Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

(Oleh Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd)

A. Pendahuluan
Masalah yang sering dihadapi dosen dalam kegiatan pembelajaran adalah
mengembangkan dan memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar
yang tepat dalam rangka membantu mahasiswa mencapai kompetensi yang telah
pengetahuan. Arti lingkungan di sini tidak hanya tempat belajar semata, tetapi
termasuk di dalamnya ditentukan. Pembelajaran diartikan sebagai proses penyusunan
informasi dan penataan lingkungan untuk menunjang proses penemuan ilmu metode,
media, dan peralatan yang dibutuhkan untuk menyampaikan informasi dan
membimbing mahasiswa. Informasi dan lingkungan yang disampaikan dapat berubah-
ubah, tergantung pada tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai.
Bahan ajar untuk mahasiswa perlu dirancang berdasarkan asumsi bahwa setiap
mahasiswa memiliki perbedaan dalam hal kemampuan, pengalaman, keinginan,
tujuan, dan gaya belajar. Berbagai perbedaan tersebut merupakan masukan yang
berguna bagi dosen dalam proses penyusunan bahan ajar untuk mahasiswa. Dengan
demikian bahan ajar yang dihasilkan dosen harus bersifat luwes (fleksibel), artinya
dapat mengakomodasi berbagai titik awal dan alur belajar berdasarkan perilaku awal
mahasiswa yang akan diajar.
Bahan ajar yang dikembangkan dosen sebaiknya dapat (a) memberikan waktu
yang cukup bagi dosen untuk melakukan peranannya sebagai fasilitator, (b) membuat
dosen tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber informasi, (c) memberikan
relevansi yang tinggi antara materi perkuliahan dengan tujuan kurikulum, (d)
memperbesar kemungkinan pencapaian tujuan kurikulum dengan waktu yang
tersedia, (e) meningkatkan motivasi belajar mahasiswa, (f) meningkatkan rasa harga
diri mahasiswa, dan (g) membuat mahasiswa lebih proaktif dan reaktif dalam
perkuliahan.
Ada beberapa jenis bahan ajar yang dapat dipakai oleh dosen dalam
menyajikan perkuliahan, seperti (a) buku teks, (b) buku ajar yang ditulis sendiri atau
ditulis orang lain, (c) transformasi, dan (d) kompilasi. Bahan ajar yang pertama, yaitu
buku teks merupakan jenis bahan ajar yang paling lemah karena: (a) kurang
menimbulkan minat mahasiswa, (b) bahasa dan uraiannya sulit dipahami, (c)
bahasanya kurang komunikatif, (d) strukturnya tidak berdasarkan kebutuhan
mahasiswa, (e) disusun tidak untuk digunakan dalam proses belajar mengajar, (f)
sering tidak menjelaskan tujuan instruksional, (g) sering tidak memberikan latihan, (h)
sering tidak memberikan rangkuman, (i) sangat padat, (j) tidak mengantisipasi
kesukaran belajar mahasiswa, (k) tidak mempunyai mekanisme mengumpulkan
umpan balik dari pemakai, dan (l) tidak dilengkapi dengan petunjuk
menggunakannya.
Bahan ajar yang dikembangkan oleh dosen harus ditulis dan dirancang
berdasarkan prinsip-prinsip instruksional atau pembelajaran, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan belajar untuk memudahkan mahasiswa mencapai tujuan atau
kompetensi yang telah dirumuskan. Paling tidak bahan ajar tersebut (a) cukup
menarik, (b) isinya sesuai, (c) urutannya tepat, (d) informasi yang dibutuhkan ada, (e)
ada soal latiham, (f) ada jawaban latihan, (g) ada tes yang cocok, dan (h) ada petunjuk
yang mengarahkan mahasiswa dari kegiatan satu ke kegiatan selanjutnya.

1
B. Bahan Ajar dalam Pembelajaran Berbasis Kompetensi (PBK)
Pembelajaran berbasis kompetensi didasarkan atas pokok-pokok pikiran
bahwa apa yang ingin dicapai oleh mahasiswa melalui pembelajaran harus
dirumuskan dengan jelas. Perumusannya diwujudkan dalam bentuk standar
kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh mahasiswa. Standar kompetensi meliputi
standar materi atau standar isi (content standard) dan standar pencapaian
(performance standard). Standar materi berisikan jenis, kedalaman, dan ruang lingkup
materi pembelajaran yang harus dikuasai mahasiswa, sedangkan standar penampilan
berisikan tingkat penguasaan yang harus ditampilkan mahasiswa. Tingkat penguasaan
itu misalnya harus 100% atau boleh kurang dari, tergantung pada jenis kompetensi
yang ditampilkan mahasiswa. Sesuai dengan hal itu, maka bahan ajar memegang
peranan penting dalam rangka membantu mahasiswa mencapai standar kompetensi.
Karena bahan ajar merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang harus
disusun oleh dosen yang berisikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai
yang harus dipelajari mahasiswa.
Dalam rangka pelaksanaan pembelajaran, bahan ajar dikembangkan dan
dipilih setelah identitas matakuliah atau matapelajaran, standar kompetensi, dan
kompetensi dasar, strategi pembelajaran, pengalaman belajar, dan indikator
pencapaian ditentukan. Cakupan atau ruang lingkup serta kedalaman bahan ajar perlu
diperhatikan agar tidak kurang dan tidak lebih. Urutan (sequence) perlu diperhatikan
agar pembelajaran menjadi runtut. Perlakuan atau cara mengajarkan atau
menyampaikan dan mempelajarinya. Misalnya, perlu kejelasan apakah suatu materi
harus dihafalkan, dipahami, atau diaplikasikan.
Dosen sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran berdasarkan kompetensi
harus dapat membantu mahasiswa dalam proses belajar dengan cara: membangkitkan
minat belajar mahasiswa, menjelaskan tujuan instruksional atau komptensi,
menyajikan materi dengan struktur yang baik, memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk berlatih dan memberikan umpan balik, memperhatikan dan
menjelaskan hal-hal yang sukar atau tidak dimengerti mahasiswa, dan menciptakan
komunikasi dua arah (tidak cuma dosen saja yang berperan menyajikan materi kuliah
atau bahan ajar).

C. Jenis Isi dan Prinsip Pemilihan Bahan Ajar


Bahan ajar atau materi pembelajaran (Instructional Materials) secara garis
besar berisikan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari
mahasiswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara
terperinci, bahan ajar memuat isi tentang pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur), keterampilan dan sikap atau nilai.
Jenis isi materi fakta adalah menyangkut nama-nama objek, peristiwa sejarah,
lambang, nama tempat, nama orang, dan lain sebagainya (contoh ibu kota Provinsi
Sumatera Utara adalah Medan). Jenis isi materi konsep adalah pengertian, defenisi,
ciri khusus, komponen atau bagian suatu objek (contoh konsep kursi adalah tempat
duduk berkaki empat, ada sandaran dan lengannya). Jenis isi materi prinsip adalah
dalil, rumus, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan
“jika.....maka.....”, (contoh, hukum permintaan dan penawaran, jika penawaran tetap
permintaan naik, maka harga akan naik). Jenis isi materi prosedur adalah materi yang
berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam
mengerjakan suatu tugas. (Contoh, langkah-langkah menjumlahkan pecahan ialah: (1)
menyamakan penyebut, (2) menjumlahkan pembilang dengan pembilang dari

2
penyebut yang telah disamakan, (3) menuliskan dalam bentuk pecahan hasil
penjumlahan pembilang dan penyebut yang telah disamakan). Contoh lain langkah-
langkah mengoperasikan peralatan mikroskop. Jenis isi materi sikap (afektif) adalah
materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang,
tolong menolong, semangat. Jenis isi materi keterampilan adalah berkenaan dengan
gerakan.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar.
Prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan
kecukupan. Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Bahan ajar harus relevan atau ada
kaitannya atau hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Sebagai contoh, jika kompetensi dasar yang diharapkan dikuasai mahasiswa
berupa menghafal fakta, maka bahan ajar yang diajarkan harus berupa fakta atau
bahan hafalan.
Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus
dikuasai mahasiswa ada empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga
harus meliputi empat macam. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai
mahasiswa adalah pengoperasian bilangan yang meliputi penambahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga meliputi penerapan
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan harus cukup memadai dalam
membantu mahasiswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak
boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang
membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika
terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk
mempelajarinya.
Setelah jenis materi ditentukan, maka langkah berikutnya menentukan sumber
bahan ajar. Bahan ajar dapat ditemukan dari berbagai sumber seperti buku teks, buku
pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual dan sumber lainnya.

D. Bahan Ajar vs. Buku Teks


Bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi perkuliahan yang disusun secara
sistematis yang digunakan dosen dan mahasiswa dalam proses perkuliahan. Bahan
ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan tujuan instruksional
atau kompetensi yang akan dicapai, memotivasi mahasiswa untuk belajar,
mengantisipasi kesukaran belajar mahasiswa dalam bentuk penyediaan bimbingan
bagi mahasiswa untuk mempelajari bahan tersebut, memberikan latihan yang banyak
bagi mahasiswa menyediakan rangkuman, dan secara umum berorientasi pada
mahasiswa secara individual (learner oriented). Biasanya, bahan ajar bersifat
“mandiri”, artinya dapat dipelajari oleh mahasiswa secara mandiri karena sistematis
dan lengkap.
Bahan ajar bukan buku teks. Perbedaan antara bahan ajar dengan buku teks
tidak hanya terletak pada format, tata letak dan perwajahannya, tetapi juga pada
orientasi dan pendekatan yang digunakan dalam penyusunannya. Buku teks biasanya
ditulis dengan orientasi pada struktur dan urutan berdasarkan bidang ilmu (content
oriented) untuk dipergunakan oleh dosen dalam mengajar (teaching-oriented). Sangat
jarang buku teks dipergunakan untuk belajar mandiri, karena memang tidak dirancang
untuk itu. Dengan demikian, penggunaan buku teks memerlukan dosen yang
berfungsi sebagai penerjemah yang menyampaikan isi buku tersebut kepada
mahasiswa. Menurut Lewis dan Panie (1985) perbedaan antara buku teks dan bahan
ajar adalah seperti pada Tabel 1 berikut:

3
Tabel1. Perbedaan Buku Teks dan Bahan Ajar
No. Buku Teks No. Bahan Ajar
1 Mengasumsikan minat dari 1 Menimbulkan minat dari pembaca
pembaca
2 Ditulis terutama untuk digunakan 2 Ditulis dan dirancang untuk
dosen digunakan mahasiswa
3 Dirancang untuk dipasarkan secara 3 Menjelaskan tujuan instruksional
luas
4 Belum tentu menjelaskan tujuan 4 Disusun berdasarkan pola “belajar
instruksional yang fleksibel”
5 Disusun secara linear 5 Strukturnya berdasarkan kebutuhan
mahasiswa dan kompetensi akhir
yang akan dicapai
6 Strukturnya berdasarkan logika 6 Berfokus pada pemberian
bidang ilmu atau (content) kesempatan bagi mahasiswa untuk
berlatih
7 Belum tentu memberikan latihan 7 Mengakomodasi kesukaran belajar
mahasiswa
8 Tidak mengantisipasi kesukaran 8 Selalu memberikan rangkuman
belajar mahasiswa
9 Belum tentu memberikan 9 Gaya penulisan (bahasanya)
rangkuman komunikatif dan semi formal
10 Gaya penulisannya (bahasanya) 10 Kepadatan berdasarkan kebutuhan
naratif tetapi tidak komunikatif mahasiswa
11 Sangat padat 11 Dikemas untuk digunakan dalam
proses instruksional
12 Dikemas untuk dijual secara umum 12 Mempunyai mekanisme untuk
mengumpulkan umpan balik untuk
mahasiswa
13 Tidak mempunyai mekanisme 13 Menjelaskan cara mempelajari
untuk mengumpulkan umpan balik bahan ajar
dari pemakai
14 Tidak memberikan saran-saran cara
mempelajari buku tersebut

E. Beberapa Faktor Untuk Dipertimbangkan dalam Pengembangan Bahan Ajar


Pengembangan bahan ajar oleh dosen membutuhkan kreativitas untuk
membuat sesuatu yang lain unik, di samping membutuhkan pengetahuan tentang
lingkungan sekitarnya agar bahan ajar yang dikembangkan sesuai dengan
ketersediaan bahan di sekitarnya (akrab lingkungan dan berwawasan budaya). Ada
beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap kualitas bahan ajar, dan harus selalu
diperhatikan dalam proses pengembangan bahan ajar, yaitu isi, cakupan, keterbacaan,
bahasa, ilustrasi, perwajahan, dan pengemasan.
1. Kecermatan isi. Kecermatan isi adalah kesahihan atau kebenaran isi secara
keilmuan, dan keselarasan isi – kebenaran isi berdasarkan sistem nilai yang dianut
oleh suatu masyarakat atau bangsa. Kesahihan isi menunjukkan bahwa isi bahan
ajar tidak dikembangkan secara asal-asalan. Isi bahan ajar dikembangkan
berdasarkan konsep dan teori yang berlaku dalam bidang ilmu serta sesuai denga

4
kemutakhiran perkembangan bidang ilmu tersebut. Dengan demikian, isi bahan
ajar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, benar dari segi keilmuan.
2. Ketepatan cakupan. Ketepatan cakupan berhubungan dengan isi bahan ajar dari
sisi keluasan dan kedalaman isi atau materi, serta keutuhan konsep berdasarkan
konsep bidang ilmu. Seberapa banyak atau luas dalam suatu topik akan disajikan
kepada mahasiswa? Lalu bagaiman keutuhan konsep yang disajikan? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, hal itulah yang menjadi acuan untuk menentukan
cakupan bahan ajar.
3. Ketercernaan bahan ajar. Bahan ajar, menggunakan media apapun, harus
memiliki tingkat ketercernaan yang tinggi, artinya bahan ajar dapat dipahami dan
isinya dapat dimengerti mahasiswa dengan mudah. Ada enam hal yang
mendukung tingkat ketercernaan bahan ajar yaitu: (a) Pemaparan yang logis,
bahan ajar dipaparkan mulai dari yang umum ke khusus atau sebaliknya, dari
yang mudah ke yang sukar, dari yang inti ke yang pendukung. (b) Penyajian
materi yang runtut, bahan ajar disajikan secara sistematis, tidak meloncat-loncat,
penyajian dimulai dari uraian, contoh, latihan, boleh berubah-ubah tapi tidak
membosankan. (c) Contoh dan ilustrasi yang memudahkan pemahaman. (d) Alat
bantu yang memudahkan, (e) Format yang tertib dan konsisten, dan (f) Penjelasan
tentang relevansi dan manfaat bahan ajar.
4. Penggunaan bahasa. Dalam mengembangkan bahan ajar, pnggunaan bahasa
menjadi salah satu faktor penting. Pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata,
penggunaan kalimat efektif dan penyusunan paragraf yang bermakna, sangat
berpengaruh terhadap manfaat bahan ajar.
5. Perwajahan/pengemasan. Perwajahan atau pengemasan atau penataan informasi
dalam satu halam cetak, serta dalam paket bahan ajar multimedia adalah
merupakan daya tarik yang perlu dipertimbangkan untuk menarik perhatian
mahasiswa mempelajari bahan ajar itu. Hal-hal yang perlu dibuat adalah: narasi
atau teks tidak terlalu padat satu halaman, sediakan bagian kosong secara
konsisten dalam halaman-halaman bahan ajar untuk tempat coret-coret
mahasiswa, padukan grafik, poin, dan kalimat-kalimat pendek yang tidak
membosankan, gunakan sistem paragraf yang tidak rata pada pinggir kanan,
karena paragraf seperti lebih mudah dibaca, gunakan gambar atau grafik untuk
tujuan tertentu, gunakan sistem penomoran yang benar dan konsisten, gunakan
dan variasikan jenis dan ukuran huruf untuk menarik perhatian.
6. Ilustrasi. Ilustrasi dalam bahan ajar memiliki ragam manfaat, antara lain membuat
bahan ajar menjadi lebih menarik melalui variasi penampilan. Ilustrasi digunakan
untuk memperjelas pesan atau informasi yang disampaikan, sehingga dapat
memotivasi, komunikatif, membantu retensi dan pemahaman mahasiswa terhadap
isi pesan.
7. Kelengkapan komponen. Bahan ajar idealnya merupakan paket multikomponen.
Paket tersebut mempunyai sistematika penyampaian dan urutan materi yang baik.
Bahan ajar memiliki komponen utama, pelengkap dan komponen evaluasi hasil
belajar. Komponen utama berisi informasi atau topik utama yang disampaikan
kepada mahasiswa, bisa dalam berbagai bentuk bahan cetak, buku teks, buku
pelajaran. Komponen pelengkap, biasanya pendukung cetak (materi pengayaan,
bacaan, jadwal, silabus, peta materi, dan lainnya). Komponen evaluasi hasil
belajar terdiri dari perangkat soal tes atau alat evaluasi nontes untuk tes formatif
dan sumatif.

5
F. Penyusunan Bahan Ajar
Bahan ajar disusun berdasarkan kebutuhan instruksional yang dinyatakan pada
tujuan instruksional umum atau standar kompetensi yang hendak dicapai mahasiswa.
Berdasarkan standar kompetensi, dijabarkanlah berbagai kompetensi dasar melalui
kegiatan analisis instruksional. Dari hasil analisis instruksional diidentifikasi perilaku
awal mahasiswa untuk meyakinkan bahwa perilaku khusus yang ada dalam
kompetensi dasar belum dikuasai oleh mahasiswa. Berdasarkan perilaku khusus
dirumuskan tujuan khusus yang akan dicapai pada setiap pembelajaran. Untuk
mengukur pencapaian tujuan dikembangkanlah tes acuan patokan (TAP). Selanjutnya,
disusunlah strategi instruksional yang merupakan gambaran yang akan dilakukan
dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan strategi instruksional yang
dikembangkan disusunlah bahan ajar. Bahan ajar dapat juga dikaji ulang oleh para
ahli kemudian diujicobakan (dilakukan evaluasi formatif). Setelah hasil uji lapangan
dinyatakan sudah sahih, maka bahan ajar sudah dapat dipergunakan ke dalam
kegiatan pembelajaran yang direncanakan.
Penyusunan bahan ajar dapat dilakukan dosen melalui beragam cara, dari yang
termurah sampai yang termahal, dari yang paling sederhana sampai yang tercanggih.
Secara umum ada tiga cara yang dapat ditempuh dosen dalam menyusun bahan ajar,
yaitu: (1) menulis sendiri (starting from scratch); (2) pengemasan kembali informasi
(information repackaging atau text transformation); (3) penataan informasi
(compilation atau wrap around text).

1. Menulis Sendiri
Dosen dapat menulis sendiri bahan ajar yang akan digunakan dalam proses
instruksional. Asumsi yang mendasari cara ini adalah bahwa dosen adalah pakar
yang dapat dipercaya dalam bidang ilmu, dosen mempunyai kemampuan menulis,
dan dosen mengerti kebutuhan mahasiswa dalam bidang ilmu tersebut.
Dosen sebagai pakar bidang ilmu dapat menulis sendiri bahan ajar yang akan
digunakan dalam proses instruksional, atau bergabung dengan beberapa pakar lain
di bidang ilmu yang sama untuk menulis bahan ajar, secara kelompok (menulis
bersama) atau secara kolektif (seorang penulis menulis beberapa bagian saja).
Penulisan bersama dengan beberapa pakar di bidang ilmu yang sama merupakan
cara yang baik karena cepatnya perkembangan bidang ilmu dewasa ini sehingga,
penulisan oleh beberapa pakar dapat menambah kredibilitas bahan ajar tersebut
bagi pemakai.
Selain penguasaan bidang ilmu untuk dapat menulis sendiri bahan ajar,
diperlukan kemampuan menulis bahan ajar sesuai dengan prinsip-prinsip
instruksional. Belum semua dosen memiliki keterampilan tersebut. Namun, bukan
tidak mungkin bagi dosen, secara individu atau kelompok, untuk mempelajari cara
penulisan bahan ajar, baik melalui seminar atau pelatihan, dan lainnya. Cara lain
yang dapat ditempuh dosen adalah bekerja sama dengan “instructional designer”
atau perangcang instruksional (jika ada) untuk menulis bahan ajar. Perancang
instruksional dapat memberikan bimbingan dan saran-saran untuk menuliskan
bahan ajar yang baik.
Penulisan bahan ajar selalu berlandasakan pada kebutuhan mahasiswa, yang
meliputi kebutuhan pengetahuan, kebutuhan keterampilan, kebutuhan bimbingan,
kebutuhan latihan, dan kebutuhan umpan balik. Dosen dapat mengetahui
kebutuhan mahasiswa berdasarkan: (a) analisis instruksional yang telah dibuat
untuk matakuliah yang dibinanya, (b) berdasarkan GBPP (hasil rekonstruksi mata
kuliah), dan (c) berdasarkan kontrak perkuliahan yang telah disusun.

6
Jadi materi yang disajikan dalam bahan ajar adalah pokok bahasan dan sub
pokok bahasan yang tercantum di dalam GBPP yang meliputi seluruh perkuliahan
sesuai ruang lingkup kuliah yang disusun dalam kontrak perkuliahan. Analisis
kebutuhan belajar mahasiswa dapat dilakukan oleh dosen sendiri, atau dengan
bantuan perancang instruksional (jika mungkin).
Penulisan bahan ajar yang dilakukan oleh dosen sendiri merupakan cara yang
paling ekonomis, walaupun beban dosen menjadi cukup berat. Hasil dari
penulisan bahan ajar yang dilakukan oleh dosen sndiri bukan Cuma sekedar
seperangkat bahan ajar yang dapat dipergunakan oleh dosen dan mahasiswa dalam
proses instruksional. Setiap bab bahan ajar tersebut berjumlah kira-kira 25-40
halaman; untuk matakuliah eksakta biasanya berkisar 25 halaman, sedangkan
untuk ilmu-ilmu sosial biasanya berjumlah sekitar 40 halaman. Selain itu, dari
proses penulisan bahan ajar tersebutt, dosen juga akan memperoleh keterampilan
baru, yaitu keterampilan menulis bahan ajar.

2. Pengemasan Kembali Informasi (Information Repackaging atau Test


Information)
Dalam pengemasan kembali informasi, dosen tidak menulis bahan ajar sendiri
dari awal (from nothing atau from scratch), tetapi dosen memanfaatkan buku-buku
teks dan informasi yang sudah ada di pasaran untuk dikemas kembali sehingga
berbentuk bahan ajar yang memenuhi karakteristik bahan ajar yang baik, dan
dapat dipergunakan oleh dosen dan mahasiswa dalam proses instruksional.
Informasi yang sudah ada di pasaran dikumpulkan berdasarkan kebutuhan (sesuai
dengan tujuan instruksional, GBPP, dan kontrak perkuliahan). Kemudian, disusun
kembali atau ditulis ulang dengan gaya bahasa dan strategi yang sesuai untuk
menjadi suatu bahan ajar (atau “digubah”), juga diberi tambahan keterampilan
atau kompetensi yang akan dicapai, bimbingan belajar bagi mahasiswa, latihan
dan tes formatif, dan umpan balik bagi mahasiswa agar mereka dapat mengukur
sendiri kemampuan yang telah dicapai.
Pengemasan kembali informasi memerlukan keterampilan dosen untuk
menulis ulang atau menggubah dan melengkapi informasi-informasi tersebut
untuk menjadi suatu bahan ajar yang baik. Dalam proses ini dosen perlu
menentukan seberapa banyak perubahan yang perlu dilakukan terhadap bahan
yang sudah ada, kemudian apakah perubahan tersebut mungkin dilakukan dalam
batas waktu yang ditentukan, dengan sumber daya yang tersedia, dan seijin atau
sepengetahuan pengarang asli. Bantuan perancang instruksional dalam tahap ini
mungkin diperlukan dan sesuai dengan prinsip-prinsip instruksional, serta
kelayakan perubahan-perubahan tersebut.
Pengemasan kembali informasi merupakan cara penyusunan bahan ajar yang
jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan penulisan dari awal. Namun proses ini
dapat menjadi lebih mahal, karena memerlukan proses memperoleh ijin dari
pengarang asli. Kegiatan penyusunan bahan ajar dengan cara pengemasan kembali
informasi ini selain menghasilkan seperangkat bahan ajar yang digubah dari buku
teks atau informasi yang ada di pasaran, juga memberikan pengetahuan dan
keterampilan kepada dosen untuk menggubah buku teks dan informasi yang ada
menjadi suatu bahan ajar yang berkualitas dan dapat digunakan olehnya langsung
pada mahasiswa dalam proses instruksional.

7
3. Penataan Informasi (Compilation atau WrapAround Text)
Selain menulis sendiri, pengembangan bahan ajar juga dapat dilakukan
melalui cara lain, yaitu dengan mengkompilasi seluruh bahan atau materi
perkuliahan yang diambil dari buku teks, jurnal ilmiah, artikel, dan lainnya. Proses
ini dikenal sebagai proses pengembangan bahan ajar melalui penataan informasi
(kompilasi).
Proses penataan informasi hampir mirip dengan proses Pengemasan Kembali
Informasi. Namun dalam proses penataan informasi tidak ada perubahan yang
dilakukan terhadap bahan kuliah yang diambil dari buku teks, materi audiovisual,
dan informasi lain yang sudah ada di pasar. Jadi materi-materi tersebut
dikumpulkan, difotocopy dan digunakan secara langsung. Buku teks, materi
audiovisual, dan informasi lain yang akan digunakan sebagai materi inti dari
bahan ajar kemudian dipilih, dipilah, dan disusun berdasarkan tujuan instruksional
yang akan dicapai, GBPP, dan urutan perkuliahan yang tercantum dalam Kontrak
Perkuliahan.
Di samping itu, materi tersebut juga dilengkapi dengan pedoman belajar untuk
mahasiswa yang berisi petunjuk penggunaan materi tersebut, latihan-latihan dan
tugas yang perlu dilakukan mahasiswa; dan juga pedoman pengajar yang berisi
petunjuk kegiatan yang harus dilakukan pengajar. Materi tambahan berupa
pedoman belajar untuk mahasiswa perlu disusun oleh dosen dengan seksama
berdasarkan pada tujuan instruksional yang akan dicapai, GBPP, dan Kontrak
Perkuliahan. Materi tambahan ini sering dikenal dengan sebutan Student Manual.
Penataan informasi untuk menyusun bahan ajar dapat dilakukan sendiri oleh
dosen. Proses ini merupakan yang paling ekonomis dan tidak membutuhkan
waktu yang banyak. Yang diperlukan adalah keterampilan dosen (juga waktu
dosen) untuk mengumpulkan buku teks, materi audiovisual dan informasi lain
melalui penelusuran literatur di perpustakaan; seleksi materi di toko buku, dan
seleksi informasi-informasi yang aktual di koran, majalah ilmiah, dan lainnya.
Materi yang dikumpulkan harus sesuai dengan acuan dan sumber pustaka yang
sudah tercantum dalam GBPP dan atau kontrak perkuliahan. Materi-materi
tersebut kemudian disusun berurutan berdasarkan tujuan instruksional yang akan
dicapai (lihat urutan TIK dalam GBPP) dan sesi perkuliahan (lihat urutan sesi
dalam Kontrak Perkuliahan). Setelah tersusun rapi, dosen perlu menyediakan
halaman penyekat berisi informasi tentang nomor pertemuan, TIK, Pokok
Bahasan dan Deskripsi Singkat, Bahan Bacaan yang dikompilasi, tugas, serta hal-
hal lain yang perlu diketahui mahasiswa sehubungan dengan sesi tersebut (lihat
format dan contoh). Selain itu, dosen juga dituntut untuk dapat merancang dan
menyusun “student manual” yang baik, menarik, membantu mahasiswa dalam
belajar, dan cocok dengan materi yang dikumpulkan. Kompilasi dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Kumpulkan seluruh buku, artikel jurnal ilmiah, dan sumber acuan lain yang
digunakan dalam matakuliah seperti yang tercantum pada Daftar Pustaka di
GBPP
2. Tentukan bagian-bagian buku. Artikel jurnal ilmiah, dan bagian sumber acuan
lain yang digunakan per Pokok Bahasan sesuai dengan GBPP
3. Fotocopy seluruh bagian dari sumber yang digunakan per Pokok Bahasan
sesuai dengan GBPP
4. Pilah hasil fotocopy tersebut berdasarkan urutan pokok bahasan yang sesuai
dengan GBPP
5. Buat/tulis halaman penyekat bahan untuk setiap pokok bahasan

8
6. Bahan-bahan yang sudah dilengkapi dengan halaman penyekat untuk setiap
pokok bahasan kemudian dijilid rapi (selanjutnya dikopi untuk dibagikan
kepada mahasiswa)
7. Buat/tulis pedoman mahasiswa dan pedoman pengajar untuk mendampingi
bahan yang sudah dikompilasi tersebut.

G. Menulis Bahan Ajar


Bahan ajar yang disusun oleh dosen dan dirancang sedemikian rupa lengkap
dengan pedoman pengajarnya bertujuan untuk memudahkan tugas dosen mengajar
dan juga memudahkan mahasiswa belajar. Oleh karenanya, terlepas dari cara
penyusunannya dan rancangannya, bahan ajar perlu diberi babakan sehingga tidak
terlampau berat untuk dipelajari oleh mahasiswa pada saat tertentu, perlu
mengintegrasikan bimbingan belajar bagi mahasiswa jika menghadapi konsep atau
prinsip yang sukar, mengintegrasikan pertanyaan yang perlu dipikirkan oleh
mahasiswa dan tugas-tugas yang mengaktifkan mahasiswa, serta ditulis dalam bahasa
yang komunikatif dan bersahabat.

1. Tinjauan mata kuliah


Tinjauan mata kuliah merupakan gambaran isi keseluruhan matakuliah secara
sepintas. Biasanya bagian ini berada di bagian depan dari bahan ajar, namun
penulisannya dapat dilakukan belakangan (menyusul) setelah seluruh bahan ajar
disusun secara lengkap. Tinjauan matakuliah biasanya terdiri dari:
- Deskripsi singkat matakuliah yang diambil dari GBPP;
- Keguanaan matakuliah bagi mahasiswa di kemudian hari, untuk mahasiswa
bekerja di lapangan, atau untuk mengikuti matakuliah berseri (prasyarat),
maka hal tersebut dijelaskan dalam bagian ini;
- Tujuan instruksional umum (yang diambil dari GBPP);
- Susunan (urutan) bahan ajar dari bab pertama sampai bab terakhir, dan
keterkaitan setiap bab dengan media lain, seperti media audiovisual (jika ada);
- Petunjuk bagi mahasiswa untuk mempelajari bahan ajar.

2. Bab I (berulang untuk bab berikutnya)


Penulisan bab per bab dari bahan ajar adalah sama dengan proses perkuliahan
yang dilakukan dosen di depan kelas kepada mahasiswa. Dosen perlu
membayangkan dirinya seolah berbicara kepada mahasiswa. Dengan demikian,
bahasa penulisan yang digunakan adalah bahasa dialog, komunikatif, sederhana
dan tidak formal. Susunan bab per bab dan susunan komponen-komponen dalam
setiap bab mencerminkan strategi instruksional yang lazim digunakan dosen
dalam perkuliahan, yaitu dimulai dari pendahuluan, penyajian, lalu penutup.

o Pendahuluan
Bagian pendahuluan yang ditulis dengan menarik diharapkan dapat
membangkitkan minat mahasiswa untuk membaca bab-bab selanjutnya.
Bagian pendahuluan terdiri dari:
- Deskripsi singkat atau gambaran umum tentang cakupan bab tersebut.
Deskripsi singkat dapat dinyatakan dengan paragraf naratif atau dengan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat menstimulasi mahasiswa untuk
berpikir.
- Relevansi antara bab tersebut dengan pengetahuan atau pengalaman yang
telah dimiliki mahasiswa, dengan kegunaan bagi mahasiswa jika kelak

9
mahasiswa bekerja di masyarakat, dengan bab atau matakuliah lain jika
bab tersebut terkait dengan matakuliah lain.
- Tujuan instruksional khusus yang merupakan penjabaran dari tujuan
instruksional umum diambil dari GBPP.
o Penyajian
Bagian penyajian merupakan daging dari bahan ajar. Bagian penyajian terdiri
dari:
- Uraian atau penjelasan materi dibahas secara rinci dan diikuti dengan
contoh-contoh yang konkrit.
- Latihan yang berisi kegiatan yang harus dilakukan mahasiswa setelah
membaca uraian materi. Tujuan latihan adalah agar mahasiswa benar-
benar belajar secara aktif dan dapat menguasai konsep atau prinsip yang
dibahas.
- Rangkuman atau ringkasan dari konsep atau prinsip yang dibahas.

Dalam bagian penyajian ini, dosen dapat menggunakan alat bantu belajar
agar mahasiswa dapat lebih mudah mempelajari materi yang disajikan. Alat
bantu belajar yang dapat dimanfaatkan, antara lain:
a. Untuk membantu ingatan: checklist (daftar), label, diagram, kode, dan
mnemonic (akronim, analogi).
b. Untuk membantu kecepatan mempelajari informasi: tanda-tanda
(signpost), warna, bentuk.
c. Untuk membantu pemahaman: pertanyaan yang analitis, umpan balik.
d. Untuk menyederhanakan informasi: tabel, grafik, flowchart, panah,
kotak, ilustrasi.

Jika dosen tidak menulis sendiri bahan ajarnya, tetapi menggunakan bahan
yang sudah ada di pasaran, maka pada bagian penyajian ini dosen dapat
memanfaatkan bahan-bahan, buku teks, materi audiovisual lain yang sudah
ada di pasaran.

o Penutup
Bagian penutup mempersiapkan mahasiswa untuk mengukur prestasinya
berdasarka tujuan yang ingin dicapai. Pada bagian ini juga diberikan umpan
balik tentang pencapaian hasil belajar mahasiswa, dan tindak lanjut yang
harus dilakukan untuk mengulang atau melanjutkan ke materi pembahasan
berikutnya. Bagian penutup terdiri dari:
- Tes formatif yang merupakan seperangkat butir tes acuan patokan untuk
mengukur pencapaian hasil belajar mahasiswa pada tahap tersebut. Tes
formatif ditulis secara konsisten dengan tujuan instruksional khusus yang
aan dicapai melalui pembahasan materi di bab tersebut.
- Umpan balik yang berisi petunjuk bagi mahasiswa untuk dapat menilai
sendiri hasil kerjanya dan mengukur tingkat penguasaannya terhadap isi
bab tersebut.
- Tindak lanjut merupakan petunjuk untuk mahasiswa bertindak atas hasil
pencapaian yang diperolehnya. Ada kemungkinan mahasiswa perlu
mengulang bagian yang melanjutkan proses berjalannya ke bab
berikutnya.
- Kunci jawaban tes formatif memberikan penjelasan tentang kriteria
“kebenaran” jawaban mahasiswa pada butir soal tes formatif dan ulasan

10
mengapa jawaban tersebut benar dan mengapa jawaban yang lain
dianggap tidak benar.

3. Daftar Pustaka
Daftar pustaka memuat buku-buku atau sumber lain yang digunakan dalam
menulis atau menyusun bahan ajar dan yang dapat menjadi acuan bagi mahasiswa.

4. Senarai
Senarai kata sukar merupakan daftar kata-kata teknis yang dianggap penting dan
perlu dijelaskan. Senarai ini sangat membantu mahasiswa dalam belajar secara
mandiri. Biasanya, senarai ditempatkan pada bagian akhir dari bahan ajar.

Dalam bentuk diagram, komponen-komponen utama bahan ajar akan


terangkai sepertis Gambar 1 berikut:

MODEL BAHAN AJAR

Gambar 1. Model Bahan Ajar

H. Mengembangkan Pedoman Mahasiswa dan Pedoman Pengajar


Setelah mengembangkan bahan ajar baik dengan menulis sendiri maupun
dengan cara kompilasi, kita masih harus mengembangkan dua macam pedoman, yaitu
pedoman mahasiswa dan pedoman pengajar. Kedua pedoman ini bermanfaat bagi
pengajar dan juga bagi mahasiswa. Pedoman ini penting karena merupakan acuan
bagi terlaksananya proses pelatihan yang efektif dan efisien sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Pedoman mahasiswa dimanfaatkan bagi mahasiswa agar
mahasiswa mengetahui persiapan yang perlu dilakukan, pelaksanaan dan evaluasi dari
proses belajar mengajar yang akan diikutinya. Pedoman pengajar memberikan acuan
kepada pengajar tentang persiapan, pelaksanaan dan proses belajar mengajar serta
pencapaian tujuan dari aktivitas instruksional yang dijalankannya.

11
Dilihat dari segi format dan isi, kedua pedoman ini menampilkan banyak hal
yang sama. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan erat antara persiapan,
pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan oleh mahasiswa dan yang dilakukan oleh
pengajar.

Pedoman mahasiswa berisi:


a. Petunjuk penggunaan semua bahan ajar yang diterima mahasiswa
b. Daftar kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan secara berurutan setiap unit
pelajaran atau pertemuan
c. Petunjuk yang rinci tentang cara dan waktu yang tepat dalam menggunakan setiap
set bahan ajar, baik yang berbentuk media cetak maupun audiovisual. Kegiatan
mahasiswa tersebut disusun secara berurutan sejalan dengan urutan penyajian
materi yang dijadikan bahan ajar.

-Contoh Format Pedoman Mahasiswa-

Mata kuliah : ............................................


Kode Mata Kuliah : ............................................
Waktu (jumlah jam) : ............................................

Persiapan
Bagian ini berisi petunjuk tentang langkah-langkah persiapan belajar yang harus
dilakukan mahasiswa, berupa:
a. Petunjuk cara mempelajari bahan ajar sebaik-baiknya terutama konsep-konsep
esential
b. Petunjuk penggunaan media, alat dan bahan bacaan lain yang digunakan baik dalam
tatap muka, latihan, praktek, tugas dan pengamatan lapangan
c. Hal-hal lain yang dianggap perlu.

Pelaksanaan
Bagian ini berisi petunjuk tentang langkah-langkah pelaksanaan proses belajar
mengajar yang akan terjadi dan keterlibatan mahasiswa dalam hal:
a. Mengikuti kegiatan tatap muka dalam menerima informasi, urutan, dan contoh
b. Melakukan latihan/tugas misalnya dalam bentuk studi kasus, observasi lapangan,
praktikum
c. Bertanya, mengemukakan pendapat, berdiskusi dan berperan aktif dalam proses
belajar mengajar

Penilaian
Bagian ini berisi petunjuk tentang kriteria penilaian atas hasil yang diharapkan dicapai
mahasiswa atau atas tugas-tugas yang diharapkan dikerjakan mahasiswa, seperti:
a. Petunjuk dalam mengikuti tes baik tes awal maupun tes akhir
b. Petunjuk dalam penilaian hasil belajar, baik kriteria, waktu dan cara penyelenggaraan
tes hasil belajar
c. Petunjuk dalam penilaian hasil kerja, tugas, laporan

Pedoman Pengajar berisi:


a. Program pengajaran (kontrak perkuliahan) yang dibagikan kepada mahasiswa
b. Petunjuk penggunaan formulir kerja atau petunjuk kegiatan praktik (bila
menggunakan Kit Sains)

12
c. Petunjuk penyelenggaraan tes
d. Naskah tes: tes awal dan tes akhir berikut dengan jawabannya

-Contoh Format Pedoman Pengajar-

Mata kuliah : ...........................................


Kode Mata kuliah : ...........................................
Waktu (jumlah jam) : ...........................................

Persiapan
Bagian ini berisi tentang langkah-langkah persiapan yang harus dilakukan pengajar
sebelum proses belajar mengajar berlangsung meliputi:
a. Petunjuk persiapan bahan ajar sebaik-baiknya, terutama konsep-konsep esential
b. Petunjuk penggunaan media, alat dan bahan bacaan lain yang digunakan baik dalam
tatap muka, latihan, praktek, tugas dan pengamatan lapangan
c. Hal-hal lain yang dianggap perlu

Pelaksanaan
Bagian ini berisi tentang langkah-langkah persiapan yang harus dilakukan pengajar
sebelum proses belajar mengajar berlangsung meliputi:
a. Memberikan penjelasan kepada mahasiswa
b. Menyampaikan informasi, uraian, dan contoh
c. Memberikan latihan dan tugas, misalnya dalam bentuk studi kasus, observasi
lapangan, dan praktikum yang harus dikerjakan mahasiswa
d. Memberikan bimbingan umpan balik dari latihan/tugas yang telah dikerjakan peserta

Penilaian
Bagian ini berisi tentang kriteria penilaian atas hasil yang diharapkan dicapai
mahasiswa atau atas tugas-tugas yang diharapkan dikerjakan mahasiswa, seperti:
a. Penunjuk dalam memberikan tes, baik tes awal maupun tes akhir, dan perangkat tes
yang akan digunakan
b. Petunjuk dalam penilaian hasil belajar, baik kriteria, waktu dan cara
penyelenggaraannya
c. Petunjuk dalam menilai hasil kerja, tugas, dan laporan

DAFTAR PUSTAKA

Belawati, Tian, dkk. (2003). Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka
Degeng, S. Nyoman. (2000). “Penyusunan Bahan Ajar”. Materi Pelatihan Pekerti. Malang.
Universitas Negeri Malang.
Depdiknas. (2004). Pedoman Pemilihan dan Pemanfaatan Bahan Ajar. Jakarta: Dikdasmen.
Dick, Walter., & Carey, Lou. (1996). The Systematics Design of Instruction. New York:
Longman, Inc.
Dick, Walter., Carey, Lou., & Carey, O. James. (2005) The Systematic Design of Instruction
(6th ed). Boston MA: Pearson.
Pannen, Paulina dan Purwanto (2001). “Penulisan Bahan Ajar” Mengajar di Perguruan
Tinggi. Jakarta: PAU Pekerti-DIKTI, Depdikbud.
Suparman, Atwi (2004), Desain Instruksional. Jakarta: PAU Pekerti-DIKTI, Depdikbud.
Suparma, Atwi. (2012). Desain Instruksional Modern. Jakarta: Erlangga.

13
Sumber: Walter Dick & Lon Carey (1996)
The Systematic Design of Instruction 4th Edition, Glenview, III: Scott, Foresman and Co.

14

Anda mungkin juga menyukai