omor 6
Volume 33 N
(BKM Journal of Community Medicine and Public Health) Halaman 267-272
Abstract
Purpose: This study aimed to analyze the dominant factors of
Dikirim: 19 Juli 2016
Diterbitkan: 1 Juni 2017 ethod: A
hypercholesterolemia among 45-59 years old elderly persons. M
cross-sectional study was conducted, involving 160 elderlies aged 45-49
years old in Rangkapanjaya. The data collection used Accutrend GC,
BoneScan QUS, questionnaires, food recall, and Food Frequency
Questionnaire. The data analysis used chi-square and logistic regression
tests. Results: T he factors most influencing hypercholesterolemia were
vegetable intake frequency, body mass index, physical activity and bone
onclusion: People with low total bone mass density have
mass density. C
higher risk of getting hypercholesterolemia.
1
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
267
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 6 Tahun 2017
268
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 6 Tahun 2017
269
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 6 Tahun 2017
lemak cukup (56,5%). Asupan tinggi lemak ber- Penelitian ini tidak menemukan hubungan
hubungan dengan kejadian obesitas dan aterogenik merokok dengan hiperkolesterolemia responden.
yang berdampak pada peningkatan risiko penyakit Penelitian lain yang dilakukan pada karyawan pabrik
kardiovaskular dan gangguan metabolisme (17). juga tidak menemukan hubungan merokok dan hiper-
Hiperkolesterolemia dapat disebabkan karena asu- kolesterolmia (27). Responden lebih didominasi oleh
pan serat yang rendah. Penelitian ini menemukan perempuan dan tidak merokok, sehingga sebaran
hubungan asupan sayur dengan hiperkolesterolemia. perilaku merokok tidak merata dan tidak menunjuk-
Responden pada kelompok frekuensi konsumsi sayur kan hubungan secara statistik.
kurang berisiko 2,8 kali mengalami hiperkoles- Efek rokok dapat menyebabkan beban miokard
terolemia dibandingkan dengan kelompok frekuensi bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan
konsumsi sayur cukup. Seseorang dengan konsumsi menurunnya konsumsi O2 akibat inhalasi CO atau
sayur dan buah yang tinggi, diikuti dengan asupan dengan perkataan lain dapat menyebabkan tahikardi,
daging merah yang rendah, lemak dan produk olahan vasokontriksi pembuluh darah, mengubah permea-
susu tinggi lemak memiliki penurunan kadar kolesterol belitas dinding pembuluh darah dan mengubah 5 –
total secara signifikan jika dibandingkan dengan 10% Hb menjadi carboksi-Hb. Hal ini sebagai dampak
responden yang pola makannya tidak diatur (18,19). dari rokok terhadap penurunan kadar kolesterol
Penelitian ini tidak menemukan perbedaan disebabkan oleh beberapa kandungan rokok yang
bermakna pada asupan serat total dan frekuensi buah dianggap beracun (27).
karena sebagian besar konsumsi buah responden Penelitian ini menemukan responden yang berisiko
masih di bawah rata-rata rekomendasi. Serat mampu osteoporosis memiliki kecenderungan untuk hiper-
mengikat asam empedu. Hal tersebut akan meningkat- kolesterolemia lebih tinggi (72,8%) daripada responden
kan konversi kolesterol dari serum darah menjadi yang tidak berisiko osteoporosis (54,4%). Penelitian
asam empedu di dalam hati, sehingga kolesterol yang menemukan hubungan kepadatan massa tulang (bone
beredar dalam darah akan berkurang (20-22). mass density) dengan hiperkolesterolemia pada pra-
Hasil penelitian menunjukkan hubungan bermakna lansia. Kepadatan massa tulang berpengaruh pada
antara indeks massa tubuh dengan hiperkoles- kenaikan kadar kolesterol total dalam darah. Ke-
terolemia. Mayoritas hiperkolesterolemia terjadi pada padatan massa tulang identik dengan kadar kalsium
responden obese (73,3%). Seseorang yang obesitas yang rendah. Defisiensi kalsium menyebabkan pe-
dapat memiliki kadar plasma trigliserida puasa dan ningkatan 1,25 dihydroxi vitamin D yang men-
kadar LDL yang tinggi dengan kadar HDL yang rendah stimulasi lipogenesis dan menghambat lipolisis. Hal
(23). Penelitian lain menemukan peningkatan indeks tersebut mengakibatkan oksidasi lipid dan malabsorbsi
2
massa tubuh sebanyak 1 kg/m berkaitan dengan lemak, sehingga berdampak pada timbulnya plak pada
peningkatan risiko hiperkolesterolemia sebanyak 13% aterosklerosis (28,29).
(11). Pada individu obese terjadi akumulasi lemak, Penelitian ini tidak menemukan hubungan penge-
terutama pada bagian abdominal. Terjadi perubahan tahuan dengan hiperkolesterolemia pada pralansia.
metabolisme tubuh dan mengakibatkan resistensi Berdasarkan analisis pertanyaan pengetahuan, rata-
insulin, HDL rendah, hipertrigliserida dan hipertensi. rata tingkat pengetahuan masih di bawah rata-rata
Metabolisme HDL dipengaruhi oleh obesitas dengan (<80%). Sebesar 60,6% responden yang mengetahui
peningkatan kilomikron remnant dan VLDL seiring tentang pengertian hiperkolesterolemia, 43,7% respon-
dengan gangguan lipolisis yang terjadi. Peningkatan den yang mengetahui bahwa merokok dapat
tersebut memicu peningkatan aktivitas CETP, yang menyebabkan hiperkolesterolemia dan 62,5% respo-
mengubah HDL ester kolesterol dari HDL menjadi nden mengetahui bahwa hiperkolesterolemia disebab-
trigliserida dan dari VLDL dan LDL (24). kan karena pola makan salah. Namun, terdapat hal
Penelitian ini menemukan hubungan aktivitas fisik yang menarik yaitu lebih dari 90% responden
dengan hiperkolesterolmia. Aktivitas fisik mampu mengetahui bahwa konsumsi makanan gorengan,
memperbaiki profil lipid. Penelitian lain membukti- santan dan makanan berlemak dapat menyebabkan
kan bahwa aktivitas fisik aerobik berdampak positif kadar kolesterol naik. Akan tetapi, walau sudah
peningkatan kadar kolesterol HDL dan menurunkan mengetahui bahwa makanan tinggi lemak dapat
total kolesterol, kolesterol LDL dan triglisiredia. menyebabkan hiperkolesterolemia, responden tetap
Aktivitas fisik yang dibutuhkan untuk meningkatkan tidak memperdulikan hal tersebut.
HDL adalah sebanyak 900 kkal dari energi ekspenditur Enam variabel yang merupakan faktor dominan
per minggu atau sekitar 120 menit (25,26). hiperkolesterolemia pada pralansia adalah indeks
270
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 6 Tahun 2017
massa tubuh, asupan lemak total, asupan lemak tidak cholesterol in adults (Adult Treatment Panel III).
jenuh, kebiasaan konsumsi sayur, aktivitas fisik, dan Jama. 2001 May 16;285(19):2486.
2. Mahan LK. Krause's food, nutrition, & diet therapy.
kepadatan massa tulang. Variabel perancu pada Escott-Stump S, editor. Philadelphia: Saunders;
penelitian ini adalah variabel asam lemak tidak jenuh. 2004.
3. Labarthe D. Epidemiology and prevention of
Analisis lanjut memperlihatkan bahwa kepadatan
cardiovascular diseases: a global challenge. Jones &
massa tulang memiliki nilai odds ratio tertinggi. Bartlett Learning; 2011.
Kepadatan massa tulang merupakan variabel paling 4. Posadas-Romero C, Tapia-Conyer R, Lerman-Garber
I, Zamora-González J, Cardoso-Saldaña G,
dominan berhubungan dengan hiperkolesterolemia
Salvatierra-Izaba B, Sepulveda-Amor JA.
pada pra-lansia. Pralansia dengan kepadatan massa Cholesterol levels and prevalence of hyper-
tulang rendah berisiko 3 kali lebih besar mengalami cholesterolemia in a Mexican adult population.
Atherosclerosis. 1995 Dec 1;118(2):275-84.
hiperkolesterolemia dibandingkan dengan pralansia
5. German JB, Dillard CJ. Saturated fats: what dietary
dengan kepadatan massa tulang tinggi. intake?. The American journal of clinical nutrition.
2004 Sep 1;80(3):550-9.
6. Dinas Kesehatan, RI. Riset kesehatan dasar.
SIMPULAN Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Proporsi hiperkolesterolemia berdasarkan kriteria Indonesia. 2013.
7. Dauchet L, Amouyel P, Dallongeville J. Fruits,
NCEP-ATP III pada pra-lanjut usia di wilayah kerja vegetables and coronary heart disease. Nature
Rangkapanjaya yaitu 66,25%. Faktor risiko hiper- Reviews Cardiology. 2009 Sep;6(9):599.
kolesterolemia pada pralansia yang bermakna secara 8. JEshak Ehab S. Iso Hiroyasu Chigusa Kikuchi Shogo
Watanabe Yoshiyuki Wada Yasuhiko Wakai Kenji
statistik adalah frekuensi konsumsi sayur, indeks Tamakoshi Akiko. Dietary Fiber Intake Is
massa tubuh, aktivitas fisik dan kepadatan massa Associated with Reduced Risk of Mortality from
tulang. Faktor risiko hiperkolesterolemia paling Cardiovascular Disease among Japanese Men and
Women–3. The Journal of nutrition. 2010 Jun
dominan adalah kepadatan massa tulang. 23;140(8):1445-53.
9. Tucker KL, Hallfrisch J, Qiao N, Muller D, Andres R,
Fleg JL. The combination of high fruit and
vegetable and low saturated fat intakes is more
protective against mortality in aging men than is
Abstrak
either alone: the Baltimore Longitudinal Study of
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Aging. The Journal of nutrition. 2005 Mar
faktor dominan hiperkolesterolemia pada orang tua 1;135(3):556-61.
10. Penelitian B, Kesehatan P. Laporan Riskesdas 2007.
berusia 45-59 tahun. Metode: Penelitian cross
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
sectional dilakukan melibatkan 160 lansia berusia Kesehatan Kementerian Kesehatan. 2008.
45-49 tahun di Rangkapanjaya. Pengumpulan data 11. Tyrovolas S, Lionis C, Zeimbekis A, Bountziouka V,
Micheli M, Katsarou A, Papairakleous N, Metallinos
menggunakan Accutrend GC, BoneScan QUS, G, Makri K, Polychronopoulos E, Panagiotakos DB.
kuesioner, food recall dan Food Frequency Ques- Increased body mass and depressive
tionnaire. Analisis data menggunakan uji regresi symptomatology are associated with
hypercholesterolemia, among elderly individuals;
logistik chi-square dan regresi logistik. Hasil: Faktor results from the MEDIS study. Lipids in Health and
yang paling memengaruhi hiperkolesterolemia Disease. 2009 Dec;8(1):10.
adalah frekuensi konsumsi sayuran, indeks massa 12. Yoshida M,. Hosomi R, Fukunaga K, Arai H, Kanda
S, Nishiyama T. Effect of Simultaneous Intake Of
tubuh, aktivitas fisik dan kepadatan massa tulang. Fish Oil on Cholesterol Metabolism in Rats Fed
Simpulan: Orang dengan kepadatan massa tulang High-Cholesterol Diets. Open Nutraceuticals J
2011;4:12-19.
total rendah memiliki risiko lebih tinggi terkena
13. Woo J. Relationships among diet, physical activity
hiperkolesterolemia. and other lifestyle factors and debilitating diseases
in the elderly. European Journal of Clinical
Nutrition. 2000 Jun 1;54(S3):S143.
Kata kunci: hiperkolesterolemia; pralansia;
14. Waloya T, Rimbawan R, Andarwulan N. Hubungan
kepadatan massa tulang antara konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan
kadar kolesterol darah pria dan wanita dewasa di
Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan. 2013 Nov
29;8(1):9-16.
15. Dinas Kesehatan Depok. Profil Kesehatan Kota
PUSTAKA Depok Tahun 2015. Depok: Dinas Kesehatan Kota
Depok. 2015.
1. Expert Panel on Detection E. Executive summary of 16. National Institutes of Health Osteoporosis and
the Third Report of the National Cholesterol Related Bone Disease Bone Mass Measurement:
Education Program (NCEP) expert panel on What the numbers mean. NIH Publication: 2015;No
detection, evaluation, and treatment of high blood 11-4082.
271
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 6 Tahun 2017
17. Ortega JF, Fernández-Elías VE, Hamouti N, 23. Klop B, Elte JW, Cabezas MC. Dyslipidemia in
Mora-Rodriguez R. Increased blood cholesterol obesity: mechanisms and potential targets.
after a high saturated fat diet is prevented by Nutrients. 2013 Apr 12;5(4):1218-40.
aerobic exercise training. Applied physiology, 24. Klop B, Elte JW, Cabezas MC. Dyslipidemia in
nutrition, and metabolism. 2012 Nov obesity: mechanisms and potential targets.
1;38(999):42-8. Nutrients. 2013 Apr 12;5(4):1218-40.
18. Obarzanek, E. et al.. Effects on blood lipids of a 25. Kelly RB. Diet and exercise in the management of
blood pressure–lowering diet: the Dietary hyperlipidemia. American family physician. 2010
Approaches to Stop Hypertension (DASH) Trial–. May;81(9):1097-102.
The American journal of clinical nutrition. 2001 26. Sulastri D, Rahayuningsih S. Purwantyastuti.
Jul 1;74(1):80-9. 2005. Pola Asupan Lemak, Serat, Dan
19. Chiu S, Bergeron N, Williams PT, Bray GA, Antioksidan, Serta Hubungannya Dengan Profil
Sutherland B, Krauss RM. Comparison of the Lipid Pada Laki-Laki Etnik Minangkabau.
DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) Majalah Kedokteran Indonesia.;55(2):61-5.
diet and a higher-fat DASH diet on blood pressure 27. Aulia, Ayuandira. Status Gizi, Stress Kerja dan
and lipids and lipoproteins: a randomized Faktor Lain dengan Hiperkolesterolemia Pada
controlled trial–3. The American journal of Karyawan PT Semen Padang Tahun 2012. Jakarta:
clinical nutrition. 2015 Dec 30;103(2):341-7. Universitas Indonesia, Gizi Kesehatan
20. Linder MC. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme Masyarakat. 2012.
dengan Pemakaian secara Klinis. Parakkasi A, 28. Barasi ME. At a glance ilmu gizi. Jakarta:
penerjemah. Erlangga. 2009:26-102.
21. Lairon D, Arnault N, Bertrais S, Planells R, Clero 29. Shaffer JR, Kammerer CM, Rainwater DL, O’Leary
E, Hercberg S, Boutron-Ruault MC. Dietary fiber DH, Bruder JM, Bauer RL, Mitchell BD. Decreased
intake and risk factors for cardiovascular disease bone mineral density is correlated with increased
in French adults–. The American journal of subclinical atherosclerosis in older, but not
clinical nutrition. 2005 Dec 1;82(6):1185-94. younger, Mexican American women and men:
22. Shils ME, Shike M, editors. Modern nutrition in the San Antonio Family Osteoporosis Study.
health and disease. Lippincott Williams & Calcified tissue international. 2007 Dec
Wilkins; 2006. 1;81(6):430-41.
272