Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BIOLOGI LAUT
METODE PENELITIAN ALGA DAN LAMUN

Oleh
Kelompok 10

Astri W. F. Inabuy (1701040015)


Benedikta Anggiana Lando (1701040033)
Christian P. Konda Mesa (1701040045)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur pada TUHAN YANG MAHA ESA yang telah melimpahkan
rahmat dan anugerah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini berdasarkan
mata kuliah Biologi Laut, yang memuat pokok materi tentang Metode Penelitian Alga dan
Lamun. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas kelompok pada semester VII yang
kiranya dapat memberikan penjabaran materi yang rangkum yang dapat digunakan sebagai
referensi pembelajaran.
Tak ada gading yang tak retak, kami menyampaikan permintaan maaf atas kekurangan
atau penjabaran materi yang masih kurang lengkap dari makalah ini. Oleh karena itu kami
membutuhkan kritik dan saran yang membangun sebagai pembelajaran selanjutnya. Akhir
kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Kupang, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

JUDUL ..................................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2
A. ALGA BENTIK ......................................................................................... 2
1. Pengumpulan dan Pengawetan sampel .................................................. 3
2. Analisis Data ........................................................................................ 3
3. Penampilan Hasil .................................................................................. 4
B. LAMUN ..................................................................................................... 4
1. Metode Pemetaan Sebaran Lamun ........................................................ 5
2. Pengamatan Struktur Komunitas Padang Lamun ................................... 5
3. Pengamatan Pertumbuhan dan Produksi Lamun .................................... 6
4. Pengamatan Aktivitas Merumput Bulu Babi pada Padang Lamun ......... 7

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 10


A. Kesimpulan ................................................................................................ 10

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bentos adalah semua biota laut yang hidup di dasar perairan pantai dan laut, di
semua mintakat yang menjadi habitatnya. Bentos terdiri dari tumbuh-tumbuhan, baik
yang berupa pohon seperti mangrove, lamun, maupun alga yang tumbuh menempel
atau-pun mengakar di dasar pantai dan laut, serta hewan yang melata, menetap,
menempel, memendam dan meliang di dasar perairan tersebut. Karena sangat
beraneka-ragamnya ukuran, bentuk, habitat dan sifat hidupnya, maka banyak metode
penelitian yang diciptakan yang disesuaikan dengan keempat faktor tersebut dan
dengan tujuan penelitian yang berbeda.

B. Rumusam Masalah
1. Bagaimana metode penelitian alga?
2. Bagaimana metode penelitian lamun?

C. Tujuan
1. Mengetahui metode penelitian alga
2. Mengetahui metode penelitian lamun

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. ALGA BENTIK
Alga bentik merupakan tumbuh-tumbuhan laut yang merupakan kelompok
terendah tingkatnya di antara tiga kelompok tumbuhan laut yakni alga, lamun,
dan mangrove.

1. Pengumpulan dan Pengawetan Sampel


Hal yang perlu dicatat dalam pengambilan sampel alga bentik adalah
tanggal pelaksanaan, lokasi penelitian dan jenis habitat, seperti rataan terumbu
karang, pinggiran goba, daerah tubir dan sebagainya.
Untuk mengetahui sebaran, dominansi dan kepadatan alga bentik,
digunakan metode transek kuadrat berukuran l m2 dan diletakkan pada jarak 10
meter dari satu kuadrat ke kuadrat berikutnya dengan arah tegak lurus garis
pantai sampai ke tubir. Pada area yang sangat luas, tetapi kepadatan alga
bentik cukup tinggi, dapat digunakan garis transek dengan selang 100 meter
yang dibuat tegak lurus garis pantai ke arah laut. Pada setiap selang 20 meter
dari garis transek, dilakukan pengambilan sampel biomassa dengan
pengukuran tanaman tegakan (standing crop) dalam bingkai 40 cm2. Hasilnya
ditampung dalam kantong plastik. Kemudian alga yang dipilah berdasarkan
marga dan biomassa basah masing-masing ditimbang. Untuk pengenalan jenis,
dibuat herbarium kering dan herbarium basah dalam larutan alkohol 70%.
Di samping pengambilan sampel alga, perlu dicatat juga kondisi lingkungan
pada saat itu. Untuk ini dibuat satu tabel kondisi lingkungan yang meliputi
kecepatan arus, kecerahan, suhu, salinitas, pH, kejelukan perairan pada saat air
surut terendah dan pada saat air pasang tertinggi. Dalam pengambilan sampel
alga, mungkin saja ditemukan jenis yang baru pertama kali diketahui di
perairan yang diteliti. Untuk itu, di samping data yang sudah dikumpulkan,
diperlukan lagi pertelaan terinci meliputi semua ciri morfologi, histologi dan
organ perbiakan dari jenis yang baru ditemukan. Pengirisan talus di lakukan
dengan tangan di bawah mikroskop stereoskopik binokuler. Penggambaran
irisan talus dilakukan dengan menggunakan camera lucida selanjutnya
penyajian gambar morfologi berupa foto.
2
Untuk melengkapi informasi yang terkait dengan penelitian, dapat
dilakukan wawancara dengan penduduk setempat mengenai beberapa hal
seperti pemanfaatan rumput laut yang diteliti, kemungkinan usaha
pengembangan budidaya rumput laut yang mempunyai nilai ekonomik seperti
Eucheuma dan Gracilaria.

2. Analisis Data
Data yang diperoleh dari pengumpulan sampel dapat diolah lebih lanjut,
misalnya untuk menentukan nilai dominan dan kepadatan dengan
menggunakan rumus D = √𝐶𝑥𝐹
D = nilai dominansi
C = nilai kepadatan total (%)
F = nilai frekuensi kehadiran relatif (%)
Dominansi (D) dihitung dari akar pangkat dua dalam perkalian kepadatan
total (C) berat basah dengan frekuensi kehadiran relatif(F).
Dominansi dapat juga ditentukan dengan modifikasi rumus di atas, yaitu
dengan rumus D = c x f, D = dominansi; c = nilai dalam persen kepadatan total;
f = nilai dalam persen kepadatan relatif. Kepadatan total dihitung dari
penimbangan setiap jenis atau marga, kepadatan relative dihitung dari jumlah
frekuensi pemunculan setiap jenis atau marga dari hasil transek biomassa.
Proporsi jenis atau berat adalah persentase dari jumlah atau berat tiap takson
dibagi jumlah atau berat seluruh takson.
Metode tersebut dapat juga digunakan untuk penelitian variasi musiman
dan kerapatan rumput laut ekonomik di suatu perairan, atau sebaran satu jenis
alga bentik di suatu perairan.

3. Penampilan Hasil
Dari hasil inventarisasi alga bentik di suatu perairan, dapat diketahui
jumlah jenis, kepadatan dan dominansi di masing-masing daerah penelitian.
Contoh tabelnya adalah sebagai berikut :

Tabel. Sebaran jenis-jenis alga di perairan Pulau A


NAMA JENIS ALGA LOKASI LOKASI LOKASI LOKASI
NO
BENTIK 1 2 3 4

3
Jumlah Jenis
8 3 3 6
Chlorophyta
1 Caulerpa microphysa ++ - - ++
2 Caulerpa peltata + - - ++
3 dan seterusnya …. …. …. ….
Keterangan: - = tidak ada; += 1-5 rumpun; ++ = 5-10 rumpun

B. LAMUN
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga yang dapat tumbuh dengan baik
pada lingkungan laut dangkal (Wood et al. 1969). Lamun senantiasa membentuk
hamparan permadani di laut yang dapat terdiri dari satu atau lebih spesies yang
selanjutnya disebut padang lamun. Adapun metode penelitian lamun yang dapat
digunakan :
(a) Metode pemetaan sebaran lamun
(b) Pengamatan struktur komunitas padang lamun
(c) Pengamatan pertumbuhan dan produksi lamun
(d) Pengamatan aktivitas merumput (grazing) bulu babi pada padang lamun

1. Metode Pemetaan Sebaran Lamun


Pemetaan sebaran lamun dibuat berdasarkan peta dasar lokasi penelitian
dengan skala l : 25.000. Pengamatan sebaran dan penutupan lamun serta
sifat-sifat khas habitat padang lamun dilakukan dengan berjalan kaki pada
waktu air surut dan menyelam dengan SCUBA pada waktu air pasang. Pada
peta dasar dibuat rencana pengukuran posisi titik-titik batas terluar sebaran
lamun yang berbentuk menyilang padang lamun. Pengukuran titik-titik batas
terluar sebaran lamun dilakukan dengan menggunakan GPS (Global
Positioning System). Dari satu titik ke titik lain, keadaan lamun dan luas
penutupan di batas sebaran lamun dicatat. Selain itu pada peta dasar
digambarkan pula batas-batas terluar dari sebaran lamun, yang di gunakan
untuk membantu saat pembuatan peta. Di laboratorium, titik-titik posisi
batas-batas terluar sebaran lamun dan penutupannya saling dihubungkan
sehingga dapat dibuat peta sebaran lamun dan penutupannya. Dengan alat
dan cara yang sama dibuat peta sebaran jenis-jenis lamun.

4
Pengamatan habitat lamun dilakukan dengan mencatat tipe substrat dan
kejelukan air dari setiap titik posisi pengukuran untuk pemetaan maupun
untuk koleksi bebas.

2. Pengamatan Struktur Komunitas Padang Lamun


Pemintakatan sebaran lamun dibuat pada satu transek tegak lurus pantai.
Sepanjang transek diletakkan meteran, kemudian lamun yang terletak di
bawah meteran dicatat jenisnya, penutupan dan sifat-sifat khas substratnya.
Data kerapatan dan biomassa lamun diukur secara acak. Sampel lamun
dikumpulkan dengan menggunakan silinder aluminium yang mempunyai
luas lingkaran 0,100 m2. Luas penutupan lamun dicatat. Sampel lamun di
dalam silinder diambil semua dan dimasukkan ke dalam kantung plastik
berlabel. Di laboratorium, sampel dicuci untuk menghilangkan lumpur dan
biota penempelnya, kemudian lamun yang sudah bersih dipisahkan menurut
jenisnya, lalu dihitung jumlah tunasnya atau tegakannya. Setelah itu, sampel
lamun dipisahkan lagi menurut bagian-bagian tumbuh-tumbuhan (akar,
rimpang, seludang daun, helaian daun, bunga dan buah) dan kemudian
ditimbang untuk mengetahui berat basahnya. Bagian tanaman lamun tersebut
setelah tiba di laboratorium dikeringkan dengan oven pada suhu 80OC selama
24 jam, kemudian ditimbang beratnya.

3. Pengamatan Pertumbuhan dan Produksi Lamun


Urutan kegiatan untuk pengamatan pertumbuhan dan produksi lamun,
dilakukan sebagai berikut:
(a) Pada padang lamun bersifat campuran, dibuat plot 5 x 5 m2 yang diberi
patok dan tali plastik sebagai batas pengaman.
(b) Di dalam plot tersebut, untuk pengamatan pertumbuhan dan produksi
daun lamun, dipilih 30 tegakan (pohon) dari masing-masing jenis.
Sedangkan untuk penelitian pertumbuhan rimpang, dipilih dari masing-
masing jenis sebanyak 20 tunas rimpang.
(c) Semua daun pada tegakan terpilih diberi lubang pada jarak yang telah
ditentukan dari dasar. Pada tunas rimpang terpilih, diberi tanda yang
mempunyai nomor dan diukur jarak tunas dengan bagian yang diberi
tanda.
5
(d) Setelah delapan hari semua daun dan rimpang yang telah diberi tanda
termasuk daun baru yang tumbuh pada tegakan terpilih dipanen dan
dibawa ke laboratorium.
(e) Di laboratorium, baik pertumbuhan daun maupun pertumbuhan rimpang,
di ukur dalam mm/hari. Pertumbuhan daun dibedakan antara daun baru
dan daun lama. Semua bagian pertumbuhan daun dikumpulkan dan
ditimbang beratnya untuk mengetahui produksinya yang diukur dalam
gram berat basah/hari/m2. Perhitungan biomassa daun yang diukur dalam
gram berat basah/m2 berdasarkan data kerapatan masing-masing jenis
lamun yang telah diperoleh. Sedangkan kecepatan pulih daun diperoleh
dari perhitungan produksi daun dibagi biomassa daun dalam persen (%).

4. Pengamatan Aktivitas Merumput Bulu Babi pada Padang Lamun


Tripneustes gratilla adalah bulu babi yang telah dikenal sebagai salah
satu perumput atau peramban di komunitas lamun. Jenis hewan laut ini
dipilih sebagai biota penelitian untuk mengetahui kemampuan merumput
bulu babi. Pengamatan di lakukan dengan metode kurung. Kurung terbuat
dari kawat aluminium dengan kerapatan mata jaring 1 cm dan berukuran luas
l x l m2 dan tinggi 0,5 meter. Kurung-kurung tersebut ditempatkan pada
lokasi di mana kondisi lamunnya relative homogen.
Untuk mengetahui biomassa lamun, dilakukan pemanenan semua lamun
dalam satu atau dua kurung. Lamun dalam kurung dipanen sampai kurang
lebih tersisa 1 cm dari atas sedimen dasar, kemudian dikeringkan selama 24
jam dalam suhu 90oC. Setelah kering, sampel ditimbang untuk mengetahui
berat biomassanya.
Untuk uji kegiatan merumput bulu babi pada padang lamun, diperlukan
sedikitnya tiga kurung. Satu kurung di gunakan sebagai kontrol dan dua
kurung lainnya berfungsi sebagai kurung uji coba. Setelah satu minggu, ke
dalam masing-masing kurung percobaan dimasukkan 1 ekor bulu babi jenis
Tripneustes gratilla. Seminggu kemudian seluruh sisa lamun dalam kurung
dipanen, kemudian dikeringkan selama 24 jam dalam suhu 90oC. Setelah
kering, lamun ditimbang untuk mengetahui berat biomassanya. Hasil
pengurangan berat kering rata-rata lamun dari kurung kontrol terhadap
kurung percobaan dibagi 7 (jumlah hari percobaan), dan hasilnya merupakan
6
daya merumput bulu babi, yakni jumlah lamun yang dikonsumsi seekor bulu
babi per hari.

5. Penampilan Hasil
Penampilan hasil penelitian dapat berupa peta sebaran, tabel, grafik atau
diagram, tergantung pada tujuan penyajian atau selera peneliti.
a) Pemetaan sebaran lamun
Untuk memahami sebaran lamun, hasil penelitian sebaiknya ditampilkan
dalam bentuk peta.

Gambar di atas menunjukkan peta sebaran lamun di Teluk Kuta, Lombok


Selatan. Dari peta tersebut, nampak ada jenis yang sebarannya luas dan
ada yang sebarannya sempit. Jenis-jenis yang sebarannya luas adalah
Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis (daun
normal dan daun kecil), Halophila ovalis, Halophila minor, Syringodium
isoetifolium dan Thalassia hemprichii. Sedangkan jenis-jenis yang
sebarannya sempit adalah Thalassodendron ciliatum, Halodule pinifolia,
dan Cymodocea rotundata.
Contoh sebaran lamun berdasarkan hasil pengukuran pemintakatan
dari arah pantai ke arah tubir adalah sebahai berikut:

7
Jenis-jenis lamun di tempat A pada bulan Agustus-September 1997
PARAMETE
NO JENIS n X KISARAN
R
Tutupan 2 35 Oct-60
Enhalus Kerapatan 2 90 70-110
1
acoroides 2479,
Biomassa total 2 417,6 - 453,2
9
Tutupan 7 5,7 <5-10
Cymodocea
2 Kerapatan 7 580 160-2240
rotundata
Biomassa total 7 110,8 13,9-212,9

Tutupan (%), kerapatan (tegak/m2) dan biomassa total (gram berat


kering/m2), n= jumlah data dan x= rata-rata

b) Pertumbuhan daun dan rimpang

DAUN BARU DAUN LAMA


NAMA JENIS (mm/hari) (mm/hari)
Kisaran rata-rata kisaran rata-rata
Enhalus
6,3 - 26,7 16,8 1,00 - 26,6 6,4
acoroides
Thalassia
1,6 - 7.3 4,6 0,5 -10,2 4,6
hemprichii
Syringodium
5,1 - 12,5 9,1 0,6 - 3,3 1,6
isoetifolium

Tabel di atas memperlihatkan bahwa kecepatan tumbuh daun lamun


beragam menurut jenis lamun yang diteliti. Enhalus acoroides
mempunyai kecepatan rata-rata tumbuh daun muda 16,8 mm/hari,
sedangkan kecepatan tumbuh rata-rata untuk daun lama adalah 6,4
mm/hari. Dari hasil penelitian pertumbuhan keempat jenis lamun ini
nampak Enhalus acoroides mempunyai pertumbuhan tercepat, baik untuk
daun muda maupun untuk daun tua. Sedangkan ketiga jenis lamun
lainnya menunjukkan kecepatan tumbuh yang beragam pada daun muda
dan daun tua.

c) Produksi, biomassa dan kecepatan pulih daun

8
PRODUKSI BIOMASSA
KECEPATAN
NAMA JENIS DAUN DAUN
PULIH (%)
(gbb/m2/hari) (gbb/m2)

Enhalus acoroides 1,24 23,52 5,26

Thalassia hemprichii 9,31 20,49 4,54

Syringodium
7,79 70 11,11
isoetifolium

Keterangan: gbb= gram berat basah

Tabel di atas menunjukkan bahwa biomassa daun tertinggi terdapat pada


jenis Syringodium isoetifolium (70,0 gbb/m2) dan kecepatan pulihnya
juga lebih cepat dibandingkan dengan jenis lamun lainnya.

d) Pengamatan aktivitas merumput bulu babi pada padang lamun

DAYA GRAZING
LOKASI PANEN
(gbk/ind/hari)
Teluk A 1,01
Kurung kontrol 59,9
Kurung I 52,19
Kurung II 53,46
Teluk B 1,33
Kurung kontrol 73,1
Kurung I 58,49
Kurung II 69,1

Keterangan: gbk = gram berat kering

Hasil percobaan kurung dapat dilihat pada tabel di atas yang


menunjukkan daya merumput bulu babi di perairan A sekitar 1,01 gram
berat kering/individu/hari, sedangkan di B berkisar sekitar 1,33 gram
berat kering/individu/hari.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penelitian Alga bentik dilakukan dengan pengamatan langsung, mengumpulkan
sampel, mengawetkan sampel, menganalisis data dan menyusun hasil.
2. Penelitian Lamun dilakukan dengan pengamatan langsung dengan beberapa
metode yang bisa dipakai yaitu metode pemetaan sebaran lamun, pengamatan
struktur komunitas padang lamun serta pengamatan pertumbuhan dan produksi
lamun.

10
DAFTAR PUSTAKA

Romimohtarto dan Juwana. 2007. BIOLOGI LAUT Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut.
Jakarta: Djambatan
Tangke,Umar. 2010. Ekosistem Padang Lamun. Ejournal.stipwunaraha.ac.id-pdf : Diakses
16 Oktober 2020
Zainuddun. 2011. Penelitian Alga. Etheses.uin.malang.ac.id-pdf : Diakses 16 Oktober 2020

11

Anda mungkin juga menyukai