Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Homeostasis berasal dari kata homeo berarti “yang sama”

dan stasis berarti “berdiri atau diam”. Sherwood (2007) mendefinisikan

homeostasis sebagai pemeliharaan lingkungan internal yang relatif stabil.

Homeostasis adalah keadaan yang relatif konstan di dalam lingkungan

internal tubuh. Homeostasis merujuk pada ketahanan atau mekanisme

pengaturan lingkungan kesetimbangan dinamis dalam (badan organisme)

yang konstan. Homeostasis merupakan salah satu konsep yang paling

penting dalam biologi. Bidang fisiologi dapat mengklasifkasikan mekanisme

homeostasis pengaturan dalam organisme. Umpan balik homeostasis terjadi

pada setiap organisme (Resha,2009).

Mekanisme transport melalui membran dalam farmakologi selanjutnya

disebut mekanisme absorpsi obat. Absorbsi obat dari tempat absorbs

tersebut menuju sirkulasi darah (sirkulasi sistematik). Dakam fisiologi

transport membrane hanya dibedakan transport pasif (difusi pasif), transport

aktif dan pinositisis. Transport Pasif atau difusi pasif merupakan senyawa

yang larut lipid dapat melewati membrane berdasarkan perbedaan

konsentrasi, (gradient konsetrasi) senyawa disebelah luar dan didalam


membrane. Senyawa ini bagaikan mengalir begitu saja. Transport pasif ini

terutama sangat dipengaruhi oleh kelarutan senyawa dalam lipit, pKa zat, pH

lingkungan absorbs, konsentrasi zat disebelah lrut dn sebelah dalam

membrane. Transport aktiv atau difusi aktiv merupakan senyawa yang tidak

mudah atau kurang larut dalam lipid membrane, agar dapat melewati

membrane dia harus ditambah atau direaksikan dengan senyawa tertentu

agar larut lipid membaran, sehingga mudah melewati membrane. Senyawa

ini disebut carrier, atau karier yang artinya zat pembawa. Setelah senyawa

menempel bagian luar membrane makaseolah-olah karier tersebut

menjemputnya, kemudian mengikat atau bereaksi menjadi senyawa tertentu

(kompleks) yang mudah larut lipid membrane, kemudian membawanya

kesebrang tepi membrane, kemudian dilepaskan.

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jauh mengenai hal-hal di atas,

tentunya tidak cukup hanya dengan teori saja,  diperlukan juga kegiatan

praktikum yang akan menunjang pengetahuan kita. maka perlu diadakan

suatu praktikum yang membahas tentang hal ini.

1.2 Maksud Percobaan

Mengetahui pengertian system transport membrane sel, perbedaan

mekanisme system transport membrane sel, dan prinsip terjadinya

homeostatis.
1.3 Tujuan Percobaan

1. Memahami pengertian system transport membrane sel

2. Mampu membedakana mekanisme system transport membrane sel

3. Memahami prinsip kerja homeostatis


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Homeostasis pertama kali dikenalkan oleh Walter Canon menyebutkan

bahwa keadaan stabil dinamis unsur-unsur pokok lingkungan internal (milleu

interiur) yang mengelilingi dan saling bertukar berbagai zat dengan sel.

Homeostasis mengacu kepada pemeliharaan suatu keadaan stabil dinamis di

dalam lingkungan cairan internal yang membasuh semua sel tubuh. Karena

sel-sel tubuh tidak berkontak langsung dengan lingkungan luar,

kelangsungan hidup sel bergantung pada pemeliharaan lingkungan cairan

internal yang stabil yang berhubungan langsung dengan sel. Sebagai contoh,

di lingkungan internal O2 dan zat-zat gizi harus terus menerus diganti sesuai

kecepatan penggunaannya oleh sel (George, 2005).

              Homeostasis merupakan istilah yang diberikan kepada proses-

proses, biasanyamelibatkan umpan balik negatif. Melalui proses itu

pengawasan positif dan negatif dipakai pengaruhnya terhadap nilai-nilai dari

suatu variable atau seperangkat variabl dan tanpa pengawasan system

tersebut akan gagal berfungsi. Berbagai proses yangmembantu mengatur

dan mempertahankan kemantapan lingkungan internal suatu selatau

organisme pada tingkat yang sesuai. Pada organisme uniselular, proses-


proseshomeostatic meliputi osmoregulasi dengan vakuola kontraktil dan

gerakan yangmenjauhi keadaan pH yang tidak menguntungkan. Pada

mamalia contohnya adalah pengendalian glukosa darah (Abercromtie, 1993).

Perpindahan zat-zat yang terjadi dalam sel aupun masuknya zat-zat ke

dalam sel melalui suatu membran atau melakukan seleksiterhadap yang

disebut membran plasma. Membran ini memiliki sifat memilih atau melakukan

seleksi terhadap zat-zat dari luar yang boleh masuk ka dalam sel. Sehingga

membran plasma ini disebutmembran yang semipermeabel (Mu’nisa, 2012).

Sistem kontrol homeostasis memiliki 3 komponen fungsional: sebuah

reseptor, sebuah pusat kontrol, dan sebuah efektor. Reseptor mendeteksi

perubahan beberapa variabel lingkungan internal hewan , seperti perubahan

suhu tubuh. Pusat kontrol memproses informasi yang diterima dari reseptor

dan mengarahkan suatu respon yang tepat melalui efektor (Campbell,2002).

Perubahan kondisi lingkungan internal dapat timbul karena dua hal,

yaitu adanya perubahan aktivitas sel tubuh dan perubahan lingkungan

eksternal yang berlangsung terus menerus. Untuk menyelenggarakan

seluruh aktivitas sel dalam tubuhnya, hewan selalu memerlukan pasokan

berbagai bahan dari lingkungan luar secara konstan, misalnya oksigen,

nutrient, dan garam (Isnaeni, 2006).

Setiap sel dibatasi oleh membrane yang berperan sebagai jalur lalu

lintas sejumlah substansi yang masuk dan keluar sel. Hal ini akan menetukan

apakah sebuah sel berada dalam keadaan homeostasis atau tidak.


Homeostasis adalah kemampuan sel untuk memperoleh lingkungan internal

yang stabil melalui pengaturan lintasan zat cair melalui membrane sel

(Adnan,dkk. 2011).

 Membran adalah lapisan paling luar yang melindungi sel-sel yang ada

di dalamnya, membran berupa lapisan-lapisan tipis yang menumpuk dan

osmosis adalah lintasan yang akan dilalui oleh sebuah cairan atau zat-zat

dari satu tempat ketempat yang lainnya. Homeostatis adalah kemampuan sel

untuk memperoleh lingkungan internal yang stabil melalui pengaturan

lintasan  zat cair melalui membran sel. Isi sel dipisahkan dari cairan

sekelilingnya dengan lapisan tipis dengan lapisan tipis yang disebut membran

sel atau membran plasma, semua membran sel mempunyai struktur umum

yang sama, terdiri atas lapisan molekul ganda dari lipida dan protein. Lapisan

lipidanya merupakan penghalang atau barrier bagi substansi yang akan

menembus membran sedangkan lapisan proteinnya menyediakan jalan bagi

transfer substansinya (adnan,Dkk. 2011).

 Metabolisme meliputi semua proses fisik maupun kimia dimana zat-zat

hidup terorganisir, dihasilkan dan diperhatikan serta ditransformasikan untuk

keperluan organisme, proses metabolisme ada dua tahap yaitu katabolisme

yang merupakan perubahan senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa

yang lebih sederhana dan anabolisme yang merupakan perubahan senyawa

yang sederhana menjadi senyawa yang lebih kompleks. Integrasi  adalah

struktural dan fungsional sebagai hasil organisme makhluk hidup. organisasi


dapat menciptakan struktur tubuh dari berbagai struktur seperti sel, jaringan,

organ dan sistem, untuk mencapai integrasi tersebut implus-implus saraf dan

zat-zat kimia mengatur urutan dan jumlah aktivitas tubuh melalui enzim,

vitamin dan hormon (Campbell,  2008).

  Menurut Musshawir (2007 : 40) Beberapa ilmuan yang mengemukakan

model - model atau bentuk membran yaitu sebagai berikut:

a. E. Gorter dan F. Grendel (1925) dengan model lipid bilayer (dua lapisan

lipid) yang menyatakan bahwa membran sel tersusun atas dua lapis

molekul lipid yang saling bertolak belakang, yaitu kepala hidrfilik

(molekul fosfolipid) lapisan luar menghadap ke arah cairan ekstraselluler

dan kepala hidrfilik lapisan dalam menghadap ke sitoplasma sedangkan

ekor hidrofibiknya menghadap ke arah tengah lapisan ganda (bilayer).

b. Hober (1946) dengan model lipid mosaic, yang menyatakan bahwa pada

membran terdapat pori-pori pada lipid dua lapis.

c. Danielli dan Davson (1935) dengan model pauci molecular

membrane, yang menyatakan bahwa membran tersusun atas lipid dan

prtein yang menutupi lapisan luar dan dalam lapisan ganda.

d. Singer (1974) dengan mdel fluid msaic (model msaik cair), yang

menyatakan bahwa lapisan ganda tidak sepenuhnya bersinambungan,

prtein kemungkinan berada di permukaan luar dan dalam membran.


Menurut guy ton (2007), Faktor-faktor lingkungan internal yang harus

dipertahankan secara homeostasis, yaitu :

a. Konsentrasi molekul zat-zat gizi

Sel-sel membutuhkan pasokan molekul nutrient yang tetap untuk

digunakan sebagai bahan bakar metabolic untuk menghasilkan energi.

Energy kemudian digunakan untuk menunjang aktifitas-aktifitas khusus

dan untuk mempertahankan hidup.

b. Konsentrasi O2 dan CO2

Sel membutuhkan O2 untuk melakukan reaksi-reaksi kimia yang menarik

sebanyak mungkin energi dari molekul nutrien digunakan oleh sel. CO2

yang dihasilkan selama reaksi-reaksi tersebut berlangsung harus

diseimbangkan dengan CO2 yang dikeluarkan oleh paru, sehingga CO2

pembentuk asam ini tidak meningkatkan keasaman di lingkungan 

internal.

c. Konsentrasi zat-zat sisa

Berbagai reaksi kimia menghasilkan proiduk-produk akhir yang berefek

toksik bagi sel apabila dibiarkan tertimbun melebihi batas tertentu.

d. pH.

Diantara efek-efek paling mencolok dari p[erubahan keasaman

lingkungan cairan internal adalah perubahan mekanisme pembentuk

sinyal listrik di sel saraf dan perubahan aktifitas enzim di semua sel.

e. Konsentrasi air,garam-garam, dan elektrolit-elektrolit lain


Karena konsentrasi relative garam (NaCl) dan air di dalam cairan

ekstrasel (lingkungan internal) mempengaruhi berapa banyak air yang

masuk atau keluar sel, konsentrasi keduanya diatur secara ketat untuk

mempertahankan volume sel yang sesuai. Sel-sel tidak dapat berfungsi

secara normal apabila mereka membengkak atau menciut. Elektrolit lain

memiliki bermacam-macam fungsi fital lainnya. Sebagai contoh denyut

jantung yang teratur bergantung pada konsentrasi kalium di cairan ekstra

sel yang relative konstan.

f. Suhu

Sel-sel tubuh berfungsi secara optimal dalam rentan suhu yang sempit.

Sel-sel akan mengalami perlambatanaktifitas yang hebat apabila

suhunya terlalu dingin dan yang lebih buruk protein-protein structural dan

enzimatiknya akan terganggu apabila suhunya terlalu panas.

g. Volume dan tekanan.

Komponen sirkulasi pada lingkungan internal, yaitu plasma, harus

dipertahankan pada tekanan darah dan volume yang adekuat agar

penghubung vital antara sel dan lingkungan eksternal ini dapat

terdistribusi ke seluruh tubuh. (santoso , 2009 ).


BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat yang digunakan yaitu kapas, pisau bedah, sterofoam, jarum pentul,

pinset, toples.

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan eter, tikus.

3.2 Cara Kerja

1. Menyiapkan sterofom, kapas, eter, dan jarum pentul.

2. Memasukkan tikus kedalam toples dan beri kapas yang telah dibasahi

dengan anastesi (kloroform) dan tutup toples.

3. Biarkan hingga tikus tidak sadar kemudian letakkan tikus diatas

strerofom dengan bagian kedua kaki dan tangan ditahan dengan jarum

pentul.

4. Gunting midsagital dalam kulit sepanjang daerah abdomen dan torak.

5. Penguntingan kulit secara lateral pada bagian anterior dan posterior

dari torehan midsagital.

6. Torehan sepanjang rongga abdomen

7. Torehan lateral untuk memamerkan organ dalaman.

8. Mengamati organ dalam yang terlihat.


BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.2 Pembahasan
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

5.2.1 Saran Asisten

5.2.2 Saran Praktikan


DAFTAR PUSTAKA

Adnan,dkk. 2011. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Makassar: Jurusan Biologi

FMIPA UNM.

Campbell, jane B recee. Dkk. 2008. Biologi jilid 3 edisi ke – 8. Jakarta : erlangga

Guy Ton, Arthur C., Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed.11. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Pramita , Aam Citrida. 2007. Kebutuhan dasar manusia. Palembang : Poltekkes

Depkes Palembang

Santoso, putra. 2009. Buku ajar fisiologi hewan. Padang : universitas andalas.

Taiyeb, A. Mushawwir, Fisiologi Hewan . Makassar: Universitas Islam Negri

Alauddin.  2007.

Abercromtie. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Erlangga, 1993.

Campbell. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga, 2002.

Fried A, George. Biologi edisis kedua.Jakarta: Erlangga, 2005.

Isnaeni,  Wiwi, Fisiologi Hewan. Yogjakarta: Kanasius, 2006.

Mu’nisa. Fisiologi Hewan. Jakarta: Erlangga. 2012.

Anda mungkin juga menyukai