan KD yang harus dikuasai
Rumusan KD pada suatu modul merupakan spesifikasi kualitas yang seharusnya telah
dimiliki oleh siswa setelah ia berhasil menyelesaikan modul tersebut. KD yang tercantum dalam
modul diambil dari pedoman khusus kurikulum 2004.  Apabila siswa tidak berhasil memiliki
tingkah laku sebagai yang dirumuskan dalam KD itu, maka KD pembelajaran dalam modul itu
harus dirumuskan kembali. Dalam hal ini barangkali bahan ajar yang gagal, bukan siswa yang
gagal. Kembali pada terminal behaviour, jika terminal behaviour diidentifikasi secara tepat,
maka apa yang harus dikerjakan untuk mencapainya dapat ditentukan secara tepat pula.
Contoh Rumusan KD yang harus dikuasai:
Anda mampu menguji daya hantar listrik berbagai larutan untuk membedakan larutan
elektrolit dan non elektrolit hasilnya memenuhi kriteria sebgai berikut:
1)      Ada rancangan percobaan elektrolit .
2)      Terdapat kesimpulan ciri-ciri hantaran arus listrik dalam berbagai larutan berdasarkan hasil
pengamatan.
3)      Mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat
hantaran listriknya.
4)      Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik.
5)      Menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar.
- Menentukan alat evaluasi/penilaian
Criterion items adalah sejumlah pertanyaan atau tes yang digunakan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai suatu KD dalam bentuk tingkah laku. Karena
pendekatan pembelajarannya yang digunakan adalah kompetensi, dimana sistem evaluasinya
didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat evaluasi yang cocok adalah
menggunakan pendekatan Panilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced
Assesment.
Evaluasi dapat segera disusun setelah ditentukan KD yang akan dicapai sebelum
menyusun materi dan lembar kerja/tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Hal ini
dimaksudkan agar evaluasi yang dikerjakan benar-benar sesuai dengan apa yang dikerjakan
oleh siswa.
Contoh evaluasi dari contoh KD di atas:

No (75% kriteria keberhasilan)*) Ya Tdk


1. Ada rancangan percobaan elektrolit.
2. Terdapat kesimpulan ciri-ciri hantaran arus listrik dalam berbagai
larutan berdasarkan hasil pengamatan.
3. Mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non
elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya.
4. Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit
menghantarkan arus listrik.
5. Menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion
dan senyawa kovalen polar.
Total
Catatan *) :      Jika 75% dari ke-5 kriteria terpenuhi, maka dinyatakan lulus.
- Penyusunan Materi
Materi atau isi modul sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi modul akan
sangat baik jika menggunakan referensi–referensi mutakhir yang memiliki relevansi dari
berbagai sumber misalnya buku, internet, majalah, jurnal hasil penelitian.  Materi modul tidak
harus ditulis seluruhnya, dapat saja dalam modul itu ditunjukkan referensi yang digunakan agar
siswa membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna
mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat
melakukannya.  Misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara jelas dan
didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan berapa lama. Kalimat
yang disajikan tidak terlalu panjang. Gambar-gambar yang sifatnya mendukung isi materi
sangat diperlukan, karena di samping memperjelas penjelasan juga dapat menambah daya
tarik bagi siswa untuk mempelajarinya.
-   Urutan pembelajaran
Urutan pembelajaran dapat diberikan dalam petunjuk menggunakan
modul. Misalnya  dibuat petunjuk  bagi guru yang akan mengajarkan materi tersebut dan
petunjuk bagi siswa. Petunjuk siswa diarahkan kepada hal-hal yang harus dikerjakan dan yang
tidak boleh dikerjakan oleh siswa, sehingga siswa tidak perlu banyak bertanya, guru juga tidak
perlu terlalu banyak menjelaskan atau dengan kata lain guru berfungsi sebagai fasilitator.
-    Struktur bahan ajar/modul
Struktur modul dapat  bervariasi, tergantung pada karakter materi yang akan disajikan,
ketersediaan sumberdaya dan kegiatan belajar yang akan dilakukan.  Secara umum modul
harus memuat paling tidak:

ru)

ar Kerja (LK)

d. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)


Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas
yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan siswa akan memuat paling tidak;
judul, KD yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan
yang harus dikerjakan.
Dalam menyiapkan lembar kegiatan siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
·   Analisis kurikulum
Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang
memerlukan bahan ajar LKS. Biasanya dalam menentukan materi dianalisis dengan cara
melihat materi pokok dan pengalaman belajar dari materi yang akan diajarkan, kemudian
kompetesi yang harus dimiliki oleh siswa.
·   Menyusun peta kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis
dan sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat dilihat. Sekuens LKS ini sangat diperlukan dalam
menentukan prioritas penulisan. Diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.
·   Menentukan judul-judul LKS
Judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi pokok atau pengalaman belajar
yang terdapat dalam kurikulum. Satu KD dapat dijadikan sebagai judul modul apabila
kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya KD dapat dideteksi antara lain dengan
cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 MP, maka
kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai satu judul LKS. Namun apabila diuraikan menjadi
lebih dari 4 MP, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul
LKS.
·   Penulisan LKS
Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebaga berikut:
-     Perumusan KD yang harus dikuasai
Rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari dokumen SI.
-     Menentukan alat Penilaian
Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik.  Karena
pendekatan pembelajar-an yang digunakan adalah kompetensi, dimana penilaiannya
didasarkan pada penguasaan kompeten-si, maka alat penilaian yang cocok adalah
menggunakan pendekatan Panilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced
Assesment. Dengan demikian guru dapat menilainya melalui proses dan hasil kerjanya.
-     Penyusunan Materi
Materi LKS  sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa
informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari.
Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil
penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja dalam LKS
ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-
tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang
seharusnya siswa dapat melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan
secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan berapa
lama.
5        Struktur LKS
Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut:
.      Judul
.      Petunjuk belajar (Petunjuk siswa)
.      Kompetensi yang akan dicapai
.      Informasi pendukung
.      Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja
.      Penilaian

     e. Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara
bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau
selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau
organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996).   
Dalam menyusun sebuah brosur sebagai bahan ajar, brosur paling tidak memuat antara
lain:
1.      Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi.
2.      KD/materi pokok yang akan dicapai, diturunkan dari SI dan SKL.
3.      Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik memperhatikan penyajian kalimat
yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya.  Untuk siswa SMA upayakan
untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam
satu paragraf 3 – 7 kalimat.
4.      Tugas-tugas dapat berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait dengan materi belajar
dan membuat resumenya. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok dan ditulis
dalam kertas lain.
5.      Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.
6.      Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah,
internet, jurnal hasil penelitian.

f. Leaflet
A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster’s New World,
1996). Leatlet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan/dijahit.  Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi
dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah
dipahami.   Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring
peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD. 
Dalam membuat leaflet secara umum sama dengan membuat brosur, bedanya hanya
dalam penampilan fisiknya saja, sehingga isi leaflet dapat dilihat pada brosur di atas. Leaflet
biasanya ditampilkan dalam bentuk dua kolom kemudian dilipat.

     g. Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang
bermakna menunjukkan posisi tertentu.  Misalnya tentang siklus makhluk hidup binatang antara
ular, tikus dan lingkungannya atau proses dari suatu kegiatan laboraturium. Dalam
mempersiapkannya wallchart paling tidak berisi tentang:
1.      Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi.
2.      Petunjuk penggunaan wallchart, dimaksudkan agar wallchart tidak terlalu banyak tulisan.
3.      Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik dalam bentuk gambar, bagan
atau siklus.
4.      Tugas-tugas ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa tugas membaca buku tertentu
yang terkait dengan materi belajar dan membuat resumenya. Tugas lain misalnya menugaskan
siswa untuk menggambar atau membuat bagan ulang. Tugas dapat diberikan secara individu
atau kelompok.
5.      Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.
6.      Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi  misalnya buku, majalah,
internet, jurnal hasil penelitian.

     h. Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar
sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat
sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya
menguasai satu atau lebih KD.
Dalam menyiapkan sebuah gambar untuk bahan ajar dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
1.      Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi. Jika foto, maka
judulnya dapat ditulis dibaliknya.
2.      Buat desain tentang foto/gambar yang dinginkan dengan membuat storyboard.  Storyboard foto
tidak akan sebanyak untuk video/film.
3.      Informasi pendukung diambilkan dari storyboard secara jelas, padat, menarik ditulis dibalik
foto. Gunakan sumber lain yang dapat memperkaya materi misalnya foto, internet, buku.  Agar
foto enak dilihat dan memuat cukup informasi, maka sebaiknya foto/gambar berukuran paling
tidak 20-R.
4.      Pengambilan gambar dilakukan atas dasar stroryboard.  Agar hasilnya baik dikerjakan oleh
orang  yang menguasai penggunaan foto, atau kalau gambar digambar oleh orang yang
terampil menggambar.
5.      Editing terhadap foto/gambar dilakukan oleh orang yang menguasai substansi/isi materi
video/film.
6.      Agar hasilnya memuaskan, sebaiknya sebelum digandakan dilakukan penilaian terhadap
program secara keseluruhan baik secara substansi, edukasi maupun sinematografinya.
7.      Foto/gambar biasanya tidak interaktif, namun tugas-tugasnya dapat diberikan pada akhir
penampilan gambar, misalnya untuk pembelajaran bahasa Inggris siswa diminta untuk
menceritakan ulang secara oral tentang situasi dalam foto/gambar. Tugas-tugas dapat juga
ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa menceritakan ulang tentang foto/ gambar
yang dilihatnya dalam bentuk tertulis. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok.
8.      Penilaian dapat dilakukan terhadap penampilan siswa dalam menceritakan kembali
foto/gambar yang dilihatnya atau cerita tertulis dari foto/gambar yang telah dilihatnya.

       i. Model/Maket
Model/maket yang didesain secara baik akan memberikan makna yang hampir sama
dengan benda aslinya. Weidermann mengemukakan bahwa dengan meilhat benda aslinya yang
berarti dapat dipegang, maka peserta didik akan lebih mudah dalam mempelajarinya. Misalnya
dalam pembelajaran biologi siswa dapat melihat secara langsung bagian-bagian tubuh manusia
melalui sebuah model. Biasanya model semacam ini dapat dibuat dengan skala 1:1 artinya benda
yang dilihat memiliki besar yang persis sama dengan benda aslinya atau dapat juga dengan skala
yang lebih kecil, tergantung pada benda apa yang akan dibuat modelnya. Bahan ajar semacam ini
tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus dibantu dengan bahan tertulis agar memudahkan guru
dalam melaksanakan pembelajaran maupun siswa dalam belajar. Dalam memanfaatkan
model/maket sebagai bahan ajar harus menggunakan KD dalam kurikulum sebagai acuannya.
1.      Judul diturunkan dari kompeternsi dasar atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya
materi.
2.      Membuat rancangan sebuah model yang akan dibuat baik substansinya maupun bahan yang
akan digunakan sebagai model.
3.      Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik pada selembar kertas. Karena
tidak mungkin sebuah model memuat informasi tertulis kecuali keterangan-keterangan singkat
saja. Gunakan berbagai sumber yang dapat memperkaya informasi misalnya buku, majalah,
internet, jurnal hasil penelitian.
4.      Agar hasilnya memuaskan, sebaiknya pembuatan model atau maket dilakukan oleh orang
yang memiliki keterampilan untuk membuatnya.  Bahan yang digunakan tentu saja disesuaikan
dengan kemampuan keuangan dan kemudahan dalam mencarinya.
5.      Tugas dapat diberikan pada akhir penjelasan sebuah model, denganmemberikan pertanyaan-
pertanyaan oral. Tugas-tugas dapat juga ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa tugas
menjelaskan secara tertulis tentang misalnya untuk pembelajaran biologi, fungsi jantung
bagi kehidupan manusia. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok.
6.      Penilaian dapat dilakukan terhadap jawaban lisan atau tertulis dari pertanyaan yang diberikan.

6. Evaluasi dan Revisi


Setelah selesai menulis bahan ajar, selanjutnya yang perlu Anda lakukan adalah
evaluasi terhadap bahan ajar tersebut. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
bahan ajar telah baik ataukah masih ada hal yang perlu diperbaiki. Teknik evaluasi bisa
dilakukan dengan beberapa cara, misalnya evaluasi teman sejawat ataupun uji coba kepada
siswa secara terbatas. Respondenpun bisa anda tentukan apakah secara bertahap mulai
dari one to one, group, ataupun class.
Komponen evaluasi mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan.
Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain:
1.      Kesesuaian dengan SK, KD
2.      Kesesuaian dengan perkembangan anak
3.      Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar
4.      Kebenaran substansi materi pembelajaran
5.      Manfaat untuk penambahan wawasan
6.      Kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial
Komponen Kebahasaan antara lain mencakup:
acaan
an informasi
aian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar
aatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat)
Komponen Penyajian antara lain mencakup:
2.      Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai
3.      Urutan sajian
4.      Pemberian motivasi, daya tarik
5.      Interaksi (pemberian stimulus dan respond)
6.      Kelengkapan informasi
Komponen Kegrafikan antara lain mencakup:
1.      Penggunaan font; jenis dan ukuran
2.      Lay out atau tata letak
3.      Ilustrasi, gambar, foto
4.      Desain tampilan
Komponen-komponen penilaian di atas dapat Anda kembangkan ke dalam format
instrumen evaluasi. Contoh format evaluasi adalah sebagai berikut:
Contoh Format Instrumen Evaluasi Formatif Bahan Ajar

INSTRUMEN EVALUASI FORMATIF


Judul Bahan Ajar      : …........
Mata Pelajaran         : …........
Penulis                     : …........
Evaluator                  : …........
Tanggal                    : …........

Petunjuk pengisian
Berilah tanda check (v) pada kolom yang paling sesuai dengan penilaian Anda.
1 = sangat tidak baik/sesuai
2 = kurang sesuai
3 = cukup
4 = baik
5 = sangat baik/sesuai
No Komponen 1 2 3 4 5
KELAYAKAN ISI
1 Kesesuaian dengan SK, KD
2 Kesesuaian dengan kebutuhan siswa
3 Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar
4 Kebenaran substansi materi
5 Manfaat untuk penambahan wawasan
pengetahuan
6 Kesesuaian dengan nilai-nilai, moralitas, sosial
KEBAHASAAN
7 Keterbacaan
8 Kejelasan informasi
9 Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia
10 Penggunaan bahasa secara efektif dan efisien
SAJIAN
11 Kejelasan tujuan
12 Urutan penyajian
13 Pemberian motivasi
14 Interaktivitas (stimulus dan respond)
15 Kelengkapan informasi
KEGRAFISAN
16 Penggunaan font (jenis dan ukuran)
17 Lay out, tata letak
18 Ilustrasi, grafis, gambar, foto
19 Desain tampilan

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, selanjutnya Anda dapat melakukan revisi atau perbaikan
terhadap bahan ajar yang Anda kembangkan. Setelah itu, bahan ajar siap untuk Anda
manfaatkan dalam proses pembelajaran.
Komentar/saran evaluator:
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................

 
BAB IV
PEMBUATAN BAHAN AJAR NON TEKS (COMPUTER BASED)

A. Pengantar
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat pesat, menurut catatan
www.internetworldstats.com/ saat ini ada satu milyard pengguna internet di dunia. Penetrasi
internet di Asia adalah 10%, sedangkan di Amerika mencapai 67%. Indonesiamenduduki urutan
ke 13 pengguna internet dunia dengan jumlah pengguna internet tahun 2006, sebanyak 18 juta
orang. Angka itu mencapai 10 kali lebih besar dibanding lima tahun lalu. Tidak berlebihan
apabila ada yang mengatakan bahwa TIK membawa gelombang baru menuju perubahan besar
dalam sejarah kebudayaan manusia.
TIK tersebut diibaratkan arus badai, maka setidak-tidaknya ada tiga kemungkinan sikap
kita menghadapinya, yaitu mencoba bertahan melawan arus, hanyut terbawa arus, atau
memanfaatkan arus. Dalam perumpamaan ini, sikap yang paling tepat adalah yang terakhir,
memanfaatkan arus sebagai sumber energi. Demikian pula dalam dunia pendidikan. Arus TIK
telah masuk ke dunia pendidikan. Hadirnya TIK di sekolah, di ruang kelas, di rumah, bahkan di
kamar tidur siswa, tidak lagi dapat dibendung. Hadirnya TIK bukan lagi sebuah pilihan, kita
memilih ataupun tidak, era TIK telah hadir.
TIK mempunyai potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan dalam dunia pendidikan.
Pada blue print TIK Depdiknas, stidak-tidaknya disebutkan ada tujuh fungsi TIK dalam
pendidikan, yakni sebagai sumber belajar, alat bantu belajar, fasilitas pembelajaran, standard
kompetensi, sistem administrasi, pendukung keputusan, sebagai infrastruktur.
1.   Karakteristik Bahan Ajar Berbasis TIK
Peran penting Bahan Ajar berbasis TIK dalam proses pembelajaran didasari oleh karakteristik
Bahan Ajar yang lebih kompleks dibanding jenis bahan ajar lain. Beberapa karakteristik Bahan
Ajar berbasis TIK antara lain :
a.      Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media ataupun
teknologi jaringan / computer network).
b.      Memanfaatkan teknologi multimedia, sehingga suasana pembelajaran menjadi menarik, tidak
membosankan dan pada akhirnya memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri
c.      Memanfaatkan teknologi elektronik; di mana pendidik dan peserta
didik, peserta didik dan sesama peserta didik atau pendidik dan sesama pendidik dapat
berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
d.      Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials)
disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh pendidik dan peserta didik kapan saja dan di
mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
e.      Memanfaatkan Pertukaran Data (Information sharing) yang secara interaktif dapat dilihat setiap
saat di komputer.
2.      Keunggulan Bahan Ajar Berbasis TIK
Bahan Ajar berbasis TIK memiliki keunggulan antara lain sebagai berikut:
a.      memberikan kemudahan bagi pendidik dalam proses pembelajaran
untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak.
b.      berubahnya peran peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi aktif serta mempunyai
ketertarikan pada materi yang sedang dibahas.
c.      peserta didik dapat belajar atau menelaah bahan ajar sewaktu-
waktu karena bahan ajar dapat tersimpan di komputer.
d.      pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang
terstruktur dan terjadwal melalui jaringan intranet atau internet, sehingga keduanya bisa saling
menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
f.        tersedianya fasilitas e-moderating di mana pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi
secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi
itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
g.      baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi dan berinteraksi melalui fasilitas-
fasilitas internet yang dapat dilakukan secara kelompok/group. (Elangoan, 1999; Soekartawi,
2002; Mulvihil, 1997; Utarini, 1997)
Di ruang kelas, pendidik dapat mengawasi proses pembelajaran peserta didik di mana
waktu dan tempat sudah ditetapkan. Berbeda halnya di luar ruang kelas, peserta didik dapat
menggunakan bahan ajar berbasis TIK di mana mereka belajar pada waktu dan dengan
kecepatan yang diinginkan. Dengan demikian, diperlukan bahan ajar yang interaktif agar
peserta didik menjadi tertarik sehingga tidak meninggalkan pembelajaran.
Bahan ajar berbasis TIK memiliki karakteristik yang berbeda dengan bahan ajar biasa
seperti buku, modul maupun handout. Karakteristik umum bahan ajar berbasis TIK adalah
dalam hal penggunaan TIK untuk penyusunan maupun penggunaannya.
Sesuai dengan arah pengembangan bahan ajar berbasis TIK yang dilakukan oleh
Direktorat Pembinaan SMA melalui website PSB-SMA, maka penyusunan bahan ajar berbasis
TIK harus memenuhi kaidah-kaidah yang telah ditetapkan, baik pada tahap perencanaan,
persiapan, penyusunan, penilaian atau validasi dan pengiriman bahan ajar berbasis TIK.

B. E-Learning
Salah satu kosa kata yang muncul dan populer bersamaan dengan hadirnya TIK dalam
dunia pembelajaran adalah elearning. Elearning merupakan kependekan dari elektronik
learning. Secara generik elearning berarti belajar dengan menggunakan elektronik. Kata
elektronik sendiri mengandung pengertian yang spesifik yakni komputer atau internet, sehinga
elearning sering diartikan sebagai proses belajar yang menggunakan komputer atau internet.
Sesungguhnya pengertian elearning sendiri mempunyai makna yang sangat luas dan
masih dipersepsikan secara berbeda-beda. Pengertian elearning mencakup sebuah garis
kontinum dari mulai menambahkan komputer dalam proses belajar sampai dengan
pembelajaran berbasis web. Sebuah kelas yang dilengkapi dengan satu unit komputer untuk
memutar sebuah CD pembelajaran interaktif, dalam batasan yang minimal telah dapat
disebutkan bahwa kelas tersebut telah menerapkan elearning. Namun menurut batasan
UNESCO, elearning paling tidak harus didukung oleh sejumlah syarat-syarat yang harus
dipenuhi, yaitu mencakup; ketersediaan software bahan belajar berbasis TIK, ketersediaan
software aplikasi untuk menjalankan pengelolaan proses pembelajaran tersebut, adanya SDM
guru dan tenaga penunjang yang menguasai TIK, adanya infrastruktur TIK, adanya akses
internet, adanya dukungan training, riset, dukungan daya listrik, serta dukungan kebijakan
pendayagunaan TIK untuk pembelajaran. Apabila elemen-elemen tersebut telah tersedia, maka
program dan pengelolaan elearning akan dapat dijalankan.

C. Software Bahan Ajar


Teknologi selalu mencakup hardware dan software. Hardware akan berguna apabila
tersedia software di dalamnya, demikian pula sebaliknya software baru akan dapat bermanfaat
apabila ada hardware yang menjalankannya.
Software dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu software operating sistem (OS),
software aplikasi, dan software data atau konten. OS adalah software yang berfungsi sebagai
sistem operasi, seperti DOS, Windows, Linux, dan Unix. Aplikasi adalah software yang
digunakan untuk membangun atau menjalankan proses sesuai dengan perintah-perintah
pemrograman, misalnya office, LMS, CMS, dll. Sedangkan data atau bahan ajar termasuk ke
dalam kelompok software konten, misalnya bahan ajar baik berupa teks, audio, gambar, video,
animasi, dll.
Dalam pengertian yang paling sederhana, suatu proses belajar akan terjadi apabila
tersedia sekurang-kurangnya dua unsur, yakni orang yang belajar dan sumber belajar. Sumber
belajar mencakup orang (narasumber), alat (hardware), bahan (software), lingkungan (latar,
setting), dll. Bahan ajar adalah salah satu jenis dari sumber belajar.
Bahan belajar merupakan elemen penting dalam elearning. Tidak ada elearning tanpa
ketersediaan bahan belajar. Untuk itu, maka kemampuan seorang guru dalam mengembangkan
bahan belajar berbasis web menjadi sangat penting.

D. Jenis Bahan Ajar


Bahan ajar adalah segala bentuk konten baik teks, audio, foto, video, animasi, dll yang
dapat digunakan untuk belajar. Ditinjau dari subjeknya, bahan ajar dapat dikategorikan menjadi
dua jenis, yakni bahan ajar yang sengaja dirancang untuk belajar dan bahan yang tidak
dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar. Banyak bahan yang tidak dirancang untuk
belajar, namun dapat digunakan untuk belajar, misalnya kliping koran, film, sinetron, iklan,
berita, dll. Karena sifatnya yang tidak dirancang, maka pemanfaatan bahan ajar seperti ini perlu
diseleksi sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Bahan belajar yang dirancang adalah bahan yang dengan sengaja disiapkan untuk
keperluan belajar. Ditinjau dari sisi fungsinya, bahan ajar yang dirancang dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok, yaitu bahan presentasi, bahan referensi, dan bahan belajar mandiri.
Sedangkan ditinjau dari media, bahan ajar dapat kelompokkan menjadi bahan ajar cetak (a.l:
modul, hand-out), audio, video, televisi, multimedia, dan web.
Sekurang-kurangnya ada empat ciri bahan ajar yang sengaja dirancang, yakni adanya
tujuan yang jelas, ada sajian materi, ada petunjuk belajar, dan ada evaluasi keberhasilan
belajar.

E. Bahan Ajar Berbasis ICT/Web


Sebagaimana sebutannya, bahan ajar berbasis web adalah bahan ajar yang disiapkan,
dijalankan, dan dimanfaatkan dengan media web. Bahan ajar sering juga disebut bahan ajar
berbasis internet atau bahan ajar on line. Terdapat tiga karakteristik utama yang merupakan
potensi besar bahan ajar berbasis web, yakni; menyajikan multimedia, menyimpan, mengolah,
dan menyajikan infromasi, hyperlink
Karena sifatnya yang on line, maka bahan ajar berbasis web mempunyai karakteristik
khusus sesuai dengan karakteristik web itu sendiri. Salah satu karakteristik yang paling
menonjol adalah adanya fasilitas hyperlink. Hyperlink memungkinkan sesuatu subjek nge-link
ke subjek lain tanpa ada batasan fisik dan geografis, selama subjek yang bersangkutan tersedia
pada web. Dengan adanya fasilitas hyperlink maka sumber belajar menjadi sangat kaya.
Search engine sangat membantu untuk mencari subjek yang dapat dijadikan link.

F. Unsur-Unsur Bahan Ajar


Bahan ajar setidak tidaknya harus memiliki enam unsur, yaitu mencakup tujuan,
sasaran, uraian materi, sistematika sajian, petunjuk belajar, dan evaluasi. Sebuah bahan ajar
harus mempunyai tujuan. Tujuan harus dirumuskan secara jelas dan terukur mencakup kriteria
ABCD (audience, behavior, criterion, dan degree). Sasaran perlu dirumuskan secara spesifik,
untuk siapa bahan belajar itu ditujukan. Sasaran bukan sekedar mengandung pernyataan
subjek orang, Namun juga harus mencakup kemampuan apa yang menjadi prasyarat yang
harus sudah mereka kuasai agar dapat memahami bahan ajar ini.

G. Langkah-Langkah Pengembangan
Secara makro, pengembangan bahan ajar mencakup langkah-langkah analisis
kebutuhan, perancangan, pengembangan, implementasi dan evaluasi. Secara mikro, langkah-
langkah pengembangan bahan ajar berbasis web dimulai dari penentuan sasaran, pemilihan
topik, pembuatan peta materi, perumusan tujuan, penyusunan alat evaluasi, pengumpulan
referensi, penyusunan bahan, editing, upload, dan testing.
1.   Penentuan sasaran
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menyusun sebuah bahan ajar adalah
menentukan secara jelas siapa sasaran bahan ajar tersebut. Di dalam kelas konvensional,
sasaran telah sangat terstruktur, misalnya mahasiswa semester pertama. Pernyataan tersebut
telah mengandung indikasi yang jelas tentang siapa mereka, kemampuan apa yang harus
mereka kuasai, serta di mana kedudukan bahan belajar yang akan disajikan dalam keseluruhan
kurikulum sekolah. Demikian pula pada penyusunan bahan belajar berbasis web sasaran harus
dicantumkan secara spesifik.
2.  Pemilihan topik
Setelah sasaran ditentukan, langkah selanjutnya adalah memilih topik yang sesuai
dengan kebutuhan sasaran tersebut. Pemilihan topik dapat dilakukan dengan pertimbangan,
antara lain; materi sulit, penting diketahui, bermanfaat, merupakan sesuatu yang baru, sesuatu
yang belum banyak diketahui, atau bahasan dari sudut pandang lain, dll.
3.  Pembuatan peta materi
Peta materi sangat membantu dalam merumuskan keluasan dan kedalaman materi
yang akan dibahas. Membuat peta materi dapat diibaratkan menggambar sebuah batang pohon
yang bercabang dan beranting, semakin banyak cabang maka semakin luas bahasan materi.
Sedangkan apabila kita menghendaki bahasan yang fokus dan spesifik, maka kembangkanlah
bagian ranting-ranting.
4.  Perumusan tujuan
Gambar peta materi akan sangat bermanfaat untuk menentukan tujuan. Setiap ranting
dapat dirumuskan menjadi sebuah indikator tujuan yang spesifik. Sedangkan cabang menjadi
besaran tujuan tersebut. Tujuan besar (cabang) dapat dicapai dengan memenuhi semua tujuan
yang spesifik (ranting).
5.  Penyusunan alat evaluasi
Setelah merumuskan tujuan, langsung diikuti dengan perumusan alat evaluasi. Alat
evaluasi dimaksudkan untuk mejawab dengan cara bagaimana kita dapat mengetahui sesuatu
tujuan itu telah tercapai. Setiap indikator tujuan harus dapat diukur keberhasilannya. Sebuah
rumusan tujuan dapat diukur dengan satu butir alat evaluasi. Dapat satu set alat evaluasi
mengukur serangkai tujuan (Cognitif, Psikomotor, dan Afektif). Misalnya kita merumuskan
tujuan ”mampu mengendari sepeda motor”, maka alat evaluasi yang mungkin adalah lembar
observasi tentang kemampuan mengendarai sepeda motor.
6.  Pengumpulan referensi
Tidak ada bahan ajar yang berdiri sendiri tanpa sumber referensi. Referensi digunakan
untuk memberi dukungan teoretis, data, fakta, ataupun pendapat. Referensi juga dapat
memperkaya khasanah bahan belajar, sehingga pembaca yang menginginkan pendalaman
materi yang dibahas dapat mencari dari sumber yang disebutkan. Dalam web, pembaca dapat
dengan mudah diberikan link ke sumber referensi tersebut.
7.  Penyusunan bahan
Setelah bahan-bahan pendukung siap, maka penulisan dapat dimulai. Penulisan bahan
hendaklah konsisten dengan peta materi dan tujuan yang telah disusun. Secara umum struktur
penulisan sekurang-kurangnya terdiri dari tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutupan.
Pada pendahuluan kita harus sudah menyampaikan secara ringkas apa yang akan dibahas
pada bahan belajar ini. Sedangkan bagian isi menguraikan secara gamblang seluruh materi.
Agar lebih jelas, uraian bisa dilengkapi dengan contoh-contoh. Untuk mengecek pemahaman,
pada bagian ini dapat pula diberikan latihan-latihan. Pada bagaian penutup sampaikan kembali
secara ringkas apa yang telah dibahas. Proses selanjutnya adalah editing, testing, lalu
penghidangan (dalam Blog, Situs Lembaga).

H. Proses Pembuatan Presentasi


1.      Tentukan Tema/Judul; Pertama-tama tentukan tema dan judul untuk presentasi Power Point
yang akan Anda buat.
2.      Kumpulkan Bahan/Materi; Pada tahap ini Anda bisa mulai mengumpulkan bahan-bahan dan
materi untuk presentasi Anda.Materi dan bahan tersebut bisa anda peroleh dari beberapa
sumber, misalnya: Buku, yaitu text dan gambar atau internet Internet, yaitu text, gambar, video,
suara
3.      Simpan Materi; Setelah mendapatkan materi presentasi, simpanlah materi tersebut pada
komputer Anda. Buatlah folder baru dimana seluruh materi ditempatkan
4.      Buat Presentasi Power Point; Setelah seluruh materi telah lengkap dan tersimpan pada
komputer, Anda siap membuat Presentasi dengan Ms. Power Point.

I. Penutup
Internet dapat dimanfaatkan untuk memperoleh, mengolah, dan menyajikan berbagai
informasi sebagai bahan belajar/ajar yang di perlukan. Sumber belajar pada dunia maya sangat
kaya, selama kita memahami bahasanya, sumber belajar dari berbagai belahan dunia dapat
kita peroleh. Dari mana bahan itu datang? Sesungguhnya, kita tidak akan mendapatkan apa-
apa kalau tidak ada orang yang menyediakan bahan belajar tersebut di web.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. Blue Print ICT untuk Pendidikan, Jakarta, 2004

___________. Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen Dikdasmenum, 2004.

___________. Pengembangan Modul. Jakarta: Depdiknas, 2007.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Pedoman Penyusunan Bahan Ajar,Jakarta, 2006

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Pembuatan Multimedia Pembelajaran Interaktif, Jakarta,


Depdiknas, 2007

Moore, Peter, Environment of e-learning, New York: UNESCO, 2003

S.P., Hariningsih, Teknologi Informasi, Jakarta: Graha Ilmu. 2005

Sa’ud, Udin Syaefudin. Inovasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta, 2009.

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta :Kencana, 2008.

Siribodhi, Tinsiri, ICT Tools for Learning Materials Development, Bangkok: UNESCO, 2000


(www.internetworldstats.com)

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru, 2008.

Sumantri, dkk. Kurikulum untuk Abad 21. Jakarta : Grasindo, 1994.

Diposkan oleh Arief Am di 6:55 PM 


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Label: Pendidikan dan Pelatihan

Reaksi: 
Post a Comment

Newer PostOlder PostHome


Subscribe to: Post Comments (Atom)
IT'S ME......
Arief Am 
View my complete profile

KALAU ANDA SUKA DENGAN KONTEN BLOG INI, SILAHKAN KLIK DI BAWAH INI

VISITOR

  235003
POPULAR POSTS
 TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi
belajar adalah suatu proses yang di...
 UPAYA MENGATASI MASALAH PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN ANAK DALAM
TINJAUAN HAM
A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah Allah yang menjadi tanggung jawab setiap orang tua
untuk mendidik, membina dan menjadika...
 ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
A. Latar Belakang Filsafat pendidikan merupakan titik permulaan dalam proses pendidikan, juga menjadi
tulang punggung kemana bagian-bag...
 Bahan Ajarku: MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI
BAHAN AJAR  MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
DIKLAT  TEKNIS FUNGSIONAL PENINGKATAN KOMPETEN...
 MODEL PENELITIAN KEAGAMAAN
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian agama telah dilakukan beberapa abad yang lalu namun
hasil penelitiannya masih dalam bentuk...
 TEKNIK PELAKSANAAN PENELITIAN KUANTITATIF (Aspek Variabel Penelitian, Definisi
Operasional dan Instrumen Penelitian)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau
proses sistematis untuk memecahkan masa...
 APLIKASI METODE SUGESTOPEDIA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI
PERGURUAN TINGGI AGAMA
  I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang   Keberhasilan dan kesuksesan seseorang untuk mendapatkan
keistimewaan sosial, sejauh tertentu...
 Modul Diklat Pendalaman Materi Bahasa Inggris Aspek Recount
BAB I PENDAHULUAN A.      Latar Belakang Mata pelajaran   Bahasa Inggris merupakan salah satu
mata pelajaran yang sangat penti...


Modul Diklat Pendalaman Materi Bahasa Inggris Aspek Narrative
BAB I PENDAHULUAN A.        LATAR BELAKANG Pada zaman yang sudah semakin modern seperti
saat ini, komunikasi internasional sangat...
 PERBANDINGAN ALIRAN: IMAN DAN KUFUR, AKAL DAN WAHYU
I. PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Konsep iman dan kufur adalah dua hal yang saling berkebalikan.
Secara garis besarnya dapat disi...

Indahnya berbagi......... Picture Window template. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai