2, Juni 2016
Abstrak -- Green manufacturing adalah konsep sistem produksi berkelanjutan dalam menghasilkan
sebuah produk, dengan meminimalkan limbah dan polusi di dalam prosesnya. Salah satu penilaian
kinerja green manufacturing adalah program PROPER yaitu program peringkat kinerja perusahaan oleh
kementrian lingkungan hidup. PT X adalah pabrik yang memproduksi brankas atau lemari besi dan filing
cabinet tahan api. Limbah yang diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah berasal dari proses painting
baik dari bahan kimia proses pembersihan pengkondisian metal sebelum dicat, maupun dari material
cat itu sendiri. Limbah juga datang dari sisa campuran beton yang merupakan bahan utama sebagai
pengisi lemari besi. Proses pengolahan limbah menggunakan metoda fisik dan kimia agar buangan
limbah memenuhi baku mutu Kawasan Industri MM2100 Bekasi. Kajian ini dilakukan untuk merekayasa
campuran beton dengan memanfaatkan limbah sludge dan rekayasa instalasi air untuk memanfaatkan
air limbah menjadi air penunjang proses produksi. Kajian dilakukan dengan cara mengumpulkan data
primer dan sekunder, pengamatan langsung ke lapangan, pengambilan dan pengujian sampel.
Pembuatan sampel kubus beton dilakukan untuk subtitusi sludge 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% masing-
masing 3 sample untuk Uji Tekan 7 hari dan 3 sample untuk Uji Tekan 28 hari. Dari hasil pengujian di
ketahui nilai kuat tekan subtitusi 10 % sebesar 310 (kN), lebih besar dari nilai minimum yaitu 300 (kN)
sehingga bisa di gunakan sebagai campuran beton produk. Subtitusi 5% sampai dengan 20% bisa
digunakan untuk ruko 5 lantai s/d jalan tol atau jalan negara.
f. Pengujian slump, berat kubus dan kuat tekan Tabel 1. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton
beton dengan prosentase komposisi sludge umur 7 hari
subtitusi pasir 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%.
g. Membandingkan hasil uji tekan beton dengan
prosentase komposisi sludge subtitusi pasir
0%, 5%, 10%, 15% dan 20% dengan standar
kuat tekan beton di industri beton.
h. Merekomendasikan daftar prosentase
komposisi sludge subtitusi pasir dan kuat
tekan nya, untuk pemakaian di industri beton
sesuai daftar kuat tekan kementrian PU.
i. Merekomendaikan prosentase komposisi
sludge subtitusi pasir yang paling optimal
sebagai beton produk pabrik.
3. PENGUJIAN
4. KESIMPULAN
5. Penghematan yang bisa dilakukan dengan [2]. InstitutTeknologi Bandung, 2012, “Material
memakai kembali sludge/cake hasil olahan Beton Sebagai Bahan Bangunan”, Dapat
IPAL adalah lebih dari Rp 200.000.000,- per dilihat di
tahun. http://www.ar.itb.ac.id/aswin/wp/uploads/201
6. Air hasil olahan IPAL bisa dimanfaatkan 2/05/material-beton-sebagai-bahan-
kembal isebagai penunjang proses produksi bangunan3.pdf, (aksesterakhir: 30 Mei 2015)
seperti untuk pencucian mikesr dari sisa beton [3]. Journal of Materials in Civil Engineering, de
untuk dipakai kembali. figueirêdo Lopes Lucena, L, ThomêJuca, J.,
7. Penghematan yang bisa dilakukan dengan Soares, J., and Portela,M. (2014).”Potential
memanfaatkan kembali air hasil olahan IPAL Uses of Sewege Sludge in Highway
adalah Rp 80.000.000,- per tahun. Construction.” J. Mater. Civ. Eng., 26(9),
8. Penelitian dan pengujian ini bisa membantu 04014051.
program lingkungan berkelanjutan melalui http://ascelibrary.org/doi/abs/10.1061/%28AS
green manufacturing. CE%29MT.1943-5533.0000937
[4]. Neville, A, M, dan Books, J,J, (1987) Concrete
Beberapa saran yang dapat diberikan mengenai Technology, Longman Scientific & Technical,
pemanfaatan keluaran limbah di PT Chubbsafes
New York.
Indonesia antara lain sebagai berikut:
1. Membuat instalasi pipa air sederhana, [5]. PEDC. Teknologi Bahan 3, Bandung.
pemanfaatan air hasil limbah untuk penunjang [6]. Purdue University, 2007. “Standard Method of
proses produksi. Test for Slump of Hydraulic Cement Concrete”
2. Melakukan penelitian dan pengujian beton ASTM 143, Dapatdilihat di:
lebih lanjut dengan subtitusi sludge 25%, ftp://ftp.ecn.purdue.edu/olek/PTanikela/To%2
30%, 35%, 40%, 45% dan 50% terhadap 0Prof.%20Olek/ASTM%20standards/slump%
pasir. Mengingat masih ada 6 tingkatan 20test%20C%20143.pdf, (aksesterakhir: 30
katagori dibawah K 250 (subtitusi 20%), yaitu Mei 2015)
K 225, K 200, K 175, K 150, K 125 dan K 100. [7]. Siregar, S.A., 1993. “Instalasi Pengolahan Air
Limbah”, Kanisius, Jogjakart
DAFTAR PUSTAKA