Anda di halaman 1dari 13

Volume 11. Nomor 2.

December 2016

Pandecta
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pandecta

Problematika Kebijakan Syariat Islam di Aceh Berdasarkan


Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 2010

Nellis Mardhiah 

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Teuku Umar, Meulaboh Aceh Barat, Indonesia
DOI: http://dx.doi.org/10.15294/pandecta.v11i1. 7859

Info Artikel Abstrak


Article History: Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 2010 tentang Peraturan Penegakan Syariat Islam
Received : June 2016; dalam pemakaian busana Islam di Kabupaten Aceh Barat. PERBUP ini adalah menja-
Accepted: November 2016; di pokok permasalahan yang utama dalam penelitian ini. Penerapan peraturan terse-
Published: December 2016
but menjadi kontradiksi di kehidupan masyarakat dalam memahami dan mematuhi
Keywords: kebijakan tersebut. Permasalahan lain dalam qanun syariat islam yang diterapkan di
Identifikasi; Kebijakan; Provinsi Aceh dan khususnya Kabupaten Aceh Barat adalah belum diberlakukannya
Syariat Islam aturan kepada Warga Negara Asing yang melanggar norma-norma syariat islam. Pe-
nelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan sosial
yang dialami masyarakat terkait pelaksanaan peraturan Syariat Islam di masyarakat
Aceh Barat. Pendekatan penelitian ini menggunakan kualitatif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa permasalahan sosial penerapan Syariat Islam di Kabupaten di
Aceh Barat pasca pemberlakukan peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 2010 belum
berjalan secara maksimal karena terjadi peningkatan kasus-kasus yang signifikan
dari tahun 2011-2015. Pelanggaran-pelanggaran terhadap penerapan syariat Islam
tersebut diantaranya disebabkan oleh kelemahan sosialisasi ke masyarakat dalam
penerapan kebijakan dan kurangnya anggaran operasional, sehingga implementasi
kebijakan tidak berjalan dengan baik. Selain itu ada juga intervensi kelompok aktivis
Hak Asasi Manusia yang meyakini bahwa hukum syariat Islam yang diterapkan di
Aceh adalah melanggar HAM.

Abstract
Regent Regulation No. 5 of 2010 on the Regulation of Enforcement of Islamic Sharia
in the use of Islamic dress in the District of West Aceh. This is a key issue in this re-
search. The implementation of the regulation becomes a contradiction in the life of
the community in understanding and complying with the policy. Another problem in
qanun syariat Islam that is applied in Aceh Province and especially West Aceh regency
is not yet enforced rules to foreign citizen who violate norms of Islamic sharia. This
study aims to identify and analyze social problems experienced by the community
related to the implementation of Islamic Sharia rules in the people of West Aceh. This
research approach uses qualitative. The results of this study indicate that the social
problem of the implementation of Islamic Sharia in the District in West Aceh after the
enactment of Regulation No. 5 of 2010 has not been running maximally due to the
increase of significant cases from 2011-2015. Violations against the implementation
of Islamic Sharia are caused by the weakness of socialization to the community in the
implementation of the policy and the lack of operational budget, so the implementa-
tion of the policy is not going well. In addition there are also intervention groups of
human rights activists who believe that Islamic sharia law applied in Aceh is a violation
of human rights.

 © 2016 Universitas Negeri Semarang


Address : lue Peunyareng, Meulaboh Aceh Barat, Indonesia, 23614 ISSN 1907-8919 (Cetak)
e-mail : nellismardhiah@gmail.com ISSN 2337-5418 (Online)
Pandecta. Volume 11. Nomor 2. December 2016

1. Pendahuluan tahan Amerika Syarikat. Dalam keadaan ini,


pelaksanaan bagi penghasilan pelaksanaan
Perumusan kebijakan publik merupa- kebijakan melihat kepada sejauh mana ke-
kan proses yang penting dilakukan. Proses ini berhasilan proses pembuatan kebijakan pub-
dimulai daripada penyusunan agenda (agen- lik dilaksanakan (Ferman, 1990).
da-setting), kemudian formulasi kebijakan Bagaimana pula dengan administrasi
(policy formulation) pengesahan kebijakan kebijakan publik di negara Indonesia tepat-
(policy legitimation), implementasi kebijakan nya wilayah Aceh. Telah bersediakah peme-
(policy implementation) dan evaluasi (poli- rintah Aceh mengangani perkara tersebut?
cy evaluation) (Dye, 2011; Kraff & Furlong, Kesediaan pihak pemerintah, khususnya
2013). Ilmu kebijakan publik telah muncul pembuat kebijakan terhadap perkara terse-
sekitar 1960an. Ilmu kebijakan publik ber- but. Walau bagaimanapun mengenai proses
kembang hasil perwujudan bidang admi- pembuatan kebijakan publik secara umum-
nistrasi publik di Amerika Syarikat dan tulisan nya, namun ia lebih menekankan kepada
beberapa sarjana sains politik seperti Herring proses dan tahapan yang bermula daripada
(1936) dan Lasswell (1951). penstrukturan masalah kebijakan di peringkat
Walaupun ilmu ini telah muncul ber- penetapan agenda (agenda setting) dan pro-
dekad yang merupakan penelitian empirikal ses formulasian kebijakan (policy formulati-
terhadap dimensi pembuatan kebijakan pub- on) yang berkesan adalah penting. Ini kerana
lik masih belum banyak dilakukan. Namun, proses pembuatan kebijakan umumnya satu
telah ada kesadaran yang menekankan ke- proses yang berada dalam tahapan-tahapan
perluan memahami serta menerangkan pe- kebijakan. Proses perumusan kebijakan me-
rumusan kebijakan sebuah negara dengan mainkan peranan penting dalam perumusan
lebih mendalam. Ini berdasarkan rumusan kebijakan yang sistematik serta yang menja-
penelitian yang dilakukan oleh beberapa di pertimbangan berbagai pilihan kebijakan
penulis tentang masalah-masalah umum pe- (Dye, 2011). Maka oleh itu, dalam penelitian
rumusan kebijakan misalnya oleh Curtain ingin melihat kebijakan syariat Islam di Aceh
(2000), Afrefon (2004) dan Basherina (2008). melalui Menurut Thomas R. Dye (1995) dan
Kesadaran tentang keperluan tersebut James Anderson (2008) dalam menidentifi-
ditambah lagi dengan keadaan kehidupan kasi permasalahan syariat Islam hingga sam-
rakyat di semua negara pada hari ini yang pai pada saat ini masih menjadi kontradiksi,
berhadapan dengan proses serta impak glo- meskipun proses kebijakan syariat Islam ini
balisasi yang rencam, menyebabkan bebe- sudah berawal dari undang-undang Nomor
rapa penulis seperti Kraft & Furlong (2013) 44 Tahun 1999 Tentang Keistimewaan Aceh,
berpendapat bahawa perlu ada lebih kepe- salah satunya adalah adanya kebijakan syari-
kaan dari pihak perumusan kebijakan pub- at Islam yang telah diterjemahkan dalam Qa-
lik dan pengesahan kebijakan publik kepada nun Aceh. Serta Undang-Undang Nomorc
masalah-masalah utama yang memberi kesan 18 Tahun 2001 Tentang Otonomi khusus
negatif kepada pembangunan rakyat. Perny- wilayah Aceh, juga memuatkan syariat Islam.
ataan ini juga menambah bahawa kebijakan Pendekatan analisis teori dalam pen-
yang diformulasikan secara cuai akan gagal elitian ini adalah menurut Thomas R. Dye
dilaksanakan (Kraft & Furlong, 2013). (1995) dan James Anderson (2008) ada tiga
Kegagalan pelaksanaan sesuatu kebi- alasan yang melatarbelakangi kebijakan pub-
jakan boleh juga berawal dari proses peru- lik adalah pertama; pertimbangan atau ala-
musan kebijakan yang tidak efisien (Ferman, san ilmiah (scientific reasons). Kebijakan pub-
1990). Tantangan ini telah lama dihadapi lik dipelajari dalam rangka untuk menambah
dalam administrasi publik di negara-negara pengetahuan yang lebih mendalam. Mulai
maju. Misalnya di Amerika Syarikat Ferman asalnya, prosesnya, perkembangannya, ser-
(1990) menjelaskan bahawa pelaksanaan ta akibat-akibat yang ditimbulkan bagi ma-
kebijakan publik adalah salah satu peringkat syarakat (Anderson, James E. 2008). Proses
semakan kebijakan di dalam sistem pemerin- perumusan kebijakan menurut Freemen dan

148
Nellis Mardhiah, Problematika Kebijakan Syariat Islam di Aceh Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 5...

Sherwood yang mengembangkan model C, dan konteks institusional sebagai tindakan di


yakni model proses pengembangan kebija- lingkungan masyarakat.
kan (social-policy development process mo- Menurut Michael scriven (1969)“Pen-
del) mengkemas proses pembuatan kebija- gevaluasi harus mengevaluasi” merupakan
kan ke dalam 3 tahapan adalah identifikasi, penilaian itu sendiri tetapi sekaligus juga me-
implementasi dan evaluasi. rupakan tautology. Karena itu lupakan ang-
Menurut Freemen dan Sherwood da- gapan bahwa evaluasi merupakan persoalan
lam buku (Suharto, 2010: 78) Identifikasi opini atau selera .Evaluasi merupakan perso-
adalah masalah dan kebutuhan yang meru- alan fakta dan logika dan lebih penting dari
pakan tahap pertama dalam perumusan ke- yang paling penting (Dunn ,1992).
bijakan sosial adalah mengumpulkan data Evaluasi dalam artian singkat guna un-
mengenai permasalahan sosial yang dialami tuk melihat sejauhmana program kebijakan
masyarakat dan mengidentifikasi kebutuhan- meraih dampak yang diinginkan. Perubahan
kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi kebijakan merupakan tahap selanjutnya se-
(unmet needs). telah evaluasi setelah masalah-masalah tim-
Menurut Van Meter dan Van Horn bul atau kegagalan-kegagalan kebijakan bisa
(1975) dalam (Agustino, 2006: 138) Imple- diidentifikasi, sehingga ada siklus perubahan
mentasi kebijakan merupakan suatu proses kebijakan.
yang begitu kompleks bahkan tidak jarang Adapun fungsi evaluasi kebijakan
bermuatan politis dengan adanya intervensi memainkan sejumlah fungsi utama dalam
berbagai-bagai kepentingan. Serta tindakan menganalisis kebijakan. Pertama; evaluasi
yang dilakukan baik oleh individu-individu memberikan informasi yang valid dan dapat
atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelom- dipercaya mengenai kinerja kebijakan yaitu
pok pemerintah atau swasta yang diarahkan seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesem-
peda terciptanya tujuan-tujuan yang telah patan telah dapat di capai melalui tindakan
digariskan dalam kebijaksanaan. Serta imple- publik. Maka dalam hal ini evaluasi mengung-
mentasi itu dianggap sederhana meski ang- kapkan seberapa jauh tujuan lah tertentu dan
gapan ini menyesatkan. Dengan kata lain, target tertentu telah di capai. Kedua; evalu-
kelihatannya tidak mengandung isu-isu besar asi memberikan sumbangan pada klarifikasi
(Van Meter dan Van Horn, 1975: 450). dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari
Problem implementasi diasumsikan pemilihan tujuan dan target. Ketiga; evaluasi
sebagai sebuah deretan keputusan dan inter- member sumbangan pada aplikasi metode-
aksi sehari-hari yang tidak terlalu perlu men- metode analisis kebijakan lainnya termasuk
dapatkan perhatian dari pada sarjana yang perumusan masalah dan rekomendasi.
mempelajari politik. Implemetasi kebijakan Begitu pula, di Kabupaten Aceh Barat
yang dilakukan mengulaskan melalui pende- secara khususnya dalam pelaksanaan syariat
katan yang berbeda-beda untuk analisis ten- Islam dikembang dalam salah satu intruksi
tang bagaimana kebijakan dilaksanakan dan yang secara khusus yaitu, berdasarkan Pera-
dipraktikkan (Pearson, 2006: 463). turan Bupati Nomor 5 Tahun 2010 Tentang
Persoalan dalam pendekatan di atas Penegakan Syariat Islam dalam pemakaian
membawa maksud adalah kerangka Top- busana Islam di Kabupaten Aceh Barat.
Down dan Bottom-up bahwa kerangka itu Pelaksanaan syariat islam di Aceh Ba-
cenderung menyederhanakan kompleksitas rat secara umumnya memiliki tantangan
implementasi. Dua model awal yang mema- dan kelemahan dalam implementasinya.
dukan dan mengembangkan pandangan dari Sejumlah perundang-undangan syariat islam
kedua pendekatan tersebut adalah model di Aceh barat baik bentuk qanun maupun
yang dikembangkan oleh Lewis dan Flynn peraturan bupati. Salah satu qanun yaitu qa-
(1978). Lewis dan Flynn mengajukan sebuah nun nomor 11 tahun 2002 (memuat busana
model beheviorial yang memandang imple- islami), Qanun nomor 12 tahun 2003 (mela-
mentasi sebagai “tindakan” (action) dari indi- rang penggunaan alcohol), Qanun nomor 13
vidu yang dibatasi oleh dunia luar organisasi tahun 2003 (melarang perjudian) dan qanun

149

Pandecta. Volume 11. Nomor 2. December 2016

nomor 14 tahun 2003 melarang melakukan syariat islam .


khalwat. Dari keseluruhan pelaksanaaan Qa-
nun diatas secara signifikan belum menun- 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
jukkan hasil yang maksimal dalam penerapan Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 2010
pelaksanaan syariat islam. Tentang Penegakan Syariat Islam dalam Pe-
Namun sejauh ini kebijakan tersebut makaian Busana Islam di Kabupaten Aceh
belum menghasilkan sesuai dengan keteta- Barat didorong oleh Aceh sebagai sebuah
pan kebijakan untuk itu di dalam permasa- wilayah dalam Indonesia yang beridentitikan
lahan ini menekankan kepada implementasi “kesatuan masyarakat hukum yang bersifat
dan evaluasi terhadap kebijakan tersebut. istimewa dan diberikan kuasa khusus un-
Oleh karena itu secara mendalam ada bebe- tuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
rapa permasalahan yang akan dijawab dalam administrasi dan kepentingan masyarakat
penelitian ini yaitu : Bagaimana identifikasi setempat”(Undang-Undang Nombor 11 Ta-
permasalahan di masyarakat tidak maksi- hun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, Pasal
malnya penerapan kebijakan syariat Islam di 1: 4. Lembaran Negara Republik Indonesia
Aceh Barat? Tahun 2006 Nombor 62, Tambahan Lem-
2. Metode Penelitian baran Negara Republik Indonesia Nombor
4633). Ia menguatkuasakan peraturan pe-
Pendekatan yang digunakan da- makaian pakaian Islam kepada masyarakat
lam penelitian ini adalah kualitatif yang Muslim di Aceh Barat termasuk masyarakat
membawa maksud “perkara yang berbe- bukan Muslim (dari luar atau warga asing)
da kepada orang yang berbeda” (Tesch, yang memasuki wilayah tersebut. Pelaksa-
1990: 3; Lichtman, 2013:7). Penelitian naan PERBUP terbina daripada 11 bahagian
ini mengadaptasikan pendekatan kuali- sebagaimana berikut:
tatif menurut kepentingan isu kebijakan i. Ketentuan umum; Pasal 1 ini menegas-
(Brayman & Burgess, 1999: 184). Lo- kan syariat Islam sebagai tanggung jaw-
kasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ab pemerintahan daerah Aceh Barat.
Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan Pelaksanaan syariat Islam ini berlaku
di Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh. dalam semua aspek kehidupan bagi
Aceh barat terdiri dari 12 kecamatan dan Muslim dan Muslimah yang sudah
322 desa. Waktu pelaksanaan penelitian baligh.
akan dimulai pada Bulan Mei 2015- April ii. Asas dan tujuan; Pasal 2 dan 3 men-
2017. Jenis dan Sumber Data Penelitian egaskan bahawa asas dalam pelaksa-
ini menggunakan data primer dan sekun- naan syariat Islam telah diatur dalam
der. Data primer adalah hasil wawancara al-Quran dan Hadis.
secara mendalam dan langsung informan iii. Norma dan etika berbusana; Pasal 4
kunci yang berkaitan dengan Bupati, menegaskan bahawa Muslim dan Mus-
Mantan Bupati Aceh Barat, tokoh Ula- limah harus memenuhi norma dan
ma, akademisi, Dinas Syariat Islam, Dinas etika berbusana tanpa mengabaikan
pendidikan. Pengumpulan data primer nilai-nilai estetika iaitu busana-busa-
dengan menggunakan instrumen peneli- na yang disesuaikan dengan keadaan,
tian, yaitu interview guide dan wawanca- waktu dan tempat.
ra tak tersruktur. iv. Ruang lingkup berlakunya busana Is-
Selanjutnya untuk memperdalam data lam: Pasal 5 menegaskan bahawa pe-
primer dari masyarakat maka perlu wawan- makaian busana Islam dikenakan ke-
cara mendalam dengan aparatur gampong pada masyarakat Muslim di daerah
dan tokoh adat yang akan dibuat dalam ben- Aceh Barat dan Muslim dari luar yang
tuk FGD. Adapun data sekunder diambil dari memasuki wilayah Aceh Barat.
beberapa literatur seperti jurnal dan buku- v. Sasaran; Bahagian ini terdiri daripa-
buku yang berkaitan dengan pelaksanaaan da Pasal 6, Pasal 7 Pasal 8 dan Pasal

150
Nellis Mardhiah, Problematika Kebijakan Syariat Islam di Aceh Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 5...

9. Pasal 6 memberi perhatian kepa- kaedah keputusan hal-hal yang belum


da jenis-jenis busana Islam yang bo- diatur dalam peraturan ini.
leh dipakai oleh lelaki dan wanita. Pas- Kenyataan ini dapat dilihat dari berba-
al 7: menekankan kepada jenis-jenis gai tantangan yang di hadapi oleh pemerin-
busana untuk kelompok masyarakat tah dengan sejumlah kasus dalam pelangga-
yang terdiri daripada kumpulan profe- ran syariat islam. Kasus pelanggaran syariat
sional, pekerja, pelajar, mahasiswa dan islam di Aceh tersebut seperti dalam grafik 1.
olahragawan. Pasal 8, menitikberatkan Data ini menunjukkan sejumlah kasus
tentang model busana untuk kumpu- dalam pelanggaran syariat Islam di dinas sy-
lan seni dan budaya. Pasal 9, memberi ariat islam Kabupaten Aceh Barat pada tahun
contoh model dan bentuk busana Is- 2013-2014. Pelanggaran yang dimaksudkan
lam yang dianjurkan mengikut keten- adalah dari sejumlah Qanun yang telah di-
tuan peraturan. tetapkan dalam kebijakan pemerintah dalam
vi. Busana yang dilarang; Pasal 10 mem- menegakkan syariat Islam. Qanun di anta-
beri contoh bentuk-bentuk busana ranya adalah Qanun nomor 12 tahun 2002
yang dilarang. 2689 kasus, Qanun nomor 12 tahun 2002
vii.
Pembinaan dan pengawasan; baha- 74 kasus, Qanun nomor 13 tahun 2003 102
gian ini mengandungi Pasal 11,12, 13 kasus dan Qanun nomor 14 tahun 2003 836
dan 14. Pasal 11.12, dan 13 menge- kasus. Oleh itu, meskipun demikian di Kabu-
nai pelaksanaan tugas oleh Wilayatul paten Aceh Barat ini telah diterapkan kebija-
Hisbah dan Dinas Syariat Islam. Pasal kan dalam menegakkan syariat Islam adalah
14 pula memfokuskan kepada pelak- Peraturan Bupati nomor 5 tahun 2010, tetapi
sanaan pengawasan. dari sejumlah kasus di masyarakat belum ber-
viii. Saman (sanksi); Pasal 15 ini menge- jalan secara optimal.
nai pelaksanaan saman kepada mere- Hingga kini telah di undangkan 7 qa-
ka yang melanggar peraturan ini. nun, yang berhubungan dengan  penerapan
ix. Pembiayaan; Pasal 16 mengenai pem- syariat Islam yang disahkan, yaitu: Qanun
biayaan di bawah tanggungjawab Ang- Nomor 10 tahun 2002 tentang  peradilan sy-
garan Pendapatan Belanja Daerah ariat Islam; Qanun Nomor 11 tahun 2002
(APBK). tentang pelaksanaan syariat Islam di bidang
x. Ketentuan lain; Pasal 17 ini adalah Aqidah, Ibadah, dan Syi’ar Islam; Qanun No-
mengenai pelaksanaan garis panduan mor 12 tahun 2003 tentang minuman Kha-
pematuhan masyarakat Aceh Barat mar dan sejenisnya. Qanun Nomor 13 tahun
yang bukan Islam serta masyarakat luar 2003 tentang larangan maisir  dan Qanun
Aceh Barat bukan Islam kepada per- Nomor 14 tahun 2003 tentang larangan khal-
aturan ini. wat. Qanun Nomor 7 Tahun 2004 tentang
xi. Ketentuan penutup adalah mengenai pengelolaan zakat. Serta Qanun Nomor 11

Grafik 1: Pelanggaran syariat islam di kabupaten aceh barat selama tahun 2013-2014
Sumber: Dinas Syariat Islam Kabupaten Aceh Barat

151

Pandecta. Volume 11. Nomor 2. December 2016

Tabel 1: Kasus Pelanggaran Syariat Islam di Aceh Barat dalam Pemakaian Busana Islam di
Aceh Barat
Isu-Isu Jumlah Tarikh
1
Berpakaian ketat dan bercelana pendek 86 wanita, 6 lelaki 24 Jun 2014
Berpakaian ketat dan bercelana pendek 94 wanita, 5 lelaki 12 Jun 2014
3
Tidak berpakaian sesuai dengan syariat Islam 69 kumpulan geng 13 Februari 2013
motor
4
Diperiksa oleh WH kerana memakai pakaian ketat 49 wanita 15 Jun 2013
Berpakaian ketat 30 wanita 22 Oktober 2013
Berpakaian ketat dan bercelana pendek 80 wanita, 4 lelaki 26 Februari 2012
Berpakaian ketat 60 wanita 15 Jun 2012
Berpakaian ketat dan tidak berjilbab 23 wanita 13 Oktober 2011

Tahun 2004 tentang kepolisian daerah. undang-undang yang tidak bertentangan


Kabupaten Aceh Barat merupakan sa- syariat tersebut. Ia meliputi aqidah, syariah
lah satu Kabupaten di Propinsi Aceh yang dan akhlak (Undang-Undang Nombor 11 Ta-
ditetapkan sebagai kota tauhid tawasuf yang hun 2006 tentang Pemerintahan Aceh: 87).
memprioritaskan penerapan syariat islam se- Secara spesifiknya, ia meliputi ibadah, hu-
bagai salah satu program unggulan kebijakan kum keluarga, muamalah, jenayah, peradi-
dari pemerintah daerah tersebut yaitu pera- lan (qadha’), pendidikan, dakwah, syiar dan
turan bupati nomor 5 tahun 2010 mengenai pembelaan Islam (Undang-Undang Nombor
penegakan syariat islam dalam pemaiakan 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh:
busana islam di daerah aceh barat. 87). Pelaksanaannya diperakui oleh kerajaan
Selaras dengan implementasi dengan Aceh dan Indonesia sebagai peraturan uta-
program unggulan kebijakan tersebut peme- ma dalam semua aspek kebijakan di wilayah
rintah Aceh Barat berdasarkan tinjauan awal tersebut. Ini ditegaskan dalam Qanun Aceh
di masyarakat ternyata hasil didapat hingga melalui pasal 125 Undang-Undang Peme-
saat ini masih terdapat kelemahan dari ke- rintahan Aceh 2006 dan pasal 127 Undang-
bijakan tersebut. Kelemahan-kelemahan ke- Undang Pemerintahan Aceh 2006.
bijakan dapat dilihat dalam tabel 1 tentang Aceh dalam konteks pembangunan
kasus-kasus pemeriksaan oleh Wilayatul His- nilai-nilai dan peradaban Islam serta sosio
bah (WH) sebagai lembaga yang menegak- budaya Indonesia dan ideologi pancasila dan
kan syariat Islam di Aceh. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD
Kasus-kasus pelanggaran syariat Islam 1945) dalam kesatuan wilayah Indonesia
yang telah dilaksanakan belum terdukumen- yang bersifat mengenai syariat Islam. Hasil
tasi dengan baik di dinas syariat Islam. Maka penelitian menunjukkan bahawa proses pe-
oleh sebab itu menurut hemat peneliti gaga- rumusan kebijakan di masa reformasi pada
san data ini merupakan sebagai gambaran tahun 1998 antara kerajaan pusat Indonesia
yang menunjukkan tsikap dan mentalitalitas dengan wilayah Aceh hingga saat ini harus
masyarakat dalam memaknai syariat Islam. berasaskan perundangan sebelumnya dalam
pembinaan syariat Islam oleh kerajaan Aceh
Konsep Syariat Islam (Siregar 2008). Menurut peneliti asal Austra-
Syariat Islam berdasarkan kepada hu- lia adalah Hooker (2008) pula menyatakan
kum Ilahi (Aziz, 2012: 203) atau peraturan, bahawa dalam proses penerapan kebijakan
nilai dan norma yang dibentuk bersumber- syariat Islam di Aceh menemui banyak tan-
kan Al-quran dan Hadis (Nasution, 2008). Di tangan di mana hukum syariat yang ingin
Aceh, syariat Islam yang dilaksanakan adalah diterapkan mestilah “sejalan dan konsisten”
juga berasaskan kepada yang berdasarkan dengan sistem hukum nasional. Namun
peraturan, nilai dan norma yang dibentuk pada kenyataannya, penyebutan kata “sy-
bersumberkan Al-quran dan Hadis serta ariat” tidak dapat diberikan dengan definisi


152
Nellis Mardhiah, Problematika Kebijakan Syariat Islam di Aceh Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 5...

yang jelas. nun di bidang syariat Islam dalam memper-


Hasil penelitiantersebut tidak dapat cepat pelaksanaan di wilayah Aceh.
dijustifikasikan dengan jelas dalam makna Penelitian Latief (2009) pelaksanaan
perundangan syariat Islam. Begitu pun da- syariat Islam di Aceh sebagai transformasi
lam pernyataan Arskal (2004; 2008) menje- politik dan hukum syariat Islam dalam ben-
laskan bahawa pembuatan kebijakan syariat tuk perundangan dangan dalam baik Qanun
Islam di Aceh merupakan buah dari konflik mahupun PERBUP adalah merupakan sebu-
vertikal berkepanjangan yang terjadi antara ah produk politik yang telah dihasilkan. Hasil
pemerintah pusat kepada wilayah Aceh. Ha- penelitian nya menjelaskan bahawa proses
sil penelitian nya menunjukkan syariat Islam pengimplementasiannya berhadapan dengan
merupakan sebagai pilihan alternatif kebi- cabaran, dan sukar diterima oleh masyarakat.
jakan yang diberikan kepada wilayah Aceh Sahid (2012) meneliti kebijakan syariat Islam
oleh pemerintahan pusat Indonesia dinilai di Aceh yang mengambil kira pandangan ula-
adanya ketidaksesuaian, bertentangan den- ma dan diterjemahkan dengan kewujudan
gan perundangan nasional, bermakna ambi- Peraturan Daerah (PERDA) syariat Islam di
gu dan tidak kekal dalam materil perumusan pelbagai daerah di Aceh.
Qanun syariat Islam atas hukum yang dimiliki Hasil penelitiannya menjelaskan pem
tingkat pemerintahan daerah dalam mene- buatan keputusan kebijakan awam syariat
gakkan syariat Islam. Begitu pun dalam pen- Islam di Aceh berasaskan teori hubungan
elitian Syafingi (2012) menunjukkan bahawa di antara agama dengan negara, iaitu para-
perlembagaan Indonesia iaitu UUD 1945 digma simbiotik. Hujahnya adalah bahawa
turut mengiktiraf kebijakan otonomi daerah agama memerlukan negara dan begitulah
dari pemerintahan pusat kepada pemerinta- sebaliknya negara turut memerlukan agama.
han daerah dalam peningkatan syariat Islam. Sahid (2012) turut menghujahkan bahawa
Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa konsep penerapan syariat Islam di Aceh lebih
kedudukan sebagai wilayah autonomi dapat banyak ditonjolkan secara simbolik berban-
memberikan lebih ruang di peringkat daerah ding secara nyata. Walaupun ada ketentuan
bagi merencanakan, membuat aturan ma- perundangan tentang penerapan syariat Is-
hupun melaksanakan pelbagai pentadbiran lam, nilai hukum Islam dalam penerapannya
dalam kerangka keperluan nasional (Syafingi, adalah sangat lemah. Ini menyebabkan tuju-
2012). an utama penerapan syariat Islam tidak dapat
Selain itu, perspektif penerapan pelak- dilaksanakan sepenuhnya.
sanaan syariat Islam ini sebagaimana dalam Penelitian Aziz (2012) menekankan
penelitian Latief (2013); Muhibbuthtabary tuntutan penerapan syariat Islam yang boleh
(2012) dan Isa (2012) juga menjelaskan ba- dipengaruhi oleh politik domestik, termasuk-
hawa syariat Islam merupakan hasil kompro- lah elemen liberalisasi. Menurutnya, inilah
mi politik dan perundingan konflik kerajaan yang menjadi asas politik pada saat ini da-
pusat dengan kerajaan Aceh yang telah di- lam kalangan pemerintahan Indonesia. Hasil
tubuhkan pada era autonomi di Aceh. Da- penelitiannya mendapati bahawa syariat Is-
lam konteks ini mereka menjelaskan bahawa lam sebagai elemen politik dalam kedudukan
formulasi kabijakan dimulakan daripada asas negara kesatuan Republik Indonesia sebagai
perundangan kerajaan pusat Indonesia kepa- hasil perundingan konflik di Aceh. Peneliti-
da wilayah Aceh berasaskan undang-undang an Fahmi (2012) pula mendedahkan tentang
tersebut adalah melalui Undang-Undang pembuatan keputusan dalam PERDA dan
Nombor 44 Tahun 1999, Undang-Undang menghujahkan bahawa senario pelaksanaan
Nombor 18 Tahun 2001, dan Undang-Un- PERDA mahupun Peraturan Bupati. Hasil
dang 2006 undang-undang Indonesia ini penelitian nya peraturan perundangan kedua
juga mengiktiraf otonomi tersebut dalam ini sukar diterima oleh masyarakat kerana ke-
aspek penegakan syariat Islam. Hasil pene- pentingan politik pembuat keputusan dalam
litian mereka mendapati bahawa dari ketiga kedua-dua institusi tersebut.
perundangan ini telah disahkan sejumlah qa- Penelitian oleh kesemua penulis ini

153

Pandecta. Volume 11. Nomor 2. December 2016

Fahmi (2012) dan Latief (2009) yang mem- gar dengan harapan dapat mempertanggung-
pertimbangkan kepada kepentingan politik jawabkan dalam menegakkan syariat Islam.
sebagai faktor penting mempengaruhi pem- Oleh sebab itu, semua hasil penelitian yang
buatan kebijakan awam di Indonesia dalam diperoleh di atas menunjukkan signifikan
pelaksanaan syariat Islam kepada daerah dengan penelitian pembuatan kebijakan
Aceh. Penelitian ini mengkaji fenomena pe- yang telah dibuat. Oleh itu, penelitian ini da-
negakan hukum pidana Islam dengan mene- pat memberi sesuatu perspektif yang baru, di
rapkan pidana cambuk dilihat dari perspektif mana terdapat perbedaan yang dilakukan se-
keadilan dan hak asasi manusia. Demikian belum iaitu berfokus kepada proses pelaksa-
pulaKajian didasarkan pada hasil penelitian naan kebijakan syariat Islam yang dibuat oleh
Surbakti (2010) yang merupakan hasil pene- pemerintah dalam pemakaian busana Islam
litian secara empiris dalam aspek sosial-legal di Aceh Barat.
penerapan syariat Islam di Aceh yang meru-
pakan aturan hukum yang terikat yang harus Permasalahan Sosial yang Dialami Ma-
dijalankan sebagai dinamika pemikiran para syarakat
pihak yang terlibat dalam penegakan syariat Secara sederhana, konsep masalah
Islam. Hasil penelitian tersebut juga menun- sosial seringkali dikaitkan dengan masalah
jukkan bahwa kewenangan mahkamah sy- yang tumbuh dan/atau berkembang dalam
ariah terbatas terbatas dalam mengadili pada kehidupan komunitas. Apa pun masalah itu
warga yang beragama Islam, adanya upaya pokoknya jika berada dalam kehidupan sua-
penundukkan diri secara sukarela tersangka tu komunitas akan selalu dikatakan sebagai
non-muslim berdasarkan pertimbangan rasa masalah sosial. Jika ditinjau dari dimensi so-
keadilan. siologi sebagai sebuah ilmu sosial yang sela-
Penelitian oleh Sahid (2012) yang ma ini sering menganalisis, mensintesis dan
menghujahkan kekurangan dalam pelaksa- juga memprognosis berbagai masalah sosial
naan penerapan syariat Islam di Aceh, Mana- pernyataan itu salah. Dalam perspektif sosio-
kala dalam penelitian Muhibbuthtabary logi, tidak semua masalah yang tumbuh dan/
(2012); Syafingi (2012) dan Isa (2012); Arskal atau berkembang dalam kehidupan suatu
(2004; 2008) yang melihat kepentingan pe- komunitas adalah masalah sosial. Istilah so-
rumusan kebijakan daripada asas perundan- sial di sini tidaklah identik dengan komunitas,
gan kerajaan pusat Indonesia dan kerajaan namun hanya menunjukkan bahwa masalah
daerah dalam perdamaian konflik keduanya itu berkaitan dengan tata interaksi,interelasi,
dengan memberikan kekuasaan syariat Islam dan interdependensi antar -anggota komu-
kepada daerah Aceh. nitas. Dengan kata lain, istilah sosial dalam
Hasil penelitian (Jummaidi, 2013), masalah sosial menunjukkan bahwa masalah
menjelaskan bahwa, pertanggungjawaban pi- itu berkaitan dengan perilaku masyarakat
dana anggota TNI yang melanggar Syariat Is- (Robert, 1961).
lam di Aceh berupa pertanggungjawaban pi- Identifikasi masalah sosial melihat dua
dana yang berlaku secara umum yaitu KUHP. aspek pertama; Permasalahan Sosial dan
Faktor penghambat penerapan Qanun jina- mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan ma-
yah bagi anggota TNI melanggar syariat Islam syarakat yang belum terpenuhi. menurut
di Aceh yaitu faktor Peraturan Perundang- pendapat Soerjono Soekanto permasalahan
undangan dan faktor aparat penegak hukum. sosial merupakan hasil dari proses perkem-
Menurut hasil penelitian diharapkan kepada bangan masyarakat, hal ini berarti bahwa
Pemerintah daerah harus segera merevisi un- masalah memang sewajarnya timbul apabila
dang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang tidak diinginkan adanya hambatan-hambatan
Pemerintahan Aceh tentang pelanggaran terhadap penemuan-penemuan baru atau
syariat Islam yang dilakukan anggota TNI di gagasan baru. Banyak perubahan-perubahan
Aceh. Kewenangan ini harus diberikan nilai dalam masyarakat yang bermanfaat, walau-
kekuatan yang melekat dalam menegakkan pun mungkin mengakibatkan kegoncangan-
syariat Islam bagi Anggota TNI yang melang- kegoncangan terutama bila perubahan ber-

154
Nellis Mardhiah, Problematika Kebijakan Syariat Islam di Aceh Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 5...

Grafik 2: Kasus khalwat periode tahun 2007-2010

Sumber: Dinas Syariat Islam Aceh Barat.

langsung dengan cepat dan terus-menerus itu harus diberikan pemahaman bahwa syari-
(Soekanto, 2003). at Islam sebagai tuntutan dalam nilai normatif
Kabupaten Aceh Barat sebagai bagian yang wajib diselaraskan dalam kehidupan se-
dari Provinsi yang telah diberikan keistime- hari-hari di lingkungan keluarga. Berdasarkan
waan oleh pemerintah dalam pelaksanaan perkembangan yang gagasan tersebut harus
syariat Islam, dalam kehidupan bermasyara- dikembangkan dalam kehidupan masyaakat
katnya masih menunjukkan kurang kepedu- sebagai pembinaan syariat Islam adalah kehi-
lian dan dukungan masyarakat dalam men- dupan keluarga di mulai dari usia dini.
jalankan syariat Islam. Kenyataan ini dapat Selain itu, penerapan syariat Islam
digambarkan sebagaimana dalam grafik 2 adanya diskriminasi bagi warga Asing non
kasus khalwat periode tahun 2007-2010. muslim yang datang ke wilayah Aceh belum
Berdasarkan grafik tersebut di atas me- memahami secara keseluruhan makna tradisi
nunjukkan bahawa kasus khalwat di Aceh pemahaman bagi rakyat Aceh. Secara prinsip
Barat terjadi penurunan yang tidak signifikan. nya rakyat Aceh sebagai hukum-legal dalam
hal ini ditunjukkan setiap tahun tidak terlalu menegakkan syariat Islam. Meskipun adanya
jauh perbandingan jumlah kasus. Meskipun dalam upaya qanun mahupun PERDA bah-
demikian kenyataan dilapangan masih bany- kan serta PERBUP sekalipun adanya penje-
ak kasus khalwat yang belum terdokumen- lasan tentang hal tindakan bagi warga Asing
tasi dengan baik, dikarenakan masih lemah- yang non- muslim harus semestinya meng-
nya aturan dan implementasian dilapangan. hargai tradisi budaya syariat Islam sebagai
Maka oleh sebab itu, pemerintahan Aceh Ba- hukum-legal di wilayah Aceh.
rat perlu adanya suatu gebrakan dalam ben-
tuk aturan yang komprehensif dalam pene- Mengidentifikasi Kebutuhan-Kebutuhan
rapan syariat Islam di Kabupaten Aceh Barat. Masyarakat Yang Belum Terpenuhi (Unmet
Peraturan yang secara komprehensif yang di- Needs).
maksudkan adalah pendidikan syariat Islam Mengidentifikasikan kebutuhan masya-
harus diterapkan dalam lingkungan keluarga, rakat dalam menegakkan syariat Islam dapat
dan pendidikan usia dini serta di lingkungan ditunjukkan berdasarkan hasil interpretasi
tingkat kelurahan mempertimbangkan ga- data dapat memberikan gebrakan kepada
gasan dalam perwujudan penerapan syariat pemerintah Aceh Barat untuk menetap Pe-
Islam. raturan Bupati Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Permasalahan yang lainnya adalah penerapan syariat Islam secara menyeluruh
kurang kepedulian dari masyarakat dalam di Kabupaten Aceh Barat. Penerapan aturan
menegakkan aturan syariat Islam. Hal ini di- tersebut harus dapat dipertegaskan kembali
sebabkan kurang sosialisasi tentang capaian dengan mengevaluasi hasil kebijakan yang
dalam aturan yang diharapkan. Oleh karena telah dijalankan. Penerapan syariat islam di

155

Pandecta. Volume 11. Nomor 2. December 2016

Grafik 3: Kasus Pelanggaran Syari’at Islam Periode 2011-2014

Sumber: Wilayatul Hisbah Aceh Barat

Kabupaten di Aceh Barat pasca pemberlaku- rakat. Selain itu, menemukan kelemahan so-
kan peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 2010 sialisasi ke masyarakat dalam penerapan ke-
berjalan secara berkesinambungan, namun bijakan dan kurangnya anggaran operasional
dalam penerapannya terjadi peningkatan ka- sehingga implementasi kebijakan yang diter-
sus, sebagaimana dalam grafik 2. apkan tidak berjalan dengan baik. Dan masih
Berdasarkan grafik di atas menunjuk- terjadi intervensi kelompok yang menggam-
kan bahawa permasalahan sosial dengan barkan bahwa hukum syariat islam adalah
informan kunci pada 25 Juli 2016 di dinas melanggar HAM.
syariat Islam Kabupaten Aceh Barat terlihat Mengidentifikasi kebutuhan masya-
bahwa kasus pelanggaran syariat Islam sema- rakat dalam penerapan syariat islam baik se-
kin meningkat. Tahun 2011-2014 sehingga cara langsung mahupun tidak langsung dapat
menunjukkan bahwa pelaksanaan peraturan dilihat berdasarkan tindakan dan perbuatan
PERBUP Aceh Barat belum berjalan maksi- yang telah dilakukan yang bertentangan den-
mal. Maka oleh sebab itu, masyarakat me- gan peraturan sebelumnya. Maka oeh ka-
merlukan aturan yang sifatnya mengikat yang ren itu, dalam pernyataan ini menunjukkan
lebih terperinci, penanaman karakter syariat bahawa tindakan yang telah dilaksanakan
Islam sejak dini, pendidikan syariat Islam se- berdasarkan suatu keputusan sebelum harus
bagai muatan lokal di tingkat sekolah dasar dapat dipertanggungjawabkan secara konse-
hingga ke perguruan tinggi. Serta aturan atau kuensi dengan aturan yang ada. Hal-hal yang
kanun yang memberikan efek jera kepada telah diidentifikasikan berdasarkan data dila-
masyarakat yang melanggar syariat Islam. pangan tentang pelaksanaan syariat Islam di
Pemerintah Aceh juga telah memper- Kabupaten Aceh Barat berdasarkan perspek-
kuatkan kembali tentang konsistensi dalam tif PERBUP Nomor 5 Tahun 2010 keinginan
menegakkan syariat Islam adalah Qanun ji- atau kebutuhan masyarakat terhadap pelak-
nayah Nomor 7 di tahun di 2014. Qanun sanaan syariat Islam sebagai berikut:
ini menunjukkan kasus syariat islam paling
dominan yaitu 13.755 kasus, pada perkem- 1. Penanamam pendidikan syariat Islam di
bangan selanjutnya terjadi penurunan kasus lingkungan keluarga.
pelanggaran syariat islam secara signifikan Pendidikan dalam keluarga merupakan
pada tahun 2015 iaitu sebesar 282 kasus. aspek penting dalam pembentukan perilaku
Penurunan ini disebabkan oleh qanun seseorang. Pada umumnya pendidikan da-
jinayah ini diterapkan mampu mengurangi lam keluarga dilakukan dengan menanam-
pelanggaran syariat islam di kalangan masya- kan nilai-nilai agama, etika yang meliputi

156
Nellis Mardhiah, Problematika Kebijakan Syariat Islam di Aceh Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 5...

budi perkerti, cara, tingkah laku yang harus 5. Pemberdayaan aparatur gampong salah
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. satu Tuha Peut sebagai badan legislasi.
Tugas dan Fungsi Tuha Peut adalah
2. Pemahamaman tentang syariat Islam secara sebagai badan legislasi gampong dalam me-
terperinci di tingkat pemerintah Desa. rancang undang-undang. Sehingga dalam
Provinsi Aceh sejak pemberian otono- hal ini proses ini memerlukan tuganya ada-
mi khusus tahun 2001. Provinsi Aceh telah lah menegakkan syariat Islam sebagaimana
melahirkan sejumlah peraturan Syariat Islam diamanahkan dalam Qanun Nomor 5 Tahun
yang disebut Qanun, di antaranya: Qanun 2003 tentang Pemerintahan Desa.
Nomor 12 Tahun 2003 tentang Minuman
Khamar dan Sejenisnya; Qanun Nomor 13 6. Tugas dan Fungsi WH harus dipertegaskan
tahun 2003 tentang Larangan Maisir (Perju- kembali
dian); Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Wilayatul Hisbah berfungsi sebagai badan
Khalwat. Maka untuk itu, pemahaman syariat yang diberikan hak dan kewenangannya oleh
Islam harus lebih pro aktif dari tingkat bawah Pemerintah Provinsi Aceh untuk mengontrol
dengan pendekatan pembangunan bottom- dan mengawasi pelaksanaan Syari‘at Islam di
up dalam perspektif pembangunan syariat tengah-tengah kehidupan masyarakat Aceh.
Islam. Dalam hal ini Wilayatul Hisbah memiliki
kewenangan untuk menegur/menasehati
3. Perempuan bukan symbol dalam ajang ek- setiap pelanggar terhadap qanun-qanun
sistensi syariat Islam. Syariat Islam. Di samping itu, Wilayatul
Aceh pasca otonomi khusus yang Hisbah mempunyai kewenangan pula untuk
memberikan hak keistimewaan kepada menyerahkan perkara pelanggaran qanun
Aceh untuk menyelenggarakan kehidupan Syar‘at Islam tersebut kepada aparat penyidik
beragama dalam bentuk pelaksanaan syariat apabila upaya peneguran/nasehat yang
Islam ialah pemaksaan penggunaan jilbab dilakukan tidak bermanfaat.
bagi perempuan; pengekangan kebebasan 7. Pendidikan syariat Islam sebagai muatan lo-
beraktivitas bagi perempuan di ranah kal dari pendidikan dasar hingga ke perguruan
publik. Pelaksanaan PERBUP tersebut juga tinggi.
menunjukkan hanya dilema adalah kaum Berdasarkan hasil interpretasi data me-
perempuan dalam ranah publik dalam nunjukkan bahwa penerapan syariat islam
pemakaian busana Islam masih bermakna merupakan bahagian dari tindakan mur-
ambigu tentang batas-batas busana Islam. ni individu yang harus diselaraskan dengan
pendidikan karakter dari dalam lingkungan
4. Keterlibatan peranan pemuda/I dalam me- keluarga yang harus diaktualisasikan dalam
nyukseskan syariat Islam. Pemuda. kehidupan sehari-hari. Maka oleh sebab itu,
Keterlibatan kelompok masyarakat keinginan-keinginan sebagai kebutuhan yang
yang memiliki berbagai kelebihan dibanding- harus dipenuhi sebagai kewujudan dalam ke-
kan dengan kelompok masyarakat lainnya , hidupan bermasyarakat.
diantaranya mereka relatif masih bersih dari Pemahaman yang tegas dalam memak-
pencemaran (akidah mapun pemikiran), simalkan nilai kekuatan dari pihak pengam-
mereka memilki semangat kuat dan kamam- bilan keputusan terhadap tindakan syariat
puan mobilitas yang tinggi. Pemuda yang Islam di lapangan. Gagasan dan tujuan harus
baik dan benar adalah pemuda yang memi- secara kesinambungan dapat dipahami den-
liki karakteristik beramal atau bekerja didasa- gan baik berdasarkan peraturan yang berla-
ri dengan keimanan atau akidah yang benar, ku. Hal tersebut menunjukkan bahwa tinda-
selalu bekerja membangun masyarakat serta kan dalam keselarasan menegakkan syariat
memahami bahwa orang yang baik adalah islam harus berdasarkan tujuan dan sasaran.
orang yang paling bermanfaat untuk umat
dan masyarakat

157

Pandecta. Volume 11. Nomor 2. December 2016

4. Simpulan Pihak LPPM Universitas Teuku Umar


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik universi-
Identifikasi permasalahan sosial pene- tas Teuku Umar dan LPPM yang telah mem-
rapan Syariat Islam di Kabupaten di Aceh berikan rekomendasikan penelitian.
Barat pasca pemberlakukan peraturan Bupati Dinas Syariat Islam dan WH yang telah mem-
Nomor 5 Tahun 2010 belum berjalan seca- berikan data dan sumbangan pemikiran yang
ra berkesinambungan, pernyataan ini dari telah bekerjasama dengan baik yang telah
Dinas Syariat Islam dan Para Wilayatulhisbah menyukseskan penelitian ini
bahwa penerapannya belum makimal, kare-
na terjadi peningkatan dalam berbagai kasus- Daftar Pustaka
kasus setiap tahun dari 2011-2015 terhadap
pelanggaran Syariat Islam. Afrefon. (2004). Research and Policy Linkages In the
Keinginan masyarakat dalam perspektif Formulation of Energy Policy in Tanzania. In The
keinginan secara keseluruhan menunjukkan Economy Social Foundation Conference Hall.
bahwa masyarakat harus memulai pendeka- Daress Salaam, Tanzania.
tan dalam unsur kekeluargaan dan lingkun- Anderson,J.E. (2008). Public Policy Making (Eigtht.,p.
gan masyarakat dari tingkat pemerintahan 125). New York: Praeger.
desa yang senantiasa harus pro aktif dalam Arskal, S. (2008). Challenging the Secular State: The Is-
pelaksanaan khasanah syariat Islam yang ha- lamization of Laws in Modern Indonesia (p. 4).
rus dipahami sebagai nilai moral kehidupan Honolulu: Hawaii University Press.
sehari-hari. Aziz, A. (2012). Syriat Islam: Polemik Panjang Hubun-
Kemudian keinginan masyarakat ada- gan Islam dan Negara di Indonesia. Hukum Ka-
lah dalam pelaksanaan di lapangan dengan jian Islam, IV(2), 203
penertiban syariat Islam harus mengimple- Basherina, A. (2008). Penformulasian polisi tindak
mentasikan secara tepat dengan sasaran yang pidana diskriminasi ras dan etnis dala perspektif
benar. Hal ini sebagaimana hal ini penegasan pembaharuan hukum pidana. Universitas Di Pe-
dari unsur pihak perempuan semata-mata nogoro.
hanya wajib menegakkan syariat Islam ber- Brayman, A., & Burgess, R. G. (1999). Qualitative
dasarkan ketegasan dalam undang-undang Reaserch And Policy Volume 4 (Vol. 4, p. 184).
yang berlaku. Pelaksanaan syariat Islam me- London: SAGE,1999.
miliki peranan yang sama baik laki-laki ma- Dunn, W.N. (1992). Analisis Kebijakan Publik (Edisi.,
hupun perempuan dalam menegakkan syari- Ke-2., p. 22). Gajah Mada: University Press
at Islam. Fahmi, C. (2012). Transformasi Falsafah dalam Penera-
Pelaksanaan peraturan PERBUP Aceh pan Syariat Islam di Aceh. Jurnal Kajian Hukum
Barat belum berjalan maksimal. Maka oleh Islam (Vol. 6, p. 167). Banda Aceh: IAIN AR-
sebab itu, masyarakat memerlukan aturan RANIRY.
yang sifatnya mengikat yang lebih terperinci, Ferman, B. (1990). When Failure is Succes Implement-
penanaman karakter syariat Islam sejak dini, ing. (I. D. . Alumb & Calista, Eds.) (pp. 39–50).
keterlibatan pemuda dalam menyukseskan New York: Greenwood Press.
syariat Islam, Tugas dan Fungsi WH diperte- Jummaidi. MS,.MG., (2013). Pertanggunggjawaban
gaskan, dilindungi aspirasi perempuan, pen- Pidana Terhadap Anggota TNI yang Melanggar
didikan syariat Islam sebagai muatan lokal di Syariat Islam. (Vol.2, No. 2 p. 10). Jurnal Hu-
tingkat sekolah dasar hingga ke perguruan kum. Banda Aceh: UNSYIAH
tinggi. Lasswell, H. (1951). The Policy Orientation. In D. Learn-
er, & H. Lasswell (Eds.), The Policy Sciences: Re-
Ucapan Terima Kasih
cent Developments in Scope and Method. Stan-
Peneliti mengucapkan terima kasih ke- ford: Stanford University Press.
pada semua pihak yang telah membantu da- Latief, H. M. A. (2013). Disonansi Qanun Syariat Islam
lam menyukseskan penelitian ini: dalam Bingkai Konstitusi Hukum Indonesia:
Pihak Aceh Barat terutama dinas syariat Is- Aceh sebagai Studi Kasus. In Annual Interna-
lam, Dinas Satpol PP dan WH tional Conference on Islaimc Studiea (p. 2279).

158
Nellis Mardhiah, Problematika Kebijakan Syariat Islam di Aceh Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 5...

Surabaya provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Jurnal Hu-


Lewis, J. and R. Flynn. (1978), The Implementation Of kum (Vol. 17, No. 3. p. 457). Surakarta : Uni-
Urban and Regional Planning Policies. London: versitas Muhammaddiyah.
Final Report Of A Eassibility Study For Departe- Syafingi, H. M. (2012). Nilai-nilai Hukum Islam dalam
ment of the Environment. Peraturan Daerah Syariat Islam di Indonesia.
Merton, Robert K., 1961 Social Theory and Social Struc- Reasearch Law Juornal, 7(2), 136–146.
ture , Revised and Enlarged edition. (USA: The Tesch, R. (1990). Qualitative Research Analysis Type
Free Press). And Software Toll (p. 3). London: Transfered to
Nauendorf, K.A. (2012). The Content Analysis Guide- Dogital Printing.
book. Sage: Publication Limited. 2012 Van Meter at. all. (1975). The Policy Implementation
Pearson,W. (2006). Public Policy. London: University
Process: A Conceptual Framwork. Administra-
Kingdom
tion at Society
Pressman, J. and A. Wildavsky. (1973). Implementation.
Winarno, B. (2007). Kebijakan Publik Teori dan Proses.
Barkeley: University California Press
Jakarta : Media Pressindo
Sahid. H.M. (2012). Formulasi Syariat Islam dalam Pan-
dangan Ulama dan Struktural (p. 395). Sura-
Peraturan Perundang-Undangan
baya: IAIN.
Siregar, H. . (2008). Lesson Learned From the Implemen-
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang
tation of Islamic Syariah Criminal Law In Aceh.
Juornal Of Law and Review, 24(2), 143–176 Pemerintahan Aceh
Strauss, A.L. (1987). Qualitative Analysis For Social Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 Tentang Peny-
Scientist. Newyork: Press Sydicate University elenggaraan Keistimewaan
Cambridge. Aceh
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Qanun Wilayah Nanggro Aceh Darussalam Nomor 11
Bandung: Alfabeta Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Syariat Islam
Suharto, E. (2012). Analisis Kebijakan Publik. Bandung Bidang Aqidah Ibadah dan Syiar Islam
: Alfabeta Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pen-
Surbakti, N. (2010). Pidana Cambuk dalam perspe- egakan Syariat Islam dalam Pemakaian Busana
ktif pidana hukum dan Hak asasi Manusia di Islami di Aceh Barat

159

Anda mungkin juga menyukai