Downloads
GALERI
Tentang Saya
(4) menyusun bahan ajar yang dapat dimanfaatkannya dalam pembelajaran di kelas.
2. Uraian Materi
2.1 Keberadaan Bahan Ajar dalam Pembelajaran
Bahan ajar memiliki posisi amat penting dalam pembelajaran. Posisinya adalah sebagai
representasi (wakil) dari penjelasan guru di depan kelas. Keterangan-keterangan guru, uraian-
uraian yang harus disampaikan guru, dan informasi yang harus disajikan guru dihimpun di
dalam bahan ajar. Dengan demikian, guru akan dapat mengurangi kegiatannya menjelaskan
pelajaran. Di kelas, guru akan memiliki banyak waktu untuk membimbing siswa dalam belajar
atau membelajarkan siswa.
Pada sisi lain, bahan ajar berkedudukan sebagai alat atau sarana untuk mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Oleh karena itu, penyusunan bahan ajar hendaklah
berpedoman kepada standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), dan standar komepetnsi
lulusan (SKL). Bahan ajar yang disusun bukan mempedomani SK, KD, dan SKL tentulah tidak
akan memberikan banyak manfaat kepada peserta didik.
Bahan ajar juga merupakan wujud pelayanan satuan pendidikan terhadap peserta didik.
Pelayanan individual dapat terjadi dengan bahan ajar. Peserta didik berhadapan dengan bahan
yang terdokumentasi. Ia berurusan dengan informasi yang konsisten (taat asas). Peserta yang
cepat belajar, akan dapat mengoptimalkan kemampuannya dengan mempelajari bahan ajar.
Peserta didik yang lambat belajar, akan dapat mempelajari bahan ajarnya berulang-ulang.
Dengan demikian, optimalisasi pelayanan belajar terhadap peserta didik dapat terjadi dengan
bahan ajar.
Jadi, keberadaan bahan ajar sekurang-kurangnya menempati tiga posisi penting. Ketiga posisi
itu adalah sebagai representasi sajian guru, sebagai sarana pencapaian standar kompetensi,
kompetensi dasar, standar kompetensi lulusan, dan sebagai pengoptimalan pelayanan terhadap
peserta didik.
Prinsip relevansi atau keterkaitan atau berhubungan erat, maksudnya adalah materi
pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Jika kemampuan yang diharapkan oleh menghafalkan fakta, materi yang disajikan adalah
fakta. Kalau kompetensi dasar meminta kemampuan melakukan sesuatu, materi pelajarannya
adalah prosedur atau cara melakukan sesuatu. Begitulah seterusnya.
Prinsip konsistensi adalah ketaatazasan dalam penyusunan bahan ajar. Misalnya kompetensi
dasar meminta kemampuan siswa untuk menguasai tiga macam konsep, materi yang disajikan
juga tiga macam. Umpamanya kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa adalah menyusun
paragraf deduktif, materinya sekurang-kurangnya pengertian paragraf deduktif, cara menyusun
paragraf deduktif, dan cara merevisi paragraf deduktif. Artinya, apa yang diminta itulah yang
diberikan.
Prinsip kecukupan, artinya materi yang disajikan hendaknya cukup memadai untuk mencapai
kompetensi dasar. Materi tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Jika materi terlalu
sedikit, kemungkinan siswa tidak akan dapat mencapai kompetensi dasar dengan
memanfaatkan materi itu. Kalau materi terlalu banyak akan banyak menyita waktu untuk
mempelajarinya.
Ada beberapa prosedur yang harus diikuti dalam penyusunan bahan ajar. Prosedur itu meliputi:
(1) memahami standar isi dan standar kompetensi lulusan, silabus, program semeter, dan
rencana pelaksanaan pembelajaran; (2) mengidentifikasi jenis materi pembelajaran
berdasarkan pemahaman terhadap poin (1); (3) melakuan pemetaan materi; (4) menetapkan
bentuk penyajian; (5) menyusun struktur (kerangka) penyajian; (6) membaca buku sumber; (7)
mendraf (memburam) bahan ajar; (8) merevisi (menyunting) bahan ajar; (9) mengujicobakan
bahan ajar; dan (10) merevisi dan menulis akhir (finalisasi).
Memahami standar isi (Permen 22/2006) berarti memahmai standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Hal ini telah dilakukan guru ketika menyusun silabus, program semester,
dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Memahami standar kompetensi lulusan (Permen
23/2006) juga telah dilakukan ketika menyusun silabus. Walaupun demikian, ketika
penyusunan bahan ajar dilakukan, dokumen-dokumen tersebut perlu perlu dihadirkan dan
dibaca kembali. Hal itu akan membantu penyusun bahan ajar dalam mengaplikasikan prinsip
relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Selain itu, penyusunan bahan ajar akan terpandu ke arah
yang jelas, sehingga bahan ajar yang dihasilkan benar-benar berfungsi.
Mengidentifikasi jenis materi dilakukan agar penyusun bahan ajar mengenal tepat jenis-jenis
materi yang akan disajikan. Hasil identifikasi itu kemudian dipetakan dan diorganisasikan
sesuai dengan pendekatan yang dipilih (prosedural atau hierarkis). Pemetaan materi dilakukan
berdasarkan SK, KD, dan SKL. Tentu saja di dalamnya terdapat indikator pencapaian yang telah
dirumuskan pada saat menyusun silabus. Jika ketika menyusun silabus telah terpeta dengan
baik, pemetaan tidak diperlukan lagi. Penyusun bahan ajar tinggal mempedomani yang ada
pada silbus. Akan tetapi jika belum terpetakan dengan baik, perlu pemetaan ulang setelah
penyusunan silabus.
Langkah berikutnya yaitu menetapkan bentuk penyajian. Bentuk penyajian dapat dipilih sesuai
dengan kebutuhan. Bentuk-bentuk tersebut adalah seperti buku teks, modul, diktat, lembar
informasi, atau bahan ajar sederhana. Masing-masing bentuk penyajian ini dapat dilihat dari
berbagai sisi. Di antaranya dapat dilihat dari sisik kekompleksan struktur dan pekerjaannya.
Bentuk buku teks tentu lebih kompleks dibandingkan dengan yang lain. Begitu pula halnya
modul dengan yang lain. Yang paling kurang kompleksitasnya adalah bahan ajar sederhana.
Sesuai dengan namanya ”sederhana”, tentu wujudnya juga sederhana.
Jika bentuk penyajian sudah ditetapkan, penyusun bahan ajar menyusun struktur atau
kerangka penyajian. Kerangka-kerangka itu diisi dengan materi yang telah diatetapkan.
Kegiatan ini sudah termasuk mendraf (membahasakan, membuat ilustrasi, gambar) bahan ajar.
Draf itu kemudian direvisi. Hasil revisi diujicobakan, kemudian direvisi lagi, dan selanjutnya
ditulis akhir (finalisasi). Selanjutnya, guru telah dapat menggunakan bahan ajar tersebut untuk
membelajarkan siswanya.
3.2 Tugas
Susunlah bahan ajar berdasarkan pemahaman Anda tentang standar kompetensi, kompetensi
dasar, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ada! Penyusunan bahan ajar
agar dilakukan secara individu. Satu bahan ajar seharusnya untuk satu pertemuan.
Bahan ajar atau materi ajar adalah bahan atau materi yang harus dipelajari siswa dalam satu
keatuan waktu tertentu. Bahan ini dapat berupa konsep, teori, dan rumus-rumus keilmuan;
cara, tatacara, dan langkah-langkah untuk mengerjakan sesuatu; dan norma-norma, kaidah-
kaidah, atau nilai-nilai. Bahan ajar untuk pembelajaran koginitif (pengetahuan) akan berwujud
teori-teori atau konsep-konsep keilmuan. Bahan ajar untuk pembelajaran psikomotorik
(keterampilan) akan berwujud cara atau prosedur mengerjakan dan menyelesiakan sesuatu.
Sedangkan bahan ajar untuk pembelajaran afektif (sikap) akan berwujud nilai-nilai atau norma-
norma. Jadi, bahan ajar menyangkut dengan aspek yang harus dipelajari siswa dalam ranah
koginitif, psikomotorik, dan afektif.
36 KOMENTAR
Posted in KTSP
Pos Sebelumnya
36 Komentar
1.
cecep
/ Juli 13, 2009
o
zulkarnainidiran
/ Juli 13, 2009
Bahan ajar ini memang kurang komplit, karena itu disebut pengantar sederhana
2.
lisna
/ Agustus 1, 2009
thanks pa, Insya Allah bermanfaat infonya, karena kita mo coba bikin bahan ajar utk lokal (se
gugus..)dgn memberdayakan kkg..informasi lainnya ditunggu pa..
Balas
o
zulkarnainidiran
/ Agustus 4, 2009
asliati (eli)
/ Agustus 11, 2009
Pak, trima kasih untuk semuanya. Format analisis indikator yang Bapak
berikan ketika lokakarya di tiku, li kembangkan di MGMP dengan sedikit
penambahan kolom untuk indikator yang telah direvisi. Kawan-kawan sangat
senang bekerja dan ndak sabar menunggu kedatangan Bapak di MGMP.
Masih di Bandung, Pak? Jan lupo yo, Pak.tangal 15 Agustus kita ke Cacang,
trm ksh Pak.
zulkarnainidiran
/ Agustus 16, 2009
Eli, saya benar-benar minta maaf. Saya sudah siapkan bahan untuk
pertemuan kita 15 Agustus di Cacang. Akan tetapi, saya ada kegiatan dan
Direktorat Bindiklat, Ditjen PMPTK pada hari yang sama. Kegiatan itu
berlangsung lima hari, Jumat sampai dengan Selasa 14 – 18 Agustus 2009.
Jika teman-teman masih menunggu, tentu kita cari jadwal lain. Insya-Allah
saya akan cari waktu yang pas untuk kegiatan di tiga sekolah ini.
Jika ada format yang dikembangkan, itu sangat bagus. Seyogianya teman-
teman tidak hanya mengembangkan yang ada tetapi juga membuat yang
baru. Misalnya untuk menyeleksi materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian, dan sebagainya. Format-format dan atau instrumen
yang berkaitan dengan itu, perlu dikembangkan di MGMP. Dengan demikian
eksistensi MGMP sebagai perkumpulan pendidik profesional akan terlihat.
Pada saatnya, MGMP benar-benar menghasilkan sesuatu untuk peningkatan
mutu pendidikan di satuan pendidikan. Begitulah, Li, ya.
3.
jo
/ Agustus 23, 2009
pak maksih banyak atas infonya. salam kenal dari saya mahasiswa UM
4.
rudianto
/ Oktober 12, 2009
o
zulkarnainidiran
/ Oktober 16, 2009
Terima kasih, Anda mampir ke blog saya dan membaca teknik penyusunan bahan
ajar. Kerangkanya dapat dilihat pada contoh bahan ajar sederhana yang tersaji pada
blog ini. Kerangka bahan ajar itu fleksibel, lentur, sesuai kebutuhan. Sepertinya
belum ada yang baku. Bahan ajar sederhana yang saya sajikan, jika diamati Anda
akan temukan kerangkanya di situ. Terima kasih
5.
theodora
/ Oktober 13, 2009
isinya bagus tapi tak pas dengan judu yang bilang teknik bahan ajarl.tak langsung
pada intinya.tks
6.
theodora
/ Oktober 13, 2009
isinya bagus tapi tak pas dengan judul yang bilang teknik bahan ajar.tak langsung
pada intinya.tks
o
zulkarnainidiran
/ Oktober 16, 2009
Terima kasih, Anda mampir ke blog saya. Nanti akan saya upayakan setiap tulisan
pas dengan judul.
7.
agusrida
/ Februari 1, 2010
Pak, bahan ajar yang ditampilka sudah ida pakai sebagai contoh dalam kegiatan pelatihan. Ida
berharap ada contoh bahan ajar yang lain.Makasih. wasalam
o
zulkarnainidiran
/ Februari 1, 2010
Yalah, silakan pakai selama beermanfaat. Contoh yang lain akan kita coba untuk
menulisnya. Akan tetapi, akan lebih bermakna bermanfaat jika contoh yang lain
ditulis oleh rekan-rekan dan blog ini siap untuk menampungnya. Makasi, Ida telah
mampir ke blog saya.
8.
agitara
/ Februari 2, 2010
o
zulkarnainidiran
/ Februari 3, 2010
Bahan pembelajaran cetak yang dilegalisasi oleh pemerintah, dapat diunduh pada
situs pusat perbukuan, yaitu bahan cetak buku sekolah elektronik (BSE)
9.
Junaidi
/ Mei 6, 2010
Ass. Pak, mohon diberikan contoh format buku ajar yang bisa mendapat bantuan dari DIKTI.
terimakasih
o
zulkarnainidiran
/ Mei 6, 2010
Walalaikum salam, Pak Junaidi. Tidak ada format buku ajar yang baku. Variasinya
banyak. Hal itu ditentukan oleh kebutuhan dan ketentuan yang berlaku untuk suatu
institusi. Jika ada bantuan dari Dikti dalam penulisan buku ajar, tentu institusi
bersangkutan memiliki syarata dan kriteria tertentu pula. Saya belum memilikinya.
Jadi, mohon maaf Pak Jun, saya belum dapat memenuhi permintaan Pak Jun.
Terimakasih telah mampir di blog saya.
10.
Dasmaniar
/ Mei 6, 2010
Ass ww! Pk. boleh tanya di luar bahan ajar, yaitu tentang team teaching . bagaimana
sesungguhanya pelaksanaan team teaching dalam proses belajar? Mohon penjelasan!
o
zulkarnainidiran
/ Mei 9, 2010
Waalaikum salam wr wb. Tugas guru adalah memberikan pelayanan kepada peserta
didik dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru dapat melayani peserta didik yang
satu kelas itu lebih dari satu orang (dua, tiga, dst.) Pemberian layanan dalam satu
kelas pada satu kesatuan waktu oleh beberapa orang guru disebut pengajaran
bertim (team teaching). Caranya? Buat perencanaan (RPP) bersama, bagi tugas
dengn jelas di dalam kelas (siapa mengerjakan apa dan mempertanggungjawabkan
apa). Lakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
memotivasi (lihat: PP 19/2005 tentang SNP dan Permendiknas 41/2007 tentang
Standar Proses). Itu, ya sekedar jawaban. Terima kasih, Ibu mampir di blog saya.
11.
Aris
/ Mei 7, 2011
12.
harliyanto
/ September 27, 2011
maaf pak apa bapak punya contoh mahan ajar buat nelayan
o
zulkarnainidiran
/ September 27, 2011
Belum ada Pak Anto, jika ada nanti saya muat di sini. Makasi, Pak Anto mampir di
blog saya. Salam
13.
Ummah
/ Oktober 4, 2011
terima kasih pak,,, atas tulisannya ini,,, sangat membantu tgs MK saya ttg bahan ajar
o
zulkarnainidiran
/ Oktober 5, 2011
makasi kembali
14.
Maz Moelyadi
/ Mei 27, 2012
Dalam uraian mengenai prosedur penyusunan bahan ajar. Buku apa yang bpk pakai sebagai
referensi dan siapa pengaranganya? dimana saya bisa membelinya? Jika buku itu karangan bpk
bagaimana saya memesannya? mohon dibalas …. penting!
15.
Maz Moelyadi
/ Mei 28, 2012
Dalam prosedur penyusunan bahan ajar, buku apa yang bapak gunakan sebagai referensinya?
apa nama judulnya dan bagaimana saya dapat membelinya? jika itu buku karangan bapak,
bagaimana saya memesannya? makasih……… mohon dijawab! pentinggg
16.
o
zulkarnainidiran
/ April 26, 2013
Makasi kembali
17.
ardiyanto hasugian
/ November 17, 2013
pak tolong lebih detilnya mengenai proses penyusunan bahan ajarnya pak. kalau bisa
penyusunan bahan ajar bahasa indoensia
o
zulkarnainidiran
/ November 21, 2013
Pak Ardiyanto, detilnya tentang proses penyusunan bahan ajar biasanya melalui
workshop. Jika Bapak berada di daerah saya Sumatera Barat, saya bisa bantu.
Untuk contoh bahan ajar Bahasa Indonesia ada di blog ini, basisnya memang KBK
bukan KTSP. Bapak bisa lihat di blog ini contoh bahan ajar sederhana tentang
mennulis buku harian. Begitu, Pak Ardiyanto, ya.
18.
tari
/ Juli 28, 2015
Pak, terima kasih share pengetahuannya. Bagaimana dengan buku ajar untuk BIPA? Apakah
Bapak ada contoh atau saran. Terima kasih
o
zulkarnainidiran
/ Agustus 7, 2015
Terimakasih kembali, belum ada contoh untuk IPA yang saya buat. Saya guru
Bahasa Indonesia, jadi tidak kompeten menulis contoh bahan ajar untuk mata
pelajaran lain.
19.
jamaris am
/ Februari 1, 2016
1. erisrisnawati31"s Blog
2. PENYUSUNAN BAHAN PEMBELAJARAN | cancer55
Tinggalkan Balasan
S S R K J S M
« Feb Jul »
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30
Juni 2009
TOTAL PENGUNJUNG
o 271,659 Orang
TENTANG SAYA
ONLINE VIEWER
TULISAN TERATAS
o M. Ihsan Weblog
o M. Ihsan Zul Personal Site
o Website Depdiknas
o Website Pendidikan
o Website UNP
o WordPress.com
o WordPress.org
KOMENTAR TERBARU
o zulkarnainidiran.files.wo…
o zulkarnainidiran.files.wo…
o cancer55.wordpress.com/20…
o isaninside.net/2014/02/se…
JENDELA
o Berita (11)
o Kegiatan (14)
o KTSP (10)
o Kurikulum (8)
o Opini (58)
o Pengembangan Profesi (12)
o Sastra dan Seni (3)
o Tulisan (19)
o Uncategorized (13)
BLOG INDONESIA
TULISAN IHSAN ZUL
o Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.
IP & COUNTER
teaching-and-formation
BLOG EDUKASI
o Kuli Panggul Lulusan SD Ini Kantongi Ratusan Dolar Dari Google setiap Bulan Oktober 12,
2016 Bursa Arsitektur
BERBAGI CERITA
Tokoh, Keyakinan, Inspirasi, Filosofi, Pendidikan, dan Soal-Soal
Home
Tokoh
Keyakinan
Filosofi
Guru
Materi
o
o
o
o
o
Soal-Soal
o
o
o
o
Search... ?
Berbagi Cerita Bahan Ajar Pendidikan Langkah-Langkah Pembuatan dan Penyusunan Bahan Ajar yang
Mudah Dipraktikkan
Untuk mengubah dan memperbaiki kondisi tersebut, maka pada bagian ini akan disajikan
pembahasan tentang langkah-langkah penyusunan dan pembuatan bahan ajar yang mudah
dipraktikkan. Langkah-langkah pokok dalam penyusunan dan pembuatan bahan ajar terdiri dari
analisis kebutuhan belajar, menyusun peta bahan ajar, dan membuat bahan ajar berdasarkan
struktur masing-masing bentuk bahan ajar.
b. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata
pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi. Untuk pembuatan bahan
ajar, maka dalam hal ini kita mesti mengidentifikasikan kompetensi dasar-kompetensi dasar yang
diharapkan bisa dikuasai oleh peserta didik.
d. Materi Pokok
Materi pokok adalah sejumlah informasi utama yang berisi pengetahuan, keterampilan, auan nilai
yang disusun sedemikian rupa oleh pendidik agar peserta didik menguasai kompetensi yang telah
ditetapkan. Materi pokok adalah objek analisis berikutnya yang harus kita telaah. Jadi setelah
menganalisis indikator, maka kita berlanjut pada analisis materi pokok. Materi pokok ini menjadi
salah satu acuan utama dalam menyusun isi bahan ajar.
e. Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar adalah suatu aktivitas yang didesain oleh pendidik supaya dilakukan oleh para
peserta didik agar mereka menguasai kompetensi yang telah ditentukan melalui kegiatan
pembelajaran yang diselenggarakan. Jadi, pengalaman belajar haruslah disusun secara jelas dan
operasional, sehingga langsung bisa dipraktikkan dalam kegiatan pembelajaran.
Itulah lima komponen utama yang harus kita pahami sebelum kita melakukan analisis kurikulum.
Selanjutnya, dalam hubungannya dengan analisis kurikulum, analisis pengalaman belajar
ditunjukkan untuk mengidentifikasi bentuk serta bahan ajar yang tepat dan sesuai untuk aktivitas
pembelajaran yang dilakukan peserta didik. Kemudian, jika kita sudah sampai pada analisis
pengalaman belajar (yang akan dilakukan oleh peserta didik) tersebut.
Berdasarkan analisis kurikulum ini, maka kita dapat mengetahui jumlah bahan ajar yang harus
dibuat dan disiapkan dalam satu semester tertentu. Selain itu, kita dapat mengetahui dan
mengidentifikasi jenis bahan ajar yang relevan dan cocok untuk digunakan.
Kebutuhan bahan ajar dapat dilihat dari silabus mata pelajaran. Sedangkan jenis bahan ajar agar
dapat diturunkan dari pengalaman belajarnya. Semakin jelas pengalaman belajar diuraikan, maka
akan semakin mudah bagikita untuk menentukan jenis bahan ajarnya. Dan jika analisis dilakukan
terhadap seluruh standar kompetensi, maka akan diketahui pula banyaknya bahan ajar yang harus
disiapkan.
b. Kriteria Kesesuaian
Kriteria kesusaian maksudnya adalah apakah sumber belaar itu sesuai atau tidak dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Jadi, hal utama yang dilakukan dalam kriteria kedua ini adalah
memahami kesesuaian sumber belajar yang dipilih dengan kompetensi yang mesti dicapai oleh
peserta didik. Jika sumber belajar tenyata dinilai membantu peserta didik untuk menguasai
kompetensi yang harus mereka kuasai, maka sumber belajar itu layak untuk digunakan. Namun, jika
tidak, sebaiknya jangan digunakan.
c. Kriteria Kemudahan
Kriteria kemudahan maksudnya adalah mudah atau tidaknya sumber belajar itu disediakan maupun
digunakan. Jika sumber belajar itu membutuhkan persiapan, keahlian khusus, serta perangkat lain
yang rumit, sedangkan kita jelas-jelas belum mampu untuk menggunakannya, maka sebaiknya
jangan digunakan. Kita sebaiknya memilih sumber belajar yang mudah pengadaan maupun
pengoperasiannya. Dengan demikian, bahan ajar itu bisa benar-benar efektif membuat peserta didik
menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.
Berkaitan dengan pemilihan bahan ajar, ada tiga prinsip yang dapat dijadikan sebagai pedoman
dalam memilih dan menentukan bahan ajar, yaitu :
a. Prinsip Relevasi
Arti dari prinsip relevansi yaitu bahan ajar yang dipilih sebaiknya ada hubungannya dengan
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
b. Prinsip Konsistensi
Dalam prinsip konsistensi, bahan ajar yang dipilih harus mempunyai niai keajegan. Jadi, antara
kompetensi dasar yang mesti dikuasai peserta didik dengan bahan ajar yang telah disiapkan
mempunyai keselarasan dan kesamaan.
c. Prinsip Kecukupan
Dalam prinsip kecukupan, ketika kita memilih bahan ajar, hendaknya dicari yang memadai untuk
membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.
Berkaitan dengan sifat bahan ajar, penting bagi kita untuk memahami bahan ajar yang
bersifatdependent dan independent. Bahan ajar dependent adalah bahan ajar yang ada kaitannya
antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lainnya, sehingga dalam penulisannya harus
saling memperhatikan satu sama lain, apalagi jika masing-masing bahan ajar itu saling
mempersyaratkan. Sedangkan bahan ajar independent adalah bahan ajar yang berdiri sendiri atau
dalam penyusunannya tidak harus memperhatikan atau terikat dengan bahan ajar lainnya.
Jika peta kebutuhan bahan ajar telah kita buat, maka tahap berikutnya dalam menyusun bahan
ajar adalah menyusun bahan ajar menurut struktur bentuk bahan ajar masing-masing. Dengan
demikian, perlu kita pahami bahwa masing-masing bentuk bahan ajar memiliki struktur yang
berbeda-beda. Maka dari itu, kita juga harus memahami struktur dari berbagai bentuk bahan ajar
tersebut.
Demikian artikel kami tentang langkah-langkah pembuatan dan penyusunan bahan ajar yang mudah
dipraktikkan. Semoga artikel ini yang membahas tentang langkah-langkah pembuatan dan
penyusunan bahan ajar yang mudah dipraktikkan bermanfaat untuk para pembaca.
Pustaka : Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Kreatif karya Andi Prastowo
Artikel Lain Yang Juga Harus Dibaca
KATEGORI DAN BENTUK SUMBER BELAJAR YANG HARUS KITA TAHU
MEMBUAT BAHAN AJAR INOVATIF
Ada 6 Unsur yang Harus Ada dalam Bahan Ajar
Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan Metode Pembelajaran Modul Lengkap
Pengertian, Faktor-Faktor, dan Efektivitas Hasil Belajar Siswa di Kelas
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Modul Praktikum
Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi Siswa dengan Menggunakan Modul Praktikum
Twitter
Facebook
Google
Tumblr
Pinterest
NEXT
Soal Sejarah : UAS Genap Terbaru
PREVIOUS
ISI BAHAN AJAR ITU ADA 3 (TIGA), INI PENJELASANNYA
Aneh : Kemarin Ketika Kekeringan Minta Air, Setelah Air Dikasih Justru Dibuang
Inilah Hal yang Perlu Anda Lakukan Ketika Merasa Iri dengan Teman Kerja
Tahukah Kamu Sepuluh Kalimat Panggilan Bumi kepada Manusia Setiap hari?
Hari Kiamat
Arsip Blog
Semesta Mengajar
Blog yang dedikasikan untuk memberi informasi mengenai metode mengajar dan seputar dunia pendidikan
HOME
SEMESTA MANGAJAR
DUNIA PENDIDIKAN
DISCLAIMER
PETA SITUS
Home » ADMINISTRASI KELAS » CARA - CARA MENYUSUN BAHAN AJAR DENGAN MUDAH
Terima Kasih
0 1 0 0 Google +0
YOU MIGHT LIKE :
ENTRI POPULER
8 CARA MENATA RUANGAN KELAS YANG MENYENANGKAN
Sahabat guru dimana saja anda berada dalam kesempatan kali ini saya akan share 8 cara menata ruangan kelas yang menyenangkan, agar ...
10 CARA MENGHADAPI ANAK HYPERAKTIF DI KELAS
Salam sahabat guru di mana anda berada, kali ini saya akan share tips dan kiat meghadapi anak yang hyperaktif atau kinestetik. dala...
CARA - CARA MENYUSUN BAHAN AJAR DENGAN MUDAH
Sahabat guru dimana saja anda berada kali ini saya akan share langkah-langkah menyusun bahan ajar secara sistematis, seperti yang t...
10 CARA MENJADI GURU YANG DICINTAI ANAK DIDIK
Salam sahabat guru di manapun anda berada kali ini saya akan share 10 cara menjadi guru yang dicintai anak didik , di cintai dalam art...
8 CARA MENGATASI ANAK YANG SUKA MENGEJEK
Sahabat guru kali ini saya akan share bagaimana menghadapi salah satu perilaku negatif yang kerap kita dapati dalam situasi pembel...
10 CARA MENJADI GURU YANG MENYENANGKAN
Sahabat guru dimana saja anda berada pada kesempatan kali ini saya akan share 10 cara bagaimana menjadi guru yang menyenangkan , ...
5 CARA MUDAH DAN SEDERHANA MEMBUAT MIND MAP UNTUK ANAK
Sahabat pengajar di manapun anda, salam jumpa dari kami, ini adalah postingan perdana kami pada blog Semesta Mengajar, pada artikel kami y...
5 LANGKAH MELAKSANAKAN DISKUSI DI KELAS
Para sahabat pendidik di Indonesia kali ini kami akan memberikan 5 langkah melaksanakan diskusi di kelas , dan bagi anda yang sering mener...
10 CARA MENGURANGI LUPA DALAM BELAJAR
Salam sahabat guru di manapun anda berada kali ini saya akan share sedikit tips agar pelajaran yang anda sampaikan tidak mudah di lup...
CARA MUDAH MENDETEKSI GEJALA AUTISME PADA ANAK
APA ITU AUTISME ? Autisme dikenal dengan istilah ASD ( Autism Spektrum Disorder ) merupakan gangguan perkembangan yang umum na...
LABEL
ADMINISTRASI KELAS
AUTISME
MANAGEMEN KELAS
METODE MENGAJAR
PARENTING
TIPS BELAJAR
TIPS MENGAJAR
ARSIP BLOG
▼ 2015 (10)
o ▼ Juni (10)
8 CARA MENGATASI ANAK YANG SUKA MENGEJEK
CARA MUDAH MENDETEKSI GEJALA AUTISME PADA ANAK
5 LANGKAH MELAKSANAKAN DISKUSI DI KELAS
10 CARA MENGHADAPI ANAK HYPERAKTIF DI KELAS
10 CARA MENJADI GURU YANG DICINTAI ANAK DIDIK
CARA - CARA MENYUSUN BAHAN AJAR DENGAN MUDAH
8 CARA MENATA RUANGAN KELAS YANG MENYENANGKAN
10 CARA MENJADI GURU YANG MENYENANGKAN
10 CARA MENGURANGI LUPA DALAM BELAJAR
5 CARA MUDAH DAN SEDERHANA MEMBUAT MIND MAP UNTUK ...
MENGENAI SAYA
Rizal Ariyanto
Lihat profil lengkapku
Copyright 2013 Semesta Mengajar - Design by Mas Sugeng - Published by Evo Templates
Diberdayakan oleh Blogger.
Avisha.com
Mengerti........
Home
Karya Tulis Ilmiah
Pendidikan dan Pelatihan
Tutorial
Software
Gadgets
Otomotif
FRIDAY, JUNE 12, 2015
A. Deskripsi Singkat
Mata pendidikan dan pelatihan (mata diklat) ini menjelaskan tentang konsep dan jenis bahan
ajar, prinsip-prinsip penyusunan bahan ajar, dan pembuatan bahan ajar teks dan non teks
(computer based).
B. Indikator
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan tentang konsep
dan jenis bahan ajar, prinsip-prinsip penyusunan bahan ajar, dan mempraktekkan pembuatan
bahan ajar teks dan non teks (computer based).
C. Pokok Bahasan
1. Konsep dan Jenis Bahan Ajar
2. Prinsip-Prinsip Penyusunan Bahan Ajar
3. Pembuatan Bahan Ajar Teks
4. Pembuatan Bahan Ajar Non Teks (Computer Based)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai konsekuensi atas terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Pemerintah, dalam hal ini Menteri
Pendidikan Nasional, telah menerbitkan berbagai peraturan agar penyelenggaraan pendidikan
di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) paling tidak dapat memenuhi
standar minimal tertentu. Berbagai standar tersebut adalah: (1) standar isi, (2) standar
kompetensi lulusan, (3) standar proses, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)
standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8)
standar penilaian pendidikan.
Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan
mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang
antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi
pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan demikian, guru
diharapkan untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar.
Selain itu, pada lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, juga diatur tentang berbagai kompetensi yang
harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata
pelajaran. Bagi guru pada satuan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), baik
dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan
kemampuan guru dalam mengembangkan sumber belajar dan bahan ajar.
Oleh karena itu, di samping sebagai implementasi dari Permendiknas nomor 25 tahun
2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Mandikdasmen bahwa rincian
tugas Subdirektorat Pembelajaran - Dit. PSMA (yang antara lain disebutkan
bahwa melaksanakan penyiapan bahan penyusunan pedoman dan prosedur
pelaksanaan pembelajaran, termasuk penyusunan pedoman pelaksanaan kurikulum) dipandang
perlu menyusun panduan bagi guru SMA sehingga dapat dijadikan salah satu referensi dalam
pengembangan bahan ajar.
B. Tujuan
Penyusunan Panduan ini bertujuan :
1. Menjelaskan pentingnya bahan ajar dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di MTs.
2. Menjelaskan konsep dasar bahan ajar.
3. Mengemukakan berbagai jenis bahan ajar.
4. Menjelaskan langkah-langkah penyusunan bahan ajar.
C. Manfaat
Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan
disekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan
siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai
bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Buku ini
disusun dengan harapan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan
pengembangan bahan ajar, seperti kepala sekolah, guru, pengawas sekolah menengah atas
maupun pembina pendidikan lainnya. Bagi kepala sekolah buku ini dapat dijadikan bahan
pembinaan bagi guru yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar.
Kepala sekolah dalam kegiatannya sehari-hari juga memerlukan bahan ajar sebagai alat
bantu dalam melakukan promosi ataupun presentasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan
pengembangan sekolah.
Bagi guru buku ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai rujukan dalam
mengembangkan bahan ajar. Dengan mempelajari buku ini diharapkan para guru di sekolah
akan mendapatkan informasi tentang pengembangan bahan ajar yang pada gilirannya para
guru dapat mengembangkan bahan ajar untuk membantu dirinya dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Di samping itu diharapkan guru juga akan termotivasi untuk
mengembangkan bahan ajar yang beragam dan menarik sehingga akan menghasilkan satu
kegiatan belajar mengajar yang bermakna baik bagi guru maupun bagi peserta
didiknya. Pengembangan bahan ajar adalah merupakan tanggung jawab guru sebagai
pengajar bagi peserta didik di sekolah.
Bagi pengawas sekolah menengah atas atau para pembina pendidikan lainnya
keberadaan buku pedoman ini pasti bermanfaat. Karena setiap pengawas harus mengetahui
berbagai hal yang dilakukan oleh guru, sehingga jika terdapat kesulitan yang dialami oleh guru,
pengawas dapat segera membantunya. Dengan membaca buku pedoman ini pengawas akan
mendapatkan pemahaman dan masukan-masukan tentang bahan ajar yang dapat
dikembangkan oleh guru dalam meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar. Dengan
demikian maka pengawas akan mendapatkan bekal dalam melaksanakan tugas kepengawasan
yaitu membina guru dalam mengembangkan bahan ajar.
D. Ruang Lingkup
Buku ini akan dikhususkan pada pembahsan tentang bahan ajar cetak sebagai salah
satu bentuk bahan ajar yang paling banyak digunakan. Pembahasan akan mencakup:
1. Pentingnya bahan ajar dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah menengah
atas.
2. Berbagai jenis bahan ajar cetak yang dapat dikembangkan.
3. Langkah-langkah pengembangan bahan ajar.
4. Contoh sistematika bahan ajar.
BAB II
PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN BAHAN AJAR
A. Pengertian
Guna menghasilkan tamatan yang mempunyai kemampuan sesuai standard
kompetensi lulusan, diperlukan pengembangan pembelajaran untuk setiap kompetensi secara
sistematis, terpadu, dan tuntas (mastery learning).
Pada pendidikan menengah umum, di samping buku-buku teks, juga dikenalkan adanya
lembar-lembar pembelajaran (instructional sheet) dengan nama yang bermacam-macam,
antara lain: lembar tugas (job sheet), lembar kerja (work sheet), lembar informasi (information
sheet) dan bahan ajar lainnya baik cetak maupun non-cetak. Semua bahan yang digunakan
untuk mendukung proses belajar itu disebut sebagai bahan ajar (teaching material).
Untuk pembelajaran yang bertujuan mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada
Kurikulum 2013 diperlukan kemampuan guru untuk dapat mengembangkan yang tepat. Dengan
pendekatan belajar tuntas (mastery learning) diharapkan siswa dapat menguasai kompetensi-
kompetensi secara utuh, sesuai dengan kecepatan belajarnya. Untuk itu bahan ajar hendaknya
disusun agar siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran mencapai kompetensi.
Terdapat dua istilah yang sering digunakan untuk maksud yang sama namun
sebenarnya memiliki pengertian yang sedikit berbeda, yakni sumber belajar dan bahan ajar.
Untuk itu, maka berikut ini akan dijelaskan terlebih dahulu tentang pengertian sumber belajar
dan bahan ajar.
1. Pengertian Sumber Belajar
Sering kita dengar istilah sumber belajar (learning resource), orang juga banyak yang
telah memanfaatkan sumber belajar, namun umumnya yang diketahui hanya perpustakaan dan
buku sebagai sumber belajar. Padahal secara tidak terasa apa yang mereka gunakan, orang,
dan benda tertentu adalah termasuk sumber belajar.
Sumber belajar dalam website bced didefinisikan sebagai berikut: Learning resources
are defined as information, represented and stored in a variety of media and formats, that
assists student learning as defined by provincial or local curricula. This includes but is not
limited to, materials in print, video, and software formats, as well as combinations of these
formats intended for use by teachers and students.http://www.bced.gov.bc.ca/irp/appskill/
asleares.htm January 28, 1999.
Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam
berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari
kurikulum. Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan, video, format perangkat
lunak atau kombinasi dari berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa ataupun guru.
Sadiman mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk belajar, yakni dapat berupa orang, benda, pesan, bahan, teknik, dan latar (Sadiman, Arief
S., Pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pembelajaran, makalah, 2004)
Menurut Association for Educational Communications and Technology(AECT, 1977),
sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik
secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan
tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran.
Dengan demikian maka sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau
lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai
wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.
Dari pengertian tersebut maka sumber belajar dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat melakukan belajar atau
proses perubahan tingkah laku maka tempat itu dapat dikategorikan sebagai tempat belajar
yang berarti sumber belajar, misalnya perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat
pembuangan sampah, kolam ikan dan lain sebagainya.
b. Benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi peserta
didik, maka benda itu dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya situs, candi, benda
peninggalan lainnya.
c. Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu di mana peserta didik dapat belajar
sesuatu, maka yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya guru,
ahli geologi, polisi, dan ahli-ahli lainnya.
d. Bahan yaitu segala sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman elektronik, dll yang dapat
digunakan untuk belajar.
e. Buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik dapat
dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya buku pelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedi,
fiksi dan lain sebagainya.
f. Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, peristiwa bencana, dan
peristiwa lainnya yang guru dapat menjadikan peristiwa atau fakta sebagai sumber belajar.
Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila sumber
belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat
memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika tidak maka tempat atau lingkungan alam
sekitar, benda, orang, dan atau buku hanya sekedar tempat, benda, orang atau buku yang tidak
ada artinya apa-apa.
BAB III
PEMBUATAN BAHAN AJAR TEKS
ru)
ar Kerja (LK)
e. Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara
bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau
selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau
organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996).
Dalam menyusun sebuah brosur sebagai bahan ajar, brosur paling tidak memuat antara
lain:
1. Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi.
2. KD/materi pokok yang akan dicapai, diturunkan dari SI dan SKL.
3. Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik memperhatikan penyajian kalimat
yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan
untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam
satu paragraf 3 – 7 kalimat.
4. Tugas-tugas dapat berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait dengan materi belajar
dan membuat resumenya. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok dan ditulis
dalam kertas lain.
5. Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.
6. Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah,
internet, jurnal hasil penelitian.
f. Leaflet
A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster’s New World,
1996). Leatlet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi
dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah
dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring
peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD.
Dalam membuat leaflet secara umum sama dengan membuat brosur, bedanya hanya
dalam penampilan fisiknya saja, sehingga isi leaflet dapat dilihat pada brosur di atas. Leaflet
biasanya ditampilkan dalam bentuk dua kolom kemudian dilipat.
g. Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang
bermakna menunjukkan posisi tertentu. Misalnya tentang siklus makhluk hidup binatang antara
ular, tikus dan lingkungannya atau proses dari suatu kegiatan laboraturium. Dalam
mempersiapkannya wallchart paling tidak berisi tentang:
1. Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi.
2. Petunjuk penggunaan wallchart, dimaksudkan agar wallchart tidak terlalu banyak tulisan.
3. Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik dalam bentuk gambar, bagan
atau siklus.
4. Tugas-tugas ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa tugas membaca buku tertentu
yang terkait dengan materi belajar dan membuat resumenya. Tugas lain misalnya menugaskan
siswa untuk menggambar atau membuat bagan ulang. Tugas dapat diberikan secara individu
atau kelompok.
5. Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.
6. Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah,
internet, jurnal hasil penelitian.
h. Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar
sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat
sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya
menguasai satu atau lebih KD.
Dalam menyiapkan sebuah gambar untuk bahan ajar dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
1. Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi. Jika foto, maka
judulnya dapat ditulis dibaliknya.
2. Buat desain tentang foto/gambar yang dinginkan dengan membuat storyboard. Storyboard foto
tidak akan sebanyak untuk video/film.
3. Informasi pendukung diambilkan dari storyboard secara jelas, padat, menarik ditulis dibalik
foto. Gunakan sumber lain yang dapat memperkaya materi misalnya foto, internet, buku. Agar
foto enak dilihat dan memuat cukup informasi, maka sebaiknya foto/gambar berukuran paling
tidak 20-R.
4. Pengambilan gambar dilakukan atas dasar stroryboard. Agar hasilnya baik dikerjakan oleh
orang yang menguasai penggunaan foto, atau kalau gambar digambar oleh orang yang
terampil menggambar.
5. Editing terhadap foto/gambar dilakukan oleh orang yang menguasai substansi/isi materi
video/film.
6. Agar hasilnya memuaskan, sebaiknya sebelum digandakan dilakukan penilaian terhadap
program secara keseluruhan baik secara substansi, edukasi maupun sinematografinya.
7. Foto/gambar biasanya tidak interaktif, namun tugas-tugasnya dapat diberikan pada akhir
penampilan gambar, misalnya untuk pembelajaran bahasa Inggris siswa diminta untuk
menceritakan ulang secara oral tentang situasi dalam foto/gambar. Tugas-tugas dapat juga
ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa menceritakan ulang tentang foto/ gambar
yang dilihatnya dalam bentuk tertulis. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok.
8. Penilaian dapat dilakukan terhadap penampilan siswa dalam menceritakan kembali
foto/gambar yang dilihatnya atau cerita tertulis dari foto/gambar yang telah dilihatnya.
i. Model/Maket
Model/maket yang didesain secara baik akan memberikan makna yang hampir sama
dengan benda aslinya. Weidermann mengemukakan bahwa dengan meilhat benda aslinya yang
berarti dapat dipegang, maka peserta didik akan lebih mudah dalam mempelajarinya. Misalnya
dalam pembelajaran biologi siswa dapat melihat secara langsung bagian-bagian tubuh manusia
melalui sebuah model. Biasanya model semacam ini dapat dibuat dengan skala 1:1 artinya benda
yang dilihat memiliki besar yang persis sama dengan benda aslinya atau dapat juga dengan skala
yang lebih kecil, tergantung pada benda apa yang akan dibuat modelnya. Bahan ajar semacam ini
tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus dibantu dengan bahan tertulis agar memudahkan guru
dalam melaksanakan pembelajaran maupun siswa dalam belajar. Dalam memanfaatkan
model/maket sebagai bahan ajar harus menggunakan KD dalam kurikulum sebagai acuannya.
1. Judul diturunkan dari kompeternsi dasar atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya
materi.
2. Membuat rancangan sebuah model yang akan dibuat baik substansinya maupun bahan yang
akan digunakan sebagai model.
3. Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik pada selembar kertas. Karena
tidak mungkin sebuah model memuat informasi tertulis kecuali keterangan-keterangan singkat
saja. Gunakan berbagai sumber yang dapat memperkaya informasi misalnya buku, majalah,
internet, jurnal hasil penelitian.
4. Agar hasilnya memuaskan, sebaiknya pembuatan model atau maket dilakukan oleh orang
yang memiliki keterampilan untuk membuatnya. Bahan yang digunakan tentu saja disesuaikan
dengan kemampuan keuangan dan kemudahan dalam mencarinya.
5. Tugas dapat diberikan pada akhir penjelasan sebuah model, denganmemberikan pertanyaan-
pertanyaan oral. Tugas-tugas dapat juga ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa tugas
menjelaskan secara tertulis tentang misalnya untuk pembelajaran biologi, fungsi jantung
bagi kehidupan manusia. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok.
6. Penilaian dapat dilakukan terhadap jawaban lisan atau tertulis dari pertanyaan yang diberikan.
Petunjuk pengisian
Berilah tanda check (v) pada kolom yang paling sesuai dengan penilaian Anda.
1 = sangat tidak baik/sesuai
2 = kurang sesuai
3 = cukup
4 = baik
5 = sangat baik/sesuai
No Komponen 1 2 3 4 5
KELAYAKAN ISI
1 Kesesuaian dengan SK, KD
2 Kesesuaian dengan kebutuhan siswa
3 Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar
4 Kebenaran substansi materi
5 Manfaat untuk penambahan wawasan
pengetahuan
6 Kesesuaian dengan nilai-nilai, moralitas, sosial
KEBAHASAAN
7 Keterbacaan
8 Kejelasan informasi
9 Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia
10 Penggunaan bahasa secara efektif dan efisien
SAJIAN
11 Kejelasan tujuan
12 Urutan penyajian
13 Pemberian motivasi
14 Interaktivitas (stimulus dan respond)
15 Kelengkapan informasi
KEGRAFISAN
16 Penggunaan font (jenis dan ukuran)
17 Lay out, tata letak
18 Ilustrasi, grafis, gambar, foto
19 Desain tampilan
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, selanjutnya Anda dapat melakukan revisi atau perbaikan
terhadap bahan ajar yang Anda kembangkan. Setelah itu, bahan ajar siap untuk Anda
manfaatkan dalam proses pembelajaran.
Komentar/saran evaluator:
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
BAB IV
PEMBUATAN BAHAN AJAR NON TEKS (COMPUTER BASED)
A. Pengantar
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat pesat, menurut catatan
www.internetworldstats.com/ saat ini ada satu milyard pengguna internet di dunia. Penetrasi
internet di Asia adalah 10%, sedangkan di Amerika mencapai 67%. Indonesiamenduduki urutan
ke 13 pengguna internet dunia dengan jumlah pengguna internet tahun 2006, sebanyak 18 juta
orang. Angka itu mencapai 10 kali lebih besar dibanding lima tahun lalu. Tidak berlebihan
apabila ada yang mengatakan bahwa TIK membawa gelombang baru menuju perubahan besar
dalam sejarah kebudayaan manusia.
TIK tersebut diibaratkan arus badai, maka setidak-tidaknya ada tiga kemungkinan sikap
kita menghadapinya, yaitu mencoba bertahan melawan arus, hanyut terbawa arus, atau
memanfaatkan arus. Dalam perumpamaan ini, sikap yang paling tepat adalah yang terakhir,
memanfaatkan arus sebagai sumber energi. Demikian pula dalam dunia pendidikan. Arus TIK
telah masuk ke dunia pendidikan. Hadirnya TIK di sekolah, di ruang kelas, di rumah, bahkan di
kamar tidur siswa, tidak lagi dapat dibendung. Hadirnya TIK bukan lagi sebuah pilihan, kita
memilih ataupun tidak, era TIK telah hadir.
TIK mempunyai potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan dalam dunia pendidikan.
Pada blue print TIK Depdiknas, stidak-tidaknya disebutkan ada tujuh fungsi TIK dalam
pendidikan, yakni sebagai sumber belajar, alat bantu belajar, fasilitas pembelajaran, standard
kompetensi, sistem administrasi, pendukung keputusan, sebagai infrastruktur.
1. Karakteristik Bahan Ajar Berbasis TIK
Peran penting Bahan Ajar berbasis TIK dalam proses pembelajaran didasari oleh karakteristik
Bahan Ajar yang lebih kompleks dibanding jenis bahan ajar lain. Beberapa karakteristik Bahan
Ajar berbasis TIK antara lain :
a. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media ataupun
teknologi jaringan / computer network).
b. Memanfaatkan teknologi multimedia, sehingga suasana pembelajaran menjadi menarik, tidak
membosankan dan pada akhirnya memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri
c. Memanfaatkan teknologi elektronik; di mana pendidik dan peserta
didik, peserta didik dan sesama peserta didik atau pendidik dan sesama pendidik dapat
berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
d. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials)
disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh pendidik dan peserta didik kapan saja dan di
mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
e. Memanfaatkan Pertukaran Data (Information sharing) yang secara interaktif dapat dilihat setiap
saat di komputer.
2. Keunggulan Bahan Ajar Berbasis TIK
Bahan Ajar berbasis TIK memiliki keunggulan antara lain sebagai berikut:
a. memberikan kemudahan bagi pendidik dalam proses pembelajaran
untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak.
b. berubahnya peran peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi aktif serta mempunyai
ketertarikan pada materi yang sedang dibahas.
c. peserta didik dapat belajar atau menelaah bahan ajar sewaktu-
waktu karena bahan ajar dapat tersimpan di komputer.
d. pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang
terstruktur dan terjadwal melalui jaringan intranet atau internet, sehingga keduanya bisa saling
menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
f. tersedianya fasilitas e-moderating di mana pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi
secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi
itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
g. baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi dan berinteraksi melalui fasilitas-
fasilitas internet yang dapat dilakukan secara kelompok/group. (Elangoan, 1999; Soekartawi,
2002; Mulvihil, 1997; Utarini, 1997)
Di ruang kelas, pendidik dapat mengawasi proses pembelajaran peserta didik di mana
waktu dan tempat sudah ditetapkan. Berbeda halnya di luar ruang kelas, peserta didik dapat
menggunakan bahan ajar berbasis TIK di mana mereka belajar pada waktu dan dengan
kecepatan yang diinginkan. Dengan demikian, diperlukan bahan ajar yang interaktif agar
peserta didik menjadi tertarik sehingga tidak meninggalkan pembelajaran.
Bahan ajar berbasis TIK memiliki karakteristik yang berbeda dengan bahan ajar biasa
seperti buku, modul maupun handout. Karakteristik umum bahan ajar berbasis TIK adalah
dalam hal penggunaan TIK untuk penyusunan maupun penggunaannya.
Sesuai dengan arah pengembangan bahan ajar berbasis TIK yang dilakukan oleh
Direktorat Pembinaan SMA melalui website PSB-SMA, maka penyusunan bahan ajar berbasis
TIK harus memenuhi kaidah-kaidah yang telah ditetapkan, baik pada tahap perencanaan,
persiapan, penyusunan, penilaian atau validasi dan pengiriman bahan ajar berbasis TIK.
B. E-Learning
Salah satu kosa kata yang muncul dan populer bersamaan dengan hadirnya TIK dalam
dunia pembelajaran adalah elearning. Elearning merupakan kependekan dari elektronik
learning. Secara generik elearning berarti belajar dengan menggunakan elektronik. Kata
elektronik sendiri mengandung pengertian yang spesifik yakni komputer atau internet, sehinga
elearning sering diartikan sebagai proses belajar yang menggunakan komputer atau internet.
Sesungguhnya pengertian elearning sendiri mempunyai makna yang sangat luas dan
masih dipersepsikan secara berbeda-beda. Pengertian elearning mencakup sebuah garis
kontinum dari mulai menambahkan komputer dalam proses belajar sampai dengan
pembelajaran berbasis web. Sebuah kelas yang dilengkapi dengan satu unit komputer untuk
memutar sebuah CD pembelajaran interaktif, dalam batasan yang minimal telah dapat
disebutkan bahwa kelas tersebut telah menerapkan elearning. Namun menurut batasan
UNESCO, elearning paling tidak harus didukung oleh sejumlah syarat-syarat yang harus
dipenuhi, yaitu mencakup; ketersediaan software bahan belajar berbasis TIK, ketersediaan
software aplikasi untuk menjalankan pengelolaan proses pembelajaran tersebut, adanya SDM
guru dan tenaga penunjang yang menguasai TIK, adanya infrastruktur TIK, adanya akses
internet, adanya dukungan training, riset, dukungan daya listrik, serta dukungan kebijakan
pendayagunaan TIK untuk pembelajaran. Apabila elemen-elemen tersebut telah tersedia, maka
program dan pengelolaan elearning akan dapat dijalankan.
G. Langkah-Langkah Pengembangan
Secara makro, pengembangan bahan ajar mencakup langkah-langkah analisis
kebutuhan, perancangan, pengembangan, implementasi dan evaluasi. Secara mikro, langkah-
langkah pengembangan bahan ajar berbasis web dimulai dari penentuan sasaran, pemilihan
topik, pembuatan peta materi, perumusan tujuan, penyusunan alat evaluasi, pengumpulan
referensi, penyusunan bahan, editing, upload, dan testing.
1. Penentuan sasaran
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menyusun sebuah bahan ajar adalah
menentukan secara jelas siapa sasaran bahan ajar tersebut. Di dalam kelas konvensional,
sasaran telah sangat terstruktur, misalnya mahasiswa semester pertama. Pernyataan tersebut
telah mengandung indikasi yang jelas tentang siapa mereka, kemampuan apa yang harus
mereka kuasai, serta di mana kedudukan bahan belajar yang akan disajikan dalam keseluruhan
kurikulum sekolah. Demikian pula pada penyusunan bahan belajar berbasis web sasaran harus
dicantumkan secara spesifik.
2. Pemilihan topik
Setelah sasaran ditentukan, langkah selanjutnya adalah memilih topik yang sesuai
dengan kebutuhan sasaran tersebut. Pemilihan topik dapat dilakukan dengan pertimbangan,
antara lain; materi sulit, penting diketahui, bermanfaat, merupakan sesuatu yang baru, sesuatu
yang belum banyak diketahui, atau bahasan dari sudut pandang lain, dll.
3. Pembuatan peta materi
Peta materi sangat membantu dalam merumuskan keluasan dan kedalaman materi
yang akan dibahas. Membuat peta materi dapat diibaratkan menggambar sebuah batang pohon
yang bercabang dan beranting, semakin banyak cabang maka semakin luas bahasan materi.
Sedangkan apabila kita menghendaki bahasan yang fokus dan spesifik, maka kembangkanlah
bagian ranting-ranting.
4. Perumusan tujuan
Gambar peta materi akan sangat bermanfaat untuk menentukan tujuan. Setiap ranting
dapat dirumuskan menjadi sebuah indikator tujuan yang spesifik. Sedangkan cabang menjadi
besaran tujuan tersebut. Tujuan besar (cabang) dapat dicapai dengan memenuhi semua tujuan
yang spesifik (ranting).
5. Penyusunan alat evaluasi
Setelah merumuskan tujuan, langsung diikuti dengan perumusan alat evaluasi. Alat
evaluasi dimaksudkan untuk mejawab dengan cara bagaimana kita dapat mengetahui sesuatu
tujuan itu telah tercapai. Setiap indikator tujuan harus dapat diukur keberhasilannya. Sebuah
rumusan tujuan dapat diukur dengan satu butir alat evaluasi. Dapat satu set alat evaluasi
mengukur serangkai tujuan (Cognitif, Psikomotor, dan Afektif). Misalnya kita merumuskan
tujuan ”mampu mengendari sepeda motor”, maka alat evaluasi yang mungkin adalah lembar
observasi tentang kemampuan mengendarai sepeda motor.
6. Pengumpulan referensi
Tidak ada bahan ajar yang berdiri sendiri tanpa sumber referensi. Referensi digunakan
untuk memberi dukungan teoretis, data, fakta, ataupun pendapat. Referensi juga dapat
memperkaya khasanah bahan belajar, sehingga pembaca yang menginginkan pendalaman
materi yang dibahas dapat mencari dari sumber yang disebutkan. Dalam web, pembaca dapat
dengan mudah diberikan link ke sumber referensi tersebut.
7. Penyusunan bahan
Setelah bahan-bahan pendukung siap, maka penulisan dapat dimulai. Penulisan bahan
hendaklah konsisten dengan peta materi dan tujuan yang telah disusun. Secara umum struktur
penulisan sekurang-kurangnya terdiri dari tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutupan.
Pada pendahuluan kita harus sudah menyampaikan secara ringkas apa yang akan dibahas
pada bahan belajar ini. Sedangkan bagian isi menguraikan secara gamblang seluruh materi.
Agar lebih jelas, uraian bisa dilengkapi dengan contoh-contoh. Untuk mengecek pemahaman,
pada bagian ini dapat pula diberikan latihan-latihan. Pada bagaian penutup sampaikan kembali
secara ringkas apa yang telah dibahas. Proses selanjutnya adalah editing, testing, lalu
penghidangan (dalam Blog, Situs Lembaga).
I. Penutup
Internet dapat dimanfaatkan untuk memperoleh, mengolah, dan menyajikan berbagai
informasi sebagai bahan belajar/ajar yang di perlukan. Sumber belajar pada dunia maya sangat
kaya, selama kita memahami bahasanya, sumber belajar dari berbagai belahan dunia dapat
kita peroleh. Dari mana bahan itu datang? Sesungguhnya, kita tidak akan mendapatkan apa-
apa kalau tidak ada orang yang menyediakan bahan belajar tersebut di web.
DAFTAR PUSTAKA
___________. Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen Dikdasmenum, 2004.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Pedoman Penyusunan Bahan Ajar,Jakarta, 2006
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Pembuatan Multimedia Pembelajaran Interaktif, Jakarta,
Depdiknas, 2007
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta :Kencana, 2008.
Siribodhi, Tinsiri, ICT Tools for Learning Materials Development, Bangkok: UNESCO, 2000
(www.internetworldstats.com)
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru, 2008.
Arief Am
View my complete profile
KALAU ANDA SUKA DENGAN KONTEN BLOG INI, SILAHKAN KLIK DI BAWAH INI
VISITOR
235003
POPULAR POSTS
TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi
belajar adalah suatu proses yang di...
UPAYA MENGATASI MASALAH PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN ANAK DALAM
TINJAUAN HAM
A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah Allah yang menjadi tanggung jawab setiap orang tua
untuk mendidik, membina dan menjadika...
ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
A. Latar Belakang Filsafat pendidikan merupakan titik permulaan dalam proses pendidikan, juga menjadi
tulang punggung kemana bagian-bag...
Bahan Ajarku: MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI
BAHAN AJAR MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
DIKLAT TEKNIS FUNGSIONAL PENINGKATAN KOMPETEN...
MODEL PENELITIAN KEAGAMAAN
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian agama telah dilakukan beberapa abad yang lalu namun
hasil penelitiannya masih dalam bentuk...
TEKNIK PELAKSANAAN PENELITIAN KUANTITATIF (Aspek Variabel Penelitian, Definisi
Operasional dan Instrumen Penelitian)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau
proses sistematis untuk memecahkan masa...
APLIKASI METODE SUGESTOPEDIA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI
PERGURUAN TINGGI AGAMA
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan dan kesuksesan seseorang untuk mendapatkan
keistimewaan sosial, sejauh tertentu...
Modul Diklat Pendalaman Materi Bahasa Inggris Aspek Recount
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Bahasa Inggris merupakan salah satu
mata pelajaran yang sangat penti...
Modul Diklat Pendalaman Materi Bahasa Inggris Aspek Narrative
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada zaman yang sudah semakin modern seperti
saat ini, komunikasi internasional sangat...
PERBANDINGAN ALIRAN: IMAN DAN KUFUR, AKAL DAN WAHYU
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep iman dan kufur adalah dua hal yang saling berkebalikan.
Secara garis besarnya dapat disi...