Modul Struktur Aljabar I
Modul Struktur Aljabar I
STRUKTUR ALJABAR
ELLIS MARDIANA PANGGABEAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSIAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2020
KATA PENGANTAR
Tujuan utama penyusunan modul ini adalah untuk membantu para pengajar dan
mahasiswa program studi matematika dan pendidikan matematika dalam mempelajari
dan mendalami mata kuliah Struktur Aljabar I. Khususnya di masa pandemik COVID 19
dimana perkuliahan diadakan secara online.
Penulis menyadari kekurangan modul ini, untuk itu saran yang konstruktif sangat
diharapkan demi perbaikan baik isi maupun pembahasan. Akhirnya tiada gading yang
tak retak.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
MODUL 1: OPERASI BINER ...........……………………………….…………. 1
Kegiatan Belajar 1:
D. Latihan .................................................................................................... 6
Kegiatan Belajar 2:
D. Latihan ...................................................................................................... 12
E. Evaluasi ..................................................................................................... 12
Kegiatan Belajar 1:
C. Latihan ......................................................................................................... 19
Kegiatan Belajar 2:
B. Order Dari Grup Dan Order Tiap Elemen Pada Suatu Grup......................... 28
C. Latihan .......................................................................................................... 28
D. Evaluasi ......................................................................................................... 29
Page i
MODUL STRUKTUR ALJABAR
D. Latihan ........................................................................................................... 43
E. Evaluasi ........................................................................................................... 44
Kegiatan Belajar 1:
A. Pengertian Subgrup .......................................................................................... 48
C. Latihan ............................................................................................................. 53
Kegiatan Belajar 2:
D. Latihan ............................................................................................................. 57
E. Evaluasi ........................................................................................................... 57
Kegiatan Belajar:
C. Latihan ............................................................................................................ 66
D. Evaluasi ............................................................................................................ 66
Kegiatan Belajar:
D. Latihan .............................................................................................................. 74
E. Evaluasi ........................................................................................................... 74
Kegiatan Belajar 1:
C. Latihan ............................................................................................................... 80
Kegiatan Belajar 2:
B. Latihan ................................................................................................................ 84
C. Evaluasi ............................................................................................................. 84
Kegiatan Belajar 1:
C. Latihan ................................................................................................................ 90
Kegiatan Belajar 2:
B. Isomorfisme ........................................................................................................ 93
C. Automorfisme .................................................................................................... 93
D. Latihan ............................................................................................................... 95
E. Evaluasi .............................................................................................................. 95
Page iii
MODUL STRUKTUR ALJABAR
MODUL 1
OPERASI BINER
A. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi operasi biner ,
2. Mahasiswa dapat membuktikan sifat-sifat yang berlaku pada suatu operasi
biner,
3. Mahasiswa dapat membedakan antara Grupoid, Semigrup dan Monoid.
KEGIATAN BELAJAR 1
Pemahaman tentang operasi biner terkait dengan pemetaan dan himpunan bilangan.
Karena itu sebelum sampai ke definisi formal operasi biner, ada baiknya mengingat
kembali konsep pemetaan dan himpunan bilangan.
Definisi 1.1
Suatu fungsi dari himpunan bagian X into himpunan Y disebut relasi biner dari
himpunan bagian X ke Y dengan sifat bahwa (i) relasi tersebut bukan himpunan yang
kosong dan (ii) jika (x, a) dan (x, b) anggota dari relasi maka a = b.
Dengan kata lain, suatu fungsi adalah relasi yang tidak kosong dimana tiap elemen
dalam domain muncul hanya sekali sebagai elemen pertama dari satu pasangan
terurut dalam relasi.
Domain adalah himpunan semua elemen pertama yang muncul sekali pada
pasangan terurut, dan daerah hasil adalah himpunan semua elemen kedua pada
pasangan terurut. Jika domain dari fungsi adalah seluruh elemen X maka disebut
fungsi dari X into Y dan dinotasikan dengan F : X Y.
dan hanya jika (a, x) ∊ F, (b, x) ∊ F maka a = b. Hal ini mempunyai pengertian yang
sama dengan pernyataan berikut.
Definisi 1.2
Suatu pemetaan F: X Y satu-satu atau injektif jika dan hanya jika x1 ≠ x2 maka
F(x1) ≠ F(x2 ) (x1, x2 ∊ X).
Definisi 1.3
Jika F(X) = Y maka F dikatakan onto atau surjektif. Jadi, F onto atau surjektif jika
untuk setiap y ∊ Y terdapat paling sedikit satu dari x ∊ X sedemikian sehingga
F(x) = y.
Definisi 1.4
Jika suatu pemetaan injektif dan surjektif maka pemetaan itu disebut bijektif.
Contoh 1.1.
f(a) = -1 ∊ B.
Jadi, f injektif.
Bukti:
Ambil sebarang x ∊ Z.
B. HIMPUNAN BILANGAN
Z menyatakan himpunan bilangan bulat, yaitu Z = { ..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ...}.
Dalam hal penjumlahan sebagai suatu operasi pada himpunan bilangan bulat,
dinotasikan dengan (a, b) a + b. Pada himpunan bilangan bulat positif, perkalian
adalah suatu operasi dimana (a, b ) ab yang mempunyai pengertian hasil kali a
dengan b. Apa yang dinamakan dengan operasi inilah yang disebut operasi biner.
Penekanan dari operasi ini lebih kepada pemetaan pasangan bilangan daripada
pemetaan dari elemen tunggal atau trippel bilangan.
C. KOMPOSISI BINER
Definisi 1. 5.
Jadi, operasi atau komposisi ∗ pada himpunan tak kosong G adalah biner jika dan
hanya jika
a ∈ G, b ∈ G ⟹ a ∗ b ∈ G ∀a, b ∈ G.
Sifat operasi pada G di atas disebut juga dengan sifat tertutup. Jika sifat ini dipenuhi
Contoh 1.2.
1. Penjumlahan adalah suatu komposisi biner pada himpunan bilangan asli, karena
a ∈ N, b ∈ N a + b ∈ N ∀ a, b ∈ N.
Dengan cara yang sama penjumlahan adalah komposisi biner pada himpunan
bilangan bulat, himpunan bilangan rasional, himpunan bilangan real dan
himpunan bilangan kompleks. Dengan notasi matematika ditulis
a ∈ Z, b ∈ Z a + b ∈ Z ∀ a, b ∈ Z.
a ∈ Q, b ∈ Q a + b ∈ Q ∀ a, b ∈ Q.
a ∈ R, b ∈ R a + b ∈ R ∀ a, b ∈ R.
a ∈ C, b ∈ C a + b ∈ C ∀ a, b ∈ C.
2. Operasi pengurangan (-) adalah suatu komposisi biner pada himpunan bilangan
bulat, rasional, real dan kompleks, karena
a ∈ I, b ∈ I ⟹ a - b ∈ I ∀ a, b ∈ I.
a ∈ Q, b ∈ Q ⟹ a - b ∈ Q ∀ a, b ∈ Q.
a ∈ R, b ∈ R ⟹ a - b ∈ R ∀ a, b ∈ R.
a ∈ C, b ∈ C ⟹ a - b ∈ C ∀ a, b ∈ C.
4. Perhatikan operasi • berikut yang didefinisikan pada himpunan bilangan real oleh
3 • 4 = 3 + 4 - 3.4 = -5
6 • 10 = ...
(-2) • 5 = ....
dan seterusnya.
Karena untuk setiap dua elemen bilangan real, hasil operasi terhadap • selalu
menghasilkan juga bilangan real maka dikatakan operasi • adalah tertutup atau
biner. Dalam kalimat matematika dinotasikan dengan
a • b = a + b – ab, ∀ a, b ∈ R.
x y = x y , (x, y) ∊ Z x Z.
0 0 1 2 3 4
1 1 2 3 4 0
2 2 3 4 0 1
3 3 4 0 1 2
4 4 0 1 2 3
Dari tabel penjumlahan bilangan bulat modulo 5 di atas, dapat diketahui bahwa
a + b ∊ Z5 a, b ∊ Z5.
Hal ini berarti, penjumlahan bilangan bulat modulo 5 pada Z5 adalah biner.
D. LATIHAN _____________________________________________________
a. a ∗ b = ab + 1 e. a ∗ b = ab2
b. a ∗ b = 5 f. a ∗ b = a
c. a ∗ b = (a + b) / 2 g. a ∗ b = a + b - 1
d. a ∗ b = ab h. a ∗ b = a + b - ab
2. Apakah a ∗ b = a b merupakan operasi biner pada himpunan bilangan bulat?
G= 0,1, 2, 3, 4, 5,
6 .
Kunci Jawaban
0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 2 3 4 5
2 0 2 4 0 2 4
3 0 3 0 3 0 3
4 0 4 2 0 4 2
5 0 5 4 3 2 1
KEGIATAN BELAJAR 2
1. assosiatif, jika (a ∗ b) ∗ c = a ∗ (b ∗ c) ∀ a, b, c ∈ G.
2. komutatif, jika a ∗ b = b ∗ a ∀ a, b ∈ G.
3. mempunyai elemen identitas I, jika ∃e ∈ G sedemikian sehingga
e ∗ a = a ∗ e = a ∀ a ∈ G.
4. elemen a ∈ G dikatakan mempunyai invers terhadap operasi ∗ di G, jika
∃b ∈ G sedemikian sehingga b ∗ a = a ∗ b = e.
5. Komposisi ∗ di G dikatakan memenuhi sifat kansellasi kiri, jika
a ∗ b = a ∗ c ⟹ b = c ∀ a, b, c ∈ G.
6. Komposisi ∗ di G dikatakan memenuhi sifat kansellasi kanan, jika
b ∗ a = c ∗ a ⟹ b = c ∀ a, b, c ∈ G.
7. Elemen e ∈ G dikatakan elemen identitas kiri dalam G untuk komposisi ∗ , jika
e ∗ a=a ∀ a ∈ G.
8. Elemen e ∈ G dikatakan elemen identitas kanan dalam G untuk komposisi ∗ , jika
a ∗ e = a ∀ a ∈ G.
9. Jika e adalah elemen identitas kiri dalam G maka b ∈ G dikatakan invers kiri dari
a ∈ G jika b ∗ a = e.
10. Jika e adalah elemen identitas kanan dalam G maka b ∈ G dikatakan invers
kanan dari a ∈ G jika a ∗ b = e.
Contoh 1.3.
1. Operasi pengurangan a – 0 = a untuk setiap a ∊ R dimana R Himpunan bilangan
real merupakan operasi biner.
0 adalah identitas kanan dari himpunan ini.
0 bukan identitas kiri, karena 0 – a ≠ a.
2. Bilangan bulat 1 adalah elemen identitas terhadap operasi perkalian bilangan
bulat, karena 1 . x = x . 1 = x untuk setiap x anggota bilangan bulat.
Tetapi 1 bukan identitas terhadap penjumlahan bilangan bulat tersebut, karena
1 + x ≠ x.
3. Didefinisikan operasi sebagai berikut.
a b = a + b – 1, untuk setiap a, b ∊ Z.
1 adalah elemen identitas kiri dan juga identitas kanan. Karena itu 1 adalah
elemen identitas.
Akan dibuktikan 1 adalah elemen identitas.
Bukti:
a 1 = a + 1 – 1 = a dan
1 a = 1 + a – 1 = a.
Karena
A B = B A.
A B = B A.
a • b = ab + 1 = ba + 1 = b • a.
a • b = a + b – ab.
X (Y Z) = (X Y) (X Z)
juga
X (Y Z) = (X Y) (X Z).
10. Tidak ada elemen identitas pada himpunan bilangan bulat terhadap operasi biner
• yang didefinisikan sebagai a • b = ab + 1,
a • c = c • a = ac + 1 = a, untuk semua a ∊ Z.
11. Perkalian pada himpunan bilangan real bersifat 11ystem11utive kiri dan kanan
terhadap penjumlahan.
Untuk a, b dan c anggota himpunan bilangan real berlaku
a (b + c) = ab + ac dan
(a + b) c = ac + bc .
B. STRUKTUR ALJABAR
Definisi 1.6
Suatu himpunan tak kosong G dengan satu atau lebih komposisi biner pada G
disebut struktur aljabar atau sistem aljabar.
Contoh 1.4.
Definisi 1.7
Sistem aljabar (G, ) yang memuat himpunan tak kosong G dengan komposisi biner
yang didefinisikan pada G disebut suatu grupoid. Suatu grupoid dikatakan suatu
semigrup jika komposisi pada G memenuhi sifat assosiatif. Semi grup (G, )
dengan komposisi pada G memuat satu elemen identitas dalam G disebut monoid.
D. LATIHAN
1. Himpunan bilangan asli terhadap operasi penjumlahan adalah grupoid sekaligus
semigrup.
2. Himpunan bilangan asli dengan penjumlahan bukan monoid karena tidak memuat
elemen identitas.
3. Himpunan bilangan bulat dengan operasi penjumlahan adalah grupoid, semigrup
dan monoid (Berikan contoh yang lain! Tugas).
E. EVALUASI
a b c d
*
b c a b
a
c d b a
b
a b c d
c
a b d d
d
KUNCI JAWABAN
1.a. Komutatif
b. Tidak komutatif
c. Assosiatif
d. Tidak assosiatif
e. Ya
f. Tidak
2 a. Ya
b. Tidak
c. Ya
Untuk a = b = 0 diperoleh a – b = b – a.
4. Tidak
RANGKUMAN
a. assosiatif, jika (a ∗ b) ∗ c = a ∗ (b ∗ c) ∀ a, b, c ∈ G.
b. komutatif, jika a ∗ b = b ∗ a ∀ a, b ∈ G.
c. memiliki elemen identitas I, jika ∃e ∈ G sedemikian sehingga
e ∗ a = a ∗ e = a ∀ a ∈ G.
d. elemen a ∈ G dikatakan mempunyai invers terhadap operasi ∗ di G, jika ∃b
∈ G sedemikian sehingga b ∗ a = a ∗ b = e.
e. Komposisi ∗ di G dikatakan memenuhi sifat kansellasi kiri, jika
a ∗ b = a ∗ c ⟹ b = c ∀ a, b, c ∈ G.
4. Komposisi ∗ di G dikatakan memenuhi sifat kansellasi kanan, jika
b ∗ a = c ∗ a ⟹ b = c ∀ a, b, c ∈ G.
g. Elemen e ∈ G dikatakan elemen identitas kiri dalam G untuk komposisi ∗ , jika
e ∗ a=a ∀ a ∈ G.
h. Elemen e ∈ G dikatakan elemen identitas kanan dalam G untuk komposisi ∗,
jika a ∗ e = a ∀ a ∈ G.
i. Jika e adalah elemen identitas kiri dalam G maka b ∈ G dikatakan invers kiri dari
a ∈ G jika b ∗ a = e.
j. Jika e adalah elemen identitas kanan dalam G maka b ∈ G dikatakan invers
kanan dari a ∈ G jika a ∗ b = e.
k. Jika ∘ dan ∗ adalah dua komposisi dalam G, maka komposisi ∘ dikatakan
15ystem15utive kanan terhadap komposisi ∗ jika
a ∘ (b ∗ c) = (a ∘ b) ∗ (a ∘ c) ∀ a, b, c ∈ G.
dan komposisi ∘ dikatakan 15ystem15utive kiri terhadap komposisi ∗ jika
(a ∗ b) ∘ c = (a ∘ c) ∗ (b ∘ c) ∀ a, b, c ∈ G.
2. Suatu himpunan tak kosong G dengan satu atau lebih komposisi biner pada G
disebut struktur aljabar atau 15ystem aljabar.
4. Sistem aljabar (G, ) yang memuat himpunan tak kosong G dan komposisi biner
yang didefinisikan pada G disebut suatu grupoid. Suatu grupoid dikatakan suatu
semigrup jika komposisi pada G memenuhi sifat assosiatif. Semi grup (G, )
MODUL 2
GRUP
Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi suatu grup atau bukan jika diberikan himpunan
tak kosong dengan suatu operasi biner.
5. Mahasiswa dapat menentukan order dari suatu elemen pada suatu grup.
KEGIATAN BELAJAR 1
GRUP
A. PENGERTIAN GRUP
Secara skematis, hubungan antara grupoid, semigrup, monoid dan grup dapat
digambarkan sebagai berikut.
Grup
Ada invers dari tiap elemen
Monoid
Ada identitas
Semigrup
16 PRODI – PENDIDIKAN MATEMATIKA – UMSU - 2020
Gambar 2.1
Definisi 2.1
Suatu himpunan tak kosong G dengan suatu operasi biner o dikatakan membentuk
suatu grup, jika berlaku
Perhatikan, bahwa suatu grup memuat suatu himpunan yang tidak kosong dan
operasi biner yang didefinisikan pada himpunan tersebut.
Karena suatu grup harus memuat elemen identitas, maka suatu grup memuat
paling sedikit satu elemen.
Contoh 2.1.
1. Buktikan bahwa himpunan bilangan bulat (positif, negatif dan nol) terhadap
operasi penjumlahan membentuk suatu grup.
Bukti:
a. Pada himpunan bilangan bulat, jumlah dari dua bilangan bulat adalah juga
bilangan bulat. Atau a + b Z, a, b Z.
17 PRODI – PENDIDIKAN MATEMATIKA – UMSU - 2020
MODUL STRUKTUR ALJABAR
0 0 1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5 0
2 2 3 4 5 0 1
3 3 4 5 0 1 2
4 4 5 0 1 2 3
5 5 0 1 2 3 4
a. a + b Z6, a, b Z6.
b. a + (b + c) = (a + b) + c a, b,c Z6.
Karena keempat aksioma dipenuhi, maka himpunan bilangan bulat modulo 6 (Z6)
terhadap operasi penjumlahan bilangan bulat modulo 6 adalah grup.
B. GRUP KOMUTATIF
Definisi 2.2
Dalam hal suatu komposisi tidak komutatif, grup ini dikatakan non abelian.
Karakteristik lainnya dari suatu grup G adalah banyaknya elemen yang termuat
dalam G. Banyaknya elemen dalam G disebut sebagai order dari G dan dinotasikan
dengan o(G). Jika elemen G berhingga maka G disebut grup berhingga (finite
group). Dalam hal lainnya G disebut tak berhingga (infinite group).
C. LATIHAN
a. memenuhi sifat tertutup. Hasil kali dua bilangan rasional adalah bilangan
rasional,
1
d. ada invers untuk setiap bilangan rasional b yaitu yang juga merupakan
b
bilangan rasional,
e. himpunan bilangan rasional tanpa nol terhadap operasi perkalian adalah suatu
grup komutatif. Atau ab = ba untuk setiap a, b anggota himpunan bilangan
rasional tanpa nol.
4. Pada tabel 2.1 dan 2.2 berikut didefinisikan suatu operasi ⋇ pada himpunan
S = {a, b, c} yang menghasilkan suatu grup.
Tabel 2.1
Operasi ⋇ pada S
⋇ a b c
c c a b
Tabel 2.2
Operasi # pada S
# a b c
Pada tabel 2.2, elemen identitas adalah ....
a c a b Invers dari a, b dan c berturut-turut adalah ..., ...,
dan ....
b a b c
c b c a
Bukti:
i) Untuk sebarang x, y Z, x ⋇ y = x + y - 1 ∊ Z.
ii) x ⋇ (y ⋇ z) = x ⋇ (y + z - 1)
= x + (y + z - 1) - 1
= x + (y - 1 + z) - 1
= x + ((y - 1) + z) - 1
= (x + (y - 1)) + z - 1
= (x + y - 1) + z - 1
= (x ⋇ y) ⋇ z
Bukti:
1 ⋇ x = 1 + x - 1 = 1 - 1 + x = x dan
x ⋇ 1 = x + 1 - 1 = x.
x ⋇ (2 - x) = x + (2 - x) - 1 = x + (-x + 2) - 1 = (x + -x) + 2 - 1 = 1
(2 - x) ⋇ x = (2 - x) + x - 1 = 1.
a b
6. Misalkan G adalah himpunan matriks 2 x 2 dimana a, b, c, d bilangan real
c d
sedemikian sehingga ad – bc ≠ 0. Didefinisikan operasi perkalian matriks pada G
sebagai berikut
a b w x aw by ax bz
.
c d y z cw dy cx dz
Bukti:
a b
M1 = , ad - bc ≠ 0 dan a, b, c dan d anggota bilangan real.
c d
w x
M2 = wz - xy ≠ 0 dan w, x, y dan z anggota bilangan real.
y z
Untuk menunjukkan sifat tertutup dipenuhi maka akan ditunjukkan hasil kali
kedua matriks adalah juga anggota G.
Perhatikan
(aw + by) (cx + dz) - (ax + bz) (cw + dy) = (ad – bc) (wz – xy) ≠ 0.
a b w x aw by ax bz
Jadi ∊ G.
c d y z cw dy cx dz
ii) Karena sifat assosiatif berlaku pada perkalian matriks maka sifat assosiatif
dipenuhi. Jika M1 , M2 dan M3 ∊ G maka (M1 M2) M3 = M1 (M2 M3 ). (Anda
dapat membuktikannya!)
1 0
iii) Ada elemen identitas yaitu I = ∊ G karena 1.1 - 0.0 = 1 ≠ 0.
0 1
a b
I adalah elemen identitas di G, karena untuk sebarang matriks A =
c d
1 0 a b a b
dengan ad – bc ≠ 0 maka I A = = = A.
0 1 c d c d
a b 1 0 a b
dan A I = = = A.
c d 0 1 c d
a b
Jika A = ∈ G dengan ad – bc ≠ 0 maka
c d
d b
ad bc ad bc
A-1 = ∈ G.
c a
ad bc ad bc
d a b c ad bc 1
Sebab, 2 ≠ 0.
ad bc ad bc ad bc ad bc (ad bc) ad bc
d b
a
b
ad bc ad bc 1 0
c d c a = 0 1
ad bc ad bc
d b
ad bc ad bc a b 1 0
=
d
dan
c a c 0 1
ad bc ad bc
Dari i) sampai dengan iv) dapat disimpulkan bahwa G adalah grup terhadap operasi
perkalian matriks.
1 2 2 3 2 3 1 2
≠ .
3 4 5 6 5 6 3 4
KEGIATAN BELAJAR 2
SIFAT-SIFAT GRUP
A. SIFAT-SIFAT GRUP
Teorema 2.1
Bukti:
b. Andaikan invers dari a G tidak tunggal. Andaikan a-1 dan a‟ adalah invers dari
a G dengan a-1≠ a‟ sedemikian sehingga a-1a = aa-1 = e dan a‟a = aa‟ = e.
a a‟ = e definisi identitas e
Teorema 2.2
Teorema 2.3
b. Jika a dan b elemen-elemen pada sebuah grup G maka (ab)-1 = b-1 a-1 .
Bukti:
=e definisi b-1b.
= (a (e a-1 ) )
= a a-1 .
= e.
Definisi 2.3
a. a0 = e, e identitas di G.
b. a1 = a, dan an+1 = an a untuk tiap bilangan asli n.
c. a-n = (a-1 )n untuk tiap bilangan bulat positif n.
25 PRODI – PENDIDIKAN MATEMATIKA – UMSU - 2020
MODUL STRUKTUR ALJABAR
Teorema 2.4.
Jika a elemen pada grup G dengan elemen identitas e dan jika m dan n bilangan
bulat maka
(a) an .a-n = e
(b) am . an = a m+n .
i) n = 0
am . an = am . a = am + 1 = a m+n,
am . ak = a m+k .
am . an = a m . ak+1
= (a m . ak ) . a sifat assosiatif
= a m+n karena n = k + 1
Jadi b) benar untuk n = k + 1. Ini berarti benar untuk semua bilangan bulat posistif n.
Jika n = -p, p bilangan bulat positif maka ada tiga kemungkinan untuk p yaitu
= aq . e
= aq
= aq+p-p
= am+n .
a-p = (a-1)p
= (a-1)m+r
= a-m . a-r.
am . an = am . (a-m. a-r)
= e . a-r = a-r
Jadi, terbukti bahwa am . an = am+n dalam kasus m bilangan bulat positif dan n
sebarang bilangan bulat (nol, positif dan negatif).
Sehingga teorema di atas menjadi (ma) + (na) = (m+n) a dan n(ma) = (nm) a, untuk
setiap bilangan bulat m dan n.
B. ORDER DARI GRUP DAN ORDER TIAP ELEMEN PADA SUATU GRUP
Definisi 2.4.
Misalkan G adalah suatu grup maka banyaknya elemen pada grup itu disebut order
dari grup tersebut dan dinotasikan dengan o(G).
Definisi 2.5.
Order dari a tersebut dinotasikan dengan o(a) = m. Jika m tidak ada maka dikatakan
a berorder nol atau tak berhingga.
C. LATIHAN
Tentukan order dari grup dan order dari tiap elemen pada grup.
Z5 = {0, 1, 2, 3, 4}.
Order dari tiap elemen pada grup ini dapat ditentukan dengan cara sebagaimana
yang berikut.
an = na = a + a + … + a (sebanyak n suku)
maka
21 = 2;
22 = 2 . 2 = 2 + 2 = 4;
23 = 3 . 2 = 2 + 2 + 2 = 1;
24 = 4 . 2 = 2 + 2 + 2 + 2 = 1 + 2 = 3 dan
25 = 5 . 2 = 2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 0.
Jika proses ini diteruskan untuk pangkat 6 dan seterusnya, maka akan diperoleh
hasil yang berulang seperti di atas yaitu 2, 4, 1, 3 dan 0. Sehingga akan diperoleh
bilangan positif terkecil m sedemikian sehingga 2m = 0 adalah 5.
Secara sama, order dari elemen lain pada grup itu adalah sebagai berikut.
o(0) = 1 karena 01 = 0
o(1) = 5 karena 15 = 0
o(2) = 5 karena 25 = 0
o(3) = 5 karena 35 = 0
o(4) = 5 karena 45 = 0.
D.EVALUASI
8. Buktikan bahwa himpunan bilangan bulat adalah grup abelian terhadap operasi
yang didefinisikan sebagai a ⋆ b = a + b + 1, ∀a, b ϵ I.
10. Buktikan bahwa himpunan bilangan real kecuali -1 adalah grup abelian terhadap
operasi ⋆ yang didefinisikan sebagai a ⋆ b = a + b + ab, ∀a, b ϵ R-{-1}.
a. penjumlahan?
b. perkalian?
15. Buktikan bahwa jika a, b dan c elemen-elemen pada sebuah grup G dan
ac = bc maka a = b.
16. Buktikan, jika a dan b elemen pada grup G maka terdapat elemen tunggal x dan
y dalam sedemikian sehingga ax = b dan ya = b.
a b
17. Misalkan G adalah himpunan matriks 2 x 2 dimana ad – bc ≠ 0 adalah
c d
bilangan rasional. Buktikan G membentuk grup terhadap perkalian matriks.
a b
18. Misalkan G adalah himpunan matriks real 2 x 2 dimana ad ≠ 0. Buktikan
0 d
bahwa G membentuk grup terhadap perkalian matriks. Apakah G abelian?
a b
19. Misalkan G adalah himpunan matriks 2 x 2 dimana a, b, c, d anggota
c d
himpunan bilangan real sedemikian sehingga ad – bc = 1. Didefinisikan operasi
perkalian matriks pada G. Buktikan G membentuk grup terhadap operasi
perkalian matriks.
a b
20. Misalkan G adalah himpunan matriks 2 x 2 dimana a, b, c, d bilangan
c d
bulat modulo 2 sedemikian sehingga ad – bc ≠ 0. Gunakan perkalian matriks
untuk operasi dalam G. Buktikan G grup berorde 6.
KUNCI JAWABAN
1. Karena G = ⟨{1, -1, i, -i}, x⟩ adalah grup maka order dari G adalah 4.
Order dari tiap elemen dalam G adalah sebagai berikut ini.
o (1) = 1
o (-1) = 2
o (i) = 4
o (-i) = 4
11. Tabel komposisi untuk Z6 terhadap penjumlahan bilangan bulat modulo 6 adalah
sebagai berikut.
+6 0 1 2 3 4 5
0 0 1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5 0
2 2 3 4 5 0 1
3 3 4 5 0 1 2
4 4 5 0 1 2 3
5 5 0 1 2 3 4
o(0) = 1;
o(1) = 1;
o(2) = 3;
o(4) = 3;
o(5) = 6.
12. Tabel komposisi untuk Z7 - {0} terhadap perkalian bilangan bulat modulo 7
adalah sebagai berikut.
x7 1 2 3 4 5 6
1 1 2 3 4 5 6
2 2 4 6 1 3 5
3 3 6 2 5 1 4
4 4 1 5 2 6 3
5 5 3 1 6 4 2
6 6 5 4 3 2 1
o(1) = 1;
o(2) = 3;
o(4) = 3;
o(5) = 6;
o(6) = 2.
13. a. Ya
b.Tidak
RANGKUMAN
a. a0 = e, e identitas di G.
5. Misalkan G adalah suatu grup dan a adalah elemen sebarang pada grup tersebut.
Bilangan positif terkecil m jika ada sedemikian sehingga am = e, dimana e elemen
identitas pada G disebut sebagai order dari elemen a. Jika m tidak ada maka
dikatakan a berorder nol atau tak berhingga.
MODUL 3
GRUP PERMUTASI
Tujuan Pembelajaran:
KEGIATAN BELAJAR
PERMUTASI
A. PENGERTIAN PERMUTASI
Tentunya anda masih ingat pemetaan satu-satu dan onto. Permutasi berikut ini
adalah juga pemetaan satu-satu dan onto dari suatu himpunan berhingga ke
himpunan berhingga itu sendiri. Order dari grup permutasi ini dengan menggunakan
definisi n! = 1.2 ….. n, yaitu hasil kali bilangan-bilangan bulat positif berhingga n.
Seperti 1! = 1, 2! = 2, 3! = 6, 5! = 120, 20! = 2.432.902.008.176.640.000.
Definisi 3.1
Suatu pemetaan satu-satu dari suatu himpunan berhingga onto himpunan itu sendiri
disebut suatu permutasi. Banyaknya elemen yang berbeda dalam himpunan itu
menyatakan derajat dari permutasi tersebut.
a1 a2 ... an
f
b1 b2 ... bn
Baris pertama dari permutasi tersebut menyatakan elemen dalam Sn dan baris
kedua adalah peta dari tiap elemen di atasnya yang juga elemen Sn .
Contoh 3.1.
a b c
Maka pemetaan ini dapat ditulis f =
b c a
.
Pemetaan ini dapat juga dituliskan dalam 6 cara yang berikut ini.
a c b b a c b c a c a b c b a
b a c,
,
,
,
.
c b a c a b a b c a c b
Jika g(a) = b, f(b) = a dan f(c) = c maka pemetaan ini dapat ditulis
a b c
g=
b a c
.
1 2 3 4
h =
2 4 3 1
.
Definisi 3.2.
f = g f(x) = g(x) x∊ S.
Definisi 3.3.
a1 a2 ... an
Jika S = {a1 , a2 , …, an } maka I = adalah permutasi identitas
a1 a2 ... an
berderajat n.
a b c
g1 =
a b c
adalah permutasi identitas berderajat tiga,
1 2 3 4
dan h =
1 2 3 4
adalah permutasi identitas berderajat empat.
Definisi 3.4.
Misalkan f adalah suatu permutasi berderajat n yang didefinisikan pada himpunan
berhingga S dengan n elemen yang berbeda. Maka melalui definisi, f adalah
pemetaan satu-satu dari S onto S.
Karena f pemetaan satu-satu dan onto maka inversnya ada dan inversnya adalah
juga pemetaan satu-satu dan onto. Invers dari f ini dinotasikan dengan f-1 .
a1 a2 ... an b1 b2 ... bn
Jika f maka
f
b
1 2b ... bn a
1 2a ... an
Perhatikan f-1 diperoleh dengan mengganti baris pertama pada f menjadi baris kedua
dan baris kedua menjadi baris pertama.
1
1 2 3 4 1 2 3 4
Jadi
2 4 3 1
4 1 3 2
1
a b c a b c
b c a
c a b
Definisi 3.5.
(g o f) (x) = g (f (x) ∀x ϵ S
Contoh 3.2.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
3 41 2
13 2 4
2 41 3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
tetapi
4 2 31
3 41 2 2 413
2. Elemen-elemen S3 adalah
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 2 3
2 3 1
31 2
1 2 3 1 2 3 1 2 3
2 1 3
3 2 1
1 3 2
1 2 3 1 2 3 1 2 3
3
1 2
3 2 1
2 1 3
1
1 2 3 1 2 3 1 2 3
2
1 2 3
3 1
3
1 2
menentukan order dari Sn , pertama harus diingat bahwa n adalah bilangan bulat
positif.
Teorema 3.1
Himpunan semua permutasi dari himpunan tak kosong S membentuk grup terhadap
komposisi permutasi (Coba anda buktikan).
Grup tersebut dikatakan grup simetri pada S, dan dinotasikan dengan Sym (S).
Jadi, jika S adalah himpunan dan a1, a2, …, an ∈ S, maka (a1, a2, …, an) menyatakan
permutasi dari S dengan a1 a2, a2 a3, …, an-1 an , an a1 , dan x x untuk
x ∈ S lainnya.
Permutasi yang demikian disebut sebuah sikel atau k-sikel. Jika a adalah elemen
sebarang pada S maka 1- sikel (a) adalah permutasi identitas dari S.
Contoh 3.3.
1 2 3 4 5 6
1. f
2 4 1 3 5 6
Permutasi ini dapat ditulis f = (1 2 4 3), sementara yang tetap tidak ditulis.
1 2 3 4 5 6 7
2. f = dapat ditulis sebagai f = (2 6 4 7).
1 6 3 7 5 4 2
f = (6 4 7 2 ) = (4 7 2 6) = (7 2 6 4)
1 2 3 4 5
3. Permutasi berderajat 5, g =
4 2 5 3 1
1 2 3 4 5 6
3. h =
2 341 6 5 tidak dapat ditulis dalam bentuk sikel. Sebab
meskipun elemen 1, 2, 3, 4 dapat dinyatakan dalam satu baris (1 2 3 4)
sedemikian sehingga h(1) = 2, h(2) = 3, h(3) = 4 dan h(4) = 1, tetapi elemen-
elemen 5 dan 6 tidak tetap.
5. Invers dari sebuah sikel adalah kebalikan dari susunan sikel yang pertama.
Karena f(ik ) = ik+1 maka f-1 (ik+1 ) = ik.
Dua sikel disebut saling asing (disjoin) jika permutasi dinyatakan dengan
notasi satu baris maka keduanya tidak mempunyai elemen sekutu.
Contoh 3.4
g‟ adalah dua permutasi yang tidak disjoin karena ada elemen sekutu yaitu
2 dan 3.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
2. Jika f = maka f dapat dinyatakan sebagai hasil kali
3 8 2 6 7 4 9 1 5
permutasi yang disjoin.
Jadi f == (1 3 2 8) (4 6) (5 7 9). Himpunan bagian yang disjoin sebagaimana di
atas disebut dengan orbit dari f.
3. Permutasi berderajat lima berikut dapat dinyatakan sebagai hasil kali dari sikel-
sikel yang disjoin.
f = (1 5 4 2) o (3 4 1) o (1 3 4)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
=
513 2 4
3 2 4 1 5
3 2 4 1 5
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
=
31 2 5 4
3 2 4 1 5
1 2 3 4 5
=
2 1 5 3 4
= (1 2) o (3 5 4)
TRANSPOSISI
Sebuah sikel dengan panjang dua disebut transposisi. Dengan kata lain, suatu
permutasi dalam bentuk sikel yang dua elemennya dipetakan satu dengan lainnya
dan elemen sisa tetap.
Contoh 3.5
Contoh 3.6.
Catatan: Walaupun cara menyatakan suatu permutasi sebagai hasil kali dari
transposisi-transposisi, tetapi banyaknya transposisi ini biasanya ganjil atau genap.
Definisi 3.6.
Karena hasil kali f g dari enam transposisi di atas yang adalah juga hasil kali dari
empat transposisi maka f g disebut permutasi genap.
dengan r - 1 transposisi.
Hal ini menunjukkan bahwa r-sikel adalah permutasi genap jika r ganjil dan permutasi
ganjil jika r genap. Hasil kali dari permutasi genap adalah genap.
Karena sebarang permutasi dapat ditulis sebagai hasil kali dua sikel yang disjoin dan
karena invers dari r-sikel adalah r-sikel maka invers dari permutasi genap adalah
juga permutasi genap.
Contoh 3.7.
1. Jika S3 menyatakan himpunan permutasi berderajat tiga maka S 3 = {f1, f2, f3, f4,
f5, f6} dengan f1 = (1), f2 = (1 2 3), f3 = (1 3 2), f4 = (1 2), f5 = (1 3) dan f6 = (2 3).
Melalui tabel 4.1 berikut dapat dilihat himpunan ini membentuk grup terhadap
komposisi permutasi.
• f1 f2 f3 f4 f5 f6
f1 f1 f2 f3 f4 f5 f6
f2 f2 f3 f1 f5 f6 f4
f3 f3 f1 f2 f6 f4 f5
f4 f4 f6 f5 f1 f3 f2
f5 f5 f4 f6 f2 f1 f3
f6 f6 f5 f4 f3 f2 f1
f3-1 = f2
f4-1 = f4
f5-1 = f5 dan
f6-1 = f6 .
Komposisi permutasi ini tidak bersifat komutatif, karena f4 • f5 ≠ f5 • f4 .
2. Diketahui himpunan permutasi-permutasi
G = {(1), (1 2) (3 4), (1 3) (2 4), (1 4), (2 3)}
(1) adalah permutasi identitas.
• e a b c
e e a b c
a a e c b
b b c e a
c c b a e
3. Setiap permutasi berderajat lima berikut dapat dinyatakan sebagai hasil kali dari
transposisi-transposisi.
a. f = (2 3 4 5)
= (2 3) • (2 4) • (2 5)
b. g = (1 2 3 4 5)
= (1 2) • (1 3) • (1 4) • (1 5).
D. LATIHAN
B C
C atau ω = ( ) = (A B C)
B, θ = ( ) = (A C B)
β=( ) = (A C)
γ=( ) = (A B).
Komposisi α θ = ( ) ( )=( ) = (A B) = γ.
E. EVALUASI
1. Jika α = ( ) dan β = ( )
maka tentukanlah
a. β∘ α
b. α ∘ β
c. α -1
d. β-1
e. β-1 ∘ α-1
f. α-1∘β-1
g. (βα)-1
h. (αβ)-1
2. Nyatakan permutasi berikut sebagai komposisi dari sikel yang saling asing.
1 3 4 5 6 7 2
a.
2 1 3 5 7 6 4
1 3 4 5 6 7 2
b.
3 4 5 6 1 2 7
3. Nyatakan permutasi berikut sebagai suatu komposisi transposisi,
4 1 5 6 3 2
g
2 3 6 1 5 4
.
a. α2 b. β2 c. αβ d. βα
5. Buktikan bahwa tiga permutasi genap (a), (a b c), (a c b) dari permutasi berderajat
komposisi permutasi.
F. KUNCI JAWABAN
1. a. β α = ( )
b. α β = ( )
c. α -1 = ( )
d. β-1 = ( )
e. β-1 ∘ α-1 = ( )
f. α-1∘β-1 = ( )
g. (βα)-1 = ( )
h. (αβ)-1 = ( )
2. a. (1 2 4 3) (5) (6 7)
b. (1 3 4 5 6) (2 7)
3. (1 3 5 6) (2 4)
(1 3) (5 6) (2 4)
4. a. α2 = (1 5 4 3 2)
b. β2 = (1) (2 5 4) (3)
c. αβ = (1 5 4 2) (3)
d. βα = (1) (2 5 4 3)
Rangkuman
1. Suatu pemetaan satu-satu dari suatu himpunan berhingga onto himpunan itu
sendiri disebut suatu permutasi.
berderajat n.
a1 a2 ... an
b1 b2 ... bn
4. Jika f = b1 b2 ... bn maka f -1 =
a a ... a
1 2 n
MODUL 4
Tujuan Pembelajaran:
KEGIATAN BELAJAR 1
SUBGRUP
A. PENGERTIAN SUBGRUP
Pada bahasan sebelumnya anda telah mengenal grup yang memuat sebuah
himpunan tak kosong dengan sebuah operasi biner yang memenuhi sifat tertutup,
assosiatif, mempunyai invers dan setiap elemen pada grup tersebut mempunyai
invers. Karena grup memuat suatu himpunan, tentu himpunan itu mempunyai
himpunan bagian yang kosong dan himpunan bagian yang tidak kosong. Himpunan
bagian yang tidak kosong itu disebut sebagai kompleks. Sedangkan himpunan
48 PRODI – PENDIDIKAN MATEMATIKA – UMSU - 2020
MODUL STRUKTUR ALJABAR
bagian tak kosong yang membentuk grup terhadap operasi pada grup disebut
subgrup.
Definisi 4.1
Suatu himpunan bagian H dari suatu grup G disebut suatu subgrup dari G jika
terhadap operasi yang berlaku pada G, H membentuk grup.
Karena setiap himpunan merupakan himpunan bagian dari himpunan itu sendiri
maka G adalah subgrup dari G. Jika e adalah elemen identitas di G maka himpunan
bagian yang hanya memuat elemen identitas atau H = {e} adalah juga subgrup dari
G. Jadi setiap grup G mempunyai paling sedikit dua subgrup yaitu G dan {e}. Kedua
subgrup ini disebut subgrup trivial atau improper subgrup. Subgrup selain itu disebut
subgrup non trivial atau proper subgrup.
Contoh 4.1.
Karena: i) H ⊂ G,
ii) H ≠ ∅,
Subgrup lainnya dari G adalah G dan {1} yang merupakan subgrup trivial.
- z6 , 6
- {0}, 6
- {0, 2, 4}, 6
- {0, 3}, 6
B. SIFAT-SIFAT SUBGRUP
Jika G adalah grup terhadap operasi maka adalah operasi yang bersifat
assosiatif pada setiap himpunan bagian dari G. Jadi, himpunan bagian H dari G
adalah subgrup, jika
Terkait dengan syarat 1, karena setiap grup mempunyai elemen identitas tunggal
dan karena subgrup adalah juga grup maka subgrup mempunyai identitas. Elemen
identitas pada subgrup tidak berbeda dengan identitas pada grup. Hal ini dijamin
oleh teorema 2.1. Terkait dengan syarat 3, setiap invers dari elemen dalam H tidak
berbeda dengan invers elemen tersebut di G. Hal ini dijamin oleh teorema 3.2.b
bahwa penyelesaian dari a y = y a = e adalah tunggal di G. Jika hal ini dapat
dinyatakan sebagai sifat-sifat subgrup maka sifat-sifat subgrup adalah sebagai
berikut.
2. Invers dari elemen-elemen pada subgrup sama dengan invers dari elemen-
elemen tersebut pada grup,
3. Order dari tiap elemen pada subgrup sama dengan order dari elemen tersebut
pada grupnya.
Dari ketiga sifat di atas, dapat dikatakan Z 4 , 4 bukan subgrup dari Z12 ,12 sebab
meski anggota Z4 merupakan himpunan bagian dari Z12 dan identitas kedua grup
sama yaitu 0 tetapi invers 2 ∊ Z4 adalah 2. Sedangkan invers 2 pada Z12 adalah
10 ∊ Z12 .
Terkait dengan hal ini maka teorema berikut dapat menjelaskan apakah suatu
himpunan bagian dari G merupakan suatu subgrup atau bukan.
Teorema 4.1.
Suatu himpunan bagian tak kosong H dari grup G adalah suatu subgrup dari G bila
dan hanya bila
a. jika a, b H maka a b H,
Bukti:
() Karena H G, H dan G grup maka sifat assosiatif pada G berlaku juga
pada H.
Teorema 4.2.
Suatu himpunan bagian H dari grup G adalah suatu subgrup dari G bila dan hanya
bila
b. a, b H, ab-1 H.
51 PRODI – PENDIDIKAN MATEMATIKA – UMSU - 2020
MODUL STRUKTUR ALJABAR
H G, H .
H subgrup G a b-1 H, a, b H.
Ini berarti b 1 H b H .
Teorema 4.3
Suatu himpunan bagian H dari grup berhingga G adalah suatu subgrup dari G bila
dan hanya bila H tertutup terhadap operasi di G.
G grup. H G, H , H berhingga.
H subgrup G a b H, a, b H.
Ambil a H sebarang.
a2 = a a H (H tertutup)
a3 = a2 a = a a a H (H tertutup)
Dengan kansellasi, a r s e H .
Karena r › s › 0 maka r – s ≥ 1.
r –s ≥ 1 r – s - 1 ≥ 0. Ini berarti a r s 1 H .
C. LATIHAN
x7 1 2 4
1 1 2 4
2 2 4 1
4 4 1 2
a b
2. Jika G himpunan matriks berordo 2 x 2 , a, b, c, d R, ad bc 0 terhadap
c d
a b
operasi perkalian matriks. H = G / ad 0 adalah himpunan bagian
0 d
dari G.
Bukti:
i) H G
1 0
ii) Ambil H
0 1
H
a b e f ae af bh
H [karena ae. dh ≠ 0]
0 d 0 h 0 dh
1 b
b a
1
a b 1 d ad
iv) H
0 d ad 0 a 1
0
d
1 1 1
[ karena 0 ]
a d ad
4. Perhatikan grup permutasi S3 = {(1), (123), (132), (12), (13), (23)} terhadap
komposisi permutasi. H = {(1), (23)} adalah subgrup dari grup tersebut. Untuk
membuktikan bahwa H subgrup, maka lengkapi tabel berikut.
* (1) (23)
(1)
(23)
Menurut Teorema 4.3, karena H berhingga dan tertutup maka H subgrup dari S3 .
Teorema 4.4.
Bukti:
a = a1 ϵ H H ≠ .
Ambil sebarang am ϵ H , an ϵ H
KEGIATAN BELAJAR 2
KOMPLEKS DARI SUATU GRUP
A. PENGERTIAN KOMPLEKS
Definisi 4.2
Suatu himpunan bagian tak kosong dari grup G baik itu subgrup maupun bukan
subgrup disebut kompleks dari G.
Jika dilihat dari kedua definisi di atas dapat dikatakan bahwa setiap subgrup adalah
kompleks tetapi kompleks belum tentu subgrup dari G
Definisi 4.3
Misalkan H dan K dua kompleks dari grup G yang komposisinya dinyatakan dengan
perkalian. Maka hasil kali dari H dan K dinotasikan dengan HK didefinisikan sebagai
Selanjutnya, hk ∈ HK h ∈ H, k ∈ K
h, k ∈ G [ ∵ H ⊆ G dan K ⊆ G]
hk ∈ G.
Jadi HK ⊆ G.
Hal ini berarti hasil kali dari dua kompleks pada grup adalah juga suatu kompleks dari
grup tersebut.
Definisi 4.4.
Misalkan H adalah sebarang kompleks dari grup G maka invers dari H (dinotasikan
dengan H-1) adalah kompleks dari G yang elemennya adalah invers dari elemen-
elemen dalam H. Atau H = {h-1 / h ∊ H}.
Contoh 4.3.
1 2 3 1 2 3
H = dan K= .
2 3 1 1 3 2
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Maka HK =
2 3 11 3 2 2 1 3
1 2 3 1 2 3 1 2 3
dan KH =
1 3 2 2 3 1 3 2 1
Jadi HK ≠ KH.
1 2 3
H-1 =
3 1 2
1 2 3
K-1 =
1 3 2
Teorema 4.5
Kompleks H dari Grup berhingga G adalah subgrup jika dan hanya jika HH = H.
Bukti:
a ∊ H, b ∊ H ab ∊ H. [Sifat tertutup di H]
a ∊ H ae ∊ HH
a ∊ HH
Misalkan a, b ∊ H.
a, b ∊ H ab ∊ HH
ab ∊ H [HH=H]
Jadi terbukti bahwa kompleks H dari grup berhingga G adalah subgrup jika dan
hanya jika HH = H.
D. LATIHAN
Perhatikan himpunan matriks H = {I, M1, M2, M3, M4, M5} dimana
1 0 1 0 0 1
I = , M1 = , M2 =
0 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 1
M3 = , M4 = , M5 =
1 0 0 1 1 0
Buktikan bahwa H adalah grup dari grup matriks M2(R) terhadap perkalian matriks,
tentukan kompleks dan subgrup dari H.
D. EVALUASI
1 b
K = / ad 0 adalah himpunan bagian dari H.
0 1
9. Diketahui G = Z 2 Z 2 .
10. Buktikan bahwa himpunan bagian H dari M2(Z) adalah subgrup dari grup M2(Z)
terhadap penjumlahan.
x y
a. H = / w 0
z w
x y
b. H = / z w 0
z w
x y
c. H = / x y
0 0
x y
d. H = / x y z w 0
z w
Kunci Jawaban
4. {0}, {0, 2, 4, 6, 8, 10}, {0, 3, 6, 9}, {0, 4, 8}, {0,6}, {0, 2, ..., 11}.
5. {(1)}, {(1), (1 2 3), (1 3 2)}, {(1), (1 2)}, {(1), (1 3)}, {(1), (1 2 3), (1 3 2), (1 2), (1 3),
(2 3)}.
8. Tidak selalu
9. {(0,0)}, {(0,0), (0,1)}, {(0,0), (1,0)}, {(0,0), (1,1)}, {(0,0), (0,1), (1,0), (1,1)}.
Rangkuman
1. Suatu himpunan bagian H dari suatu grup G disebut suatu subgrup dari G jika
terhadap operasi yang berlaku pada G, H membentuk grup.
2. Suatu himpunan bagian tak kosong H dari grup G adalah suatu subgrup dari G
bila dan hanya bila
a. jika a, b H maka a b H,
3. Sifat-sifat Subgrup:
b. Invers dari elemen-elemen pada subgrup sama dengan invers dari elemen-
elemen tersebut pada grup.
c. Order dari tiap elemen pada subgrup sama dengan order dari elemen tersebut
pada grupnya.
4. Suatu himpunan bagian tak kosong H dari grup G adalah suatu subgrup dari G
bila dan hanya bila
a. jika a, b H maka a b H,
5. Suatu himpunan bagian H dari grup G adalah suatu subgrup dari G bila dan hanya
bila
b. a, b H, ab-1 H.
6. Suatu himpunan bagian H dari grup berhingga (finite) G adalah suatu subgrup dari
G bila dan hanya bila H tertutup terhadap operasi di G.
8. Suatu himpunan bagian tak kosong dari grup G baik itu subgrup maupun bukan
subgrup disebut kompleks dari G.
MODUL 5
GRUP SIKLIK
Tujuan Pembelajaran:
KEGIATAN BELAJAR
Pada kegiatan belajar sebelumnya telah dibahas suatu subgrup yang setiap
anggotanya dapat dinyatakan sebagai eksponen dari sebuah elemen tunggal pada
himpunan tersebut. Jadi, jika a anggota G maka H = {ak / k bilangan bulat} adalah
subgrup G. Subgrup khusus yang sedemikian disebut subgrup siklik dengan
pembangun a. Definisi formal diberikan berikut ini.
Definisi 5.1
H grup (H Subgrup dari G) dikatakan siklik jika dan hanya jika a ∊ H sedemikian
sehingga H = {ak / k bilangan bulat}.
Dalam hal ini, a disebut pembangun atau generator H. Dapat juga dinyatakan
dengan H = a yaitu H grup siklik dengan generator a.
Sebuah grup siklik dapat berhingga ataupun tidak berhingga tergantung kepada
banyaknya elemen yang berbeda pada grup tersebut.
Contoh 5.1.
1. Himpunan bilangan bulat genap adalah subgrup siklik dari grup penjumlahan
bilangan bulat Z. Jika subgrup ini dinotasikan dengan E maka E = 2 .
2. G = Z 6 , x6 dengan Z6 = { [0], [1], [2], [3], [4], [5]} adalah grup siklik dengan
1[1] = [1]
dan
1[5] = [5]
3. Grup G = {1, -1, i, -i} terhadap operasi perkalian adalah grup siklik.
62 PRODI – PENDIDIKAN MATEMATIKA – UMSU - 2020
MODUL STRUKTUR ALJABAR
+7 0 1 2 3 4 5 6
0 1 2 3 4 5 6
0
1 2 3 4 5 6 0
1
2 3 4 5 6 0 1
2
3 4 5 6 0 1 2
3
4 5 6 0 1 2 3
4
5 6 0 1 2 3 4
5
6 0 1 2 3 4 5
6
1.1 = 1
1.1 = 1 + 1 = 2
3.1 = 2 + 1 = 3
4.1 = 3 + 1 = 4
5.1 = 4 + 1 = 5
6.1 = 5 + 1 = 6
7.1 = 6 + 1 = 0
Jadi Z7 terhadap penjumlahan adalah grup siklik dengan generator 1 (Cari
generator yang lain!).
Teorema 5.1
Jika G grup siklik dengan generator a dan order dari G adalah n maka an = e dan
Teorema 5.2.
Bukti:
Misalkan G = a grup siklik yang dibangun oleh a.
Teorema 5.3.
Jika a adalah suatu elemen pembangun dari grup siklik G maka inversnya juga
pembangun dari G.
Bukti:
Misalkan G = a adalah grup siklik yang dibangun oleh a.
Jadi setiap elemen dalam G dapat dinyatakan sebagai eksponen dari a-1 .
Sehingga G = a 1 .
Teorema 5.4
Teorema 5.5
Suatu grup finit berorde n yang memuat suatu elemen berorde n pastilah siklik.
Teorema 5.6
Jika grup siklik G dibangun oleh suatu elemen a berorde n maka untuk suatu
bilangan bulat m, am adalah pembangun jika dan hanya jika m < n atau m dan n
relatif prima.
Contoh 5.2.
Jika G = a adalah grup siklik berorder 12. Pembagi dari 12 adalah 1, 2, 3, 4, 6 dan
a =G
a 6 = {a6, a12 = e}
a12 = e = {e}.
C. LATIHAN
Jika H = { e, ω}; K = {e, α}; L = {e, β}, I = {e, γ}. H, K, L dan I masing-masing adalah
himpunan bagian dari G dan merupakan subgrup siklik dari G maka tentukan
subgrup siklik dari G beserta pembangun dari subgrup tersebut.
D. EVALUASI
1. Himpunan bilangan bulat Z adalah grup siklik terhadap penjumlahan. Tentukan
pembangun dari grup siklik ini.
2. Untuk setiap nilai n berikut, tentukan generator dari grup siklik Zn terhadap
penjumlahan modulo n.
a. n = 8 b. n = 10
c. n = 12 d. n = 15
e. n = 16 f. n = 18
3. Untuk setiap nilai n berikut, tentukan semua subgrup dari grup siklik Z n terhadap
penjumlahan modulo n.
a. n = 8 b. n = 10
c. n = 12 d. n = 15
e. n = 16 f. n = 18
4. Tunjukkan bahwa H = {[2], [4], [6], [8]} Z10 membentuk grup siklik. Tentukan
semua generator dari H.
5. Apakah grup permutasi berderajat tiga S3 merupakan grup siklik?
6. Buktikan bahwa jika setiap elemen dari grup adalah inversnya sendiri maka grup
itu pastilah abelian.
7. Buktikan bahwa grup G adalah abelian jika ∀ ∈ dengan e
adalah elemen identitas di G.
8. Jika G = a grup siklik berorde 10. Tentukan generator dari G.
E. KUNCI JAWABAN
1. Himpunan bilangan bulat Z adalah grup siklik terhadap penjumlahan. Pembangun
dari grup siklik ini adalah 1 dan -1. Karena untuk sebarang n ∊ Z dapat dinyatakan
sebagai n = (-n) (-1). Dalam hal ini (-n)(-1) tidak menunjukkan hasil kali tetapi
merupakan kelipatan dari -1.
Grup siklik ini dinotasikan dengan Z = 1 dan Z = 1 .
Sebab (1 2 3)1 = (1 2 3)
(1 2 3)2 = (1 3 2) dan
(1 3 2)3 = (1).
Jadi H = (1 2 3) .
8. Jika G = a grup siklik berorde 10. Bilangan bulat positif kurang dari 10 dan
G. RANGKUMAN
1. H grup (H Subgrup dari G) dikatakan siklik jika dan hanya jika a ∊ H sedemikian
sehingga H = {ak / k bilangan bulat} dimana a disebut pembangun atau generator
H.
b. Jika a adalah suatu elemen pembangun dari grup siklik G maka inversnya juga
pembangun dari G.
e. Jika grup siklik G dibangun oleh suatu elemen a berorder n maka untuk suatu
bilangan bulat m, am adalah pembangun jika dan hanya jika m < n atau m dan n
relatif prima.
MODUL 6
Tujuan pembelajaran:
a. Mahasiswa dapat menentukan koset kiri dan koset kanan dari suatu subgrup yang
diberikan.
b. Mahasiswa dapat menentukan indeks dari suatu subgrup.
c. Mahasiswa dapat membuktikan sifat-sifat yang berlaku pada koset.
KEGIATAN BELAJAR
A. PENGERTIAN KOSET
Ketika membicarakan subgrup, hal yang perlu diingat adalah "jika G suatu grup dan
H subgrup dari G. Untuk a, b ∊ G dikatakan a kongruen b modulo H, (ditulis a = b
mod H) bila ab-1 ∊ H. Relasi a = b mod H adalah suatu relasi ekivalensi. Jika operasi
pada elemen-elemen dalam G suatu penjumlahan, maka a = b mod H". Jika H
subgrup dari G berarti a - b ∊ H.
Definisi 6.1
Jika H adalah subgrup G dan a elemen sebarang dalam G maka himpunan semua
elemen yang berbentuk ha, h ϵ H disebut koset kanan dari H dalam G.
Dengan cara yang sama himpunan elemen yang berbentuk ah untuk h ϵ H disebut
koset kiri dari H dalam G, dinyatakan dengan aH. Dinotasikan dengan
Ha = {ha / h ϵ H} disebut koset kanan dan aH = {ah / h ϵ H} disebut koset kiri dari H
dalam G.
Contoh 6.1.
1 x H = {-1, 1} = H
-1 x H = {1, -1} = H
i x H = {-i, i}
-i x H = {i, -i}
H x 1 = {-1, 1} = H
H x -1 = {1, -1} = H
H x i = {-i, i}
H x -i = {i, -i}
Pada grup pertama, koset-koset kanan membentuk suatu partisi dari S3 ke dalam
himpunan bagian-himpunan bagian dimana setiap himpunan bagian mempunyai dua
elemen. Demikian halnya dengan koset kiri. Dapat dilihat bahwa tidak ada koset kiri
yang sama dengan koset kanan, sebagai contoh (123) H ≠ H (123). Sementara
pada Z12 koset-koset kanan membentuk suatu partisi ke dalam dua himpunan bagian
dimana setiap himpunan bagian mempunyai enam elemen. Demikian halnya dengan
koset kiri. Dapat dilihat bahwa koset kiri sama dengan koset kanan, seperti H0 = 0H,
H1 = 1H dan seterusnya. Demikian juga pada grup yang ketiga, koset-koset kanan
membentuk suatu partisi ke dalam dua himpunan bagian dimana setiap himpunan
bagian mempunyai dua elemen. Demikian halnya dengan koset kiri. Dapat dilihat
bahwa koset kiri sama dengan koset kanan.
B. SIFAT-SIFAT KOSET
Teorema 6.1
Hh = H dan hH = h.
Bukti :
h‟ ϵ H, h ϵ H, H subgrup G h‟h ϵ H
Hh ⊆ H ..….................................................i)
h‟ ϵ H, h‟ = h‟ e, dengan e identitas.
= h‟ (h-1 h)
= (h‟ h-1 ) h
ϵ Hh
Teorema berikut ini adalah syarat perlu dan cukup supaya dua koset sama.
Syarat ini berguna ketika akan menyelidiki, apakah dua elemen memuat koset yang
sama. Teorema ini hanya berlaku untuk koset kanan saja.
Teorema 6.2
Jika H adalah subgrup dari grup G dan jika a dan b elemen-elemen dari G maka
penyataan berikut ekivalen.
Teorema 6.3
Jika H adalah subgrup dari G maka koset-koset kanan dari H dalam G membentuk
partisi pada G.
Definisi 6.2.
Jika H subgrup dari grup finit G maka banyaknya koset kanan (kiri) H dalam G
Teorema 6.4
Jika H subgrup dari grup G maka terdapat korespondensi satu-satu antara sebarang
dua koset kanan (kiri) dari H dalam G.
f (h1 a) = f(h2 a) → h1 b = h2 b
→ h1 = h2 [ melalui kansellasi]
→ h1 a = h2 a.
→ ha ∈ Ha.
Jadi, terdapat korespondensi satu-satu antara sebarang dua koset kanan dari H
dalam G.
Jika H adalah subgrup dari grup berhingga G maka order dari H adalah pembagi
dari order G.
Contoh 6.2.
atau 6. S3 tidak akan mempunyai subgrup berorde 4 atau 5. Grup berorder 7 hanya
mempunyai dua subgrup, yaitu {e} berorder 1 dan grup itu sendiri.
Jika G grup finit dan a ∈ G maka order dari a adalah pembagi dari order G.
D. LATIHAN
Tentukan Koset kiri dan koset kanan dari K dalam G dan tentukan indeks dari K
dalam G.
E. EVALUASI
1. Tentukan koset-koset kanan dari [4] dalam Z8 dan indeks dari subgrup ini.
4. Diketahui G = S3 dan H = (1 3) .
(c) Buktikan bahwa koleksi koset-koset kanan berbeda dengan koleksi koset-
koset kiri.
Jika H = {(1), (23)} maka tentukan koset kiri dan kanan dari H dalam G
6. Buktikan bahwa jika H subgrup dari grup Abelian G dan a ∊ G maka koset kanan
dari H sama dengan koset kiri dari H.
KUNCI JAWABAN
H0 = {0, 4} = H 0H = {0, 4} = H
H1 = {1, 5} 1H = {1, 5}
H2 = {2, 6} 2H = {2, 6}
H3 = {3, 7} 3H = {3, 7}
H4 = {0, 4} = H 4H = {0, 4} = H
H5 = {1, 5} = H1 5H = {1, 5} = 1H
H6 = {2, 6} 6H = {2, 6}
H7 = {3, 7} = H3 7H = {3, 7} = 3H
H = {(1), (23)}. Setiap elemen dari grup tersebut dapat dinyatakan sebagai koset
tetapi himpunan-himpunan itu tidak semuanya berbeda. Terdapat tiga koset
kanan yang berbeda dari H dalam S3 yaitu:
Dengan cara yang sama, terdapat tiga koset kiri yang berbeda dari H dalam S 3
yaitu:
RANGKUMAN
1. Jika H adalah subgrup G dan a elemen sebarang dalam G maka himpunan semua
elemen yang berbentuk ha, h ϵ H disebut koset kanan dari H dalam G dan semua
elemen yang berbentuk ah disebut koset kiri dari H dalam G.
Hh = H dan hH = h.
3. Jika H adalah subgrup dari grup G dan jika a dan b elemen-elemen dari G maka
penyataan berikut ekivalen.
4. Jika H adalah subgrup dari G maka koset-koset kanan dari H dalam G membentuk
partisi pada G.
5. Jika H subgrup dari grup berhingga G maka banyaknya koset kanan (kiri) H dalam
G yang berbeda disebut indeks dari H dalam G.
7. Jika H adalah subgrup dari grup berhingga G maka order dari H adalah pembagi
dari order G.
8. Jika G grup berhingga dan a ∈ G maka order dari a adalah pembagi dari order G.
MODUL 7
SUBGRUP NORMAL
Tujuan pembelajaran:
KEGIATAN BELAJAR 1
SUBGRUP NORMAL
Definisi 7.1
Suatu subgrup H dari grup G adalah normal jika setiap koset kiri dari H dalam G
sama dengan koset kanan dari H dalam G, yakni
Sebagai kasus khusus, jika grup tersebut adalah komutatif maka setiap subgrupnya
adalah normal. Sedangkan, jika grup tersebut tidak komutatif maka subgrup dari grup
tersebut merupakan subgrup normal dan bukan subgrup normal.
Contoh 7.1.
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Jika f1 = , f2 = , f3 =
1 2 3 1 3 2 2 1 3
1 2 3 1 2 3 1 2 3
f4 = , f5 = , f6 = .
2 3 1 3 1 2 3 2 1
Koset kiri dan koset kanan dari A3 dalam P3 dapat dilihat berikut ini.
Sehingga A3 ∘ f1 = f1 ∘ A3 = A3
Sehingga A3 ∘ f2 = f2 ∘ A3 .
Sehingga A3 ∘ f3 = f3 ∘ A3 .
Sehingga A3 ∘ f4 = f4 ∘ A3 .
Sehingga A3 ∘ f5 = f5 ∘ A3 .
Sehingga A3 ∘ f6 = f6 ∘ A3 .
Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa koset kiri A3 dalam P3 sama dengan
koset kanan A3 dalam P3 .
2. Jika G = ⟨Z12 , +12 ⟩ adalah grup dan H= ⟨{0, 2, 4, 6, 8, 10}, +12 ⟩ maka H adalah
subgrup normal dari G karena koset kiri dari H dalam G sama dengan koset
kanan dari H dalam G (Lihat bahan ajar grup siklik).
3. Setiap subgrup dari grup komutatif pastilah normal. Jika H Subgrup dari grup
komutatif G maka ∀x ∈ G berlaku
xH = {xh / h ∈ H}
= {hx / h ∈ H} [∵ G komutatif]
= Hx
B. SUBGRUP SEDERHANA
Definisi 7.2
Suatu grup G ≠ {e} dikatakan sederhana jika tidak mempunyai subgrup normal
sejati atau dinyatakan dengan
Bukti : Karena setiap grup berorder prima tidak mempunyai subgrup sejati maka
tentu grup tersebut tidak mempunyai subgrup normal sejati.
Teorema 7.1
G grup.
Bukti:
xHx-1 = H ∀x ∈ G.
xhx-1 ∈ H ∀x ∈ G dan h ∈ H.
xh ∈ Hx ∀x ∈ G dan h ∈ H.
xH ⊆ Hx ∀x ∈ G ……………………i).
x-1 hx ∈ H ∀x ∈ G dan h ∈ H.
hx ∈ xH ∀x ∈ G dan h ∈ H.
Hx ⊆ xH ∀x ∈ G ……………………..ii)
80 PRODI – PENDIDIKAN MATEMATIKA – UMSU - 2020
MODUL STRUKTUR ALJABAR
Hal ini berarti setiap koset kiri dari H dalam G sama dengan koset kanan dari H
dalam G. Sesuai definisi H subgrup normal dari G.
C. LATIHAN
Buktikan bahwa
Subgrup H dari grup G adalah subgrup normal jika dan hanya jika
xHx-1 = H, ∀x ∈ G.
Bukti:
xH = Hx ∀x ∈ G xHx-1 = Hxx-1 ∀x ∈ G
xHx-1 = He ∀x ∈ G
xHx-1 = H ∀x ∈ G
xHx-1 = H ∀x ∈ G (xHx-1 ) x = Hx ∀x ∈ G.
xH (x-1 x) = Hx ∀x ∈ G.
xH e = Hx ∀x ∈ G.
xH = Hx ∀x ∈ G.
H normal.
KEGIATAN BELAJAR 2
Teorema 7.3
Subgrup H dari grup G adalah subgrup normal dari G jika dan hanya jika hasil kali
dua koset kanan (kiri) dari H dalam G adalah koset kanan (kiri) dari H dalam G.
Teorema 7.4
Jika H adalah subgrup dari grup G maka pernyataan berikut adalah ekivalen.
i) xH = Hx ∀x ∈ G,
iii) xHx-1 = H ∀x ∈ G.
iv) himpunan dari koset kanan (kiri) dari H dalam G tertutup terhadap
perkalian koset.
Teorema 7.5
Hasil kali dari sebarang dua subgrup normal dari suatu grup adalah juga subgrup
normal dari grup yang sama.
Bukti:
Ini berarti HK ≠ ∅.
= h1 h2-1 h2 k1 k2 -1 h2 -1
Karena k1 , k2 ∈ K maka k1 k2 -1 ∈ K.
Teorema 7.6
Jika H subgrup dari grup G dan K subgrup normal dari grup G maka
B. LATIHAN
Tentukan semua subgrup dari grup tersebut. Kemudian pilih dua subgrup non trivial
dari grup itu, katakan H dan K.
C. EVALUASI
1. Misal G = = {e, a, b, c} dengan operasi perkalian matriks, dengan
KUNCI JAWABAN
a=( ), b = ( ), dan c = ( ).
eee-1 = ( )( )( )=( ) = e N.
eae-1 = ( )( )( )=( )= a N.
aea-1 = ( )( )( )=( ) = e N.
aaa-1 = ( )( )( )=( ) = a N.
beb-1 = ( )( )( )=( ) = e N.
bab-1 = ( )( )( )=( ) = a N.
cec-1= ( )( )( )=( ) = e N.
cac-1 = ( )( )( )=( ) = a N.
RANGKUMAN
1. Suatu subgrup H dari grup G adalah normal jika setiap koset kiri dari H dalam G
sama dengan koset kanan dari H dalam G.
3. Suatu grup G ≠ {e} dikatakan sederhana jika tidak mempunyai subgrup normal
sejati.
6. Subgrup H dari grup G adalah subgrup normal jika dan hanya jika
xHx-1 = H, ∀x ∈ G.
7. Subgrup H dari grup G adalah subgrup normal dari G jika dan hanya jika hasil kali
dua koset kanan (kiri) dari H dalam G adalah koset kanan (kiri) dari H dalam G.
8. Jika H adalah subgrup dari grup G maka pernyataan berikut adalah ekivalen.
9. Hasil kali dari sebarang dua subgrup normal juga subgrup normal dari grup yang
sama.
10. Jika H subgrup dari grup G dan K subgrup normal dari grup G maka
MODUL 8
HOMOMORFISME GRUP
Tujuan Pembelajaran:
KEGIATAN BELAJAR 1
HOMOMORFISME GRUP
Suatu hormomorfisme adalah suatu pemetaan dari suatu sistem aljabar yang satu ke
sistem aljabar yang sejenis tanpa mengubah struktur. Pada homomorfisme grup
pemetaan dilakukan dari suatu grup ke grup. Grup ini boleh grup yang sama dan
mungkin grup yang berbeda. Pemetaan ini tidak harus merupakan pemetaan satu-
satu atau pemetaan yang onto. Berikut ini diberikan definisi formal.
Definisi 8.1
Jika G grup dengan operasi ⋆ dan H adalah suatu grup dengan operasi # maka suatu
pemetaan : G H adalah homomorfisme jika dan hanya jika
G H
a φ(a)
b φ(b)
Teorema 8.1.
Misalkan G adalah grup dengan operasi dan H grup dengan operasi #. Misalkan 𝛉
: G H adalah suatu pemetaan sedemikian sehingga
Maka
(a) 𝛉 (eG ) = eH .
Bukti:
Jadi 𝛉(G) ≠ ∅.
= 𝛉 (a) 𝛉(b-1)
= 𝛉 (ab-1 )
ϵ 𝛉(G)
Teorema 8.2
Bukti:
a‟ b‟ = 𝛉(a) 𝛉(b)
= 𝛉 (a b)
= 𝛉 (b a)
= 𝛉(b) 𝛉(a)
= b‟ a‟.
C. LATIHAN
(a) = 2a, ∀a ϵ Z.
Bukti:
Ambil sebarang a, b ϵ Z.
Maka (a) = 2a
(b) = 2b.
(a + b) = 2 (a + b) = 2a + 2b = (a) + (b).
3. Misalkan G suatu himpunan semua bilangan real yang bukan nol. G terhadap
operasi perkalian merupakan grup. G‟ = {1, -1} terhadap operasi perkalian
merupakan grup. Didefinisikan 𝛉 : G G‟ oleh
Ambil sebarang a, b ϵ G.
Maka:
a. Jika a, b bilangan real positif maka ab bilangan real positif pula. Sehingga
𝛉 (ab) = 1 = 1. 1 = 𝛉 (a) 𝛉 (b).
b. Jika a bilangan real positif dan b bilangan real negatif maka ab bilangan
real negatif. Sehingga 𝛉 (ab) = -1 = 1. -1 = 𝛉 (a) 𝛉 (b).
c. Jika a bilangan real negatif dan b bilangan real negatif maka ab bilangan
real positif. Sehingga 𝛉(ab) = 1 = - 1. -1 = 𝛉(a) 𝛉(b).
Jadi 𝛉 homomorfisme.
KEGIATAN BELAJAR 2
Definisi 8.2
Teorema 8.3
Jadi Ker 𝛉 ≠ ∅.
Jadi ab ϵ Ker 𝛉.
Atau 𝛉(ab-1 ) = eH .
Jadi 𝛉 satu-satu.
Teorema 8.4
Jika G dan H grup dan 𝛉: G H adalah suatu homomorfisme maka Ker 𝛉 subgrup
normal dari G.
Bukti:
= 𝛉(g) e 𝛉(g)-1
B. ISOMORFISME
Definisi 8.3
C. AUTOMORFISME
Definisi 8.4
Suatu isomorfisme dari grup onto grup itu sendiri disebut suatu automorfisme.
Jadi, suatu pemetaan satu-satu ∅ dari grup G onto grup itu sendiri disebut
automorfisme jika (ab) = (a) (b) ∀a, b ∈ G.
Contoh 8.2
φ bukan pemetaan yang onto, karena peta dari sebarang bilangan bulat adalah
bilangan bulat genap.
Maka ( z1 ) = ( z2 ) z1 z2 z1 = z2
(z) = ( z ) = z
( z1 z2 ) z1 z2 z1 z2 = (z1) (z2).
D. LATIHAN
Jika G grup himpunan bilangan bulat modulo empat terhadap penjumlahan modulo 4
dan G' adalah grup himpunan akar-akar bilangan kompleks 1 terhadap perkalian.
Didefinisikan suatu pemetaan φ dari G ke G' yaitu : G G' oleh (0) = 1; (1) =
i ; (2) = -1 dan (3) = -i sebagaimana yang diperlihatkan pada Tabel 8.1 dan
tabel 8.2 berikut.
+4 0 1 2 3
0 0 1 2 1
{ 1, i, 1, i}, x
2 2 3 0 1
3 3 0 1 2 x 1 i -1 -i
1 1 i -1 -i
i i -1 -i 1
-1 -1 -i 1 i
-i -i 1 i -1
E. EVALUASI
1. Untuk soal yang berikut ini, tunjukkan pemetaan yang termasuk homomorfisme
dan jika merupakan homomorfisme tentukan kernelnya.
a b
4. Misalkan G adalah grup matriks real berordo 2 x 2
c sedemikian
d
a b
Didefinisikan φ : G G oleh φ
c = ad - bc.
d
a b
5. Diketahui G = ⟨Z, +⟩ dan G‟ = / ad bc 0, a, b, c, d R , xM
c d
1 0
Didefinisikan : G G‟ oleh (x) =
x , x G.
1
Kunci Jawaban
c. Bukan homomorfisme.
d. Bukan homomorfisme.
Bukti:
∅ : 𝓡p 𝓡 oleh ∅(x) = 10
log x, ∀xϵ 𝓡p.
10
∅(y) = log y,
∅(xy) = 10
log xy 10
log x 10
log y
= ∅(x) + ∅(y)
Bukti:
Maka 𝛉 ((a,b)) = b.
𝛉 ((c,d)) = d.
= bd
= 𝛉 ((a,b)) 𝛉((c,d))
1 0
5. Kernel dari adalah
.
0 1
8. Kernel 𝛉 = {(0,0)}.
Rangkuman
1. Jika G grup dengan operasi ⋆ dan H adalah suatu grup dengan operasi # maka
suatu pemetaan : G H adalah homomorfisme jika dan hanya jika (a ⋆ b) =
(a) # (b), ∀a, b ϵ G.
𝛉 (a b) = 𝛉 (a) # 𝛉 (b), ∀ a, b ϵ G.
Maka
(a) 𝛉 (eG ) = eH .
9. Suatu isomorfisme dari grup onto grup itu sendiri disebut suatu automorfisme.
DAFTAR PUSTAKA
Penulis meraih gelar Sarjana Pendidikan Matematika dari IKIP Negeri Medan tahun
1990. Tahun 2000, memperoleh gelar Magister Pendidikan Matematika dari Universitas
Negeri Surabaya. Selanjutnya pada tahun ajaran 2016/2017 genap penulis mengikuti
pendidikan di Program Studi Doktor Ilmu Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Nopember tahun 2019 lulus dalam
ujian tertutup di Program studi Doktor tersebut. Tugas sebagai Aparatur Sipil Negara
dimulai ketika tahun 1991 diangkat menjadi Staf Pengajar Kopertis Wilayah VII
Surabaya dpk pada IKIP PGRI Madiun. Tahun 1995 mutasi ke Kopertis Wilayah I
Medan. Pada tahun 2004 sampai sekarang menjadi Staf pengajar LLDikti Wilayah I
Medan dipekerjakan pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.. .