INSOMNIA
Oleh:
Floren Simanjuntak
G1A219035
Pembimbing:
dr. Ratna Sugiati
INSOMNIA
Oleh:
Floren simanjuntak
G1A219035
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa., karena dengan
rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Kasus pada
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Tugas ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam mengenai teori-
teori yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat dan melihat penerapannya secara langsung di lapangan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Ratna sugiati
sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing
penulis dalam penyusunan laporan kasus.
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan....................................................................................................................ii
Kata Pengantar............................................................................................................................iii
Daftar Isi......................................................................................................................................iv
Daftar Pustaka............................................................................................................................28
BAB I
STATUS PASIEN
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan tidak bisa tidur ± 1 bulan yang
lalu dan semakin memberat dalam 1minggu terakhir. Pasien kesulitan untuk memulai
tidur dan sering terbangun saat tidur malam kemudian tidak bisa tidur lagi sehingga
pasien terjaga sampai pagi hari. Pasien mengatakan sudah mencoba memejamkan
matanya namun tidak juga tertidur, menurut pasien setiap kali keluhannya muncul
pasien hanya tidur sekitar 2-3 jam semalam, sehingga merasa lemas dan lesu
dikeesokan harinya.
Pasien merasa bahwa kesulitan untuk memulai tidur dikarenakan pasien
terlalu memikirkan tentang keluarganya. 1 bulan yang lalu keponakan pasien sakit ,
sehingga pasien merasa khawatir terhadap keadaan keponakan pasien tersebut. 1
minggu yang lalu keponakan pasien meninggal dunia, dan pasien merasa sangat
sedih . Kemudian dua hari yang lalu adik pasien juga meninggal dunia, sehingga
pasien merasa sangat sedih kehilangan dua orang anggota keluarganya dalam waktu
yang berdekatan. Sejak keponakan pasien sakit pasien sudah mulai tidak bisa tidur
dimalam hari, memberat 1 minggu yang lalu sampai sekarang.
Pasien mengaku semenjak keluhannya muncul belum pernah berobat.
Keluhan sulit tidur yang dialami pasien tersebut kadang diikuti dengan penurunan
nafsu makan, sakit kepala, sakit pada lutut, pinggang, dan kadang sakit pada seluruh
badannya. Pasien juga kadang merasa dadanya sesak saat mengigat adik dan
keponakannya. Pasien mengatakan tidak ada mendengar suara yang tidak didengar
orang lain ataupun melihat sesuatu yang tidak terlihat oleh orang lain. Menarik diri
dari lingkungan sekitar disangkal. Demam tidak ada, mual dan muntah juga tidak ada.
BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Jantung
Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis kiri
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI 2 linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
4. Abdomen
Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)
Palpasi Nyeri tekan(-), defans musculer(-), hepatomegali (-),
splenomegali(-), nyeri ketok costovertebra(-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
Status Psikiatri
- Penampilan : Sesuai
- Mood : Sesuai
- Afek : Stabil
- Isi Pikiran :tidak ada gangguan,berpikiruntuk kesembuhan dirinya
- Gangguan berpikir : waham (-)
Insomnia ( G47.0 )
Aksis I : insomsia non-organik (F.51.0)
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : hipertensi
1.14 Manajemen
1. Promotif :
2. Preventif :
3. Kuratif :
Non Farmakologis
d. Relaksasi sebelum tidur, seperti membaca, beribadah, atau mandi air hangat
Farmakologis :
Amlodipine 1x5 mg
Pengobatan tradisional :
Bawang putih, bawah merah, Cabe merah, garam, dan air 100 cc Cara membuatnya :
Cuci bersih sayur kangkung, Setelah dicuci bersih lalu dipotong ukuran sedang. Lalu
bawang merah dna butih juga dicuci dan dipotong kecil. Lalu tumis bawang dan cabe,
lalu masukkan kangkung dan tambahkan air matang 100 cc. Kasih garam dan tunggu
sampai sayur matang.
Sayur ini bisa dikonsumsi 2 kali sehari.
4. Rehabilitatif
TINJAUAN PUSTAKA
I.1.c Narkolepsi
I.2 Parasomnia
III.1.b Nyeri kepala kluster & hemikrania paroksismal kronik berhubungan dengan
tidur
III.1 c Sindrom menelan abnormal berhubungan dengan tidur
III.2.g Obat mirip hormon Adenokortikotropik (ACTH); kontrasepsi oral; alfa metil
dopa; obat penghambat beta.
Klasifikasi Insomnia
Insomnia Primer
Insomnia primer ini mempunyai faktor penyebab yang jelas. insomnia atau
susah tidur ini dapat mempengaruhi sekitar 3 dari 10 orang yang menderita insomnia.
Pola tidur, kebiasaan sebelum tidur dan lingkungan tempat tidur seringkali menjadi
penyebab dari jenis insomnia primer ini.
Insomnia Sekunder
Insomnia sekunder biasanya terjadi akibat efek dari hal lain, misalnya kondisi
medis. Masalah psikologi seperti perasaan bersedih, depresi dan dementia dapat
menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini pada 5 dari 10 orang. Selain itu
masalah fisik seperti penyakit arthritis, diabetes dan rasa nyeri juga dapat
menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini dan biasanya mempengaruhi 1 dari 10
orang yang menderita insomnia atau susah tidur. Insomnia sekunder juga dapat
disebabkan oleh efek samping dari obat-obatan yang diminum untuk suatu penyakit
tertentu, penggunaan obat-obatan yang terlarang ataupun penyalahgunaan alkohol.
Faktor ini dapat mempengaruhi 1-2 dari 10 orang yang menderita insomnia.
Gejala gastrointestinal
Hampir setiap orang memiliki kesulitan untuk tidur pada malam hari tetapi resiko
insomnia meningkat jika terjadi pada:
Wanita. Perempuan lebih mungkin mengalami insomnia. Perubahan hormon
selama siklus menstruasi dan menopause mungkin memainkan peran. Selama
menopause, sering berkeringat pada malam hari dan hot flashes sering
mengganggu tidur.
Usia lebih dari 60 tahun. Karena terjadi perubahan dalam pola tidur, insomnia
meningkat sejalan dengan usia.
Memiliki gangguan kesehatan mental. Banyak gangguan, termasuk depresi,
kecemasan, gangguan bipolar dan post-traumatic stress disorder, mengganggu
tidur.
Stres. Stres dapat menyebabkan insomnia sementara, stress jangka panjang seperti
kematian orang yang dikasihi atau perceraian, dapat menyebabkan insomnia
kronis. Menjadi miskin atau pengangguran juga meningkatkan risiko terjadinya
insomnia.
Perjalanan jauh (Jet lag) dan Perubahan jadwal kerja. Bekerja di malam hari
sering meningkatkan resiko insomnia.
2.6 Diagnosis
Riwayat medis.
Aktivitas fisik
Pada pasien dengan insomnia primer harus diperiksa riwayat medis dan
psikiatrinya. Riwayat medis harus dinilai secara seksama, mengenai riwayat
penggunaan obat dan pengobatan.
- Bangun dan pergi ke tempat tidur pada waktu yang sama setiap hari, walaupun
pada akhir pekan.
- Batasi waktu ditempat tidur setiap harinya.
- Latihan minimal tiga atau empat kali tiap minggu (tetapi bukan pada sore hari,
kalau hal ini akan mengganggu tidur).
a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas
tidur yang buruk
b. Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan
c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan terhadap
akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari
d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
• Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak menyebabkan
diagnosis insomnia diabaikan.
2.7 Tatalaksana
1. Non Farmakoterapi
Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru dan mengajarkan
cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi tingkah laku ini umumnya
direkomendasikan sebagai terapi tahap pertama untuk penderita insomnia.
Terapi tingkah laku meliputi
- Teknik Relaksasi.
Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur dengan pemikiran yang
positif. Terapi kognitif dapat dilakukan pada konseling tatap muka atau dalam grup.
- Kontrol stimulus
Terapi ini dimaksudakan untuk membatasi waktu yang dihabiskan untuk beraktivitas.
- Restriksi Tidur.
Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang dihabiskan di tempat tidur
yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya.
Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca, latihan pernapasan
atau beribadah
Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan menyulitkan tidur pada
malam hari.
Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur, seperti
menghindari kebisingan
Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30 menit setiap hari
sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur.
Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin
Obat yang dibutuhkan adalah bersifat “Sleep inducing anti-insomnia” yaitu golongan
benzodiazepine (Short Acting) dapat diberikan diazepam 2-5 mg pada malam hari
atau lorazepam 0,2 -5 mg.
Misalnya pada gangguan anxietas
- Delayed Insomnia (proses tidur terlalu cepat berakhir dan sulit masuk kembali
ke proses tidur selanjutnya)
Obat yang dibutuhkan adalah bersifat “Prolong latent phase Anti- Insomnia”, yaitu
golongan heterosiklik antidepresan (Trisiklik dan Tetrasiklik)
Misalnya pada gangguan depresi
- Broken Insomnia (siklus proses tidur yang normal tidak utuh dan terpecah-
pecah menjadi beberapa bagian (multiple awakening).
Obat yang dibutuhkan adalah bersifat “Sleep Maintining Anti-Insomnia”, yaitu
golongan phenobarbital atau golongan benzodiazepine (Long acting). Misalnya pada
gangguan stres psikososial.
Pengaturan Dosis
- Pemakaian obat antiinsomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja, tidak lebih dari
2 minggu, agar resiko ketergantungan kecil. Penggunaan lebih dari 2 minggu dapat
menimbulkan perubahan “Sleep EEG” yang menetap sekitar 6 bulan lamanya.
- Kesulitan pemberhetian obat seringkali oleh karena “Psychological
Dependence” (habiatuasi) sebagai akibat rasa nyaman setelah gangguan tidur dapat
ditanggulangi.
Efek Samping
Efek samping dapat terjadi sehubungan dengan farmakokinetik obat anti- insomnia
(waktu paruh) :
- Waktu paruh singkat, seperti Triazolam (sekitar 4 jam) gejala rebound lebih
berat pada pagi harinya dan dapat sampai menjadi panik
- Waktu paruh sedang, seperti Estazolam gejala rebound lebih ringan
Perhatian Khusus
- Kontraindikasi :
3.10 Komplikasi
Tidur sama pentingnya dengan makanan yang sehat dan olahraga yang teratur.
3.11 Prognosis
Prognosis umumnya baik dengan terapi yang adekuat dan juga terapi pada gangguan
lain spt depresi dll. Lebih buruk jika gangguan ini disertai skizophrenia.
BAB III
ANALISA KASUS